Perang Maluku yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura pada awalnya terjadi
ketika Belanda kembali berkuasa pada tahun 1817, monopoli diberlakukan lagi.
Diberlakukan lagi sistem ekonomi uang kertas yang sangat dibenci dan keluar perintah
sistem kerja paksa (rodi). Belanda tampaknya juga tidak mau menyokong dan
memerhatikan keberadaan gereja Protestan dan pengelolaan sekolah-sekolah
protestan secara layak, Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, monopoli di
Maluku terus dijalankan.
Beban rakyat semakin berat. Selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai
kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Mereka yang
melanggar ditindak tegas. Tindakan pemerintah Hindia Belanda tersebut semakin
menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan terhadap rakyat, inilah yang menjadi
penyebab rakyat marah dan meletusnya perang Maluku. Rakyat Saparua (Maluku)
berjuang menentang pemerintah kolonial Belanda di bawah pimpinan Pattimura atau
Thomas Matulessy dan pejuang wanita Christina Martha Tiahahu.