Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN UTS SUPERVISI DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

OTTA PANGGALO (1801190048)

1. Salah satu tugas pendidikan / sekolah untuk meningkatkan pengembangan individu , cara
berpikir dan kebutuhan sosial, agar siswa dapat menghadapi tantangan pada jamannya,
sebutkan dan jelaskan dalam suatu kerangka kerja konseptual , dimensi dan tugas
pendidikan.
Jawab :
Latar belakang
Belajar mengajar adalah sebuah proses interaksi antara peserta didik dan guru.
Dalam pembelajaran. Peserta didik adalah subyeknya dan objeknya adalah proses
pembelajaran. Masing – masing peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda.
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan efektif bila peserta didik berusaha aktif untuk
mencapainya.
Dimensi perkembangan peserta didik
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi , baik fisik maupun
nonfisik. Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkelanjutan. Dan untuk hal-hal yang bersifat non fisik, bisa saja sifat perkembangannya
berlangsung secara acak. Dimensi – dimensi perkembangan individu, termasuk peserta
didik dapat digolongkan menjadi :
1. Perkembangan fisik. Perkembangan fisik individu mencakup aspek-aspek anatomis
dan fisiologis. Perkembangan anatomis berupa perubahan kuantitatif pada struktur
tulang. Tinggi dan berat badan, dll. Misalnya konstraksi otot – otot, peredaran darah
dan pernapasan, persyarafan sekresi kelenjar, dan pencernaan. Perkembangan
keduanya berjalan relatif seirama
2. Perkembangan perilaku psikomotorik. Perkembangan ini menuntut koordinasi
fungsional antara sistem syaraf dan otot, serta fungsi – fungsi psikis.
3. Perkembangan bahasa. Manusia memiliki potensi dasar berbahasa dan berinteraksi
dengan masyarakat sekitar.
4. Perkembangan kognitif sama dengan perkembangan kapasitas nalar otak atau
intelegensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja. Menurut piaget ada empat
tahap perkembangan kognitif manusia :
a. Tahap sensorimotorik berlangsung dari 0 – 2 tahun
b. Tahap praoperasional ( praoperational stage), yang berlangsung sejak kira-kira
anak berusia 2 – 7 tahun.
c. Tahap operasional kongkrit berlangsung kira-kira pada usia 7 – 11 tahun
d. Tahap operasional formal yang berlangsung kira – kira pada usia 11 – 15 tahun atau
seusia sekolah menengah pertama.
5. Perkembangan perilaku sosial. Manusai adalah mahluk sosial maka perilaku sosial
tampak dalam peran yang ditampilkan.
6. Perkembangan moralitas. . ukuran dari tinggi atau rendahnya moral seseorang
berdasarkan penalaran moralnya.
7. Perkembangan bidang keagamaan. Manusia meyakini bahwa ada kekuatan yang serba
“Maha “ diluar dirinya.
8. Perkembangan konatif. Konatif adalah perilaku yang berkaitan dengan motivasi atau
faktor penggerak perilaku yang berkaitan dengan motivasi. Yang bersumber dari
eksternal ataupun internal.
9. Perkembangan emosional . dalam perkembangannya melibatkan banyak variabel
seperti rangsangan yang menyebabkan emosi, perubahan fisiologis, suasana
lingkungan, kondisi kesehatan, ketersediaan kebutuhan, iklim interaksi dengan
lingkungan dan oranglain.

Tugas perkembangan Pendidikan


Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan
individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya
mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang
tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Adapun yang
menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah:
Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu.
Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai
usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
1. Masa bayi dan anak-anak
 Belajar berjalan
 Belajar mekan makanan padat
 Belajar berbicara
 Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
 Mencapai stabilitas fisiologik
 Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
 Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
 Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati
2. Masa Anak Sekolah
 Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
 Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang
tumbuh
 belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya Belajar peranan jenis
kelamin
 Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan
sehari-hari Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai Belajar
membebaskan ketergantungan diri
 Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga
3. Masa Remaja
 Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
 Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
 Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social
 Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
 Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
Perkembangan skala nilai
 Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
 Persiapan mandiri secara ekonomi Pemilihan dan latihan jabatan
 Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4. Masa Dewasa Awal
 Mulai bekerja
 Memilih pasangan hidup
 Belajar hidup dengan suami/istri
 Mulai membentuk keluarga
 Mengasuh anak
 Mengelola/mengemudikan rumah tangga
 Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
 Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
 Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
 Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
 Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan berbahagia
 Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
 Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
 Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.
2. Sistem penjaminan mutu pendidikan (SPME) secara nasional diharapkan dapat terlaksana
dalam otonomi sekolah atau manajemen berbasis sekolah.
Yang dimaksud dengan:
a. SPMI
Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan
dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan Pendidikan
untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui
Standar Nasional Pendidikan. Sistem Penjaminan.

b. SPME
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal yaitu sistem penjaminan mutu yang
dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan
lembaga standarisasi pendidikan.

- Prinsip-prinsip dasar perbedaan dari SPME dan SPMI dalam pelaksanaannya


 Prinsip Sistem Penjaminan Mutu Internal
1. Mandiri
SPMI dikembangkan dan diimplementasikan secara mandiri oleh setiap
satuan pendidikan.
2. Terstandar
SPMI menggunakan Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan oleh
Mendikbud dan Standar yang ditetapkan oleh satuan pendidikan bagi
satuan pendidikan yang telah memenuhi SNP
3. Akurat
SPMI menggunakan data dan informasi yang akurat
4. Sistemik dan berkelanjutan
SPMI diimplementasikan dengan menggunakan 5 (lima) langkah
penjaminan mutu yaitu pemetaan mutu, penyusunan rencana peningkatan
mutu, pelaksanaan pemenuhan mutu, audit/evaluasi pemenuhan mutu, dan
penetapan standar baru yang dilaksanakan secara berkelanjutan membentuk
suatu siklus
5. Holistik
SPMI dilaksanakan terhadap keseluruhan unsur dalam satuan pendidikan
yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait
6. Terdokumentasi
Seluruh aktivitas dalam pelaksanaan SPMI terdokumentasi dengan baik
dalam berbagai dokumen mutu

Prinsip SPME atau Akreditasi


1. Independen; akreditasi dilaksanakan oleh lembaga yang memiliki otoritas yang
bersifat mandiri dalam pengambilan keputusan akreditasi dan terbebas dari
konflik kepentingan maupun intervensi pihak ketiga.
2. Akurat; akreditasi dilaksanakan berdasarkan pada data dan informasi yang sahih
(valid), dan andal (reliable).
3. Objektif; akreditasi dilaksanakan berdasarkan atas bukti data dan informasi.
4. Transparan; akreditasi dilakukan secara terbuka baik persyaratan, proses, maupun
hasilnya.
5. Akuntabel; akreditasi dilakukan dengan penuh tanggung jawab dalam rangka
akuntabilitas publik.
6. Ketidakberpihakan; akreditasi dilakukan dengan menjunjung tinggi prinsip
kesejawatan (peer review), kesetaraan, keadilan, dan tidak memihak. Kredibel;
akreditasi dilaksanakan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
profesionalisme, keterpercayaan (trustworthiness), dan kejujuran untuk
membangun kredibilitas BAN-PT, LAM, asesor, program studi, dan perguruan
tinggi.
7. Menyeluruh; akreditasi dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup
seluruh aspek tridharma, sistem manajemen dan penjaminan mutu pendidikan
tinggi.
8. Efektif; akreditasi dilaksanakan dengan cerminan hasil guna dalam membangun
budaya mutu, menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
9. Efisien; akreditasi dilaksanakan dengan menggunakan sumberdaya yang berdaya
guna dan tepat guna.

3. Supervisi, untuk optimalisasi sumber daya, peningkatan mutu manajemen sekolah ,


signifikan ditentukan oleh kepala sekolah / pengawas sekolah dalam konsep Sistem
Penjaminan Mutu seorang kepala sekolah harus memiliki kecerdasan manajerial, yakni
memiliki ide-ide besar untuk kemajuan sekolahnya, mampu mengorganisir seluruh
stafnya untuk melaksanakan program yang sudah ditetapkan sebagai rencana kerja
tahunan, mampu memberi motivasi kepada seluruh staf akademik dan staf non
akademik, dan selalu menghargai seluruh stafnya itu. Seorang kepala sekolah, harus
mampu berkomunikasi dengan baik untuk membuat seluruh stafnya faham akan
sesuatu yang harus mereka kerjakan, dan mampu mendorong mereka untuk bekerja
memajukan institusi sekolahnya. Dan bahkan seorang kepala sekolah harus mampu
mengevaluasi secara obyektif pekerjaan yang diselesaikan oleh seluruh tim kerjanya,
dan menjadikan sebagai inspirasi untuk perbaikan di waktu yang akan datang.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah untuk memajukan
sekolahnya? James Harvey dalam tulisannya berjudul The School Principal
as Leader: Guiding Schools to Better Teaching and Learning mengatakan,seorang
kepala sekolah harus melakukan lima hal kunci, yakni:
1. Merumuskan visi untuk kemajuan dan keberhasilan academik siswa
2. Menciptakan suasana sekolah yang sangat kayak untuk pendidikan dan
pembelajaran
3. Menanamkan sikap kepemimpinan terhadap seluruh staf akademik dan non
akademik
4. Meningkatkan pembelajaran
5. Mengelola seluruh staf akademik dan non-akademik untuk mengelola proses
layanan akademik dan non-akademik dalam rangka mempercepat kemajuan

Kepala sekolah harus merumuskan visi kepemimpinannya yang jelas dan


terukur, dan dapat difahami oleh semua staf akademik dan non akademik sehingga
mereka memahami apa yang harus dikerjakan sesuai visi kepala sekolahnya.
Kemudian menciptakan suasana yang dapat mendukung pelaksanaan proses
pembelajaran, memimpin seluruh stafnya, serta mengelola seluruh orang dan
proses untuk mempercepat kemajuan sekolah.
Di samping itu semua, ada hal yang sangat krusial yang harus dilakukan
kepala sekolah dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya, yakni peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Kunci
utama peningkatan mutu tersebut adalah guru. Pendidikan yang baik harus ditopang
oleh guru yang memiliki kapabilitas, loyalitas dan integritas, serta akuntabilitas
pelaksanaan tugas. Untuk keempat tagihan utama tersebut, guru harus bersikap
profesional. Kepala sekolah harus memiliki komitmen kuat untuk
mengembangkan, meningkatkan dan memelihara profesionalisme para guru di
sekolah/madrasah nya. Untuk itu, menurut Paul V. Bredeson dari University of
Wisconsin-madison, USA, dan Olof Johansson dari University of Ume, Sweden,
seorang kepala sekolah harus melakukan delapan langkah sebagai berikut
1. Selalu melakukan analisis terhadap basil belajar siswa, khususnya analisis
terhadap hasil ujian siswa, dengan mengkaji perbedaan antara hasil belajar
dengan tujuan danstandar kompetensi siswa.
2. Melibatkan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, dan
meningkatkan pengalaman belajar mereka untuk mencapai spa yang
mereka butuhkan.
3. Melakukan analisis apakah program sekolah sesuai dengan kegiatan harian
guru.
4. Melakukan analisis apakah program-program yang sudah diorganisisr
masih efisien untuk mengatasi masalah.
5. Melakukan analisis apakah kegiatan yang sedang berjalan dan program
belajarberikutnya mendukung terhadap kebutuhan studi lanjut.
6. Melakukan evaluasi bersama dengan menggunakan data dari beragam
sumber belajar siswa dan bahan ajar yang diajarkan guru.
7. Memberi kesempatan bagi guru untuk akses pada teori-teori yang
mendasari pengetahuan, ketrampilan yang mereka pelajari.
8. Melakukan analisis apakah program pembelajaran siswa sesuai dengan
tujuan melakukan perubahan yang komprehensif pada siswa, dan apakah
program perubahan tersebut fokus pada kemajuan belajar siswa.
Kepala sekolah sebagai supervisor memiliki beban peran dan tanggungjawab
memantau, membina, dan memperbaiki proses belajar mengajar di kelas atau di sekolah.
Tanggungjawab ini dikenal sebagai tanggungjawab supervisi. Sebagai unsur pimpinan
dalam sistem organisasi persekolahan, kepala sekolah berhadapan langsung guru sebagai
unsur pelaksana proses belajar-mengajar (Lasut, 1989). Dari konsep supervisi sebagai
proses membantu guru guna memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan kurikulum
(Oliva, 1984) terkandung makna bahwa kepala sekolah adalah supervisor yang membantu
guru, secara individual atau kelompok, untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum dan
masih ditambah satu bidang supervisor, yaitu aspek pengembangan guru. Sedangkan
Neagly dan Evans (1980) lebih menekankan aspek bantuan itu pada pengajaran guru dan
pembelajaran murid, di samping perbaikan kurikulum.

Agar kepala sekolah berhasil dalam perbaikan pengajaran, maka kepala sekolah
perlu memahami dan menggunakan moel dan teknik yang dianggap tepat dalam
melaksanakan supervisi. Tegasnya, peran utama kepala sekolah adalah juga sebagai
supervisor pengajaran.

Acheson and Gall (Pidarta, 1992) menyatakan bahwa supervisi klinis adalah proses
membina guru untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku
mengajar yang ideal. Sedangkan Sahertian (2000) menyatakan bahwa supervisi klinis
adalah memfokuskan kepada upaya untuk menolong guru-guru agar mengerti inovasi dan
mengubah performan mereka agar cocok dengan inovasi tersebut.

4. Manajemen sebagai suatu seni dalam mengelola pendidikan sekolah untuk meningkatkan
mutu dan inovasi sekolah yang berkelanjutan, jelaskan persepsi anda, peranan ilmu
manajemen dalam pengembangan pendidikan / sekolah.
Manajemen sekolah sangat diperlukan dan tidak boleh diabaikan sedikitpun agar
program sekolah dapat dilaksanakan secara efektif sehingga dapat diperoleh hasil yang
optimal sesuai sumber daya yang ada di sekolah. Manajemen sekolah harus dapat dirasakan
manfaatnya bagi seluruh staf sekolah, siswa, dan masyarakat. Manajemen sekolah harus
senantiasa mengelola sistem sekolah agar selalu lebih baik, karena lembaga pendidikan
yang berkualitas adalah lembaga pendidikan yang mempunyai manajemen pengelolaan
sekolah yang baik.
Manajemen sering dimaknai sama dengan istilah administrasi pendidikan. Manajemen dapat
diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha
kerjasama anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar dapat
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sehingga, dalam konteks pendidikan,
manajemen dapat diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan
semua sumber daya yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.
Manajemen sekolah merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas dan
keberhasilan sekolah, sehingga harus ada dukungan dari sumber daya, yaitu sumber daya
manusia yang professional untuk mengelola sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan yang
berkompeten, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar serta anggaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan adanya
dukungan dari masyarakat sekitar. Apabila salah satu sumber daya tersebut tidak terpenuhi
dengan baik, maka manajemen sekolah pun menjadi tidak dapat berfungsi optimal dan tidak
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Agar manajemen sekolah dapat berfungsi secara optimal, maka diperlukan kepala sekolah
yang mempunyai kemampuan dan berpandangan luas, baik dalam pengetahuan, keterampilan
maupun sikap. Selain itu, perlu adanya sistem manajemen yang baik pula dalam hal
manajemen kesiswaan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dana, serta
hubungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, masing-masing komponen sekolah harus
menjadi bagian yang saling mendukung dan melengkapi guna menciptakan manajemen
sekolah yang baik demi tewujudnya tujuan pendidikan pada umumnya dan untuk mencapai
tujuan sekolah pada khususnya.

Referensi :
PPT perkuliahan Supervisi dan Penjaminan Mutu Pendidikan dari : Dr.Hotner
Tampubolon,MM
https://www.uinjkt.ac.id/id/peran-kepala-sekolah-dalam-peningkatan-mutu-pendidikan/

https://pgsd.binus.ac.id/2016/12/26/kepala-sekolah-sebagai-supervisor-pengajaran/

Anda mungkin juga menyukai