Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ AQIDAH DAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM”

Kelompok 1:

1. Cyntia Widi Udya (A1C119011)


2. Sri Ajeng Sukmala. R (A1C119029)
3. Ahmad Rivaldi (A1C119047)
4. Suci Rohana Putri. T (A1C119050)
5. Febby Rahmadayani (A1C119052)
6. Gustina Romarti Fajrin (A1C119053)
7. Yiyin Novela (A1C119062)
8. Erina Shafura (A1C119068)
9. Rara Akda Septian (A1C119095)

Kelas : Reguler B

Dosen Pengampu :
Dr. K. A. Rahman,.M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Azza Wa jalla yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Agama dan
Kehidupan Manusia” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan adanya kerjasama antar anggota kelompok, berbagai tantangan itu bisa
teratasi.
menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari
itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca sekalian. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jambi, 27 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

A. AQIDAH ISLAMIYAH.......................................................................... 1
B. KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM......................................... 4
C. KETAUHIDAN KEPADA ALLAH........................................................
D. IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN...................

DAFTAR PUSTAKA
A. AQIDAH ISLAMIYAH

Aqidah memiliki peranan penting dalam membina dan membangun pemikiran,


etika dan tata cara hidup sosial manusia serta dalam mengarahkan kemampuan –
kemampuannya ke arah membangun dan perubahan. Ketika manusia menggunakan
akalnya, ia akan memahami bahwa aqidah Islam meliputi undang – undang yang
sempurna bagi setiap sisi dan dimensi kehidupannya, menunjukkan jalan bagi manusia
demi berkreasi dalam kehidupan tersebut, sejalan dengan fitrah setiap insan dan dapat
menjamin terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan rohani dan materi setiap individu secara
seimbang dan cermat. Selain itu, aqidah juga dapt menjamin terjaganya kehormatan dan
kepribadian manusia.
Dalam sisi pemikiran, aqidah Islam telah berhasil mengerluarkan manusia dari
alam takhayul dan kebodohan dengan menganjurkan manusia untuk mengerahkan
segala kemampuan yang dimiliki, demi merenungkan tanda – tanda keagungan-Nya
sehingga manusia mampu mencapai kehidupan yang terhiasi dengan cahaya ilmu.
Dalam sisi kehidupan sosial, aqidah Islam telah berhasil merubah corak
kehidupan masyarakat yang sebelumnya dilandasu oleh fanatisme suku, warna kulit dan
harta benda dengan corak baru yang dilandasi oleh tolak ukur spritual (ma’nawiyah),
yang teraktualkan dalam konsep takwa, fadhilah dan persaudaraan insani. Dengan
demikian, terbentuklah sebuah umat muslim ideal yang hidup di tengah – tengah
masyarakat manusia, yang sebelumnya mereka berpecah belah dan menjalani kehidupan
atas dasar material semata.
Dalam sisi etika dan akhlak aqidah Islam telah berhasil menumbuhkan kesadaran
diri yang mempercayai bahwa Sang Pencipta Yang Maha Agung yakni Allah.SWT.
selalu memperhatikan segala tingkah laku manusia, dan setiap sepak terjangnya pasti
memiliki nilai pahala dan dosa. Hal ini akan menyebabkan keseimbangan naluri
(gharizah) dan tumbuhnya akhlak yang mulia (dalam dirinya).

1. Definisi dan Perkembangan Akidah


Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia
adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Menurut
terminologi syara’ (agama) yaitu keimanan kepada Allah.swt., malaikat – malaikat,
kitab – kitab, para Rasul, hari akhirat, dan keimanan kepada Allah.swt., baik maupun
buruknya, yang disebut dengan Rukun iman.
Aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokok – pokok
agama), As-sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad.saw.), Al-Fiqhul Akbar
(fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jama’ah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan
berjamaah) atau terkadang Ahlus hadist atau salaf yaitu mereka yang berpegang atas
jalan Rasulullah dari generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang
mendapat pujian dari Nabi Muhammad.saw. Dalam syariat Islam, terdiri dua pangkal
utama aqidah, yaitu :
a. Pokok atau asas yaitu aqidah pada rukun iman letaknya di hati dan tidak ada
kaitannya dengan cara – cara perbuatan (ibadah).
b. Cabang yaitu perbuatan atau cara – cara amal atau ibadah seperti shalat, puasa,
zakat, dan seluruh bentuk ibadah dimana nilai perbuatan baik buruknya atau
diterima atau tidaknya bergantung kepada pokok (asas).

2. Bahaya Penyimpangan Aqidah


Penyimpangan aqidah akan menyebabkan manusia berjalan tanpa arah yang jelas
dan penuh dengan keraguan, dan menjadi pribadi yang sakit secara personaliti.
Akibat ini akan terus berlanjut dunia dan akhirat. Penyimpangan aqidah disebabkan
oleh sejumlah faktor, yaitu :
a. Tidak menguasai pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian
dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan
menentang aqidah yang benar.
b. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Seperti firman Allah.SWT.,
dalam surat Al – Baqarah/2:170

Artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti
apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
c. Taqlid buta kapada perkataan tokoh – tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi
yang tepat sesuai dengan argumen Al – Qur’an dan Sunnah. Sehingga apabila
tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
d. Berlebihan dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang shaleh yang
sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan
atau dapat berbuat seperti Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai
penengah antara dia dengan Allah.SWT. Kuburan – kuburan mereka dijadikan
tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya
ditujukan kepada-Nya.
e. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau
terhadap peradaban Barat yang materialistik. Tak jarang mengagungkan para
pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus
menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
f. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasarkan agama Islam,
sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Apabila anak terlepas dari
bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara atau program
televisi yang menyimpang, lingkungannya dan lain sebagainya.
g. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan
keagamaan seseorang. Media massa baik cetak maupun elektronik yang banyak
tidak mendidik ke arah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar – besaran.
Untuk menyelamatkan aqidah umat Islam, hal terbaik yang dapat dilakukan
adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan aqidah Islamiyah yang
shahih agar hidup dapat berjalan sesuai kehendak Allah.SWT. demi kebahagiaan
dunia dan akhirat. Allah. SWT. Berfirman dalam surah An-Nisa’/4:69 :

Artinya : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-
orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.

3. Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah


Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah.SWT. yang mutlak, maka
kesempurnaannya mutlak dan tidak perlu diragukan lagi. Oleh karena itu, seorang
mu’min harus yakin kebenaran aqidah islamiyah sebagai poros dari segala pola
tingkah laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiaannya dunia akhirat
dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara
bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akhirat. Faedah
yang akan diperoleh orang yang menguasai dan benar aqidah islamiyah, yaitu :
a. Membebaskan dirinya dari ubudiyah atau penghambaan kepada selain Allah,
baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
b. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu ingat kepada Allah baik dalam
keadaan suka maupun duka.
c. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada
kurang rezeki terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk
takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepada Allah (outer focus of control).
d. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa, sekokoh gunung. Dia hanya
berharap kepada Allah dan ridha terhadap segala ketentuan-Nya.
e. Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan atau ukhuwah dan persamaan.
Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pintar dan bodoh, antara penjabat
dan rakyat jelata, antara kulit putih dan kulit hitam dan antara Arab dan bukan,
kecuali takwanya di sisi Allah.SWT.

B. KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


Setiap agama mengakui dan memiliki konsep ketuhanan sebagai dasar utama
ajaran agama tersebut.keimanan dan keyakinan kepada tuhan menjadi awal sekaligus
akhir dari nilai keberagamaan seseorang.mengkaji eksistensi tuhan yang gaib dengan
berbagai argumen wujud tuhan ,terutama apa yang dapat dilihat dari alam dan petunjuk
al-qur’an.

1. Konsep Tuhan
Perktaan ilah,yang diterjemahkan “Tuhan”,dalam al-qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan oleh
manusia,misalnya dalam QS. AL-Jatsiiyah/45:23, yaitu :

Artinya : “maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya,dan allah membiarkan nya sesaat berdasarkan ilmu-nya dan allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
pengkihatannya?maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
allah(membiarkannya sesaat). Maka mengaapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Perkataan Ilah bisa mengandung arti sebagai benda,baik maupun benda nyata.
Bertuhan nol atau tidak mempercayai serta menolak eksistensi tuhan adalah tidak
mungkin. Untuk dapat mengerti definisi Tuhan atau Ilah yang tepat,berdasarkan
logika al-qur’an bahwa tuhan ialah sesuatu yang penting oleh manusia ,sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

2. Sejarah Pemikiran Umat Islam Tentang Tuhan


Pemikiran terhadap tuhan yang melahirkan ilmu tauhid ,ilmu kalam,atau ilmu
ushuluddin di kalangan umat islam,timbul sejak wafatnya nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar,ada aliran yang bersifat liberal,ekstrim dan ada pula yang moderat
yakni bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalahkarena
adanya perbedaan metodologi dalam memahami al-qur’an dan hadist dengan
pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan
tradisional. Aliran-Aliran tersebut ada 3,yaitu :
a. Mu’tazilah yaitu golongan yang merupakan kaum rasa rasionalis dikalangan

muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahamai semua


ajaran dan keimanana dalam islam. Hasil dari paham mu’taziah yang bercorak
rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam islam.
b. Qodariah yaitu golongan yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan
dalam berkehendak dan berbuat.
c. Jabariah yaitu golongan yang berteori bahwa manusia tidak mempunyai

kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat.semua tingkah laku manusia


ditentukan dan dipaksa oleh tuhan.
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yaitu golongan yang pendapatnya berbeda di antara

Qadariah/Mu’tazilah dan jabariah. Pada prinsipnya aliran-airan tersebut di atas


tidak bertentangan dengan ajaran dasar islam

3. Hakikat dan Pembuktian Wujud Tuhan


Dalam konteks ini Al-qur’an menggunakan seluruh wujud sebagai bukti,
khususnya keberadaan alam raya ini dengan segala isinya. Berkali-kali manusia
diperintahkan untuk melakukan nazhar (pemahaman melalui penglihatan),fikr
(pemahaman melalui akal),serta berjalan di permukaan bumi guna melihat betapa alam
raya ini tidak mungkin terwujud tanpa ada yang mewujudkannya. Menurut Ibn Rushd
metode yang benar dan sesuai adalah yang dimuat dalam al-qur’an. Jika kita
memeriksanya dengan teliti, akan ditemukan bahwa argumen al-qur’an terdiri dari dua
komponen, yaitu:
a. Perelengkapan yang dibuat pada sesuatu demi kenyamanan dan kebahagiaan
manusia
b. Penciptaan yang menakjubkan untuk segala sesuatu seperti penciptaan organik dan
pengenalan intelektual ,merupakan bukti dari penciptaan yang menakjubkan.

Metode di atas di dasarkan pada dua prinsip :


 Segala yang ada di dunia adalah cocok untuk keberadaan manusia. Yakni segala
yang ada melayani (kebutuhan) manusia,misalnya pengaturan siang dan malam.
 Keserasian haruslah ditimbulkan oleh sebuah agen yang sengaja melakukan nya
dengan tujuan tertentu,hal mana tidak bisa hanya sebagai hasil dari suatu kebetulan
belaka.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan eksistensi Allah.SWT. salah satunya
adalah :

Artinya : “Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka


pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat
(sebab-sebab kematian itu). Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa
salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu
menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan
Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang-orang kafir”.
Memahami,merenungkan dan meresapi arguman dan bukti-bukti eksistensi
Tuhan merupakan sesuatu yang penting bagi umat islam. Lihatlah angin yang bertiup
dan menggerakkan layar kapal-kapal di tengah lautan. Perhatikan pula bumi yang stabil
dengan gunung –gunung di atasnya,jika bumi ini tidak stabil ,maka manusia dan hewan
akan terguncang di atas nya. Itu semua merupakan tatapan yang sangat inspiratif,
mengugugah nalar dan meneguhkan iman.

C. KETAUHIDAN KEPADA ALLAH


Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan Allah SWT.
Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalmia syahadah
yang telah diikrarkan oleh seorang muslim. Seorang muslim harus menyakini bahwa
tauhid adalah dasar islam yang paling agung dan merupakan salah satu syarat
diterimanya amal perbuatan.

1. Pembagian Tauhid
Tauhid dibagikan 3 macam yakni:
a) Mengesakan Allah dalam Rububiyah-Nya
Maksudnya ialah meyakini keesaan Allah. SWT., dalam perbuatan-
perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. SWT. seperti mencipta dan
mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, member rezeki, memberikan
manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi Allah
SWT. Tetapi ada sebagian orang-orang mengingkarinya, seperti kaum etheis
yang menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Sebagaimana firman Allah berikut ini:

Artinya : “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang
menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang merekakatakan).“ (QS. Ath-
Thur/52: 35-36).

b) Mengesakan Allah dalam Uluhiyah-Nya


Maksudnya adalah mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang
dilakukan, seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap,
cinta, takut, dan berbagai macam ibadah lainnya. Tauhid inilah yang merupakan
inti dakwah para Rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum
musyrikin Quraisy.

c) Mengesakan Allah dalam nama dan sifat-Nya


Maksudnya beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah.SWT. yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, serta meyakini bahwa
hanya Allah saja yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits (Asmaul Husna). Sebagaimana
firman-Nya :

Artinya :“Dialah Allah SWT Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang


Membentuk Rupa, hanyabagi Dialah Asmaaul Husna.” (Al-Hasyr/59: 24)

2. Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia


Allah.SWT. yang berfirman :

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku”. (Qs. Ad – Dzariyat : 56)
Maksud dari ayat tersebut adalah menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan
manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah.SWT. saja.Tidaklah
mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu untuk bermain dan bersenang-senang
belaka.

3. Tauhid Adalah Alasan Diutusnya Para Rasul


Allah SWT berfirman :

Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat ( untuk
menyerukan): “ Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, Maka diantara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)”. (An-Nahl/16 :36).
Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari nabi Adam AS sampai
nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kaumnya beribadah
hanya kepada allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
D. IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak
terpuji. Allah SWT sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak
terpuji dalam islam disebut dengan akhlah Mahmudah atau Akhlakul Karimah. Contoh :
jujur, bertanggung jawab, istiqomah, baik hati, tawakal, dan lain-lain.
Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh
atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW, ia adalah sebaik-baiknya manusia yang
berakhlak sempurna, ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak Rasul, maka ia menjawab
bahwa akhlak rasul adalah Al-Qur’an, artinya Rasul merupakan manusia yang
menggambarkan akhlak seperti yang tertera pada Al-Qur’an QS.Yunus/10 :36

Artinya : “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja.


Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.
Sesungguhnya allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”.
Percaya dalam Al-Qur’an selalu dalam konteks sesuatu yang ghaib, atau yang
belum terealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman dalam tingkatan paling rendah
adalah mempercayai perjuangan pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal
bagi umat manusia dalam Al-Qur’an disebut “surga”, serta meninggalkan kondisi buruk
yang disebut “neraka”.
Adapun secara terminologi, maka iman adalah : (1) pengucapan dengan lisan, (2)
keyakinan dengan hati, (3) pengalaman dengan anggota tubuh, (4) bertambah dengan
melaksanakan ketaatan dan (5) berkurang dengan melaksanakan kemaksiatan. Inilah
definisi iman disisi para ulama. Inilah kelima syarat atau rukun keimanan.

1. Pengucapan Lisan
Seseorang dikatakan tidak beriman terhadap sesuatu sampai dia mengucapkan
dengan lisannya apa yang dia imani tersebut, karenanya barangsiapa yang
mengimani Allah SWT dengan hatinya akan tetapi tidak mengucapkannya maka dia
tidaklah dihukumi beriman kepada-Nya, selama dia sanggup untuk mengucapkan
dengan lisannya. Allah ta’ala berfirman :

Artinya : “ Maka betul-betul Rabbmu, mereka tidak beriman sampai menjadi engkau
(wahai muhammad) sebagai pemutus perkara pada semua perselisihan yang terjadi
diantar mereka, kemudian mereka tidak mendapati didalam diri-diri mereka adanya
perasaan berat untuk menerima keputusanmu dan mereka berserah dengan sepenuh
penyerahan diri.”(QS.An-Nisa/4 :65)
Maka dalam ayat ini Allah SWT meniadakan keimanan dari seseorang sampai
mereka menerima dengan sepenuh hati keputusan rasulullah SAW lalu melaksanakan
keputusan tersebut dengan lisan atau perbuatan mereka. Ketika Abu Thalib (paman
Rasulullah SAW) wafat dalam keadaan kafir. Karena walaupun ia menyakini kebenaran
islam, akan tetapi dia sombong. Dan juga seperti Al-Kharimah (pengikut nabi
muhammad bin Karram) menyakini bahwa iman itu hanya pengucapan dengan lisan
semata tanpa perlu menyakini dan mengamalkannya. Keyakinan ini terbantahkan oleh
semua dalil yang mempersyaratkan harus adanya keyakinan dalam hati dan pengalaman
anggota tubuh dalam keimanan. Keyakinan ini juga melazimkan bahwa orang munafik
itu seorang mukmim, karena dia telah megucapkan dan mengamalkan islam, walaupun
tanpa meyakini kebenarannya, dan tentu saja kelaziman ini batil(sesat), jika suatu
kelaziman dari sesuatu adalah kebathilan maka berari sesuatu itu juga merupakan
kebathilan.

2. Keyakinan Dengan Hati


Tidak ada iman tanpa keyakinan hati. Berdasarkan kesepakatan para ulama akan
kafirnya kaum munafik yang mengaku beriman dengan lisan dan amalan mereka
akan tetapi mereka tidak meyakinkan dengan hati. Semua amalan besar lagi hebat
tidak berarti di hadapan Allah SWT, bahkan Allah SWT menetapkan hukum-Nya
kepada mereka, “sesungguhnya orang-orang munafikberada di lapisan terbawah
dari neraka” Hal itu karena Allah SWT telah membongkar kebusukan hati mereka
dengan firman-Nya, “Di antara manusia yang mengatakan, “Kami beriman kepada
Allah dan hari akhir”, padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman. Abu
Manshur Al-Maturidi (perintis aliran teologi Al-Maturidiah) berpendapat bahwa
iman itu hanya dengan pembenaran hati semata. Yang lebih parah lagi keyakinan
Jahmiah (dimunculkan oleh Jahm bin Shafwan ) dan juga pendapat Abu Al-Husain
Ash-Shalihi (salah seorang pembesar sekte Al-Qadariah). Pendapat mazhab mereka
dalam hal ini adalah bahwa keimanan itu cukup dengan hati mengenal siapa
Rabbnya. Kalau kelazimannya seperti ini, maka jelas sudah kekeliruan mazhab ini.

3. Pengamalan Dengan Anggota Tubuh


Amal ibadah adalah bagian dari definisi iman, bukan sekedar penyempurna dan
bukan pula sekedar suatu kewajiban dari iman, bahkan dia adalah keimanan itu
sendiri. Tidak ada amalan tanpa iman dan tidak ada juga iman tanpa amal ibadah.
Sebagian kelompok sekte Murji’ah berpendapat bahwa iman itu hanya pembenaran
denga hati dan pengakuan dengan lisan. Adapun amalan, maka mereka
menganggapnya hanya sebagai kewajiban iman, yang kalau ditinggalkan maka
pelakunya berdosa dan akan mendapatkan siksaan, hanya saja hal tersebut tidak
berpengaruh pada keimannya.

4. Bertambah Dengan Amalan Ketaatan


Allah SWT berfirman :

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang


apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal, (2) [yaitu] orang- orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (3)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki
[ni’mat] yang mulia.” (4). (QS Al-Anfal [8]: 2-4).
Dalil ini menunjukkan dengan tegas akan bertambahnya keimanan dengan
ketaatan , dan hal ini mecakup umum pada semua makhluk Allah SWT yang
berbuat ketaatan.
5. Berkurang Dengan Mengerjakan Maksia

Ini adalah kezaliman dari bertambahnya keimanan, yakni kala iman bisa
bertambah maka juga berarti juga bisa berkurang, sebagaimana iman bisa masuk
maka juga busa keluar dari seseorang. Diantara dalil khusus yang menunjukkan
keimanan bisa berkurang adalah sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : “
Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaknya dia
merubahnya dengan tangganya. Kalau dia tidak sanggup maka dengan lisannya .
Kalau dia tidak sanggup dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya keimanan
(HR. Muslim dari Abu Said Al-Khudri).

Oleh karena itu, tugas umat muslim yang paling utama adalah bagaimana
menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT di dalam hati dan jiwa
masing-masing, dengan senantiasa berbuat baik dan ketaatan Allah SWT dan
menjauhkan diri dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Buku “Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter” oleh Tim Dosen PAI Universitas Jambi
https://tafsirweb.com/654-surat-al-baqarah-ayat-170.html
https://sayahafiz.com/index/9/2/170/AL%20BAQARAH.html
http://www.quran30.net/2014/04/surat-al-anfaal-ayat-1-75.html
https://alquranmulia.wordpress.com/2015/08/23/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-anfaal-ayat-2-4/
http://cintailmuku.blogspot.com/2010/04/surat-adz-dzariyat-ayat-56-tugas-hidup.html
http://sayahafiz.com/index/9/4/65/AN%20NISA.html
http://theonlyquran.com/quran/Yunus/Indonesian_Bahasa_Indonesia/?ayat=36&pagesize=0
https://sayahafiz.com/index/9/16/36/AN%20NAHL.html

Anda mungkin juga menyukai