Harapan :
Setiap instalasi pelayanan kesehatan memerlukan banyak tenaga keperawatan dan tenaga
kesehatan profesional lain untuk menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan yang kompeten,
sehingga selama sepuluh tahun terakhir ini tenaga kerja kesehatan secara internasional telah
Fakta :
perekrutan aktif perawat terutama dari negara-negara berkembang salah satunya Indonesia
(Efendi et al, 2015). Indonesia memiliki banyak sumber daya tenaga kerja keperawatan untuk
pendistribusiannya yang tidak merata di dalam negeri. Sehingga Indonesia mengalami krisis
Di sisi lain Indonesia telah menjalin hubungan kerjasama dengan Jepang dalam Indonesia
Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Dalam perjanjian kerjasama ini, IJEPA
Skala
Di Indonesia jumlah lulusan Diploma dan Sarjana Keperawatan di tahun 2008 adalah 25.517
(BNP2TKI), permintaan tenaga perawat untuk bekerja di luar negeri selama tahun 2010-2014
sebanyak 15.431 orang. Dari jumlah tersebut baru terpenuhi sebesar 36,5%.
Data terbaru dari Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa ada 55 Progam Studi Diploma
keperawatan sekitar 12.000 perawat per tahun. Jumlah ini akan menjadi potensi besar bagi
Indonesia untuk mengirim perawat dalam negeri agar bisa bersaing di dunia internasional
Di Kabupaten Jombang sekitar 845 dari 1.115 orang bekerja sebagai tenaga keperawatan
(Dinkes Kabupaten Jombang, 2014). Krisis distribusi tenaga keperawatan Indonesia diketahui
dari Dinas Kesehatan pada 2014 yang melaporkan bahwa 10.370 perawat berada di rumah
sakit umum, dan 4.213 berada di pusat kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia. Dari
jumlah produksi perawat tahun 2014, diperkirakan sebesar 60% diantaranya didayagunakan
di dalam negeri, 5% di luar negeri dan sisanya bekerja di luar kompetensi (Efendi et al,
2013).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 mahasiswa S-1 Keperawatan tingkat 4
semester VIII Stikes Pemkab Jombang yang mengikuti mata kuliah bahasa Jepang diketahui
bahwa 60% berminat bekerja ke Jepang dengan kemampuan berbahasa asing (bahasa Jepang)
yang pasif.
Pada periode tahun 2008–2011 jumlah perawat Indonesia yang kembali dari Jepang
berjumlah 152 dari total 363 perawat. Perawat yang kembali ke Indonesia memiliki berbagai
macam alasan. Sekitar 11 dari 20 perawat memutuskan untuk kembali ke Indonesia karena
telah menyelesaikan kontrak, 7 perawat kembali karena alasan keluarga dan sisanya karena
meneruskan gelar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Laporan dari Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa saat ini hanya ada sebagian kecil calon tenaga keperawatan
yang tertarik untuk kembali pada IJEPA karena khawatir atas proses perekrutan yang panjang
dan risiko gagal ujian keperawatan dalam bahasa Jepang (Efendi et al, 2013).
Kronologis
optimalisasi pemanfaatan perawat yang menjunjung azas saling menguntungkan, baik antara
Indonesia dan negara lain yang menjadi mitra, maupun antara perawat Indonesia dengan
pihak yang mendayagunakannya. Salah satu bentuk pendayagunaan perawat ke luar negeri
merupakan bagian kerja sama Indonesia dan Jepang dalam kegiatan penempatan perawat dan
tenaga kesehatan yang sudah dilaksanakan sejak 2008 sampai sekarang (Depkes, 2015).
Dilihat dari jumlah sumber daya yang ada, Indonesia seharusnya sudah mampu
mengirim tenaga keperawatan ke luar negeri. Namun kenyataannya masih banyak perawat
Indonesia yang tidak berminat bekerja di luar negeri dikarenakan berbagai alasan. Salah satu
alasan penting yaitu kemampuan dalam berbahasa asing. Dengan demikian, masih diperlukan
kerja keras untuk meningkatkan pendayagunaan tenaga perawat ke luar negeri dengan tetap
Bekerja di luar negeri bisa jadi keinginan dari pribadi atau motif budaya sebagai
ungkapan kebebasan memilih dan Hak Asasi Manusia (HAM) atau mungkin sebagai hasil
dari kebutuhan keuangan, kebutuhan pekerjaan, dan tantangan untuk menghadapi persaingan
Untuk pergi bekerja di luar negeri tentunya harus mampu berbahasa asing dengan baik
khususnya bahasa yang sesuai dengan negara yang akan dituju sebagai tempat kerja. Dalam
hal ini kemampuan berbahasa Jepang harus benar-benar dikuasai untuk mempermudah
komunikasi sekaligus menambah kualitas dari tenaga kerja asing itu sendiri. Oleh sebab itu
IJEPA telah memberikan pelatihan bahasa Jepang selama 6 bulan dan juga hidup dalam
Kabupaten Jombang merupakan daerah bagian Jawa Timur yang memiliki banyak
SDM kesehatan. Adapun perguruan tinggi kesehatan di Kabupaten Jombang antara lain :
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang, Stikes Pemkab
Jombang, Stikes Insan Cendekia Medika, Stikes Husada Jombang, Stikes Bahrul ‘Ulum
Jombang (Jombangkab, 2015). Dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Kabupaten
Jombang khususnya di bidang keperawatan maka dapat membuka peluang yang besar bagi
Solusi
Stikes Pemkab Jombang adalah salah satu perguruan tinggi di bidang kesehatan di Jombang
yang memiliki beberapa program studi, yaitu D-III Kebidanan, D-III Keperawatan, S-I
Keperawatan, dan Profesi Ners yang hampir semuanya terakreditasi B oleh BAN-PT. Dari
beberapa program studi yang berpeluang besar untuk bekerja di luar negeri adalah S-1
Keperawatan dan Profesi Ners. Di Stikes Pemkab Jombang mata kuliah bahasa asing
diberikan pada mahasiswa keperawatan tingkat 4 khususnya semester VIII. Mata kuliah
bahasa asing terdiri dari bahasa Arab dan bahasa Jepang. Dari kedua pilihan mata kuliah
bahasa tersebut maka peneliti meneliti mahasiswa yang mengambil mata kuliah bahasa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbahasa Jepang dan seberapa
besar minat mahasiswa S-1 keperawatan di Stikes Pemkab Jombang untuk bekerja ke Jepang.
Dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
Kemampuan Berbahasa Asing dengan Minat Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Pemkab
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang muncul adalah apakah
ada hubungan antara kemampuan berbahasa asing dengan minat mahasiswa S-1 Keperawatan
STIKES Pemkab Jombang untuk bekerja ke Jepang ? Selain itu sejauh ini belum ada
penelitian yang menganalisa meskipun program kerjasama IJEPA sudah berlangsung selama
7 tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat kesenjangan jumlah tenaga keperawatan dan
lulusan mahasiswa keperawatan di Indonesia serta peluang yang cukup besar untuk bekerja di
Jepang. Di sisi lain pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang telah menjalin
kerjasama untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan dalam perjanjian yang disebut IJEPA
tetapi minat perawat Indonesia kurang untuk bekerja di Jepang dikarenakan berbagai faktor
Peniliti meneliti hanya terbatas pada kemampuan berbahasa asing yaitu bahasa Jepang
dan minat mahasiswa S-1 keperawatan tingkat 4 semester VIII di Stikes Pemkab Jombang.
akan meneliti lebih lanjut tentang minat bekerja ke luar negeri dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
antara Indonesia dengan Jepang dalam program IJEPA, dan untuk menindak
Dalam melakukan analisa data, ada 4 hal yang harus dilakukan terhadap data penelitian
yang sudah terkumpul, sebagai berikut : tahap editing, coding, scoring, dan tabulating.
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada
lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat
di proses lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam mengedit data, yaitu :
2) Data sudah cukup jelas tulisannya, untuk dapat di baca atau tidak
Setelah Mengecek semua kelengkapan data mulai dari awal apakah ada
kekurangan apa tidak. Hal ini dilakukan agar pencarian data meminimalkan kekurangan
2. Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
a. Jenis Kelamin
Laki-laki 1
Perempuan 2
Nilai A 1
Nilai B 2
Nilai C 3
Nilai D 4
Nilai E 5
c. Minat Bekerja ke Jepang
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
3. Scoring
Scoring adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal
dan ordinal (Nazir, 2005). Skor untuk menentukan kemampuan berbahasa asing. Diberi skor
0 bila predikat nilai E, skor 1 bila predikat nilai D, skor 2 bila predikat nilai C, skor 3 bila
predikat nilai B, dan skor 4 bila predikat nilai A. Skor untuk menentukan minat kerja ke
Jepang, bila tinggi diberi skor 3, bila sedang diberi skor 2, dan bila rendah diberi skor 1.
4. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-
sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah diproses sehingga harus segera
disusun dalam suatu pola format yang telah dirancang (Nursalam, 2008).