Anda di halaman 1dari 2

Judul Film : Kamis ke-300

Ide Cerita : Happy Salma


Penulis Naskah : Putu Wijaya
Sutradara : Happy Salma
Produksi : Titi Mangsa Foundation 2013
Pemain : Amoroso Katamsi,Aji Santosa,Sita Nursanti,Nugie Durasi : 13
menit

Film ini mengisahkan tentang :


seorang ibu dan keluarganya yang menuntut dikembalikannya keluarga mereka yang hilang begitu saja
kepada pemerintah. Setiap kamis, di depan istana negara sekelompok orang berdiri dengan baju hitam-
hitam dan paying hitam yang bertuliskan kasus-kasus pelanggaran HAM yang hingga deti`k ini belum
tuntus di negeri ini.
Melalui sepenggal kisah tersebutlah, perpaudaan antara kisah fiksi dan film dokumenter
melahirkan film pendek ini. sebuah keluarga yang kehilangan salah satu anggota keluarganya. Hilang
dalam sebuah sebuah peristiwa dan tetap selalu dinanti kedatangannya. Sang kakek yang diperankan
oleh Amoroso Katamsi merupakan sosok utama dalam film ini yang ditangah ketidakmampuan fisiknya,
tetap bersemangat dan pantang menyerah menanti serta menuntut kedatangan anaknya kembali. Melalui
cucunya, Markus yang diperankan oleh Aji Santoso, kakek menaruh harapan-harapannya. Setting utama
film ini adalah di rumah kakek, dengan semua elemen visual yang mencerminkan kehidupan sehari-hai
kakek dan keluarganya.
Kisah ini dikemas apik dengan pemilihan sinematografi warna hitam-putih yang membuat film
ini menyatu dengan beberapa cuplikan film documenter yang memang sengaja disisipkan dibeberapa
adegan dengan menggunakan teknik editing kuleshov (menggabungkan satu dengan gambar lain dengan
tujuan menghasilkan pemahaman serta dampak emosi tertentu). Seperti saat kakek yang terlihat resah
digabungkan dengan shot film dokumenter ketika anaknya disergap oleh tentara militer. Tentunya
teknik ini dapat membuat emosi penonton ikut terpancing dalam menyaksikan film yang disutradarai
kedua kalinya oleh Happy Salama setelah film pertamanya Rectoverso.
Masih banyak adegan perngharapan, perjuangan, dan semangat yang tak henti jua ditampilkan
dalam film ini. Semakin terasa komplit dengan bumbu-bumbu penayangan kasus sadis pelanggaran
HAM di negeri yang terkenal dengan budaya ramah tamahnya ini. Menarik memang namun, dibalik itu
semua durasi film yang terlalu cepat berakhir dengan adegan akhir yang menggantung menjadikan
penonton bertanya-tanya bagaimana kisah selanjutnya. Tapi, hal tersebut tertutupi dengan keinginan
film ini yang sangat terlihat ingin memanggil jutaan hati penontonnya agar terus tergerak
memperjuangkan bersama keadilan sosial yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia. Aparicion
con Vida ! (cah)

Anda mungkin juga menyukai