Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME GEOKIMIA

STUDI KARAKTERISTIK GEOKIMIA DAN SIFAT COKING BATUBARA


FORMASI BATU AYAU CEKUNGAN KUTAI ATAS

Disusun Oleh:

Nama : Yulia Lestari

NIM : 16307141004

Kelas : Kimia E 2016

PROGRAM STUDI KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
STUDI KARAKTERISTIK GEOKIMIA DAN SIFAT COKING BATUBARA
FORMASI BATU AYAU CEKUNGAN KUTAI ATAS

Batubara merupakan kumpulan dua macam material, yaitu material organik atau
komponen maseral dan komponen anorganik dan mineral yang sering disebut dengan mineral
matter (Ward, 2002). Komponen organik merupakan parameter penting dalam menentukan
peringkat dan tipe batubara yang terbentuk dan memberikan pengaruh pada pemanfaatannya.
Mineral matter merupakan sumber sisi negatif pemanfaatan batubara, antara lain sebagai
penyumbang polutan, korosi, abrasi dan problem lainnya yang muncul dalam proses
pemanfaatan batubara.

Batubara yang dianalisi berasal dari tambang aktif PT. Asmin Koalindo Tuhup di
Kecamatan Barito Tuhup Raya Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah yang
berada di Formasi Batu Ayau, Cekungan Kutai bagian atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan kualitas batubara pada Formasi Batu Ayau, Cekungan Kutai bagian atas
berdasarkan atas karakteristik geokimianya.

1. Geologi regional lokasi penelitian.

Daerah penelitian berada di Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah


dengan cekungan ekonomis adalah Cekungan Barito dan Cekungan Kutai bagian atas.
Cekungan Kutai dihasilkan oleh proses pemekaran (rift basin) yang terjadi pada Eosen Tengah
yang melibatkan pemekaran selat Makasar bagian Utara dan Laut Sulawesi (Moss dan
Chambers, 1999). Selama Kapur Tengah sampai Eosen Awal, pulau Kalimantan merupakan
tempat terjadinya kolisi dengan mikro-kontinen, busur kepulauan, penjebakan lempeng
oceanic dan intrusi granit, membentuk batuan dasar yang menjadi dasar dari Cekungan Kutai.
Sedimentasi di Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua yaitu, sedimen Paleogen yang secara
umum bersifat transgresif dan fase sedimentasi Neogen yang secara umum bersifat regresif.
Gambar 1. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian.

Cekungan Kutai bagian bawah terdapat di bagian timur dan lebih banyak dikenali pada
endapan Neogennya daripada endapan- endapan regangan selama Paleogen yang merupakan
deposenter di Cekungan Kutai bagian atas. Regangan-regangan yang terbentuk selama
Paleogen tersebut telah mengalami inversi dan tererosi selama Neogen. Satyana, dkk (1999)
mengungkapkan bahwa pada Cekungan Kutai struktur geologi dominan adalah perlipatan dan
pensesaran yang secara umum memiliki sumbu berarah Timur laut-Barat daya dan subparalel
terhadap garis pantai timur pulau Kalimantan dengan deformasi berlangsung kurang intensif
pada areal di lepas pantai (Gambar 2)

Gambar 2. Pola arah umum struktur geologi Pulau Kalimantan (Satyana, dkk., 1999).
2. Geologi Batubara Daerah Murung Raya.

Di Kalimantan Tengah formasi batuan pembawa batubara umumnya adalah Formasi


Warukin, Formasi Tanjung, Formasi Montalat dan Formasi Batu Ayau. Batubara dengan
peringkat bituminous, yang memiliki potensi sebagai batubara coking umumnya ditemukan
pada Formasi Tanjung bagian tengah dan bawah dan Formasi Batu Ayau bagian bawah (Nas,
dkk, 2010).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengklasifikasian kualitas batubara


di lokasi penelitian berdasarkan data hasil analisa geokimia berupa analisis proksimate, CSN
dan fluidity. Proksimate dan ultimate analisis untuk mengetahui kualitas batubara secara
kimiawi. Analisis proksimate digunakan untuk menentukan peringkat dari batubara,
memberikan gambaran nilai moisture content (kandungan air pada batubara), nilai kalori
(calorific value), abu (residu dari komponen anorganik), volatile matter (zat terbang) dan non-
volatil lainnya (air lembab/moisture, abu/ash dan karbon padat / fixed carbon). Analisa ultimate
menghasilkan jumlah kandungan belerang total / total sulfur). Analisis fluiditas dan Cruisble
Swelling Number (CSN) untuk menentukan nilai Free Swelling Index (FSI) dari batubara yaitu
analisis yang dilakukan untuk mengetahui sifat plastis dan caking dari batubara yang
merupakan persyaratan utama bagi batubara coking.

Data dari hasil analisa proksimate, CSN dan fluidity menunjukkan secara kimiawi
batubara tersebut memiliki nilai total moisture 5.07% (adb), abu 2.63% (adb), volatile matter
23.40% (adb), fix karbon 69.16% (adb), dan konten sulfur sebesar 0.59% (adb) (Gambar 4),
CSN dengan nilai 9 dan fluidity 1.066 ddpm. Dari nilai CSN yang mencapai 9 dan fluidity
1.066 (Gambar 5) ddpm dengan kandungan volatile matter 27.23% maka batubara dari lokasi
studi dapat digolongkan sebagai batubara bituminous medium volatile yang memiliki sifat
caking sehingga dapat digolongkan ke dalam batubara coking.
Gambar 3. Grafik Hasil Analisis Kimia

Gambar 4. Grafik Fluidity

DAFTAR PUSTAKA

N.S.P Tanggara, Deddy, dkk. 2018. Studi Karakteristik Geokimia dan Sifat Coking Batubara
Formasi Batu Ayau Cekungan Kutai Atas. Jurnal Teknik Pertambangan, Vol. 16 (01): 1-
9.

Anda mungkin juga menyukai