Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KUALITAS TES BUATAN GURU PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

DI SMP NEGERI 3 MANADO TAHUN AJARAN 2018/2019

Gratia N. Sumampouw, Jhon R. Wenas dan I Wayan Damai


Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Manado
sitidesiyani@gmail.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan ABSTRACT. This research aims to


untuk mengetahui kualitas tes buatan guru determined whether the student learning
mata pelajaran matematika kelas VII dan outcomes used the TGT model were more
VII di SMP Negeri 3 Manado. Penelitain than the student learning outcomes who
ini digolongkan dalam penelitian used the convensional model of
evaluatif. Sampel dalam penelitian ini compariative value lesson. This research
dikelompokan menjadi 2, yakni sampel was conducted at SMP Negeri 4 Pineleng
kelas VII yang berjumlah 30 siswa dan in even semester of the 2018/2019
sampel kelas VIII yang berjumlah 30. academic year. The subjects in this
Data dalam penelitian adalah lembar research were students of class VII-1 as
jawaban siswa pada ulangan semester experimental class and class VII-3 as
genap tahun ajaran 2018/2019. control class. Data collection in this
Berdasarkan analisis yang dilakukan, research used a test, and data analysis
diperoleh bahwa soal tes buatan guru used t-test on average of two different
mata pelajaran matematika kelas VII groups. The results of data analysis, the
dikategorikan kurang baik, dimana average score of the experimental class
were 63.11 with of 24.63 a standard
Kata Kunci: deviation and of 606.95 a variance. While
the average score of the control class
were 36.91 with of 20.41 a standard
deviation and of 416.68 a variance. The
hypothesis test, tcount=23.18 and
ttable=1.67 tcount<ttable, then reject H0,
that’s mean the average of the students
learning outcomes who used the TGT
model were more than the students
learning outcomes who used the
convensional model of comparative value
lesson

Keywords: Comparative Value


Convensional, TGT

1
PENDALUHUAN kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu
Matematika sering dianggap sebagai salah tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dengan
satu mata pelajaran yang paling sulit dan guru matematika yang dilakukan di SMP Negeri
membosankan menurut siswa. Menurut Herdian 4 Pineleng, bahwa hasil belajar dalam
(dalm Afriansyah, 2016) kesulitan yang dialami pembelajaran matematika masih kurang baik dan
siswa dalam pembelajaran matematika jauh di bawah rata-rata, bahkan dari kurang lebih
dikarenakan kurangnya pemahaman dan 30 siswa di kelas hanya 3 sampai 5 siswa yang
ketertarikan siswa pada pelajaran matematika. mencapai nilai KBM (Ketuntasan Belajar
Salah satu faktor penyebabnya adalah karena Minimum). Walaupun di sekolah telah
adanya suatu kondisi kelas yang pasif, dimana menggunakan kurikulum 2013, namun hasil
siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, belajar yang diperoleh siswa belum mencapai
serta sebagian siswa terlanjur menganggap KBM. Dalam proses pembelajaran matematika
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. di kelas siswa merasa jenuh dan juga masih
Sehingga kecenderungan kelas menjadi tegang, kesulitan dalam memahami dan mengejarkan
siswa menjadi enggan untuk belajar matematika. soal yang diberikan, salah satunya materi
Berdasarkan hal tersebut maka Mansyur perbandingan pada sub materi perbandingan
(dalam Afriansyah, 2016) menyatakan bahwa senilai.
guru perlu menerapkan suatu model Untuk mengatasi hal tersebut, maka
pembelajaran yang mampu meningkatkan diperlukan solusi pembelajaran yang tepat dan
kemampuan pemecahan masalah matematis tidak membosankan sehingga dapat
siswa. Karena pada kenyataannya model meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran yang cenderung digunakan selama pembelajaran matematika. Salah satu
ini adalah model pembelajaran konvensional. alternatifnya adalah pemilihan model
Dimana guru yang menerangkan materi dan pembelajaran yang tepat. Untuk menghindari
konsep-konsep matematika sementara siswa agar pembelajaran matematika tidak bersifat
hanya mencatat dan mengerjakan beberapa teacher centered namun berpusat pada siswa.
latihan soal, kemudian guru membahas dan Maka salah satu model pembelajaran yang bisa
begitu seterusnya. Pembelajaran seperti ini dijadikan alternatif dalam pembelajaran
cenderung monoton dan membuat siswa pasif. matematika adalah dengan menggunakan model
Maka dari itu siswa perlu diajarkan dengan pembelajaran teams games tournament (TGT).
cara yang menarik serta dapat dipahami siswa Menurut Wijaya (dalam Isrok’atun, 2018: 145)
dan juga perlu adanya inovasi dalam model salah satu keunggulan dari model pembelajaran
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat TGT adalah siswa mendapat keterampilan
dicapai. Menurut Herdian (dalam Afriansyah, bekerja sama.
2016) kesulitan yang dialami siswa dalam Cahyaningsi (dalam Isrok’atun, 2018: 143)
pembelajaran matematika dikarenakan mengemukakan bahwa model pembelajaran
kurangnya pemahaman dan ketertarikan siswa TGT merupakan salah satu model pembelajaran
pada pelajaran matematika. Model pembelajaran kooperatif yang menggunakan tim kerja dan
merupakan pola desain pembelajaran, yang turnamen, berupa permainan akademik yang
menggambarkan secara sistematis langkah demi dimainkan oleh siswa dengan anggota tim lain
langkah pembelajaran untuk membantu siswa untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
dalam mengonstruksi informasi, ide, dan 1
membangun pola pikir untuk mencapai tujuan METODE
pembelajaran (Isrok’atun, 2018). Kekeliruan Jenis
pemilihan model pembelajaran mempengaruhi Penelitian ini adalah penelitian eskperimen
tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. semu, yang bertujuan untuk mengetahui apakah
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar pembelajaran TGT lebih dari hasil belajar siswa
siswa. Hasil belajar siswa menggambarkan yang menggunakan model pembelajaran
tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti konvensioan pada materi perbandingan senilai.
2
Tempat dan Waktu Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Pengumpulan data dalam penelitian ini
Pineleng pada semester genap tahun ajaran menggunakan tes. Tes yang diberikan berbentuk
2018/2019. Waktu dilaksanakan penelitian esai yang berjumlah 4 soal, yang diberikan
adalah tanggal 28 Januari sampai 11 Februari setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan
2019. kelas kontrol.

Subjek Teknik Analisis Data


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Analisis data ayng digunakan dalam
kelas VII-1 sebagai eksperimen dan siswa kelas penelitian ini yakni uji-t (uji dua kelompok yang
VII-3 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen berbeda). Rumus uji-t yang digunakan antara
menggunakan model pembelajaran TGT, lain:
sedangkan kelas kontrol menggunakan model 𝑥1 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝑥2
𝑡=
pembelajaran konvensional. 1 1
𝑠√𝑛 + 𝑛
1 2
Variabel dengan
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil (𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2
belajar siswa. Hasil belajar adalah suatu hasil 𝑠2 =
yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan 𝑛1 + 𝑛2 − 2
belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam (Lolombulan, 2017)
penelitian ini adalah nilai posttest setelah
diberikan perlakuan dengan model pembelajaran HASIL 1DAN 1PEMBAHASAN
TGT. Deskripsi 1Data
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4
Rancangan Pineleng pada semester genap tahun ajaran
Rancangan penelitian yang digunakan dalam 2018/2019. Data dalam penelitian ini diambil
penelitian ini adalah posttest only control design. dari kelas VII-1 dan VII-3. Kelas VII-1
Lebih jelas tentang rancangan ini, dapat dilihat merupakan kelas eksperimen yang menggunakan
pada tabel berikut. model pembelajaran TGT, sedangkan kelas VII-
3 merupakan kelas kontrol yang menggunakan
Tabel 1. Rancangan Penelitian Posttest Only Control model pembelajaran konvensional. Data dalam
Design penelitian ini berupa skor rata-rata posttest siswa
Kelas Treatment Posttest pada pembelajaran perbandingan senilai.
Eksperimen 𝑃1 𝑌1 Hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
Kontrol 𝑃2 𝑌2 kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.
(Sukardi, 2003)
Tabel 1. Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Prosedur Nilai Statistik
Adapun prosedur penelitian yang akan No Statistik
Eksperimen Kontrol
dilakukan yaitu: 1 Skor minimum 15 5
1) Membuat perangkat pembelajaran (RPP dan 2 Skor maksimum 100 75
LKPD) dan instrumen penelitian. 3 Rata-rata 63.11 36,91
2) Memberikan pengajaran dengan menerapkan 4 Modus 70 15, 30
dan 45
model pembelajaran TGT dikelas pada 5 Standar deviasi 24.63 20,41
materi yang akan diajarkan. 6 Varians 606,95 416,68
3) Melakukan evaluasi dengan pemberian soal
esai. Berdasarkan analisis data pada Tabel 1,
4) Pengolahan data dan analisis data penelitian. menunjukan bahwa skor rata-rata posttest pada
5) Penyusunan laporan hasil penelitian. kelas eksperimen adalah 63.11 dengan
simpangan baku 24.63 dan varians 606.95.
3
Sedangkan skor rata-rata posttest pada kelas dijadikan wadah kegiatan belajar dengan
kontrol adalah 36.91 dengan simpangan baku menerapkan permainan akademik dalam bentuk
20.41 dan varians 416.68. turnamen, yang mana membuat pembelajaran ini
Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa menjadi menyenangkan.
hasil belajar siswa yang menggunakan model Sedangkan dalam pembelajaran
pembelajaran TGT lebih dari hasil belajar siswa konvensional, didapati bahwa: (1) siswa kurang
yang menggunakan model konvensional pada aktif selama pembelajaran, (2) siswa terlihat
materi perbandingan senilai. bosan selama pembelajaran, karena
pembelajaran hanya monoton dimana guru
Pengujian Hipotesis menjelasakan materi dan memberikan soal.
Uji normalitas Sukandi (2003) mengatakan bahwa
Dawson (Lolombulan, 2017) uji kenormalan pembelajaran konvensional ditandai dengan guru
data hanya dilakukan apabila ukuran sampel mengajar lebih banyak mengajarkan tentang
yakni 𝑛 < 30, bila 𝑛 ≥ 30 tidak diperlukan konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya
kenormalan data karena data diyakini sudah adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu
menyebar normal. Data dalam sampel penelitian untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses
ini 34 siswa, karena 𝑛 ≥ 30 maka data ini pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.
berdistribusi normal. Disini terlihat bahwa pembelajaran konvensional
lebih banyak didominasi gurunya sebagai
Uji homogenitas pentrasfer ilmu, sementara siswa lebih pasif
Hasil pengujian homogenitas, Fhitung=1.21 sebagai penerima ilmu.
dan Ftabel=1.78. Nilai Fhitung<Ftabel, maka terima Berdasarkan hasil dan pembehasan diatas,
H0, artinya ragam kedua kelas tersebut adalah dapat disimpulkan bahwa model TGT lebih baik
homogen. diterapkan pada pembelajaran perbandingan
senilai dibandingkan model konvensional.
Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis, thitung=23.18 dan Kesimpulan
ttabel=1.67. Nilai thitung<ttabel, maka terima H0, Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat
artinya rata-rata hasil belajar siswa yang disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran TGT lebih menggunakan model pembelajaran TGT lebih
dari rata-rata hasil belajar siswa yang dari hasil belajar siswa yang menggunakan
menggunakan model konvensional pada materi model pembelajaran konvensional pada materi
perbandingan senilai. perbandingan senilai.

Pembahasan DAFTAR PUSTAKA


Dalam pembelajaran dengan model TGT Isrokátun, & Rosmala, A. (2018). Model-Model
didapati bahwa: (1) siswa merasa senang selama Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi Aksara.
Lolombulan, J. (2017). Statistika bagi Peneliti Pendidikan.
pembelajaran, karena pembelajaran ini Yogyakarta: Andi.
menggunakan metode bermain, (2) siswa lebih Sukandi, U. (2003. Pembelajaran konvensional.
aktif dalam pembelajaran, (3) tercipta rasa saling http://sunartombs.wordpress.
menghargai antar siswa, (4) tumbuh keberanian com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-
dalam menjawab pertanyaan. Hal tersebut sesuai banyak-dikritik-namun paling-disukai/. Diakses
Selasa, 6 Agustus 2019.
dengan yang dikemukan oleh Isrok’atun (2018), Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan
bahwa model pembelajaran TGT menjadi salah Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
satu kegiatan pembelajaran yang menyenangkan Ulvah, S., & Afriansyah, AE. (2016). Kemampuan
dalam mengonstruksi materi ajar oleh siswa Pemecahan Masalah Matematis Siswa ditinjau
sendiri, siswa bekerja sama saling membantu melalui Model Pembelajaran SAVI dan
Konvensional. Jurnal Riset Pendidikan, 2(2), 143-
dalam memahami materi. Pembelajaran ini 144.

Anda mungkin juga menyukai