Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I ،‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََّل ِالَهَ ِإ اَّل هللا َوحْ َدهُ َّل ش َِريك لَه‬،‫َريم‬ ِ ‫ي الك‬ ّ ِ‫ َوأ َ ْف َه َمنَا بِش َِر

‫ َوأ َ ْف َه َمنَا بِش َِر ْيعَ ِة الناب‬،‫سالَ ِم‬ ُ ‫هلل الّذي َه َدانَا‬
ّ ‫سبُ َل ال‬ ِ ‫هلل اْل َح ْم ُد‬ ِ ‫اْل َح ْم ُد‬
‫صحابِ ِه‬ ْ ‫على الِه َوأ‬ َ َ ‫س ِيّدِنا ُم َح ّم ٍد َو‬ َ
َ ‫على‬ َ ‫بار ْك‬
ِ ‫س ِل ْم َو‬ّ َ ‫ص ِّل و‬ ّ ُ
َ ‫ الل ُه ام‬،‫ع ْب ُدهُ َو َرسوله‬ َ ‫سيِّ َدنَا َونَبِيانَا ُم َح امدًا‬ َ ْ َ
َ ‫ َوأش َه ُد أ ّن‬،‫ذُو اْل َجال ِل َواإلكرام‬
ْ
‫الى فِي‬ َ َ‫ قَا َل هللاُ تَع‬،‫عتِ ِه لَعَلا ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو ْن‬ َ ‫طا‬ ِ ‫ِي ِبت َ ْق َوى‬
َ ‫هللا َو‬ ْ ‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْفس‬
ُ ‫ ْأو‬،‫اإل ْخ َوان‬ ِ ‫ فَيَايُّ َها‬:ُ‫ أ َ اما بَ ْعد‬،‫سان إلَى يَ ْو ِم ال ّدِين‬ ِ ْ‫َوالتاا ِبعينَ ِبإح‬
َ
‫صلِحْ ل ُك ْم‬ ْ ُ‫ ي‬،‫سدِيدًا‬ ً ُ ُ ُ َ ‫ا‬ َ
َ ‫ يَا أيُّ َها الذِينَ آ َمنُوا اتاقوا هللا َوقولوا قَ ْوَّل‬:‫الرحِ ْي ْم‬ ‫ان ا‬ ِ ‫الرحْ َم‬ ِ ‫ بِس ِْم‬،}‫الر ِجيْم‬
‫هللا ا‬ ‫ان ا‬ َ ‫ا‬
ِ ‫هلل مِ نَ الش ْيط‬ ِ ‫ أَع ُْوذُ بِا‬:‫ان اْلك َِري ْم‬ ِ ‫اْلقُ ْر‬
‫هللا َح اق تُقَا ِت ِه َوَّلَ ت َ ُم ْوت ُ ان ِإَّلا‬َ ‫عظِ ي ًما وقال تعالى يَا اَيُّ َها الا ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتاقُ ْوا‬ َ ‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ًزا‬ ُ ‫أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغف ِْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُطِ ِع هللا َو َر‬
‫ص َدقَ هللاُ العَظِ ي ْم‬ َ
َ . َ‫ َوأ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬Jamaah Jumat rahimakumullah, Setiap tanggal 12 Rabiul Awal kita
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang sering disebut Maulid Nabi.
Peringatan Maulid Nabi memang tidak diperintahkan secara khusus, baik oleh Al-Qur’an
maupun Hadits. Peringatan ini baru diadakan untuk pertama kali ratusan tahun setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yakni pada abad ke-7 hijriah di wilayah Irak sekarang atas perintah
Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri. Meski tidak ada perintah yang tegas,
peringatan maulid Nabi juga tidak ada larangan yang jelas. Sesuatu yang tidak ada perintah
sekaligus tidak ada larangan boleh dilakukan. Hal ini dalam hukum Islam disebut mubah.
Sesuatu yang mubah akan mendapatkan pahala apabila ada niat dan tujuan yang baik
(ibadah), dilakukan dengan cara yang baik dan terbukti mengasilkan sesuatu yang
baik. Jamaah Jumat rahimakumullah, Nabi Muhammad SAW lahir dan dibesarkan dalam
keluarga sederhana. Dari usia dini beliau sudah yatim piatu. Ayah beliau wafat ketika Nabi
masih dalam kandungan. Usia enam tahun, inbundanya wafat. Lalu disusul kakek beliau
juga wafat. Dan akhirnya beliau diasuh Paman Abu Thalib. Abu Thalib sendiri bukan orang
kaya, padahal putranya banyak. Keadaan inilah yang menjadikan beliau harus bekerja
keras sejak kecil untuk mencari nafkah. Beliau pernah menjadi penggembala kambing.
Juga beliau pernah membantu pamannya berjualan di Syam. Yang terakhir ketika sudah
dewasa beliau bekerja sebagai buruh atau karyawan pada seorang janda bernama
Khadijah. Pekerjaan beliau adalah menjalankan perdagangan di perusahaan janda
tersebut. Dari buhungan seperti itulah kemudian beliau menikah dengan Khadijah yang tak
lain adalah majikannya sendiri. Jamaah Jumat rahimakumullah, Kehidupan Nabi
Muhammad sebagaimana uraian tersebut, dapat kita temukan rekamannya dalam Surat
Adh-Dhuha. Dalam ayat ke-3, Allah SWT berfirman: ‫عكَ َربُّكَ َو َما قَلَى‬ َ ‫ َما َو اد‬Artinya: “Tuhanmu
tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” Allah sekali-kali tidak
bermaksud meninggalkan Nabi Muhammad di waktu kecilnya. Tidak pula Allah bermaksud
menelantarkan hidup beliau sehingga beliau harus bekerja keras mencari nafkah meskipun
masih kanak-kanak. Juga, Allah SWT tidak bermaksud membenci beliau sehingga ketika
masih dalam kandungan saja, ayah beliau Abdullah sudah dipanggil menghadap-Nya.
Ketika usianya baru enam tahun dan masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang
ibu, Aminah pun wafat. Belum hilang kesedihan beliau karena ditinggal ibunya, kakeknya
pun menyusul wafat dua tahun kemudian. Sempurnalah sudah kesedihan dan penderitaan
beliau sebagai seorang yatim piatu dengan meninggalnya ayah, ibu dan kakek untuk
berpisah selama-lamanya. Dari semua penderitaan itu, tidak ada maksud Allah SWT
menelantarkan beliau, tetapi justru Allah SWT sedang mempersiapkan beliau menjadi
seorang pemimpin besar kelak di kemudian hari. Seorang pemimpin harus peka terhadap
kesulitan-kesulitan yang dipimpinnya dan dapat memberikan solusi dari kesulitan-kesulitan
itu. Kepekaan seperti itu sulit dimiliki oleh para pemimpin yang tidak pernah mengalaminya
sendiri kesulitan-kesulitan seperti itu. Dengan kata lain, Allah sesesungguhnya
menggembleng jiwa dan sikap mental beliau untuk menghadapi berbagai macam kesulitan
dan tantangan berkaitan tugas beliau kelak menjadi seorang nabi. Apalagi beliau disiapkan
dan ditetapkan oleh Allah SWT menjadi nabi terakhir hingga akhir jaman. Jamaah Jumat
rahimakumullah, Dalam ayat berikutnya, yakni ayat ke-4, Allah berfirman: َ‫ولالخِ َرة ُ َخي ٌْر لاكَ مِ ن‬
‫ ْاْلُولَى‬Artinya: “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang (permulaan).” Dalam hidup ini yang terpenting adalah apa yang terjadi di akhir
dan bukan di permulaan. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian. Maka bisa dimengerti Nabi Muhammad hidup dalam
kesulitan di masa kecilnya karena semua kesulitan itu bermanfaat membentuk karakter
beliau menjadi seorang yang tangguh lahir dan batin – jiwa dan raga. Ketangguhan seperti
itu memang sangat diperlukan kelak ketika Nabi Muhammmad berdakwah menyampaikan
wahyu dan kebenaran dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kita semua tahu
bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad SAW menghadapi banyak hambatan, gangguan
dan bahkan ancaman pembunuhan dari berbagai pihak, terutama dari kelompok yang
dipimpin Abu Jahal dan kawan-kawan. Tetapi semua hambatan, gangguan dan ancaman
itu dapat dilalui dengan baik karena Nabi Muhammad SAW sudah terlatih menghadapi
kesulitan-kesulitan sejak kecil. Jamaah Jumat rahimakumullah, Buah dari penderitaan,
kesulitan, dan perjuangan beliau yang tanpa kenal menyerah memang luar biasa, yakni
dalam waktu singkat yang hanya memakan waktu 23 tahun saja, Nabi Muhammad telah
berhasil memiliki pengikut yang cukup banyak. Beliau berhasil merubah masyarakat yang
semula penyembah berhala menjadi beriman tauhid, yakni hanya menyembah kepada
Allah SWT semata. Masyarakat telah berubah dari masyarakat yang semula menerapkan
hukum rimba dimana yang dominan dan kuat akan selalu menjadi pemenang, menjadi
masyarakat yang berdasarkan keadilan tanpa memandang latar belakang suku maupun
status sosial. Di dalam Islam memang semua manusia pada dasarnya sama karena
mereka semua berasal dari asal usul yang sama, yakni Nabi Adam AS. Satu-satunya yang
membedakan mereka hanyalah ketakwaan masing-masing kepada Allah SWT. Jamaah
Jumat rahimakumullah, Ayat kelima dari Surat Adh-Dhuha berbunyi: ‫ضى‬ َ ‫ف يُعْطِ يكَ َربُّكَ فَت َْر‬ َ َ‫َول‬
َ ‫س ْو‬
Artinya: “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu
menjadi puas.” Allah SWT telah berjanji bahwa semua penderitaan, kesulitan dan susah
payah Nabi Muhammad SAW dari waktu kecil hingga belaiu diangkat menjadi seorang nabi
akan dibalas oleh Allah dengan keberhasilan yang cemerlang sebagaimana telah diuraikan.
Atas keberhasilan itu Nabi Muhammad SAW bersyukur kepada Allah SWT. Beliau
bersyukur tidak hanya atas keberhasilan dakwah-dakwah beliau, tetapi juga atas
perlindungan Allah SWT sehingga beliau meskipun seorang yatim piatu beliau dapat meraih
pertolongan untuk mendukung keberhasilan dakwah-dakwah tersebut. Perlindungan ini
sebagaimana dimaksud dalam ayat keenam sebagai berikut: ‫ أَلَ ْم يَ ِج ْدكَ يَتِي ًما فَ َآوى‬Artinya:
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?” Jamaah
Jumat rahimakumullah, Selanjutnya, ayat ketujuh dari Surat Adh-Dhuha berbunyi: َ‫َو َو َجدَك‬
‫ض ااَّل فَ َه َدى‬َ Artinya: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk.” Sudah banyak diceritakan bagaimana kebingunan Nabi Muhammad
ketika akan memasuki masa kenabiannya sehingga beliau menyepi di Gua Hira’ untuk
mencari jawaban dari apa yang sebenarnya sedang terjadi pada beliau pada waktu itu. Di
Gua Hira’ itulah Nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertama kali yang diterimanya
melalui malaikat Jibril AS. Ayat ketujuh itu diikuti dengan ayat kedelapan yang berbunyi:
‫عائ ًِال فَأ َ ْغنَى‬
َ َ‫ َو َو َجدَك‬Artinya: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan,
lalu Dia memberikan kecukupan.” Pada akhirnya keadaan ekonomi Nabi Muhammad
‫‪mengalami perubahan dari kekurangan menjadi kecukupan. Abu Muhammad al-Husayn bin‬‬
‫‪Mas'ud al-Baghawi dalam kitab tafsirnya berjudul Tafsir Al-Baghawi, halaman 456, jilid 8,‬‬
‫‪menjelaskan bahwa Allah mengayakan Nabi Muhammad SAW salah satunya dengan harta‬‬
‫‪Khadijah. Artinya keadaan ekonomi Nabi Muhammad membaik setelah beliau bekerja di‬‬
‫‪perusahaan Khadijah dan kemudian Khadijah meminta beliau menjadi suaminya. Dengan‬‬
‫‪harta kekayaan Khadijah itulah Nabi Muhammad SAW dapat membiyai dakwah-dakwahnya‬‬
‫‪karena Khadijah memang menyediakan dan merelakan harta kekayaanya digunakan‬‬
‫‪suaminya untuk berjuang di jalan Allah. Khadijah adalah orang kedua setelah Nabi yang‬‬
‫‪memeluk Islam sekaligus merupakan perempuan pertama yang masuk Islam. Maka bisa‬‬
‫‪dimengerti Nabi Muhammad SAW sangat mecintai dan menghargai Khadijah yang telah‬‬
‫‪berjasa besar dalam mendampingi dan mengembangkan dakwah-dakwah beliau. Dengan‬‬
‫‪kata lain, keberhasilan dakwah Islam tidak lepas dari peran penting seorang perempuan‬‬
‫َجعَلَنا ‪kaya raya. Perempuan itu bernama Khadijah RA, istri beliau yang pertama dan utama.‬‬
‫الرحِ ي ْم‪:‬‬ ‫مان ا‬ ‫الرحْ ِ‬ ‫هللا ا‬ ‫الر ِجي ْم‪ ،‬بِس ِْم ِ‬ ‫ْطان ا‬ ‫شي ِ‬ ‫هلل مِ نَ ال ا‬ ‫هللاُ َوإيااكم مِ نَ الفَائ ِِزين اآلمِ نِين‪َ ،‬وأ ْد َخلَنَا وإِيااكم فِي ُز ْم َرةِ ِعبَا ِد ِه ال ُمؤْ مِ نِيْنَ ‪ :‬أعُوذُ بِا ِ‬
‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‪ .‬إنّهُ ت َعاَلَى‬ ‫آن العَظِ ي ِْم‪َ ،‬ونَفَعَن ِْي َو ِإيّا ُك ْم بِاآليا ِ‬ ‫ِي َولك ْم فِي القُ ْر ِ‬ ‫سدِيدًا با َ َركَ هللاُ ل ْ‬ ‫َّللا َوقُولُوا قَ ْو ًَّل َ‬ ‫يَا أَيُّ َها الا ِذينَ آ َمنُوا اتاقُوا ا َ‬
‫ف َرحِ ْي ٌم‬ ‫لى ت َْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِهِ‪َ .‬وأش َه ُد أن َّل اِلهَ إَِّل هللاُ ‪َ Khutbah II‬ج ّوا ٌد ك َِر ْي ٌم َم ِلكٌ بَ ٌّر َرؤ ُْو ٌ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ع َ‬ ‫َ‬
‫سانِ ِه َوالشك ُر لهُ َ‬‫ْ‬ ‫ُّ‬ ‫لى إِحْ َ‬ ‫ع َ‬ ‫ا َ ْل َح ْم ُد هللِ َ‬
‫ص َحا ِب ِه‬ ‫علَى ا َ ِل ِه َوأ َ ْ‬ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح ام ٍد ِو َ‬ ‫علَى َ‬ ‫ص ِّل َ‬ ‫إلى ِرض َْوانِهِ‪ .‬الل ُه ام َ‬ ‫س ْولُهُ الدااعِى َ‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫س ِيّ َدنَا ُم َح امدًا َ‬ ‫أن َ‬ ‫َوهللاُ َوحْ َدهُ َّلَ ش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َه ُد ا‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ع اما نَ َهى َوا ْعل ُم ْوا أ ان هللاَ أ َم َر ُك ْم بِأ ْم ٍر بَ َدأ فِ ْي ِه بِنَف ِس ِه َوثـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫اس اِتقوهللاَ فِ ْي َما أ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫س ِلّ ْم ت َ ْس ِل ْي ًما كِثي ًْرا أ َ اما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها النا ُ‬ ‫َو َ‬
‫س ِيّ ِدنَا ُم َح ام ٍد‬ ‫َ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫ُا َ ِ َ‬ ‫ل‬‫ّ‬ ‫ص‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫الل‬ ‫ا‪.‬‬ ‫م‬‫ِ ً‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ل‬ ‫س‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ّ‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬
‫َ ْ َ ْ َ ِ َ َِ ُ ْ‬‫ه‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ُّ‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫آ‬ ‫ْنَ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫يآ‬ ‫ى‬ ‫ب‬‫ا‬ ‫ن‬‫ال‬
‫َ َ ِ‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫نَ‬ ‫و‬
‫َ ْ‬ ‫ُّ‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ُ‬ ‫ي‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ئ‬ ‫آل‬
‫َ َ َ ِ‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫هللا‬ ‫ا‬
‫ن‬ ‫إ‬
‫ِ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫ا‬ ‫َع‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ق‬ ‫و‬
‫ِ ِ ِ َ َ‬ ‫ه‬ ‫س‬ ‫ْ‬
‫د‬ ‫ُ‬ ‫ق‬ ‫ب‬
‫الرا ِش ِديْنَ أَبِى بَ ْك ٍر‬ ‫ع ِن اْل ُخلَفَاءِ ا‬ ‫ض اللّ ُه ام َ‬ ‫ار َ‬ ‫سلِكَ َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ اربِيْنَ َو ْ‬ ‫علَى ا َ ْنبِيآئِكَ َو ُر ُ‬ ‫س ِيّدِنا َ ُم َح ام ٍد َو َ‬ ‫علَى آ ِل َ‬ ‫س ِلّ ْم َو َ‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلاى هللاُ َ‬ ‫َ‬
‫ض َعناا َمعَ ُه ْم ِب َرحْ َمتِكَ يَا أ َ ْر َح َم‬ ‫ار‬ ‫و‬ ‫ْن‬
‫ِعِ ْنَ ُ ْ ِ ِحْ َ ٍ َ ْ ِ ِ ِ َ ْ َ‬‫ي‬ ‫ّ‬
‫د‬ ‫ال‬ ‫م‬‫و‬ ‫ي‬‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ان‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ت‬‫ال‬ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫َا‬ ‫ت‬ ‫و‬ ‫ي‬
‫ا َ َ ِ َ ِ ِ ْنَ َ ِ‬‫ع‬ ‫ب‬ ‫ا‬‫ا‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫ة‬ ‫ْ‬
‫َو ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ِ ا ِ‬
‫ي‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ِى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫ان‬ ‫م‬ ‫ْ‬ ‫ُث‬‫ع‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬
‫ش ِْركَ‬ ‫َ‬
‫ت الل ُه ام أع اِز اْ ِإل ْسالَ َم َواْل ُم ْسلِمِ يْنَ َوأ ِذ ال ال ّ‬ ‫َ‬ ‫ت اََّلَحْيآ ُء مِ ْن ُه ْم َواَّْلَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َواْل ُم ْسلِمِ يْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬ ‫الراحِ مِ يْنَ اَلل ُه ام ا ْغف ِْر ل ِْل ُمؤْ مِ نِيْنَ َواْل ُمؤْ مِ نَا ِ‬ ‫ا‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ص َر ال ِ ّديْنَ َواخذل َمن َخذ َل ال ُم ْسلِمِ يْنَ َو َد ِ ّم ْر أ ْع َدا َء ال ِ ّدي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َماتِكَ إِلى يَ ْو َم‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ص ْر َمن نَ َ‬‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ص ْر ِعبَادَكَ ال ُم َو ِ ّح ِدياة َوان ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َوال ُمش ِر ِكيْنَ َوان ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫سائ ِِر‬ ‫َ َ‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ة‬ ‫ص‬
‫ا‬ ‫خآ‬ ‫اا‬ ‫ي‬‫س‬ ‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ْ‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫ُو‬‫د‬‫ن‬‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫د‬‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫ب‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫نَ‬ ‫ط‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬
‫ََ َ َ َ‬‫ا‬‫ه‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫مِ‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫َ‬
‫ظ‬ ‫ا‬ ‫م‬
‫َ َ َ‬ ‫نَ‬ ‫ح‬ ‫لمِ‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ة‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ْ‬ ‫ت‬ ‫ف‬
‫ِ‬ ‫ل‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ء‬ ‫و‬ ‫س‬
‫ُ‬
‫ِ َ َ َ ْ َ‬ ‫و‬ ‫نَ‬ ‫ح‬ ‫لمِ‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ز‬ ‫َ‬ ‫َّل‬‫الز‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ء‬
‫َ َ َ َ َ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ب‬‫لو‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫َ‬ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫عنا‬ ‫ال ِ ّدي ِْن‪ .‬الل ُه ام ا ْدفَ ْع َ‬
‫َ‬
‫اإن ل ْم ت َ ْغف ِْر‬ ‫سنَا َو ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ار‪َ .‬ربانَا ظل ْمنَا ا َ ْنف َ‬ ‫اب النا ِ‬ ‫عذَ َ‬ ‫سنَة َوقِنَا َ‬ ‫ً‬ ‫سنَة َوفِى اآلخِ َرةِ َح َ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫ان اْل ُم ْسلِمِ يْنَ عآ امة يَا َربا العَالمِ يْنَ ‪َ .‬ربانَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫اْلب ُْل َد ِ‬
‫ع ِن اْلفَحْ شآءِ َواْل ُم ْنك َِر َواْلبَ ْغي‬ ‫بى َويَ ْن َهى َ‬ ‫ان َو ِإيْتآءِ ذِي اْلقُ ْر َ‬ ‫س ِ‬ ‫هللا يَأ ْ ُم ُرنَا ِباْلعَ ْد ِل َواْ ِإلحْ َ‬ ‫هللا ! ِإ ان َ‬ ‫لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون اَن مِ نَ اْلخَاس ِِريْنَ ‪ِ .‬عبَا َد ِ‬
‫َ‬
‫هللا أ ْكبَ ْر‬ ‫لى نِعَمِ ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬ ‫ع َ‬ ‫هللا العَظِ ي َْم يَذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ظ ُك ْم لَعَل ُك ْم تَذَ اك ُر ْونَ َواذ ُك ُروا َ‬ ‫ا‬ ‫يَ ِع ُ‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/83789/khutbah-menyambut-peringatan-maulid-nabi‬‬
‫‪Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id‬‬

Anda mungkin juga menyukai