Anda di halaman 1dari 4

HUKUM ISLAM

A. PENGERTIAN HUKUM ISLAM


Hukum adalah seperangkat normaatau peraturan – peraturan yang
mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik norma
maupun peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh an berkembang
dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan
cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa
hukum yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum
tertulis dalam peraturan perundang – undangan seperti hukum barat .
Adapun pengertian hukum menurut islam adalah hukum yang
bersumber dan menjadi bagian dari agama islam yang konsep, dasar,
dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah SWT.
Hukum islam diperkenalkan dengan berbagai istilah yang saat ini
telah populer di lingkungan umat islam. Ada istilaan syariat, hukum
syara’, dan fikih.setiap umat islam selayaknya memahami ketiga istilah
tersebut agar memiliki wawasan yang cukup mengenai wilayah dan
cakupan – cakupan ilmu agama islam.

SYARIAT..adalah 'Pandangan Hidup' (syara), 'Pegangan Hidup'


(syariah), dan 'Perjuangan Hidup' (manhaj) yg diwahyukan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala utk seluruh umat manusia, agar diketahui,
dipatuhi, dan dilaksanakan dlm hidup dan kehidupannya..

Sebagai PANDANGAN HIDUP..,


seorang muslim yg ISLAM oriented akan slalu setia pd syariat dlm
berbagai persoalan hdpnya dgn senantiasa berpedoman kpd Al-Qur'an
dan As-Sunnah.

Firman Allah SWT:

"Syara'a lakum mina alddiini maa washshaa bihi nuuhan waalladzii


awhaynaa ilayka wamaa washshaynaa bihi ibraahiima wamuusaa
wa'iisaa an aqiimuu alddiina walaa tatafarraquu fiihi kabura 'alaa
almusyrikiina maatad'uuhum ilayhi allaahu yajtabii ilayhi man yasyaau
wayahdii ilayhi man yuniibu..."

" (Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa
dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama^1341 dan janganlah kamu berpecah
belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang
yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya)".
(QS Asy-Syura [42]:13) [^ 1341: Yang dimaksud : "agama" di sini ialah
meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan hari akhirat serta menta'ati segala perintah dan larangan-
Nya.]

Firman-Nya pula:

 "Tsumma ja'alnaaka 'alaa syarii'atin mina al-amri faittabi'haa walaa


tattabi' ahwaa-a alladziina laa ya'lamuuna..."

(Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS Al-Jatsiyah [45]:18)

 "Wa-anzalnaa ilayka alkitaaba bialhaqqi mushaddiqan limaa bayna


yadayhi mina alkitaabi wamuhayminan 'alayhi fauhkum baynahum
bimaa anzala allaahu walaa tattabi' ahwaa-ahum 'ammaa jaa-aka mina
alhaqqi likullin ja'alnaa minkum syir'atan waminhaajan walaw syaa-a
allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin liyabluwakum
fiimaa aataakum faistabiquu alkhayraati ilaa allaahi marji'ukum jamii'an
fayunabbi-ukum bimaa kuntum fiihi takhtalifuuna..."

 (Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian421 terhadap kitab-
kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu422, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu, (QS Al-Maidah [5]:48).

Hukum syara’ adalah norma hukum dasar yang ditetapkan Allah swt yang
diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai rasulnya yang wajib diikuti oleh
setiap orang islam berdasarkan keyakinan dan ahlak baik dalam hubungannya
dengan Allah, manusia / lingkungannya.

Hukum syara’ menurut istilah para ahli ushul fiqh adalah :


khithab syar’i yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, baik
dalam bentuk tuntutan, pilihan / ketetapan.

Firman Allah swt;


“ jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya bayaran yang
diberikan oleh istri untuk menebus dirinya “
Hukum syara’ juga dapat diartikan seperangkat peraturan berdasarkan
ketentuan Allah tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini berlaku
serta mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.

2. Pembagian Hukum Syara


Hukum syara yang ada 5

1. Wajib, yaitu sesuatu yang jika dikerjakan seseorang, ia akan mendapat


pahala dan jika meninggalkannya, maka mendapat siksa.
2. Haram, yaitu sesuatu yang jika ditinggalkan, akan mendapatkan pahala,
dan jika melakukannya, maka akan mendapatkan siksa.

3. Mandub yaitu sesuatu yang jika dikerjakan seseorang, maka ia akan


mendapatkan pahala, dan jika ia meninggalkannya, maka tidak
mendapat siksa. Misalnya Ibadah sunah
4. Makruh, yaitu sesuatu yang jika ditinggalkan, akan medapatkan pahala,
dan jika dikerjakan, maka tidak mendapat siksa. Misalnya merokok
5. Mubah, yaitu sesuatu yang jika dikerjakan, maka tidak mendapatkan
pahala, dan jika ditinggalkan, tidak mendapat siksa.

Para Ulama ushul juga telah memberi istilah nama hukum yang bersangkutan
dengan perbuatan mukallaf dari segi perintah , memilih atau berupa ketetapan
itu dengan hukum taklifi (hukum tuntutan) dan kepada hukum yang
bersangkutan dengan perbuatan mukallaf dari segi ketetapan dengan hukum
wadh’i.

Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, seperti dalam firman Allah:

“Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak


memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS. An Nisa: 78)

dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang,


merupakan tanda akan kepahamannya.” (Muslim no. 1437, Ahmad no. 17598,
Daarimi no. 1511)

Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti:

1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan


perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani
menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang
bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang
bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua
definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk mengetahui
hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu
perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah,
ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk
hukum-hukum syari’at itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung
dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-
rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah.

Anda mungkin juga menyukai