Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AUDITING

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Auditing)


Dosen : Arum Sigit, SE,Msi,Ak,CPA

Disusun oleh :
FANDY ERWINDA 12030116220021
NINA WIDARINI 12030116220025
BHAYU WASESHA 12030116220035

PROGRAM PENDIDIKAN DAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
PEMBAHASAN

STANDAR PERIKATAN ASURANS 3000


(Perikatan Asurans Selain Audit Atau Reviu Atas Informasi Keuangan Historis)

Pendahuluan
Tujuan Standar Perikatan Asurans (“SPA”) ini adalah untuk menetapkan prinsip
dasar dan prosedur esensial bagi, dan menyediakan panduan kepada, setiap individu
profesional yang berada di Kantor Akuntan Publik (untuk tujuan SPA ini disebut sebagai
“praktisi”) dalam pelaksanaan perikatan asurans selain audit atau reviu atas informasi keuangan
historis yang dicakup oleh Standar Audit (“SA”) atau Standar Perikatan Reviu (“SPR”).
SPA ini menggunakan istilah “perikatan keyakinan memadai” dan “perikatan
keyakinan terbatas” untuk membedakan dua jenis perikatan asurans yang diperkenankan
untuk dilakukan oleh seorang praktisi. Tujuan perikatan keyakinan memadai
adalah penurunan risiko perikatan asurans ke tingkat rendah yang dapat diterima
sesuai dengan kondisi perikatan sebagai basis untuk suatu bentuk pernyataan positif dari
kesimpulan praktisi. Tujuan perikatan keyakinan terbatas adalah penurunan risiko perikatan
asurans ke tingkat yang dapat diterima sesuai dengan kondisi perikatan, tetapi risiko tersebut
lebih besar daripada risiko dalam suatu perikatan keyakinan memadai, sebagai basis untuk
suatu bentuk pernyataan negatif dari kesimpulan praktisi.

Hubungan dengan Kerangka, SPA Lainnya, SA, dan SPR


Praktisi harus mematuhi SPA ini dan SPA lainnya yang relevan ketika melaksanakan
suatu perikatan asurans selain audit atau reviu atas informasi keuangan historis yang dicakup
oleh SA atau SPR. SPA ini harus dibaca dalam konteks “Kerangka untuk Perikatan Asurans”
(“Kerangka”), yang mendefinisikan dan menjelaskan elemen dan tujuan suatu perikatan
asurans, serta mengindentifikasi perikatan-perikatan yang diterapkan SPA. SPA ini ditulis
untuk penerapan umum terhadap perikatan asurans selain audit atau reviu atas informasi
keuangan historis yang dicakup oleh SA atau SPR. SPA lainnya mungkin berkaitan dengan
topik-topik yang berlaku untuk semua hal pokok atau hal pokok yang spesifik. Meskipun SA
dan SPR tidak berlaku bagi perikatan yang dicakup oleh SPA, SA dan SPR tetap menyediakan
panduan bagi praktisi.

Ketentuan Etika
Praktisi harus mematuhi ketentuan dalam Bagian A dan Bagian B Kode Etik Profesi
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (“Kode Etik”). Kode
Etik menyediakan suatu kerangka prinsip yang digunakan oleh anggota tim asurans, KAP, dan
KAP jejaring untuk mengidentifikasi ancaman terhadap independensi, mengevaluasi
signifikansi ancaman, dan jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain dari ancaman yang
secara jelas tidak signifikan, mengidentifikasi dan menerapkan pencegahan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima, sehingga
independensi 1 dalam pemikiran dan independensi dalam penampilan tidak terganggu.
Pengendalian Mutu
Praktisi harus mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu yang berlaku untuk
perikatan secara individual. Berdasarkan Standar Pengendalian Mutu (“SPM”), “Pengendalian
Mutu bagi Kantor Akuntan Publik yang Melaksanakan Perikatan asurans (Audit, Reviu, dan
Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan selain Asurans,”3 KAP berkewajiban untuk
menetapkan suatu sistem pengendalian mutu yang dirancang untuk menyediakan suatu
keyakinan memadai bahwa KAP tersebut dan personelnya mematuhi standar profesi dan
peraturan perundang-undangan, dan bahwa laporan asurans yang diterbitkan adalah tepat
sesuai dengan kondisinya. Selain itu, unsur pengendalian mutu yang relevan dengan perikatan
secara individual mencakup tanggung jawab kepemimpinan, ketentuan etika, penerimaan
dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta perikatan spesifik, penugasan tim perikatan,
pelaksanaan perikatan, dan pemantauan.

Penerimaan dan Keberlanjutan Perikatan


Praktisi harus menerima (atau melanjutkan jika relevan) suatu perikatan asurans hanya
jika hal pokok merupakan tanggung jawab pihak selain pengguna yang dituju atau
praktisi. Sebagaimana ditunjukkan dalam paragraf dalam Kerangka, pihak yang bertanggung
jawab dapat merupakan salah satu dari pengguna yang dituju, namun bukan satu-satunya yang
dituju. Pengakuan oleh pihak yang bertanggung jawab memberikan bukti bahwa terdapat
hubungan yang tepat, dan juga menetapkan suatu basis untuk suatu pemahaman bersama
tentang tanggung jawab setiap pihak. Suatu pengakuan tertulis merupakan bentuk yang paling
tepat untuk mendokumentasikan pemahaman pihak yang bertanggung jawab. Dalam kondisi
tidak terdapatnya suatu pengakuan tentang tanggung jawab, praktisi mempertimbangkan:
 Apakah tepat untuk menerima perikatan. Penerimaan perikatan dianggap tepat bila,
 sebagai contoh, sumber lain, seperti legislasi atau suatu kontrak, menunjukkan tanggung
jawab; dan .
 Jika perikatan diterima, apakah kondisi tersebut di atas diungkapkan dalam laporan asurans.
Praktisi harus menerima (atau melanjutkan jika relevan) suatu perikatan asurans hanya jika,
atas basis suatu pengetahuan awal tentang kondisi perikatan, tidak ada hal yang menjadi
perhatian praktisi yang menunjukkan bahwa ketentuan Kode Etik atau SPA tidak akan dapat
terpenuhi.
Praktisi harus menerima (atau melanjutkan jika relevan) suatu perikatan asurans hanya jika
praktisi yakin bahwa personel yang akan melaksanakan perikatan memiliki secara kolektif
kompetensi profesional yang diperlukan.

Kesepakatan Ketentuan Perikatan


 Praktisi harus menyepakati ketentuan perikatan dengan pihak pemberi tugas. Untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman, ketentuan yang telah
disepakati didokumentasikan dalam suatu surat perikatan atau bentuk kontrak lainnya
yang sesuai. Jika pihak pemberi tugas bukan merupakan pihak yang bertanggung
jawab, sifat dan isi surat perikatan atau kontrak dapat bervariasi. Keberadaan suatu mandat
legislatif dapat memenuhi ketentuan untuk menyepakati ketentuan perikatan. Bahkan dalam
situasi demikian, surat perikatan dapat berguna baik bagi praktisi maupun pihak pemberi
tugas.
 Seorang praktisi harus mempertimbangkan ketepatan suatu permintaan, yang dibuat
sebelum penyelesaian suatu perikatan asurans, untuk mengubah perikatan menjadi suatu
perikatan selain perikatan asurans atau dari suatu perikatan keyakinan memadai menjadi
suatu perikatan keyakinan terbatas, dan tidak diperkenankan untuk menyetujui perubahan
tersebut tanpa justifikasi yang memadai. Suatu perubahan dalam kondisi perikatan yang
memengaruhi kebutuhan pengguna yang dituju, atau suatu kesalahpahaman tentang sifat
perikatan, pada umumnya akan menjustifikasi suatu permintaan untuk perubahan dalam
perikatan. Jika perubahan tersebut dilakukan, praktisi tidak boleh mengabaikan bukti yang
diperoleh sebelum perubahan tersebut.

Perencanaan dan Pelaksanaan Perikatan


 Praktisi harus merencanakan perikatan sedemikian rupa sehingga perikatan tersebut dapat
dilaksanakan secara efektif.
 Praktisi harus merencanakan dan melaksanakan suatu perikatan dengan sikap skeptisisme
profesional yang menyadari bahwa kondisi yang tidak biasa dapat terjadi yang
menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material dalam informasi hal pokok.
 Praktisi harus memperoleh suatu pemahaman tentang hal pokok dan kondisi lainnya dari
perikatan, yang memadai untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material dalam informasi hal pokok, dan yang memadai untuk merancang dan melakukan
prosedur pengumpulan bukti lebih lanjut.

Penilaian Ketepatan Hal Pokok


Praktisi harus menilai ketepatan hal pokok. Praktisi juga mengidentifikasi karakteristik hal
pokok yang secara khusus relevan dengan pengguna yang dituju, yang akan dijelaskan dalam
laporan asurans.

Penilaian atas Kesesuaian Kriteria


Praktisi harus menilai kesesuaian kriteria untuk mengevaluasi atau mengukur hal
pokok. Kriteria yang sesuai memiliki karakteristik yang tercantum dalam paragraf 36 dari
Kerangka. Seperti yang diindikasikan dalam paragraf 17 dari Kerangka, seorang praktisi tidak
menerima suatu perikatan asurans, kecuali pengetahuan awal praktisi tentang kondisi
perikatan mengindikasikan bahwa kriteria yang akan digunakan sudah sesuai. Namun, jika
setelah menerima perikatan, praktisi menyimpulkan bahwa kriteria yang digunakan tidak
sesuai, praktisi harus menyatakan suatu kesimpulan wajar dengan pengecualian, kesimpulan
tidak wajar, atau tidak menyatakan kesimpulan. Dalam beberapa kasus, praktisi
mempertimbangkan penarikan diri dari perikatan.

Materialitas dan Risiko Perikatan Asurans


 Praktisi harus mempertimbangkan materialitas dan risiko perikatan asurans ketika
merencanakan dan melaksanakan suatu perikatan asurans.
 Praktisi harus mengurangi risiko perikatan asurans ke suatu tingkat rendah yang 1dapat
diterima sesuai dengan kondisi perikatan.
Penggunaan Pekerjaan Pakar
 Ketika pekerjaan seorang pakar digunakan dalam pengumpulan dan pengevaluasian bukti,
praktisi dan pakar tersebut harus, secara kolektif, memiliki keahlian dan pengetahuan yang
memadai tentang hal pokok dan kriteria agar praktisi dapat menentukan bahwa bukti yang
cukup dan tepat telah diperoleh. Hal pokok dan kriteria terkait dari beberapa perikatan
asurans dapat mencakup aspek-aspek yang mensyaratkan pengetahuan dan keahlian khusus
dalam pengumpulan dan pengevaluasian bukti. Dalam situasi tersebut, praktisi dapat
memutuskan untuk menggunakan pekerjaan orang-orang dari disiplin profesi lain, yang
dirujuk sebagai pakar, yaitu mereka yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang
dibutuhkan. SPA ini tidak memberikan panduan atas penggunaan pekerjaan pakar untuk
perikatan- perikatan yang memiliki tanggung jawab dan pelaporan bersama antara
seorang praktisi dengan satu atau lebih pakar.
 Kecermatan dan kehati-hatian profesional merupakan suatu kualitas profesional
yang disyaratkan bagi seluruh individu, yang terlibat dalam suatu perikatan
asurans. Individu-individu yang terlibat dalam perikatan asurans akan memiliki tanggung
jawab berbeda yang ditugaskan kepada mereka. Luas keahlian yang dibutuhkan
dalam melaksanakan perikatan tersebut akan bervariasi dengan sifat tanggung jawab
mereka. Sementara pakar tidak dituntut untuk memiliki keahlian yang sama seperti praktisi
dalam melaksanakan seluruh aspek perikatan asurans, praktisi menentukan bahwa pakar
memiliki suatu pemahaman yang memadai tentang SPA untuk memungkinkan mereka
menghubungkan pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka dengan tujuan perikatan.

Pemerolehan Bukti
Praktisi harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat sebagai basis untuk menyatakan
kesimpulan. Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti. Ketepatan adalah ukuran kualitas
bukti; yaitu, relevansi dan keandalan bukti tersebut. Praktisi mempertimbangkan hubungan
antara biaya untuk memperoleh bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Namun, hal
tentang kesulitan atau biaya yang terlibat bukan dengan sendirinya merupakan suatu basis yang
valid untuk mengabaikan suatu prosedur pengumpulan bukti ketika tidak terdapat alternatif
yang tersedia. Praktisi mengggunakan pertimbangan profesional dan skeptisisme profesional
dalam mengevaluasi kuantitas dan kualitas bukti, yaitu kecukupan dan ketepatan
bukti tersebut, untuk mendukung laporan asurans.

Representasi oleh Pihak yang Bertanggung Jawab


Praktisi harus memperoleh representasi dari pihak yang bertanggung jawab. Konfirmasi
tertulis atas representasi lisan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antara
praktisi dengan pihak yang bertanggung jawab. Secara khusus praktisi meminta dari pihak
yang bertanggung jawab suatu representasi tertulis mengenai pengevaluasian atau pengukuran
hal pokok dibandingkan dengan kriteria yang diidentifikasi, dan apakah representasi tertulis
tersebut akan disediakan sebagai suatu asersi kepada pengguna yang dituju. Ketiadaan
representasi tertulis dapat mengakibatkan suatu kesimpulan wajar dengan pengecualian atau
tidak menyatakan kesimpulan berdasarkan suatu pembatasan dalam ruang lingkup perikatan.
Praktisi juga dapat mencantumkan suatu pembatasan atas penggunaan laporan asurans.
Pertimbangan atas Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan
Praktisi harus mempertimbangkan pengaruh peristiwa yang terjadi hingga tanggal
laporan asurans terhadap informasi hal pokok dan laporan asurans. Luas pertimbangan
peristiwa setelah tanggal pelaporan bergantung pada potensi peristiwa tersebut memengaruhi
informasi hal pokok dan memengaruhi ketepatan kesimpulan praktisi. Pertimbangan atas
peristiwa setelah tanggal pelaporan dalam beberapa perikatan asurans mungkin tidak relevan
karena sifat hal pokok. Sebagai contoh, ketika perikatan mengharuskan suatu kesimpulan
tentang keakurasian suatu laporan statistik pada suatu waktu tertentu, peristiwa yang terjadi
antara waktu tertentu tersebut dengan tanggal laporan asurans mungkin tidak memengaruhi
kesimpulan, atau memerlukan pengungkapan dalam laporan statistik atau laporan asurans 38
tersebut.

Dokumentasi
Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal yang signifikan dalam menyediakan bukti
yang mendukung laporan asurans dan bahwa perikatan dilaksanakan berdasarkan SPA.
Dokumentasi mencakup suatu catatan tentang dasar praktisi atas seluruh hal signifikan yang
membutuhkan penggunaan pertimbangan, dan kesimpulan terkait. Eksistensi pertanyaan-
pertanyaan yang sulit atas prinsip atau pertimbangan, memerlukan pendokumentasian untuk
mencantumkan fakta-fakta relevan yang diketahui oleh praktisi ketika kesimpulan ditarik.

Penyusunan Laporan Asurans


Praktisi harus menyimpulkan apakah bukti yang cukup dan tepat telah diperoleh untuk
mendukung kesimpulan yang dinyatakan dalam laporan asurans. Dalam mengembangkan
kesimpulan, praktisi mempertimbangkan seluruh bukti relevan yang diperoleh, terlepas apakah
bukti-bukti tersebut mendukung atau bertentangan dengan informasi hal pokok.
Laporan asurans harus tertulis dan berisi suatu pernyataan jelas tentang kesimpulan
praktisi atas informasi hal pokok. Pernyataan kesimpulan berbentuk lisan dan lainnya dapat
mengakibatkan kesalahpahaman jika tidak didukung suatu laporan tertulis. Untuk alasan ini,
praktisi tidak melaporkan secara lisan atau menggunakan simbol-simbol yang juga
tidak memberikan suatu laporan asurans tertulis yang definitif. Sebagai contoh, suatu
simbol dapat berupa suatu tautan dari suatu laporan asurans tertulis yang terdapat di internet.

Isi Laporan Asurans


1. Laporan assurans harus berisi unsur-unsur pokok di bawah ini:
2. Suatu judul yang secara jelas mengindikasikan bahwa laporan tersebut merupakan suatu
laporan asurans independen
3. Pihak yang dituju: pihak yang dituju mengidentifikasi pihak atau pihak-pihak yang dituju
oleh laporan asurans. Jika praktis, laporan asurans ditujukan kepada seluruh pengguna
yang dituju, tetapi dalam beberapa kasus, kemungkinan terdapat pengguna yang dituju
lainnya.
4. Suatu identifikasi dan deskripsi tentang informasi hal pokok dan, jika relevan.
5. Pengidentifikasian kriteria: laporan asurans mengidentifikasi kriteria yang menjadi dasar
pengevaluasian atau pengukuran hal pokok sehingga pengguna yang dituju dapat
memahami basis kesimpulan praktisi. Laporan asurans dapat mencakup kriteria, atau
mengacu pada kriteria tersebut, jika kriteria tersebut tercantum dalam suatu asersi yang
disiapkan oleh pihak yang bertanggung jawab yang tersedia bagi pengguna yang dituju
atau jika kriteria tersebut tersedia pada suatu sumber yang dapat diakses.
6. Jika relevan, suatu penjelasan keterbatasan yang signifikan dan inheren, yang terkait
dengan pengevaluasian atau pengukuran hal pokok dibandingkan dengan kriteria.
7. Ketika kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur hal pokok tersedia
hanya bagi pengguna tertentu yang dituju, atau hanya relevan dengan suatu tujuan
tertentu, suatu pernyataan yang membatasi penggunaan laporan asurans bagi pengguna
yang dituju tersebut atau untuk tujuan tersebut.
8. Suatu pernyataan untuk mengidentifikasi pihak yang bertanggung jawab dan untuk
menjelaskan tanggung jawab dari pihak yang bertanggung jawab dan praktisi.
9. Suatu pernyataan bahwa perikatan dilaksanakan berdasarkan SPA: jika terdapat SPA
yang mengatur suatu topik khusus, maka SPA tersebut mungkin mengharuskan bahwa
laporan asurans mengacu secara spesifik ke standar tersebut.
10. Suatu ikhtisar tentang pekerjaan yang telah dilakukan: ikhtisar tersebut akan membantu
pengguna yang dituju untuk memahami sifat asurans yang disampaikan oleh laporan
asurans. SA 700, “Laporan Auditor atas Laporan Keuangan” dan SPR 2400, “Perikatan
untuk Mereviu Laporan Keuangan” menyediakan suatu panduan bagi jenis ikhtisar yang
tepat.
11. Kesimpulan praktisi: jika informasi hal pokok terbentuk dari sejumlah aspek, kesimpulan
terpisah dapat disediakan untuk setiap aspek. Sementara tidak semua kesimpulan tersebut
perlu berkaitan dengan tingkat yang sama atas prosedur pengumpulan bukti, setiap
kesimpulan dinyatakan dalam bentuk yang tepat sesuai dengan perikatan keyakinan
memadai atau keyakinan terbatas.
12. Tanggal laporan asurans: ini menginformasikan kepada pengguna yang dituju bahwa
praktisi telah mempertimbangkan dampak peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal
laporan asurans terhadap informasi hal pokok dan laporan asurans.
13. Nama KAP atau praktisi, dan lokasi spesifik KAP, yang pada umumnya adalah kota
tempat berkantornya praktisi yang bertanggung jawab atas perikatan:
ini menginformasikan kepada pengguna yang dituju tentang individu atau KAP
yang bertanggung jawab atas perikatan.

Kesimpulan dengan Pengecualian, Kesimpulan Tidak Wajar/Tidak


Sesuai, dan Pernyataan tidak Memberikan Kesimpulan
a) Praktisi tidak diperbolehkan untuk menyatakan suatu kesimpulan tanpa pengecualian
ketika terdapat kondisi-kondisi di bawah ini dan, menurut pertimbangan praktisi,
pengaruh hal-hal di bawah ini adalah atau kemungkinan material:
a. Terdapat suatu pembatasan ruang lingkup pekerjaan praktisi, yaitu,
kondisi yang menghalangi, atau pihak yang bertanggung jawab atau pihak
pemberi tugas melakukan pembatasan yang menghalangi praktisi untuk
memeroleh bukti yang dibutuhkan untuk menurunkan risiko perikatan asurans
ke tingkat yang tepat.
b. Praktisi harus menyatakan suatu kesimpulan dengan pengecualian atau suatu
pernyataan tidak memberikan kesimpulan;
b) Dalam kasus-kasus ketika:
a. Kesimpulan praktisi dirumuskan kata-katanya berdasarkan asersi pihak yang
bertanggung jawab, dan asersi tersebut tidak disajikan secara wajar, 20 dalam
semua hal yang material; atau
b. Kesimpulan praktisi dirumuskan kata-katanya secara langsung berdasarkan hal
pokok dan kriteria, dan terdapat kesalahan penyajian material dalam informasi
hal pokok, praktisi harus menyatakan suatu kesimpulan dengan pengecualian
atau kesimpulan Tidak Wajar/Tidak Sesuai; atau
c) Setelah perikatan diterima, ketika ditemukan bahwa kriteria yang digunakan tidak sesuai
atau hal pokok tidak tepat untuk suatu perikatan asurans. praktisi harus menyatakan:
a. Suatu kesimpulan dengan pengecualian atau kesimpulan Tidak Wajar/ Tidak
Sesuai ketika kriteria yang digunakan tidak sesuai atau hal pokok yang tidak
tepat kemungkinan akan menyesatkan pengguna yang dituju; atau
b. Suatu kesimpulan dengan pengecualian atau pernyataan tidak memberikan
kesimpulan dalam kasus-kasus lain.

Tanggung Jawab Pelaporan Lainnya


Praktisi harus mempertimbangkan tanggung jawab pelaporan lainnya, termasuk ketepatan
pengomunikasian hal-hal yang relevan dengan kepentingan tata kelola yang timbul dari
perikatan asurans kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Dalam SPA ini, “tata
kelola” menjelaskan peran individu-individu yang dipercaya untuk mengawasi,
mengendalikan, dan mengarahkan pihak yang bertanggung jawab.Pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola pada umumnya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa suatu
entitas mencapai tujuannya dan untuk melaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Jika pihak pemberi penugasan berbeda dari pihak yang bertanggung jawab, mungkin tidak tepat
untuk berkomunikasi secara langsung dengan pihak yang bertanggung jawab atau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dari pihak yang bertanggung jawab.

STANDAR AUDIT 800


PERTIMBANGAN KHUSUS–AUDIT ATAS LAPORAN
KEUANGAN YANG DISUSUN SESUAI DENGAN KERANGKA
BERTUJUAN KHUSUS

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Mengatur pertimbangan khusus dalam penerapan SA 100-700 dalam audit atas laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus. SA 800 tidak
menghilangkan ketentuan yang tercantum dalam SA-SA lain, dan juga ditujuakn untuk
mengatur seluruh pertimbangan khusus yang mungkin relevan dengan kondisi perikatan.

Tanggal Efektif
Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal:
a. Januari 2013 untuk (Emiten) atau
b. 1 Januari 2014 (untuk entitas selain emiten), atau
Penerapan ini dianjurkan untuk entitas selain emiten.
Tujuan
Tujuan auditor untuk menangani dengan tepat pertimbangan khusus yang relevan
dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerimaan perikatan,
b. Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut,
c. Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan.

DEFINISI
Untuk tujuan SA, istilah dibawah ini memiliki makna yang dijelaskan sebagai berikut
a. Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus.
b. Suatu kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi
keuangan bagi pengguna tertentu. Kerangka pelaporan keuangan dapat berupa suatu
kerangka penyajian wajar atau kerangka kepatuhan.
Pengacuan pada “laporan keuangan” dalam SA ini berarti “satu set lengkap laporan
keuangan bertujuan khusus, termasuk catatan atas laporan keuangan.” Catatan atas laporan
keuangan pada umumnya mencakup suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan
informasi penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menentukan bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang membentuk satu set lengkap
laporan keuangan.

KETENTUAN
Pertimbangan dalam Penerimaan Perikatan
Keberterimaan Kerangka Pelaporan Keuangan. Dalam suatu audit atas laporan
keuangan bertujuan khusus, auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang;
a. Tujuan disusun nya laporan
b. Pengguna laporan keuangan yang dituju,
c. Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk menentukan bahwa kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima sesuai dengan kondisinya

Pertimbangan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Audit


SA 200 mengharuskan auditor untuk mematuhi seluruh SA yang relevan dengan audit.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan bertujuan khusus, auditor
harus menentukan apakah penerapan SA mengharuskan pertimbangan khusus sesuai dengan
kondisi perikatan. SA 315 mengharuskan auditor untuk memperoleh suatu pemahaman tentang
pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi entitas.

Perumusan Opini dan Pertimbangan dalam Pelaporan


Ketika merumuskan suatu opini dan melaporkan laporan keuangan bertujuan khusus, auditor
harus menerapkan ketentuan dalam SA 700.
a. SA 700 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan mengacu atau
menjelaskan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku secara memadai.aDalam hal
laporan keuangan disusun sesuai dengan klausul suatu kontrak, auditor harus mengevaluasi
apakah laporan keuangan menjelaskan secara memadai setiap interpretasi signifikan atas
kontrak yang mendasari penyusunan laporan keuangan.
b. SA 700 mengatur bentuk dan isi laporan auditor. Hal-hal yang harus diperhatikan auditor
dalam hal laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus adalah sebagai berikut;
1. Laporan auditor harus menjelaskan tujuan disusunnya laporan keuangan, dan jika
diperlukan, pengguna yang dituju, atau pengacuan pada suatu catatan atas laporan
keuangan yang berisi informasi tentang hal tersebut.
2. Jika manajemen memiliki suatu pilihan atas kerangka pelaporan keuangan dalam
penyusunan laporan keuangan tersebut, penjelasan tentang tanggung jawab manajemen
atas laporan keuangan juga harus dibuat sebagai suatu acuan pada tanggung jawabnya
untuk menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima
sesuai dengan kondisinya.
c. Laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus harus mencantumkan suatu
paragraf Penekanan suatu Hal yang memperingatkan pengguna laporan auditor bahwa
laporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus dan bahwa,
sebagai akibatnya, laporan keuangan belum tentu sesuai untuk tujuan lain.

MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN


Contoh-contoh kerangka bertujuan khusus antara lain;
a. Suatu basis akuntansi perpajakan untuk satu set laporan keuangan yang melampiri surat
pemberitahuan tahunan (“SPT”) entitas
b. Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas untuk informasi arus kas yang diharuskan
oleh kreditur;
 Ketentuan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator untuk memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh regulator tersebut; atau
 Ketentuan pelaporan keuangan suatu kontrak, seperti perjanjian obligasi, perjanjian
pinjaman, atau hibah untuk suatu proyek.
Kemungkinan terdapat kondisi yang di dalamnya kerangka bertujuan khusus
didasarkan pada suatu kerangka pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu organisasi
pengatur standar yang memiliki wewenang atau diakui, atau oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi tidak mematuhi seluruh ketentuan kerangka tersebut. Laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus mungkin merupakan satu-satunya laporan
keuangan yang disusun oleh suatu entitas.

Pertimbangan dalam Penerimaan Perikatan


Keberterimaan Kerangka Pelaporan Keuangan. Kebutuhan informasi keuangan dari
pengguna dari pengguna yang dituju merupakan suatu faktor utama dalam penentuan tingkat
keberterimaan kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat mencakup standar pelapoan
keuangan yang ditetapkan oleh suatu organisasi yang memiliki wewenang atau diakui untuk
menetapkan standar bagi laporan keuangan bertujuan khusus.
Dalam kondisi tersebut, standar tersebut akan dianggap dapat diterima untuk tujuan
tersebut jika organisasi tersebut mengikuti suatu proses yang terstandardisasi dan transparan
yang melibatkan pemikiran dan pertimbangan atas pandangan dari pemangku kepentingan
yang relevan. Dalam beberapa yurisdiksi, peraturan perundang-undangan dapat menentukan
kerangka pelaporan keuangan yang digunakan oleh manajemen dalam penyusunan laporan
keuangan bertujuan khusus bagi entitas jenis tertentu. Kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku dapat mencakup ketentuan pelaporan keuangan suatu kontrak.

Pertimbangan Dalam Perencanaan Dan Pelaksanaan Audit


a. SA 200 mengharuskan auditor untuk mematuhi
b. ketentuan etika yang relevan, termasuk hal yang berkaitan dengan independensi, terkait
dengan perikatan audit atas laporan keuangan, dan
c. semua SA yang relevan untuk audit.

SA 200 juga mengharuskan auditor untuk mematuhi setiap ketentuan yang tercantum di
dalam suatu SA kecuali jika, keseluruhan SA tidak relevan atau ketentuan yang tercantum di
dalam SA tidak relevan terhadap kondisi audit, karena ketentuan tersebut bersifat kondisional,
dan kondisi tersebut tidak ada. Penerapan beberapa ketentuan SA dalam suatu audit atas
laporan keuangan bertujuan khusus menuntut pertimbangan khusus auditor. Dalam kasus
laporan keuangan bertujuan khusus seperti laporan yang disusun untuk memenuhi ketentuan
suatu kontrak, manajemen dapat menyepakati dengan pengguna laporan keuangan bertujuan
khusus, atas kesalahan penyajian yang teridentifikasi di bawah ambang batas tidak akan
dikoreksi atau disesuaikan.
Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola berdasarkan SA
didasarkan pada hubungan antara pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dengan
laporan keuangan yang diaudit. Terutama apakah pihak tersebut bertanggung jawab untuk
mengawasi penyusunan laporan keuangan. Dalam kasus laporan keuangan bertujuan khusus,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola mungkin tidak memiliki tanggung jawab
tersebut.

Perumusan Opini dan Pertimbangan dalam Pelaporan


Laporan keuangan bertujuan khusus mungkin digunakan untuk tujuan selain tujuan
awalnya. Sebagai contoh, badan pengatur dapat mengharuskan entitas tertentu untuk
menempatkan laporan keuangan bertujuan khusus dalam dokumen publik.
Auditor dapat menganggap tepat untuk mengindikasikan bahwa laporan auditor hanya
ditujukan bagi pengguna tertentu. Tergantung dari peraturan perundang-undangan suatu
yurisidiksi, hal ini dapat dicapai dengan membatasi distribusi atau penggunaan laporan auditor.

STANDAR JASA TERKAIT 4400


PERIKATAN UNTUK MELAKSANAKAN PROSEDURE YANG DI SEPAKATI
ATAS INFORMASI KEUANGAN

PENDAHULUAN
Tujuan Standar jasa terkait ( “SJT” ) adalah untuk menetapkan standar yang
memberikan panduan tentang tanggung jawab profesional praktisi ketika melaksanakan suatu
perikatan prosedure yang disepakati atas informasi keuangan serta memberikan panduan
tentang bentuk dan isi laporan yang diterbitkan oleh praktisi berkaitan dengan perikatan
tersebut. SJT ditujukan untuk perikatan yang berkaitan dengan informasi keuangan. Namun
standar ini dapat memeberikan panduan untuk perikatan yang berkaitan dengan non keuangan,
dengan syarat praktisi memiliki pengetahuan memadai tentang hal pokok yang bersangkutan.

Tujuan Perikatan Prosedure yang Disepakati


Tujuan suatu prosedure yang disepakati adalah agar praktisi melaksanakan prosedure yang
bersifat audit yang telah disepakati oleh praktisi dan entitas serta pihak ketiga yang tepat, dan
agar praktisi melaporkan temuan faktualnya. Oleh karena itu praktisi hanya memberikan suatu
laporan tentang temuan faktual dari prosedure yang disepakati, praktisi tidak menyatakan
keyakinan. Laporan ditujukan hanya bagi pihak yang menyetujui dilaksanakanya prosedure
yang disepakati tersebut, karena pihak lain yang tidak mengetahui alasan yang mendasarri
dilaksanakan nya prosedure yang disepakati tersebut.

Prinsip Umum Suatu Perikatan Prosedure yang Di sepakati


Praktisi harus mematuhi kode etik profesi akuntan publik yang ditetapkan oleh institut
akuntan publik indonesia (“ Kode Etik”). Prinsip etika yang mengatur tanggung jawab
profesional praktisi untuk jenis perikatan ini adalah:
a. Integritas
b. Objektivitas
c. Kompetensi serta kecermatan dan kehati-hatian profesional
d. Kerahasian
e. Perilaku profesioanl
f. Standar teknis.
Independensi bukan suatu persyaratan untuk perikatan prosedur yang disepakati, namun
syarat atau tujuan suatu perikatan atau standar profesi kemungkinan mensyaratkan praktisi
untuk mematuhi persyaratan independensi Kode Etik. Praktisi harus melaksanakan suatu
perikatan prosedure yang disepakati berdasarkan SJT dan kondisi perikatan.

Penentuan Kondisi Perikatan


Praktisi harus memastikan dengan pihak yang mewakili entitas dan pada umumnya,
pihak lain yeng disebutkan yang akan menerima salinan laporan prosedure yang disepakati,
bahwa terdapat suatu pemahaman yang jelas tentang prosedur yang disepakati dan kondisi
perikatan. Hal-hal yang disepakati mencakup sebagai berikut :
 Sifat perikatan termasuk fakta bahwa prosedur yang dilaksanakan bukan merupakan suatu
audit atau reviu dan oleh karena itu praktisi tidak menyatakan keyakinan.
 Tujuan perikatan.
 Identifikasi informasi keuangan yang akan diterapkan untuk prosedur yang disepakati.
 Sifat, saat dan luas prosedur spesifik yang akan diterapkan.
 Bentuk laporan prosedur yang disepakati yang diantisipasi.
 Pembatasan terhadap distribusi laporan prosedur yang disepakati. Bila pembatasan ini
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, praktisi tidak diperkenankan untuk
menerima perikatan tersebut.
Bila suatu prosedur telah disepakati oleh badan pengatur, wakil industri, dan wakil dari
profesi akuntan, praktisi mungkin tidak dapat membahas prosedur tersebut dengan semua pihak
yang akan menerima laporan prosedur yang disepakati. Dalam hal ini, praktisi dapat
mempertimbangkan, untuk membahas prosedur yang harus dilaksanakan tersebut dengan wakil
yang tepat dari pihak-pihak yang terlibat, mereviu korespondensi yang relevan dari pihak-pihak
tersebut. Mengirimkan surat perikatan yang mendokumentasikan syarat-syarat penting dari
penunjukan tersebut merupakan kepentingan klien maupun praktisi. Suatu surat perikatan
menegaskan penerimaan praktisi atas penunjukan tersebut dan membantu menghindari salah
paham tentang hal-hal seperti tujuan dan ruang lingkup perikatan. Hal-hal yang harus
dicantumkan dalam surat perikatan mencakup:
 Suatu daftar prosedur yang harus dilaksanakan yang disepakati diantara berbagai pihak.
 Suatu pernyataan bahwa pendistribusian laporan prosedur yang disepakati akan dibatasi
kepada pihak-pihak yang disebutkan yang telah menyepakati prosedur yang harus
dilaksanakan tersebut.

PERENCANAAN
Praktisi harus merencanakan pekerjaanya sedemikan rupa sehingga perikatan dapat
dilaksanakan secara efektif.

DOKUMENTASI
Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal penting yang menjadi bukti yang
mendukung laporan prosedur yang disepakati, dan bukti bahwa perikatan tersebut telah
dilakasanakan berdasarkan SJT ini serta kondisi perikata.
PROSEDUR DAN BUKTI
Praktisi harus melaksanakan prosedur yang disepakati dan menggunakan bukti yang
diperoleh sebagai dasar untuk melaporkan temuan faktual. Prosedur yang diterapkan dalam
suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati dapat mencakup sebagai berikut:
a. Permintaan keterangan dan analisis
b. Perhitungan ulang, perbandingan, dan pengecekan akurasi klerikal yang lain.
c. Observasi
d. Inspeksi
e. Pemerolehan konfirmasi

PELAPORAN
Pelaporan tentang perikatan prosedur yang disepakati perlu menjelaskan tujuan dan prosedur
yang disepakati dalam perikatan dengan cukup rinci yang memungkinkan pembaca memahami
sifat dan luas pekerjaan yang dilaksanakan. Laporan prosedur yang disepakati harus berisi:
a. Judul
b. Pihak yang dituju (biasanyan klien yang membuat perikatan dengan praktisi untuk
melaksanakan prosedur yang disepakati).
c. Identifikasi informasi keuangan atau non-keuangan yang dijadikan objek pelaksanaan
prosedur yang disepakati.
d. Suatu pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan telah disepakati oleh penerima
laporan
e. Suatu peryataan bahwa perikatan tersebut dilaksanakan berdasarkan standar jasa terkait
yang ditetapkan oleh IAPI yang berlaku untuk perikatan prosedur yang disepakati
f. Bila relevam, peryataan bahwa praktisi tidak independen terhadap entitas.
g. Identifikasi tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan prosedur yang disepakati
tersebut.
h. Suatu daftar prosedur spesifik yang dilaksanakan (daftar tersebut dapat disajikan sebagai
lampiran dari laporan prosedur yang disepakati).
i. Suatu deskripsi temuan faktual praktisi termasuk rincian yang memadai tentang kesalahan
dan penyimpanan yang ditemukan (deskripsi temuan tersebut dapat disajikan sebagai
lampiran dari laporan prosedur yang disepakat).
j. Pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan bukan merupakan suatu audit maupun
reviu dan, oleh karena itu, praktisi tidak menyatakan 3 keyakinan.
k. Suatu pernyataan bahwa jika praktisi melaksanakan prosedur tambahan, suatu audit atau
reviu, hal-hal lain mungkin dapat diketahui dan dilaporkan.
l. Suatu pernyataan bahwa laporan tersebut dibatasi kepada pihak-pihak yang telah
menyepakati prosedur yang harus dilaksanakan;
m. Suatu pernyataan (bila relevan) bahwa laporan tersebut hanya berkaitan dengan unsur,
akun, pos, atau informasi keuangan atau non-keuangan yang disebutkan dan laporan
tersebut tidak mencakup laporan keuangan secara keseluruhan;
n. Tanggal laporan;
o. Alamat praktisi; dan
p. Tanda tangan praktisi

PERSPEKTIF SEKTOR PUBLIK


Laporan dalam perikatan suatu sektor publik kemungkinan tidak dapat diabatasi hanya
untuk pihak-pihak yang telah menyepakati prosedur yang harus dilaksanakan, namun dapat
tersedia juga bagi entitas atau individual yang lebih luas ( misalnya, investigasi parlemen
tentang suatu entitas publik atau departemen pemerintahan). Perlu diperhatikan bahwa mandat
sektor publik dapat bervariasi secara signifikan dan oleh karena itu, praktisi perlu berhati-hati
untuk membedakan perikatan “ prosedur yang disepakati “ yang sesungguhnya dengan
perikatan yang diharapkan sebagai audit atas informasi keuangan, seperti laporan kinerja.

Anda mungkin juga menyukai