Disusun oleh :
FANDY ERWINDA 12030116220021
NINA WIDARINI 12030116220025
BHAYU WASESHA 12030116220035
Pendahuluan
Tujuan Standar Perikatan Asurans (“SPA”) ini adalah untuk menetapkan prinsip
dasar dan prosedur esensial bagi, dan menyediakan panduan kepada, setiap individu
profesional yang berada di Kantor Akuntan Publik (untuk tujuan SPA ini disebut sebagai
“praktisi”) dalam pelaksanaan perikatan asurans selain audit atau reviu atas informasi keuangan
historis yang dicakup oleh Standar Audit (“SA”) atau Standar Perikatan Reviu (“SPR”).
SPA ini menggunakan istilah “perikatan keyakinan memadai” dan “perikatan
keyakinan terbatas” untuk membedakan dua jenis perikatan asurans yang diperkenankan
untuk dilakukan oleh seorang praktisi. Tujuan perikatan keyakinan memadai
adalah penurunan risiko perikatan asurans ke tingkat rendah yang dapat diterima
sesuai dengan kondisi perikatan sebagai basis untuk suatu bentuk pernyataan positif dari
kesimpulan praktisi. Tujuan perikatan keyakinan terbatas adalah penurunan risiko perikatan
asurans ke tingkat yang dapat diterima sesuai dengan kondisi perikatan, tetapi risiko tersebut
lebih besar daripada risiko dalam suatu perikatan keyakinan memadai, sebagai basis untuk
suatu bentuk pernyataan negatif dari kesimpulan praktisi.
Ketentuan Etika
Praktisi harus mematuhi ketentuan dalam Bagian A dan Bagian B Kode Etik Profesi
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (“Kode Etik”). Kode
Etik menyediakan suatu kerangka prinsip yang digunakan oleh anggota tim asurans, KAP, dan
KAP jejaring untuk mengidentifikasi ancaman terhadap independensi, mengevaluasi
signifikansi ancaman, dan jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain dari ancaman yang
secara jelas tidak signifikan, mengidentifikasi dan menerapkan pencegahan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima, sehingga
independensi 1 dalam pemikiran dan independensi dalam penampilan tidak terganggu.
Pengendalian Mutu
Praktisi harus mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu yang berlaku untuk
perikatan secara individual. Berdasarkan Standar Pengendalian Mutu (“SPM”), “Pengendalian
Mutu bagi Kantor Akuntan Publik yang Melaksanakan Perikatan asurans (Audit, Reviu, dan
Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan selain Asurans,”3 KAP berkewajiban untuk
menetapkan suatu sistem pengendalian mutu yang dirancang untuk menyediakan suatu
keyakinan memadai bahwa KAP tersebut dan personelnya mematuhi standar profesi dan
peraturan perundang-undangan, dan bahwa laporan asurans yang diterbitkan adalah tepat
sesuai dengan kondisinya. Selain itu, unsur pengendalian mutu yang relevan dengan perikatan
secara individual mencakup tanggung jawab kepemimpinan, ketentuan etika, penerimaan
dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta perikatan spesifik, penugasan tim perikatan,
pelaksanaan perikatan, dan pemantauan.
Pemerolehan Bukti
Praktisi harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat sebagai basis untuk menyatakan
kesimpulan. Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti. Ketepatan adalah ukuran kualitas
bukti; yaitu, relevansi dan keandalan bukti tersebut. Praktisi mempertimbangkan hubungan
antara biaya untuk memperoleh bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Namun, hal
tentang kesulitan atau biaya yang terlibat bukan dengan sendirinya merupakan suatu basis yang
valid untuk mengabaikan suatu prosedur pengumpulan bukti ketika tidak terdapat alternatif
yang tersedia. Praktisi mengggunakan pertimbangan profesional dan skeptisisme profesional
dalam mengevaluasi kuantitas dan kualitas bukti, yaitu kecukupan dan ketepatan
bukti tersebut, untuk mendukung laporan asurans.
Dokumentasi
Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal yang signifikan dalam menyediakan bukti
yang mendukung laporan asurans dan bahwa perikatan dilaksanakan berdasarkan SPA.
Dokumentasi mencakup suatu catatan tentang dasar praktisi atas seluruh hal signifikan yang
membutuhkan penggunaan pertimbangan, dan kesimpulan terkait. Eksistensi pertanyaan-
pertanyaan yang sulit atas prinsip atau pertimbangan, memerlukan pendokumentasian untuk
mencantumkan fakta-fakta relevan yang diketahui oleh praktisi ketika kesimpulan ditarik.
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Mengatur pertimbangan khusus dalam penerapan SA 100-700 dalam audit atas laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus. SA 800 tidak
menghilangkan ketentuan yang tercantum dalam SA-SA lain, dan juga ditujuakn untuk
mengatur seluruh pertimbangan khusus yang mungkin relevan dengan kondisi perikatan.
Tanggal Efektif
Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal:
a. Januari 2013 untuk (Emiten) atau
b. 1 Januari 2014 (untuk entitas selain emiten), atau
Penerapan ini dianjurkan untuk entitas selain emiten.
Tujuan
Tujuan auditor untuk menangani dengan tepat pertimbangan khusus yang relevan
dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerimaan perikatan,
b. Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut,
c. Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan.
DEFINISI
Untuk tujuan SA, istilah dibawah ini memiliki makna yang dijelaskan sebagai berikut
a. Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus.
b. Suatu kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi
keuangan bagi pengguna tertentu. Kerangka pelaporan keuangan dapat berupa suatu
kerangka penyajian wajar atau kerangka kepatuhan.
Pengacuan pada “laporan keuangan” dalam SA ini berarti “satu set lengkap laporan
keuangan bertujuan khusus, termasuk catatan atas laporan keuangan.” Catatan atas laporan
keuangan pada umumnya mencakup suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan
informasi penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menentukan bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang membentuk satu set lengkap
laporan keuangan.
KETENTUAN
Pertimbangan dalam Penerimaan Perikatan
Keberterimaan Kerangka Pelaporan Keuangan. Dalam suatu audit atas laporan
keuangan bertujuan khusus, auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang;
a. Tujuan disusun nya laporan
b. Pengguna laporan keuangan yang dituju,
c. Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk menentukan bahwa kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima sesuai dengan kondisinya
SA 200 juga mengharuskan auditor untuk mematuhi setiap ketentuan yang tercantum di
dalam suatu SA kecuali jika, keseluruhan SA tidak relevan atau ketentuan yang tercantum di
dalam SA tidak relevan terhadap kondisi audit, karena ketentuan tersebut bersifat kondisional,
dan kondisi tersebut tidak ada. Penerapan beberapa ketentuan SA dalam suatu audit atas
laporan keuangan bertujuan khusus menuntut pertimbangan khusus auditor. Dalam kasus
laporan keuangan bertujuan khusus seperti laporan yang disusun untuk memenuhi ketentuan
suatu kontrak, manajemen dapat menyepakati dengan pengguna laporan keuangan bertujuan
khusus, atas kesalahan penyajian yang teridentifikasi di bawah ambang batas tidak akan
dikoreksi atau disesuaikan.
Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola berdasarkan SA
didasarkan pada hubungan antara pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dengan
laporan keuangan yang diaudit. Terutama apakah pihak tersebut bertanggung jawab untuk
mengawasi penyusunan laporan keuangan. Dalam kasus laporan keuangan bertujuan khusus,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola mungkin tidak memiliki tanggung jawab
tersebut.
PENDAHULUAN
Tujuan Standar jasa terkait ( “SJT” ) adalah untuk menetapkan standar yang
memberikan panduan tentang tanggung jawab profesional praktisi ketika melaksanakan suatu
perikatan prosedure yang disepakati atas informasi keuangan serta memberikan panduan
tentang bentuk dan isi laporan yang diterbitkan oleh praktisi berkaitan dengan perikatan
tersebut. SJT ditujukan untuk perikatan yang berkaitan dengan informasi keuangan. Namun
standar ini dapat memeberikan panduan untuk perikatan yang berkaitan dengan non keuangan,
dengan syarat praktisi memiliki pengetahuan memadai tentang hal pokok yang bersangkutan.
PERENCANAAN
Praktisi harus merencanakan pekerjaanya sedemikan rupa sehingga perikatan dapat
dilaksanakan secara efektif.
DOKUMENTASI
Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal penting yang menjadi bukti yang
mendukung laporan prosedur yang disepakati, dan bukti bahwa perikatan tersebut telah
dilakasanakan berdasarkan SJT ini serta kondisi perikata.
PROSEDUR DAN BUKTI
Praktisi harus melaksanakan prosedur yang disepakati dan menggunakan bukti yang
diperoleh sebagai dasar untuk melaporkan temuan faktual. Prosedur yang diterapkan dalam
suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati dapat mencakup sebagai berikut:
a. Permintaan keterangan dan analisis
b. Perhitungan ulang, perbandingan, dan pengecekan akurasi klerikal yang lain.
c. Observasi
d. Inspeksi
e. Pemerolehan konfirmasi
PELAPORAN
Pelaporan tentang perikatan prosedur yang disepakati perlu menjelaskan tujuan dan prosedur
yang disepakati dalam perikatan dengan cukup rinci yang memungkinkan pembaca memahami
sifat dan luas pekerjaan yang dilaksanakan. Laporan prosedur yang disepakati harus berisi:
a. Judul
b. Pihak yang dituju (biasanyan klien yang membuat perikatan dengan praktisi untuk
melaksanakan prosedur yang disepakati).
c. Identifikasi informasi keuangan atau non-keuangan yang dijadikan objek pelaksanaan
prosedur yang disepakati.
d. Suatu pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan telah disepakati oleh penerima
laporan
e. Suatu peryataan bahwa perikatan tersebut dilaksanakan berdasarkan standar jasa terkait
yang ditetapkan oleh IAPI yang berlaku untuk perikatan prosedur yang disepakati
f. Bila relevam, peryataan bahwa praktisi tidak independen terhadap entitas.
g. Identifikasi tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan prosedur yang disepakati
tersebut.
h. Suatu daftar prosedur spesifik yang dilaksanakan (daftar tersebut dapat disajikan sebagai
lampiran dari laporan prosedur yang disepakati).
i. Suatu deskripsi temuan faktual praktisi termasuk rincian yang memadai tentang kesalahan
dan penyimpanan yang ditemukan (deskripsi temuan tersebut dapat disajikan sebagai
lampiran dari laporan prosedur yang disepakat).
j. Pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan bukan merupakan suatu audit maupun
reviu dan, oleh karena itu, praktisi tidak menyatakan 3 keyakinan.
k. Suatu pernyataan bahwa jika praktisi melaksanakan prosedur tambahan, suatu audit atau
reviu, hal-hal lain mungkin dapat diketahui dan dilaporkan.
l. Suatu pernyataan bahwa laporan tersebut dibatasi kepada pihak-pihak yang telah
menyepakati prosedur yang harus dilaksanakan;
m. Suatu pernyataan (bila relevan) bahwa laporan tersebut hanya berkaitan dengan unsur,
akun, pos, atau informasi keuangan atau non-keuangan yang disebutkan dan laporan
tersebut tidak mencakup laporan keuangan secara keseluruhan;
n. Tanggal laporan;
o. Alamat praktisi; dan
p. Tanda tangan praktisi