Hiper Bab 2
Hiper Bab 2
PENDAHULUAN
1
tentang gangguan ini. Hiperemesis gravidarum dapat disebabkan kadar esterogen yang tinggi
dan hipertiroidisme yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin korionik
manusia. Faktor- faktor psikologis dapat merupakan penyebab hiperemesis gravidarum.
Wanita yang pola reaksi normalnya terhadap stres mencakup gangguan pencernaan
seringkali mengalami hiperemesis gravidarum, dan ada beberapa cara untuk mengatasi
masalah mual dan muntah yaitu: menyediakan biskuit tawar, biskuit tawar panggang, atau
sereal kering samping tempat tidur untuk dikonsumsi sebelum bangunn tidur di pagi hari;
makan malamm porsi kecil, tetapi sering; menghindari minuman berkafein; mengonsumsi
cairan dalam jumlah adekuat, tetapi lebih baik di antara waktu makan daripada saat makan;
menghindari bau masakan dan bau cat yang menimbulkan mual; membatasi makanan yang
banyak mengandung rempah- rempah. Obat antiemetik tidak dianjurkan. Hiperemesis
gravidarum, muntah berat lama, dan menetap membutuhkan perhatian medis. Penggantian
cairan dan elektrolit dapat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi dehidrasi (Bobak dkk,
2004).
Berdasarkan uraian diatas dapat menunjukkan hiperemesis gravidarum merupakan
masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena hiperemesis gravidarum dapat
menyebabkan gangguan pada awal kehamilan, karena tingkat kejadian hiperemsis
gravidarum masih tinggi di seluruh dunia. Sampai saat ini penyebeb hiperemesis gravidarum
belum di temukan. Pencegahan dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi
hiperemesis gravidarum lebih cepat dan tanpa perlu dirawat di rumah sakit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang
lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jaranag di atas simfisis pubis. Mons
berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan
seksual).
b. Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).
c. Labia Minora
Labia minora, terletak di anatar dua labia mayora, merupakan lipatan kulit panjang,
sempit, dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari baah klitoris dan
menyatu dengan fourchettte.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Fungsi utama klitoris ialah menstimulasi dan meningkatkan
keteganga seksual.
e. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri menjadi bagian medial dan
lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium,
sedangkan bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk
frenulum.
f. Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
diantara labia minora, klitoris, dan fourchette. Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan
himen.
h. Perinium
4
Perinium adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus
perinium. Penggunaan istilah vulva dan perinium kadang- kadang tetukar, tetapi
secara tidak tepat.
2. Srtuktur Internal
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopi.
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen,
progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang di butuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba Uterus (Fallopi)
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uteris. Panjang tuba ini kira- kira 10 cm
dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar,
lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam.
c. Uterus
Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun dari bagian bawah
abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus bin dari bagian bawah abdomen ke
pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus biasanya terletak di garis tengah pada pelvis
sejati, posterior terhadap simfisis pubis dan kandung kemih, serta anterior terhadap
rektum.
d. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan di belakang kandung
kemih dan uretra, memanjang dari intoitus (muara eksterna di vestibulum di antara
labia minora vulva) sampai serviks.
2.1.3 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, dahulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena di duga adanya semaccam
racun yang berasal dari janin atau kehamilan, penyakit ini juga di golongkan ke dalam
gestosis bersama preeklamsia dan eklamsia (Runiari, 2010).
5
Menurut Serri Hutahaean (2013) ada beberapa faktor predisposisi terjadinya mual dan
muntah :
1. Faktor predisposisi : primigravida, kehamilanganda,mola hidatidosa.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat hamil,
resistensi yang menurun dari pihak ibu.
3. Faktor organik : alergi
4. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebgai pelarian karena kesukaran hidup.
2.1.5 Patofisiologis
6
Patofisiologis hiperemesis gravidarum masih belum jelas namun peningkatan kadar
progesteron, esterogen dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor
pencetus mual dan muntah. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bial terjadi terus- menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik (Runiari, 2010). Belum jelas mengapa
gejala ini hanya terjadi pada sebagaian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan
faktor utama, di samping faktor hormonal.
Menurut Serri Hutahean (2013) ibu yang mengalami lambung spastik dengan gejala
tidak suka makan dan sering mual sebelum hamil akan mengalami hiperemesis gravidarum
yang berat. Hal ini mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Oleh karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan, ekstraselular dan plasma berkurang.
2.1.6 Phatways
(terlampir)
7
terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaangangguan sistem saraf pusat yang
ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat
berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan koma.4 Pada defisiensi
vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga disertai dengan epistaksis (Aril, 2012).
Bila hiperemesis gravidarum terjadi secara terus menerus dapat terjadi dehidrasi.
Dehidrasi yang muncul karena kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan
akibat dimuntahkan. Jaringan pada esofagus dan lambung dapat robek karena muntah yang
terlalu sering. Kenaikan berat badan ibu <7 kg dan dengan hiperemesis gravidarum berisiko
sangat tinggi melahirkan bayi prematur, berat badan bayi rendah, dan nilai APGAR lima
menit kurang dari 7.
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaa mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala.
Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai
pendekatan dengan pengobatan antiemetik, rawat inap, atau pemberian pemberian nutrisi
parenteral (Runiari, 2010). Serri Hutaean (2013) juga menambahkan hiperemesis
gravidarum juga perlu dilakukan dengan jalan memberi informasi yang benar tentang
kehamilan persalinan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses fisiologis,
serta memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan hal alami pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
Perawat mengobservasi wanita untuk mendeteksi adanya tanda- tanda komplikasi,
seperti asidosis metabolik, ikterik, atau hemoragi dan memberi tahu tenaga perawatan
kesehatan begitu tanda- tanda tersebut muncul (Bobak dkk, 2004). Langkah awal dalam
penentuan diagnosis hiperemesis gravidarum adalah dengan menetukan frekuensi muntah
serta mengkaji data mengenai diet, stres dan dukungan secara rinci. Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk mencari tanda- tanda kedaan patologis yang mungkin merupakan penyebab
atau memperberat keadaan. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit kandung empedu, hidronefrosis atau mola hidatidiformis (Runiari,
2010).
Beberapa terapi medis yang dilakukan untuk mengatasi hiperemesis gravidarum menurut
Serri Hutaean (2013), yaitu :
8
1. Obat- obatan
Obat- obatan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil diantaranya: obat sedatif yang
sering digunakan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Bila
lebih berat dapt diberikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau klorpromasin,
dan yang terakhir antihistamin yang dianjurkan seperti dramamin atau avomin.
2. Isolasi
Mengisolasi yang dimaksudkan adalah dengan menyendirikan ibu dalam kamar yang
tenang tetapi cerah dan dengan pertukaran udara yang baik. Tidak dianjurkan memberi
makanan atau minuman selama 24-28 jam.
3. Terapi Psikologis
Meyakinkan ibu untuk menghilangkan rasa takut karena kehamilannya, mengurangi
pekerjaan sehingga dapat menghilangkan masalah dan konflik yang mungkin menjadi
latar belakang penyakit ini.
4. Cairan Parenteral
Memberikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter per hari. Jika diperlukan
tambahkan kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C, dan jika
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
5. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan semakin buruk.delirium,
kebutaan, takikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan yang merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan.keputusan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu sisi tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di sisi lain tidak boleh dilakukan terlalu cepat, dan
tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversibel pada organ vital.
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah- buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat- zat gizi,
kecuali vitamin C, karena hanya dibeikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
9
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizzi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Makanan rendah dalam semua zat- zat gizi kecuali
vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan dengan gejala ringan.
Kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
10
- Intregitas ego sepserti, konflik interpersonal anatar keluaraga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
- Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika mengalami
muntah, kaji warna, volume, frekuensi dan kualiutasnya. Kaji juga faktor yang
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan yang baik
difasilitas kesehatan atu pengobatan dirumah.
- Gejala- gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri
pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi,
serta memperingakan dan memberatkan nyeri.
- Pengkajian lain dapat dilakukan denganmenggunakan Rhodes index ofNausea
Vomiting yang terdiri dari 8 pertanyaan untuk mengkajai frekuensi dan beratnya
mual muntah.;
b. Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif berfokus pada pengkajian fisik Runiari (2010) yang meliputi :
- Kaji ada tidaknya demam, takikardi atau hipotensi otostatik, frekuensi pernapasan
meningkat, atau adanya napas bau aseton, nadi (kuat atau lemah).
- Kaji keadaan umum seperti distres emosional dan ada tidaknya toksik
- Kaji berat badan meningkat atau menurun.
- Kaji turgor kulit, membran mukosa (lembab atau kering), dan oligouria.
- Kaji keadaan abdomen seperti suara abdomen (biasanya hipoaktif dalam keadaan
normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepaas atau nyeri tekan, adanya distensi,
adanya hepatosplenomegali dan tanda Murpy dan tanda Mc. Burney’s.
- Kaji keadaan janin yang meliputi pemeriksaan denyut janutng janin, tinggi fundu
uterus dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan urine untuk menentukan adanya infeksi atau dehidrasi yang meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
- Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
- Pemeriksaan elektrolit jika terjaddi dehidrasi dan di duga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
- Pemeriksaan BUN, nonprotein nitrogen dan kadar asam.
11
- Tiroid Stimulating Hormon (TSH) menentukan adanya penyakit pada tiroid.
- CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
- Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
- Kadar hCG jika diduga kehamilan multple atau mola Hidatiformia.
2.2.2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah thapan keduan dalam proses keperawatan. Tahapan
ini memungkinkan perawat untuk menganalisis data yang telah dikelompokan. Diagnosis
dirumuskan berdasarkan respon pasien dan perubahan- perubahan yang terjadi pada status
kesehatannya. Komponen- komponen berikut ini yang menandai tiga bagian pernyataan
diagnosis keperawatan: diagnosis keperawatan, etilogi, batasan karakteristik.
Berikut ini diagnosi keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum:
1. Neusea berhubungan dengan kehamilan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis(mis, infeksi, iskemia,
neoflasma).
3. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas
12
2.2.3 RENCANA KEPERAWATAN
13
anti emetik
2 Nyeri akut NOC: Pain Management
berhubungan dengan Pain level Lakukan pengkajian
agen cidera Pain control nyeri secara
biologis(mis, infeksi, Comfotr level komprehensif,
iskemia, neoflasma). Kriteria hasil: termasuk lokasi,
Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan
nyeri, mampu factor presifitasi.
menggunakan tehnik Obervasi reaksi non
non farmakologi untuk verbal dari
mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
mencar bantuan) Gunakan teknik
Melaprkan bahwa komunikasi terapeutik
nyeri berkurang untuk mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri
majemen nyeri pasien
Mampu mengenali Kaji kultur yang
nyeri skala, intensitas, mempengaruhi respon
prekuensi dan tanda nyeri
nyeri) Evaluasi pengalaman
Menyatakan rasa nyeri masa lampau
nyaman setelah nyeri Evaluasi bersama
berkurang pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketiadkefektipan
control nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
14
dan menemukan
dukungan
Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non-
farmakologi, dan
interpersonal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarka tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
menguragi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
15
Analgesik Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemeberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu.
Tentukan
pilihananalgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
mengobati nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
16
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
3 Resiko syok NOC NIC
berhubungan dengan Syok prevention Syok prevention
hipovolemia Syok management - Monitor status
Kriteria hasil: sirkulasi BP, warna
Nadi dalam batas yang kulit, suhu kulit,
diharapkan denyut jantung, HR,
Irama jantung dalam batas dan ritme, nadi
yang diharapkan perifer, dan kapiler
17
normal - Tempatkan pasien
pada posisi supine,
kaki elevasi untuk
peningkatan preload
dengan tepat
- Lihat dan pelihara
kepatenan jalan
nafas
- Berikan cairan IV
dan atau oral yang
tepat
- Berikan vasodilator
yang tept
- Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok
- Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi
gejala syok
4 Intoleransi aktifitas NOC NIC
berhubungan dengan Energy conservation Activity Therapy
imobilitas Activity tolerance - Kolaborasikan
Self care: ADLs dengan tenaga
Krteria hasil: rehabilitas medic
dan RR mengidentifikasi
18
Mampu melakukan aktivitas yang
aktivitas sehari-hari mampu dilakukan
(ADLs) secara mandiri - Bantu untuk memilih
TTV normal aktivitas konsisten
Level kelemahan yang sesuai dengan
19
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positifbagi yang
aktif beaktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
- Moitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh kerena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan klien(Nursalam,2001).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan; mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan yang dapat
dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus
mengumpulkan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah
ditetapkan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
20
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat memonitor “ kealfaan “ yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi merupakan suatu yang direncanakan dan merupakan perbandingan
sistematik opada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam
mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan
yang telah dilakukan
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap saat proses keperawatan. Pengumpulan data perlu
direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi
dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosis juga perlu di evalusi dalam
hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi di evaluasi untuk menentukan
apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hyperemesis gravidum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang terjadi kira- kira
sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu (trisemester
pertama), mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat (Serri, 2013). Menurut Chrisdiono
(2004) hiperemesis gravidarum adalah suaru keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana
penderita mengalami mual dan muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. hiperemesis gravidarum
biasanya terjadi pada umur kehamilan 14 minggu (trisemester pertama). Hyperemesis
gravidum adalah mual dan muntah yang berlebih dapat mengganggu aktivitas sehari- hari,
dan dapat mengakibatkan kekurangan cairan dan penurunan berat badan. Penatalaksanaa
mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan dilakukan
mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai pendekatan dengan pengobatan
antiemetik, rawat inap, atau pemberian pemberian nutrisi parenteral
3.2 SARAN
Sebaiknya kami sarankan bagi para pembaca menumbuhkan niat untuk lebih mencari
tahu tentang informasi mengenai “Hyperemesis Gravidum” tanpa mengacu pada satu
referensi. Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran terhadap
makalah penulis yang masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan.
22