Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness, dialami oleh
sekitar 70-80% wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering dialami pada umur 5-12
minggu. Mual dan muntah pada kehamilan biasanya bersifat ringan dan merupakan kondisi
yang dapat dikontrol sesuai kondisi masing- masing individu. Mual dan muntah yang ringan
umum dan normal terjadi di awal kehamilan, bila tejadi berlebihan maka dapat menimbulkan
efek patologis seperti hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah berlebihan pada wanita hamil yang
menyebabkan terjadinya penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,
ketosis, dan tidak normalnya kadar elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat mulai terjadi
pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya
pada usia kehamilan dua puluh minggu (Runiari, 2010). Apabila ibu hamil yang mengalami
hal-hal tersebut tidak melakukan penanganan dengan baik dapat menimbulkan masalah lain
yaitu peningkatan asam lambung dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam
lambung akan semakin memperparah hyperemesis gravidarum (Maulana, 2008).
Menurut Helper tahun 2008 bahwa Sebagian besar ibu hamil 70-80% mengalami
morning sickness dan sebanyak 1-2% dari semua ibu hamil mengalami morning sickness
yang ekstrim .Dari hasil penelitian dalam jurnal Aril tahun 2012 Hiperemesis gravidarum
terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh
kehamilan di indonesia, 0,3% di Amerika Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum adalah
0,52.Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI ditahun 2009 menjelaskan bahwa lebih dari
80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan muntah, Hal inibisa menyebabkan
perempuan menghindari makanan tertentu dan biasanya membawa resiko baginya dan janin.
(Vicki, 2012)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa teori penyebab
hiperemesis gravidarum diajukan tetapi satupun tidak memberi penjelasan yang adekuat

1
tentang gangguan ini. Hiperemesis gravidarum dapat disebabkan kadar esterogen yang tinggi
dan hipertiroidisme yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin korionik
manusia. Faktor- faktor psikologis dapat merupakan penyebab hiperemesis gravidarum.
Wanita yang pola reaksi normalnya terhadap stres mencakup gangguan pencernaan
seringkali mengalami hiperemesis gravidarum, dan ada beberapa cara untuk mengatasi
masalah mual dan muntah yaitu: menyediakan biskuit tawar, biskuit tawar panggang, atau
sereal kering samping tempat tidur untuk dikonsumsi sebelum bangunn tidur di pagi hari;
makan malamm porsi kecil, tetapi sering; menghindari minuman berkafein; mengonsumsi
cairan dalam jumlah adekuat, tetapi lebih baik di antara waktu makan daripada saat makan;
menghindari bau masakan dan bau cat yang menimbulkan mual; membatasi makanan yang
banyak mengandung rempah- rempah. Obat antiemetik tidak dianjurkan. Hiperemesis
gravidarum, muntah berat lama, dan menetap membutuhkan perhatian medis. Penggantian
cairan dan elektrolit dapat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi dehidrasi (Bobak dkk,
2004).
Berdasarkan uraian diatas dapat menunjukkan hiperemesis gravidarum merupakan
masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena hiperemesis gravidarum dapat
menyebabkan gangguan pada awal kehamilan, karena tingkat kejadian hiperemsis
gravidarum masih tinggi di seluruh dunia. Sampai saat ini penyebeb hiperemesis gravidarum
belum di temukan. Pencegahan dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi
hiperemesis gravidarum lebih cepat dan tanpa perlu dirawat di rumah sakit.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Hiperemisis Gravidarum ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Hiperemisis Gravidarum ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Penyakit Hiperemisis Gravidarum
2. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Hiperemisis Gravidarum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT HIPEREMISIS GRAVIDARUM


2.1.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang terjadi kira- kira
sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu (trisemester
pertama), mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat (Serri, 2013). Menurut Chrisdiono
(2004) hiperemesis gravidarum adalah suaru keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana
penderita mengalami mual dan muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari
dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan,
atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan
janin dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil
sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat
badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi (Runiari,
2010).
Jadi kesimpulan yang dapat diambil, hiperemesis gravidarum biasanya terjadi pada umur
kehamilan 14 minggu (trisemester pertama). Hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah yang berlebih dapat mengganggu aktivitas sehari- hari, dan dapat mengakibatkan
kekurangan cairan dan penurunan berat badan.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi


Organ reproduksi wanita di bagi menjadi 2 bagian,yaitu alat genetalia luar (eksterna) dan
genetalia dalam (interna) (Bobak dkk, 2004) :
1. Struktur Eksterna
a. Mons Pubis

3
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang
lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jaranag di atas simfisis pubis. Mons
berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan
seksual).
b. Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).
c. Labia Minora
Labia minora, terletak di anatar dua labia mayora, merupakan lipatan kulit panjang,
sempit, dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari baah klitoris dan
menyatu dengan fourchettte.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Fungsi utama klitoris ialah menstimulasi dan meningkatkan
keteganga seksual.
e. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri menjadi bagian medial dan
lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium,
sedangkan bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk
frenulum.
f. Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
diantara labia minora, klitoris, dan fourchette. Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan
himen.
h. Perinium

4
Perinium adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus
perinium. Penggunaan istilah vulva dan perinium kadang- kadang tetukar, tetapi
secara tidak tepat.

2. Srtuktur Internal
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopi.
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen,
progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang di butuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba Uterus (Fallopi)
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uteris. Panjang tuba ini kira- kira 10 cm
dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar,
lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam.
c. Uterus
Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun dari bagian bawah
abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus bin dari bagian bawah abdomen ke
pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus biasanya terletak di garis tengah pada pelvis
sejati, posterior terhadap simfisis pubis dan kandung kemih, serta anterior terhadap
rektum.
d. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan di belakang kandung
kemih dan uretra, memanjang dari intoitus (muara eksterna di vestibulum di antara
labia minora vulva) sampai serviks.

2.1.3 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, dahulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena di duga adanya semaccam
racun yang berasal dari janin atau kehamilan, penyakit ini juga di golongkan ke dalam
gestosis bersama preeklamsia dan eklamsia (Runiari, 2010).

5
Menurut Serri Hutahaean (2013) ada beberapa faktor predisposisi terjadinya mual dan
muntah :
1. Faktor predisposisi : primigravida, kehamilanganda,mola hidatidosa.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat hamil,
resistensi yang menurun dari pihak ibu.
3. Faktor organik : alergi
4. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebgai pelarian karena kesukaran hidup.

2.1.4 Tanda dan Gejala


Ada beberapa tanda dan gejala hiperemesi gravidarum menurut Serri Hutaean (2013) adalah:
a. Tingkat I
Muntah berlebihan,dehidrasi ringan, nyeri pada epigastrium, nadi meningkat, berat badan
menurun, nafsu makan tidak ada, lidah mengering mata cekung, lemah, temperatur tubuh
naik, turgor kulit berkurang.
b. Tingkat II
Tampak lemah dan apatis, nadi kecil dan cepat, suhu kadang- kadang naik dan mata
sedikit ikterus, tekanan darah turuh, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipas, tercium bau
aseton pada bau mulut, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan
dalam urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum sangat menurun, kesadaran somnolen sampai koma, ikterus yang makin
nyata, suhu meningkat, tekanan darah menurun, terjadi perdarahan dari esofagus,
lambung, dan retina. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan syaraf yang dikenal
sebagai enselopati Wernicke dengan gejala nistagmus dan diplopia. Keadaan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus
adalah tanda adanya payah hati.

2.1.5 Patofisiologis

6
Patofisiologis hiperemesis gravidarum masih belum jelas namun peningkatan kadar
progesteron, esterogen dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor
pencetus mual dan muntah. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bial terjadi terus- menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik (Runiari, 2010). Belum jelas mengapa
gejala ini hanya terjadi pada sebagaian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan
faktor utama, di samping faktor hormonal.
Menurut Serri Hutahean (2013) ibu yang mengalami lambung spastik dengan gejala
tidak suka makan dan sering mual sebelum hamil akan mengalami hiperemesis gravidarum
yang berat. Hal ini mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Oleh karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan, ekstraselular dan plasma berkurang.

2.1.6 Phatways
(terlampir)

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


1) Pemeriksaan urine untuk menentukan adanya infeksi atau dehidrasi yang meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
2) Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
3) Pemeriksaan elektrolit jika terjaddi dehidrasi dan di duga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
4) Pemeriksaan BUN, nonprotein nitrogen dan kadar asam.
5) Tiroid Stimulating Hormon (TSH) menentukan adanya penyakit pada tiroid.
6) CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
7) Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
2.1.8 Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan serig dapat menyebabkan tubuh mengalami
defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi thiamin, dapat

7
terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaangangguan sistem saraf pusat yang
ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat
berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan koma.4 Pada defisiensi
vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga disertai dengan epistaksis (Aril, 2012).
Bila hiperemesis gravidarum terjadi secara terus menerus dapat terjadi dehidrasi.
Dehidrasi yang muncul karena kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan
akibat dimuntahkan. Jaringan pada esofagus dan lambung dapat robek karena muntah yang
terlalu sering. Kenaikan berat badan ibu <7 kg dan dengan hiperemesis gravidarum berisiko
sangat tinggi melahirkan bayi prematur, berat badan bayi rendah, dan nilai APGAR lima
menit kurang dari 7.

2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaa mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala.
Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai
pendekatan dengan pengobatan antiemetik, rawat inap, atau pemberian pemberian nutrisi
parenteral (Runiari, 2010). Serri Hutaean (2013) juga menambahkan hiperemesis
gravidarum juga perlu dilakukan dengan jalan memberi informasi yang benar tentang
kehamilan persalinan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses fisiologis,
serta memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan hal alami pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
Perawat mengobservasi wanita untuk mendeteksi adanya tanda- tanda komplikasi,
seperti asidosis metabolik, ikterik, atau hemoragi dan memberi tahu tenaga perawatan
kesehatan begitu tanda- tanda tersebut muncul (Bobak dkk, 2004). Langkah awal dalam
penentuan diagnosis hiperemesis gravidarum adalah dengan menetukan frekuensi muntah
serta mengkaji data mengenai diet, stres dan dukungan secara rinci. Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk mencari tanda- tanda kedaan patologis yang mungkin merupakan penyebab
atau memperberat keadaan. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit kandung empedu, hidronefrosis atau mola hidatidiformis (Runiari,
2010).
Beberapa terapi medis yang dilakukan untuk mengatasi hiperemesis gravidarum menurut
Serri Hutaean (2013), yaitu :

8
1. Obat- obatan
Obat- obatan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil diantaranya: obat sedatif yang
sering digunakan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Bila
lebih berat dapt diberikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau klorpromasin,
dan yang terakhir antihistamin yang dianjurkan seperti dramamin atau avomin.
2. Isolasi
Mengisolasi yang dimaksudkan adalah dengan menyendirikan ibu dalam kamar yang
tenang tetapi cerah dan dengan pertukaran udara yang baik. Tidak dianjurkan memberi
makanan atau minuman selama 24-28 jam.
3. Terapi Psikologis
Meyakinkan ibu untuk menghilangkan rasa takut karena kehamilannya, mengurangi
pekerjaan sehingga dapat menghilangkan masalah dan konflik yang mungkin menjadi
latar belakang penyakit ini.
4. Cairan Parenteral
Memberikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter per hari. Jika diperlukan
tambahkan kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C, dan jika
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
5. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan semakin buruk.delirium,
kebutaan, takikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan yang merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan.keputusan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu sisi tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di sisi lain tidak boleh dilakukan terlalu cepat, dan
tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversibel pada organ vital.
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah- buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat- zat gizi,
kecuali vitamin C, karena hanya dibeikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

9
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizzi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Makanan rendah dalam semua zat- zat gizi kecuali
vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan dengan gejala ringan.
Kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan, merupakan suatu proses
yang simpatis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi
dan mengindentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama
dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu, oleh karena itu dalam
merumuskan diagnosis keperawatan diperlukan pengkajian yang adekuat, lengkap dan
sesuai dengan kenyataan agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
respon individu, sesuai dengan susunan keperawatan praktik ANA.
a. Pengkajian data Subjektif
- Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada atau tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal dan komplikasi.
- Riwayat diet, khususnya intake cairan
- Pengobatgan yang didapat saat ini
- Riwayat pembedahan khususnya, pembedahan pada abdomen.
- Riwayat medis sebelumnya seperti, riwayat penyakit obstetri dan ginekologi,
kolelitiasis atau gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid dan ada tidaknya
depresi.
- Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar
dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, ketidakhadiran di tempat kerja, perubahan status kesehatan atau stresor
kehamilan, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan
kondisi sakit, serta sistem pendukung.

10
- Intregitas ego sepserti, konflik interpersonal anatar keluaraga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
- Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika mengalami
muntah, kaji warna, volume, frekuensi dan kualiutasnya. Kaji juga faktor yang
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan yang baik
difasilitas kesehatan atu pengobatan dirumah.
- Gejala- gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri
pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi,
serta memperingakan dan memberatkan nyeri.
- Pengkajian lain dapat dilakukan denganmenggunakan Rhodes index ofNausea
Vomiting yang terdiri dari 8 pertanyaan untuk mengkajai frekuensi dan beratnya
mual muntah.;
b. Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif berfokus pada pengkajian fisik Runiari (2010) yang meliputi :
- Kaji ada tidaknya demam, takikardi atau hipotensi otostatik, frekuensi pernapasan
meningkat, atau adanya napas bau aseton, nadi (kuat atau lemah).
- Kaji keadaan umum seperti distres emosional dan ada tidaknya toksik
- Kaji berat badan meningkat atau menurun.
- Kaji turgor kulit, membran mukosa (lembab atau kering), dan oligouria.
- Kaji keadaan abdomen seperti suara abdomen (biasanya hipoaktif dalam keadaan
normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepaas atau nyeri tekan, adanya distensi,
adanya hepatosplenomegali dan tanda Murpy dan tanda Mc. Burney’s.
- Kaji keadaan janin yang meliputi pemeriksaan denyut janutng janin, tinggi fundu
uterus dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan urine untuk menentukan adanya infeksi atau dehidrasi yang meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
- Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
- Pemeriksaan elektrolit jika terjaddi dehidrasi dan di duga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
- Pemeriksaan BUN, nonprotein nitrogen dan kadar asam.

11
- Tiroid Stimulating Hormon (TSH) menentukan adanya penyakit pada tiroid.
- CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
- Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
- Kadar hCG jika diduga kehamilan multple atau mola Hidatiformia.

2.2.2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah thapan keduan dalam proses keperawatan. Tahapan
ini memungkinkan perawat untuk menganalisis data yang telah dikelompokan. Diagnosis
dirumuskan berdasarkan respon pasien dan perubahan- perubahan yang terjadi pada status
kesehatannya. Komponen- komponen berikut ini yang menandai tiga bagian pernyataan
diagnosis keperawatan: diagnosis keperawatan, etilogi, batasan karakteristik.
Berikut ini diagnosi keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum:
1. Neusea berhubungan dengan kehamilan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis(mis, infeksi, iskemia,
neoflasma).
3. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas

12
2.2.3 RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi


Keperawatan
1 Neusea berhubungan NOC: NIC:
dengan kehamilan  Comfort level Fluid Management
 Hidrasi - Pencacatan intake
 Nutritional Status output secara akurat
Kriteria Hasil: - Monitor status

 Melaporkan bebas dari nutrisi

mual - Monitor status

 Mengidentifikasi hal – hidrasi(kelembaban

hal yang mengurangi membrane mukosa)

mual - Monitor vital sign

 Nutrisi adekuat - Anjurkan untuk


makan pelan – pelan
 Status hidrasi : hidrasi
- Jelaskan untuk
kulit membrane
menggunakan nafas
mukosa baik, tidak ada
dalam untuk
rasa haus yang
menekan reflek mual
abnormal, panas, urin
- Batasi minum 1 jam
output normal, TD,
sebelum, 1 jam
HCT normal.
sesudah dan selama
makan
- Instruksikan untuk
menghindari bau
makanan yang
menyengat
- Berikan terapi IV
kalau perlu
- Kelola pemberian

13
anti emetik
2 Nyeri akut NOC: Pain Management
berhubungan dengan  Pain level  Lakukan pengkajian
agen cidera  Pain control nyeri secara
biologis(mis, infeksi,  Comfotr level komprehensif,
iskemia, neoflasma). Kriteria hasil: termasuk lokasi,
 Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan
nyeri, mampu factor presifitasi.
menggunakan tehnik  Obervasi reaksi non
non farmakologi untuk verbal dari
mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
mencar bantuan)  Gunakan teknik
 Melaprkan bahwa komunikasi terapeutik
nyeri berkurang untuk mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri
majemen nyeri pasien
 Mampu mengenali  Kaji kultur yang
nyeri skala, intensitas, mempengaruhi respon
prekuensi dan tanda nyeri
nyeri)  Evaluasi pengalaman
 Menyatakan rasa nyeri masa lampau
nyaman setelah nyeri  Evaluasi bersama
berkurang pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketiadkefektipan
control nyeri masa
lampau
 Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari

14
dan menemukan
dukungan
 Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non-
farmakologi, dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarka tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
menguragi nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

15
Analgesik Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemeberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu.
 Tentukan
pilihananalgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
mengobati nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic

16
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
3 Resiko syok NOC NIC
berhubungan dengan  Syok prevention Syok prevention
hipovolemia  Syok management - Monitor status
Kriteria hasil: sirkulasi BP, warna
 Nadi dalam batas yang kulit, suhu kulit,
diharapkan denyut jantung, HR,
 Irama jantung dalam batas dan ritme, nadi
yang diharapkan perifer, dan kapiler

 Frekuensi nafas dalam refill

batas yang diharapkan - Monitor tanda

 Irama pernafasan dalam inadekuat oksigenasi

batas yang diharapkan jaringan

 Natrium serum dalam - Monitor suhu dan

batas normal pernafasan


- Monitor input dan
 Kalium serum dalam batas
output
normal
- Pantau nilai labor:
 Klorida serum dalam batas
HB,HT,AGD, dan
normal
elektrolit
 Kalsium serum dalam
- Monitor
batas normal
hemodinamik invasi
 Magnesium serum dalam
yang sesuai
batas normal
- Monitor tanda awal
 Ph serum dalam batas
syok

17
normal - Tempatkan pasien
pada posisi supine,
kaki elevasi untuk
peningkatan preload
dengan tepat
- Lihat dan pelihara
kepatenan jalan
nafas
- Berikan cairan IV
dan atau oral yang
tepat
- Berikan vasodilator
yang tept
- Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok
- Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi
gejala syok
4 Intoleransi aktifitas NOC NIC
berhubungan dengan  Energy conservation Activity Therapy
imobilitas  Activity tolerance - Kolaborasikan
 Self care: ADLs dengan tenaga
Krteria hasil: rehabilitas medic

 Berpartisipasi dalam dalam merencanakan

aktivitas fisik tanpa program terapi yang

disertai peningkatan tepat

tekanan darah, nadi, - Bantu klien untuk

dan RR mengidentifikasi

18
 Mampu melakukan aktivitas yang
aktivitas sehari-hari mampu dilakukan
(ADLs) secara mandiri - Bantu untuk memilih
 TTV normal aktivitas konsisten
 Level kelemahan yang sesuai dengan

 Mampu berpindah: kemampuan fisik,

dengan atau tanpa psikologi dan social

bantuan alat - Bantu untuk

 Status kardiopulmoari mengidentifikasi dan

adekuat mendapatkan sumber

 Sirkulasi status baik yang diperlukan


untuk aktivitas yang
 Status respirasi:
diinginkan
pertukaran gas dan
- Bantu untuk
ventilasi adekuat
mendapatkan alat
bantu aktivitas
seperti kursi roda,
krek
- Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
- Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam

19
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positifbagi yang
aktif beaktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
- Moitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh kerena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan klien(Nursalam,2001).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan; mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan yang dapat
dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus
mengumpulkan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah
ditetapkan.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya

20
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat memonitor “ kealfaan “ yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi merupakan suatu yang direncanakan dan merupakan perbandingan
sistematik opada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam
mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan
yang telah dilakukan
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap saat proses keperawatan. Pengumpulan data perlu
direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi
dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosis juga perlu di evalusi dalam
hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi di evaluasi untuk menentukan
apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hyperemesis gravidum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang terjadi kira- kira
sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu (trisemester
pertama), mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat (Serri, 2013). Menurut Chrisdiono
(2004) hiperemesis gravidarum adalah suaru keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana
penderita mengalami mual dan muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. hiperemesis gravidarum
biasanya terjadi pada umur kehamilan 14 minggu (trisemester pertama). Hyperemesis
gravidum adalah mual dan muntah yang berlebih dapat mengganggu aktivitas sehari- hari,
dan dapat mengakibatkan kekurangan cairan dan penurunan berat badan. Penatalaksanaa
mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan dilakukan
mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai pendekatan dengan pengobatan
antiemetik, rawat inap, atau pemberian pemberian nutrisi parenteral

3.2 SARAN

Sebaiknya kami sarankan bagi para pembaca menumbuhkan niat untuk lebih mencari
tahu tentang informasi mengenai “Hyperemesis Gravidum” tanpa mengacu pada satu
referensi. Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran terhadap
makalah penulis yang masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan.

22

Anda mungkin juga menyukai