Anda di halaman 1dari 16

KARAKTERISASI KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT BAMBU DAN SERAT

GELAS SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU INDUSTRI


(Daniel Andri Porwanto, Lizda Johar M ST.MT)

Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya


Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111
Telp : +6231-5947188 Fax : +6231-5923626
E-mail : d4ni_el27@@yahoo.com

Abstrak
Dalam tugas akhir ini, dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik bahan komposit berpenguat
serat bambu dan serat glass sebagai alternatif bahan baku industri. Adapun penelitian ini terbagi dalam
beberapa tahapan. Tahap pertama pembuatan spesimen komposit dengan masing-masing penguat dengan fraksi
volume 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5% dan spesimen tanpa penguat atau fraksi volume 0% sebagai pembanding.
Bahan polimer yang digunakan yaitu poliester BQTN 157-EX Yukalac sebagai matriksnya. Pembuatan spesimen
dengan menggunakan metode hand lay-up. Tahap kedua yaitu pengujian bahan komposit. Pengujian yang
dilakukan yaitu uji tarik dan uji densitas bahan komposit. Uji tarik dilakukan menggunakan standar ASTM D
638M-84 M-1. Tahap ketiga yaitu hasil analisa data dan pembahasan.
Dari hasil peneletian diperoleh kesimpulan pengaruh fraksi volume serat terhadap karakteristik sampel
komposit tidak menunjukkan tren yang seharusnya, hal ini dikarenakan banyaknya void pada sampel komposit,
baik komposit berpenguat serat bambu maupun berpenguat serat gelas diperoleh nilai karakteristik yang
mendekati ideal pada masing-masing fraksi volume 2,5%, komposit polimer berpenguat serat bambu pada fraksi
volume 2,5% memiliki karakteristik paling mendekati ideal yakni memiliki kekuatan tarik sebesar 38,57 MPa,
modulus elastisitas sebesar 1326,92 MPa dan densitas sebesar 1,203 gram/ml dan material komposit polimer
berpenguat serat bambu pada fraksi volume penguat 2,5% dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku
industri yaitu menggantikan bahan baja rolan untuk ketel sesuai standar JIS G3103.

Kata kunci: Karakterisasi, Komposit, Penguat, Bambu, Gelas, Alternatif, Industri

1.Pendahuluan komposit telah banyak dilakukan. Parlindungan Manik


Dewasa ini perkembangan teknologi bahan dkk (2004) melakukan
semakin pesat. Pemenuhan kebutuhan akan bahan penelitian mengenai komposit dengan serat bambu apus
dengan karakteristik tertentu juga menjadi faktor sebagai penguat. Penelitian tersebut menyimpulkan
pendorongnya. Berbagai macam bahan telah digunakan bahwa komposit dengan serat bambu tipe chopped
dan juga penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk strand mat belum dapat digunakan sebagai bahan
mendapatkan bahan yang tepat guna, salah satunya alternatif pengganti kayu sebagai bahan pembuatan
bahan komposit polimer. Kemampuannya yang mudah kulit kapal, karena kekuatan tarik komposit yang
dibentuk sesuai kebutuhan, baik dalam segi kekuatan diperoleh belum memenuhi aturan Biro Klasifikasi
maupun keunggulan sifat-sifat yang lain, mendorong Indonesia (BKI). Hendri Nurdin (2008), meneliti
penggunaan bahan komposit polimer sebagai bahan pengaruh jenis serat pada komposit terhadap kekuatan
alternatif atau bahan pengganti material logam tarik bahan komposit polimer/serat gelas. Hasil
konvensional pada berbagai produk yang dihasilkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa jenis serat E-
oleh industri khususnya industri manufaktur. glass dengan tipe chopped strand mat memiliki
Material komposit yaitu material yang tersusun kekuatan tarik sebesar 75,55 MPa. Dari beberapa
dari campuran atau kombinasi dua atau lebih unsur- penelitian tersebut belum ada yang membandingkan
unsur utama yang secara makro berbeda di dalam karakteristik komposit antara komposit yang
bentuk dan atau komposisi material yang pada dasarnya berpenguat serat bambu apus dan komposit yang
tidak dapat dipisahkan (Schwartz, 1984). Kelebihan berpenguat serat gelas dengan tipe sama yaitu chopped
material komposit dibandingkan dengan logam adalah strand mat dengan proses yang sama dalam satu
ketahanan terhadap korosi atau pengaruh lingkungan lingkup penelitian. Hal ini mendorong penulis untuk
bebas dan untuk jenis komposit tertentu memiliki melakukan penelitian lebih lanjut.
kekuatan dan kekakuan yang lebih baik. Oleh karena itu Adapun dalam penelitian ini karakteristik
penelitian yang berkelanjutan berbanding lurus dengan komposit yang ingin diketahui adalah sifat kekakuan,
perkembangan teknologi bahan tersebut khususnya kekuatan, dan densitas dari komposit polimer
komposit. Perkembangan komposit tidak hanya dari berpenguat serat gelas dan komposit polimer
komposit sintetis tetapi juga komposit natural yang berpenguat serat bambu. Hal ini dikarenakan peneliti
terbarukan sehingga mengurangi pencemaran ingin memperoleh bahan komposit yang kuat, kaku, dan
lingkungan hidup. Penelitian mengenai material juga ringan. Sehingga uji yang perlu dilakukan harus
komposit maupun komponen yang terbuat dari material dapat mengetahui karakteristik komposit polimer yang
sesuai, yaitu uji tarik dan uji densitas. Dari latar Matriks adalah fasa dalam komposit yang
belakang tersebut di atas, permasalahan yang muncul mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar
dalam tugas akhir ini adalah bagaimana karakteristik (dominan). Matrik, umumnya lebih ulet tetapi
bahan komposit berpenguat serat bambu dan serat gelas mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah.
sebagai alternatif bahan baku industri.
Adapun tujuan dalam pengerjaan penelitian tugas Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut :
akhir ini adalah melakukan karakterisasi bahan • Mentransfer tegangan ke serat.
komposit berpenguat serat bambu dan serat gelas • Membentuk ikatan koheren, permukaan
sebagai alternatif bahan baku industri. Karakterisasi matrik/serat.
tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi • Melindungi serat.
fraksi volume kedua jenis komposit, mengetahaui • Memisahkan serat.
perbandingan karakteristik kedua jenis komposit satu • Melepas ikatan.
sama lain, mengetahui komposit dengan karakteristik • Tetap stabil setelah proses manufaktur.
yang mendekati ideal, dan juga mengetahui komposit Tujuan dibuatnya komposit yaitu memperbaiki
yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku sifat mekanik atau sifat spesifik tertentu, mempermudah
industri. desain yang sulit pada manufaktur, keleluasaan dalam
Supaya mendapatkan penelitian yang terarah dan bentuk atau desain yang dapat menghemat biaya
fokus maka dilakukan beberapa pendekatan sebagai produksi, dan menjadikan bahan lebih ringan.
berikut : komposit yang diproduksi oleh suatu instansi atau
• Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian pabrik biasanya dapat diprediksi sifat mekanik dari
ini adalah kekuatan tarik , modulus elastisitas, bahan komposit berdasarkan bahan matrik dan bahan
dan densitas. penguatnya (Callister, 2007). Adapun beberapa sifat
• Tidak membahas proses kimia yang terjadi, mekanik yang dapat diprediksi dari komposit yaitu
karena tinjauan pembahasan secara kekuatan tarik dan kelayakan sebagai material komposit
makroskopis. (validitas komposit). Dalam komposit kekuatan tarik
• Bentuk serat yang digunakan adalah tipe dipengaruhi oleh kekuatan interface-nya. Dari
chopped strand mat dengan panjang sekitar pengujian kekuatan interface sangat sulit ditentukan
1,5 cm. karena prosesnya yang tidak sederhana. Sehingga hasil
• Serat bambu terbuat dari jenis bambu apus pengujian juga sangat sulit ditentukan karena adanya
(gigantochloa apus kurz). faktor teknis pembuatan spesimen. Untuk komposit
• Serat gelas yang digunakan berjenis E-glass. polimer/serat , perbedaan campuran unsur matrik dan
• Untuk uji tarik digunakan standar ASTM D perbedaan serat juga menghasilkan kekuatan adhesive
638M-84. yang berbeda sehingga tidak jarang serat akan putus
sebelum terlepas dari matriknya (Matthew, 1999).
2. Teori Dasar Adapun besarnya kekuatan tarik yang dihasilkan
2.1 Komposit oleh komposit polimer/serat dapat prediksi dengan
Pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua menggunakan persamaan 2.1. Berdasarkan persamaan
atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau ini dapat digunakan oleh peneliti sejauh untuk
dicampur secara makroskopis menjadi suatu bahan mengetahui sejauh mana besarnya kekuatan tarik yang
yang berguna (Jones, 1975), karena bahan komposit dihasilkan oleh komposit berdasarkan matrik dan
merupakan bahan gabungan secara makro, maka bahan penguat penyusunnya. Berikut ini persamaan tensile
komposit dapat didefinisikan sebagai suatu sistem prediction.
material yang tersusun dari campuran/kombinasi dua
atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro σc = σmVm +
berbeda di dalam bentuk dan atau komposisi material σ f V f .........................................(2.1)
yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan (Schwartz,
1984). Bahan komposit secara umum terdiri dari dengan:σ c = kekuatan tarik komposit (MPa)
penguat dan matrik. σ m = kekuatan tarik matrik (MPa)
Penguat komposit pada umumnya mempunyai σ f = kekuatan tarik penguat (MPa)
sifat kurang ulet tetapi lebih kaku serta lebih kuat. V m = fraksi volume matrik
Fungsi utama dari penguat adalah sebagai penopang V f = fraksi volume penguat
kekuatan dari komposit, sehingga tinggi rendahnya Jumlah kandungan serat dalam komposit,
kekuatan komposit sangat tergantung dari penguat yang merupakan hal yang menjadi perhatian khusus pada
digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit berpenguat serat. Untuk memperoleh
komposit mulanya diterima oleh matrik akan diteruskan komposit berkekuatan tinggi, distribusi serat dengan
kepada penguat, sehingga penguat akan menahan beban matrik harus merata pada proses pencampuran agar
sampai beban maksimum. Oleh karena itu penguat mengurangi timbulnya void. Untuk menghitung fraksi
harus mempunyai tegangan tarik dan modulus volume parameter yang harus diketahui adalah densitas
elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun resin, densitas penguat, massa matrik dan massa
komposit. penguat. Adapun fraksi volume yang ditentukan dengan
persamaan :
……………...…(2.2)

….…………….(2.3)

Jika selama pembuatan komposit diketahui berat Gambar2.1 Komposit partikel


penguat dan berat matrik, serta densitas penguat dan
densitas matrik, maka fraksi volume dan fraksi penguat B. Komposit serat (fibrous composites)
dapat dihitung dengan persamaan: Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari
serat dan matriks. Fungsi utama dari serat adalah
sebagai penopang kekuatan dari komposit, sehingga
…………………… tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung
….(2.4) dari serat yang digunakan, karena tegangan yang
dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh matrik
dengan : W f = fraksi berat penguat akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan
w f = berat penguat (gr) menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena
w c = berat komposit (gr) itu serat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus
ρ f = densitas penguat (gr.cm )
-3 elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun
ρ c = densitas komposit (gr.cm )-3 komposit. Pemilihan serat atau penguat penyusun pada
v f = fraksi volume penguat komposit juga harus mempertimbangkan beberapa hal
v m = fraksi volume matrik salah satunya harga. Hal ini penting karena sebagai
V f = volume penguat (cm3) pertimbangan bila akan digunakan pada skala produksi
V m = volume matrik (cm3) besar.
Berdasarkan bentuk penguatnya, secara garis Jenis komposit serat terbagi menjadi 4 macam
besar komposit diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu
(Jones, 1975), yaitu: komposit partikel, komposit serat  Continous fiber composite (komposit diperkuat
dan komposit lapis. dengan serat kontinue),
A. Komposit partikel (particulate composites)  Woven fiber composite (komposit diperkuat
Merupakan komposit yang menggunakan partikel dengan serat anyaman),
serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara  Chopped fiber composite (komposit diperkuat
merata dalam matriknya. Komposit partikel banyak serat pendek/acak),
dibuat untuk bahan baku industry. Proses produksi yang  Hybrid composite (komposit diperkuat serat
mudah juga menjadi salah satu pertimbangan bila kontinyu dan serat acak).
komposit akan diproduksi massal. Kelayakan bahan
komposit partikel yang telah dibuat dapat diketahui
dengan melakukan pendekatan uji validitas. Adapun
pendekatan yang dimaksud yaitu dengan mengetahui
modulus elastisitas komposit dalam rentang batas atas
(upper bound) dan batas bawah (lower bound). Berikut
ini persamaan matematis yang digunakan :
• Upper bound (a) (b) (c)
(d)
Ec = EmVm + Gambar2.2 Jenis komposit serat (a) Continous fiber
E f V f .......................................(2.5) composite , (b) Woven fiber composite, (c)
• Lower bound Chopped fiber composite, (d) Hybrid
composite.
Ec = (E m E f )/(V m E f + C. Komposit lapis (laminates composites)
V f E m )........................(2.6) Jenis komposit ini terdiri dari dua lapis atau lebih
yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya
Dengan : E c = modulus elastisitas komposit (MPa) memiliki karakteristik sifat sendiri. Contoh komposit
E m = modulus elastisitas matriks (MPa) ini yaitu bimetal, pelapisan logam, kaca yang dilapisi,
E f = modulus elastisitas filler (MPa) dan komposit lapis serat.
V m = fraksi volume matriks
V f = fraksi volume filler
dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers)
dimana terbuat dari silikon karbida atau boron nitrida.
Penguat yang umum digunakan pada CMC adalah
oksida, carbide, dan nitrid. Salah satu proses pembuatan
dari CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu proses
pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan
logam untuk pertumbuhan matriks keramik disekeliling
daerah penguat.
Matrik yang sering digunakan pada CMC adalah :
 Gelas anorganic.
 Keramik gelas
 Alumina
 Silikon Nitrida
Gambar2.3 Komposit lapis Keuntungan dari CMC :
Berdasarkan jenis matrik yang digunakan  Dimensinya stabil bahkan lebih stabil daripada
komposit dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama logam
yaiu  Sangat tanggung , bahkan hampir sama dengan
a. Komposit matrik logam (metal matrix ketangguhan dari cast iron
composites/MMC),  Mempunyai karakteristik permukaan yang tahan
Komposit matrik logam (metal matrix composites) aus
ditemukan berkembang pada industri otomotif, Metal  Unsur kimianya stabil pada temperature tinggi
matrix composites adalah salah satu jenis komposit  Tahan pada temperatur tinggi (creep)
yang memiliki matrik logam. Bahan ini menggunakan  Kekuatan & ketangguhan tinggi, dan ketahanan
suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan korosi
penguatnya dengan serat seperti silikon karbida . Kerugian dari CMC
Material MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996.  Sulit untuk diproduksi dalam jumlah besar
Pada mulanya yang diteliti adalah continous filamen  Relatif mahal dan non-cot effective
MMC yang digunakan dalam aplikasi aerospace.  Hanya untuk aplikasi tertentu
Contoh : alumunium beserta paduannya, titanium Aplikasi CMC, yaitu sebagai berikut :
beserta paduannya, magnesium beserta paduannya.  Chemical processing contohnya filters,
Kelebihan MMC dibandingkan dengan komposit membranes, seals, liners, piping, hangers
polimer yaitu :  Power generation contohnya combustorrs, vanrs,
• Transfer tegangan dan regangan yang baik. nozzles, recuperators, heat exchange tubes, liner
• Ketahanan terhadap temperature tinggi  Wate inineration contohnya furnace part, burners,
heat pipes, filters, sensors.
• Tidak menyerap kelembapan.
 Kombinasi dalam rekayasa wisker SiC/alumina
• Tidak mudah terbakar.
polikristalin untuk perkakas potong.
• Kekuatan tekan dan geser yang baik.  Serat grafit/gelas boron silikat untuk alas cermin
• Ketahanan aus dan muai termal yang lebih baik laser.
Kekurangan MMC :  Grafit/keramik gelas untuk bantalan,perapat dan
• Biayanya mahal lem.
• Standarisasi material dan proses yang sedikit  SiC/litium aluminosilikat (LAS) untuk calon
Sifat Matrik pada MMC : material mesin panas.
• Mempunyai keuletan yang tinggi
• Mempunyai titik lebur yang rendah c. Komposit matrik polimer (polymer matrix
• Mempunyai densitas yang rendah composites/PMC)
Aplikasi MMC, yaitu sebagai berikut : Komposit ini menggunakan bahan polimer sebagai
• Komponen automotive (blok-silinder- matriknya. Secara umum, sifat-sifat komposit polimer
mesin,pully,poros gardan,dll) ditentukan oleh sifat-sifat penguat,Sifat-sifat
• Peralatan militer (sudu turbin,cakram polimer,rasio penguat terhadap polimer dalam komposit
kompresor,dll) (fraksi volume penguat), geometri dan orientasi penguat
• Aircraft (rak listrik pada pesawat terbang) pada komposit.
• Peralatan elektronik Apapun komposit polimer yang digunakan
dalam bahan komposit akan memerlukan sifat-sifat
b. Komposit matrik keramik (ceramic matrix berikut:
composites/CMC) • Sifat-sifat mekanis yang bagus
Komposit matrik keramik (ceramic matrix • Sifat-sifat daya rekat yang bagus
composites ) digunakan pada lingkungan bertemperatur • Sifat-sifat ketangguhan yang bagus
sangat tinggi, CMC merupakan material 2 fasa dengan • Ketahanan terhadap degradasi lingkungan
1 fasa berfungsi sebagai penguat dan 1 fasa sebagai bagus sifat-sifat mekanis yang bagus.
matrik, dimana matriksnya terbuat dari keramik. bahan Komposit polimer memiliki beberapa sifat yaitu
ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat biaya pembuatan lebih rendah, dapat dibuat dengan
produksi missal, ketangguhan baik, tahan simpan,
siklus pabrikasi dapat dipersingkat, kemampuan 2.2.1 Unsaturated Polyester Resin (UPR)
mengikuti bentuk, lebih ringan. Adapun keuntungan Jenis UPR populernya sering disebut polyester
dari PMC adalah ringan, specific stiffness tinggi, saja. UPR berupa resin cair dengan viskositas yang
Specific strength tinggi, Anisotropy. relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan
Aplikasi PMC, yaitu sebagai berikut : penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu
a. Matrik berbasis poliester dengan serat gelas pengesetan seperti banyak resin termoset lainnya. Salah
 Alat-alat rumah tangga satu resin yang termasuk jenis UPR adalah resin
 Panel pintu kendaraan Yukalac 157® BQTN-EX Series. Resin ini banyak
 Lemari perkantoran dijual ditoko-toko kimia sehingga memungkinkan
 Peralatan elektronika. untuk mudah didapat. Juga rasio harganya yang rendah
b. Matrik berbasis termoplastik dengan serat gelas yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan bahan
contohnya kotak air radiator. material komposit.
c. Matrik berbasis termoset dengan serat carbon
 Rotor helikopter Tabel 2.1 Spesifikasi UPR Yukalac 157® BTQN-EX
 Komponen ruang angkasa
 Rantai pesawat terbang

2.2 Polimer
Polimer yaitu bahan dengan berat molekul (Mr)
lebih besar dari 10.000. keunggulan bahan polimer
yaitu kemampuan cetaknya baik. Pada temperatur
rendah bahan dapat dicetak dengan penyuntikan,
penekanan, ekstruksi, dan seterusnya, produk ringan
dan kuat, banyak polimer bersifat isolasi listrik, polimer
dapat bersifat konduktor. baik sekali ketahannya
terhadap air dan zat kimia, produk dengan sifat yang
berbeda dapat dibuat tergantung cara, pembuatannya,
umumnya bahan polimer lebih murah harganya. Bahan
polimer biasa digunakan sebagai matrik pada komposit
polimer. Adapun polimer yang sering dipakai antara
lain :
• Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastik yang dapat
dilunakkan berulang kali (recycle) dengan 2.2.2 Katalis
menggunakan panas. Thermoplastic Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) yaitu bahan
merupakan polimer yang akan menjadi keras kimia yang dikenal dengan sebutan katalis. Katalis ini
apabila didinginkan. Thermoplastic meleleh termasuk senyawa polimer dengan bentuk cair,
pada suhu tertentu, melekat mengikuti berwarna bening. Fungsi dari katalis adalah
perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat mempercepat proses pengeringan (curring) pada bahan
balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu matriks suatu komposit. Semakin banyak katalis yang
kembali mengeras bila didinginkan. Contoh dicampurkan pada cairan matriks akan mempercepat
dari thermoplastic yaitu Polyamide (PI), proses laju pengeringan, tetapi akibat mencampurkan
Polysulfone (PS), Poluetheretherketone katalis terlalu banyak adalah membuat komposit
(PEEK), Polypropylene (PP), Polyethylene menjadi getas. Penggunaan katalis sebaiknya diatur
(PE) dll. berdasarkan kebutuhannya.
• Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan 2.3 Bambu
suhu (irreversibel). Bila sekali pengerasan Bambu merupakan tanaman yang mudah
telah terjadi maka bahan tidak dapat ditemukan di daerah tropis terutama bambu yang
dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi memiliki genus Bambusa. Hal ini didasarkan pada
tidak akan melunakkan termoset melainkan survei statistik oleh ilmuwan yang bernama Ucimura
akan membentuk arang dan terurai karena (1980) yang menyatakan 80% bambu dunia berada di
sifatnya yang demikian sering digunakan kawasan di Asia Selatan dan Asia Tenggara dan jenis
sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis bambu dari genus Bambusa adalah yang paling banyak
melamin. Plastik jenis termoset tidak begitu dan mudah ditemukan di daerah tropis. Tanaman
menarik dalam proses daur ulang karena selain bambu sebagai salah satu tanaman yang jumlahnya
sulit penanganannya juga volumenya jauh melimpah di Indonesia, merupakan salah satu tanaman
lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis yang seratnya dapat digunakan sebagai bahan dasar
plastik yang bersifat termoplastik. Contoh dari material komposit. Bambu yang memiliki bentuk
thermoset yaitu epoksi, polyester, plenol, resin batang yang terdiri dari serat-serat panjang dan beruas-
amino, resin furan dll. ruas memungkinkan bambu untuk dapat berdiri tegak.
Hal ini lah yang dapat membuat bambu merupakan Berat jenis yang dimiliki bambu berkisar antara
suatu material yang kokoh, kuat sekaligus ringan. 600 – 900 kg/m³. sedangkan berat jenis rata-rata
Ada beberapa jenis bambu yang banyak bambu apus sekitar 820 km/m³.
ditemukan di Indonesia seperti : Tabel 2.3 Sifat fisis bambu apus (Richy, 2009)
a. Bambusa vulgaris sharad Sifat Fisis
Yang termasuk jenis bamboo ini antara lain, bambu Kondisi KA
Kuning, bambu Tutul, dan bambu Ampel. Sifat yang (%) ρ (gr/cm3)
dimiliki di antaranya rumpun tidak rapat dan tidak
teratur, warna kulit kuning, hijau,hijau bertutul coklat, Biasa 19.11 0.69
hijau bergaris kuning atau kuning bergaris hijau, Kering tanur 16.42 0.58
memiliki tinggi antara 10-20 m, diameter 7-13cm, dan
tebal dinding 6-15 mm 2.4. Serat Gelas
b. Gigantochloa Apus BI.Ex (Scult.F) Kurz Serat gelas mempunyai karakteristik yang berbeda
Di Indonesia banyak ditemukan bambu jenis ini antara satu dengan yang lain. Pada penggunaannya,
yang biasa dikenal dengan nama bambu Apus atau serat gelas disesuaikan dengan sifat atau karakteristik
bambu tali. Bambu ini hidup di ketinggian sekitar 1000 yang dimilikinya. Serat gelas terbuat dari
m di atas permukaan laut. Batangnya dapat mencapai silica,alumina,lime,magnesia dan lainlain. Keunggulan
tinggi antara 8 – 11 m dengan panjang ruas 45 – 65 cm, serat glass terletak pada ratio (perbandingan) harga dan
berdiamater 5 – 8 cm dan tebal dinding 13 – 15 mm. performance yaitu biaya produksi rendah, proses
produksi sangat sederhana , Serat gelas banyak
Tabel 2.2 Sifat mekanik bambu apus (Richy, digunakan di industri-industri otomotif seperti pada
2009) panelpanel body kendaraan. Bahkan sepeda motor
Sifat Mekanik MPa sekarang seluruh body terbuat dari komposit yang
Kekuatan tarik 150 berpenguat serat gelas. Komposit glass-epoxy dan
Yield Strength 53.53 glass-polyester diaplikasikan juga pada lambung kapal
dan bagian-bagian pesawat terbang.
Modulus elastisitas 9901.96
Serat gelas terbagi menjadi 3 jenis yaitu serat E-
Kekuatan tekan 49.41 glass, serat C-glass dan serat S-glass (Istanto, 2006).
Kekuatan geser 3.872 Sifat-sifat serat gelas dapat dilihat pada tabel 2.4
Kekuatan tarik tegak lurus 2.77 sedangkan table 2.5 berisi karakteristik mekanik
serat komposit dari beberapa serat glass.

Sifat fisis dan mekanik merupakan informasi Tabel 2.4 Sifat-sifat serat gelas (Istanto, 2006)
penting guna memberi petunjuk tentang cara pengerjaan
maupun sifat barang yang dihasilkan. Hasil pengujian
sifat fisis dan mekanis bambu telah diberikan oleh
Ginoga (1977) dalam taraf pendahuluan dan dilakukan
pada bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.). Beberapa
hal yang mempengaruhi sifat mekanis bambu adalah
umur, posisi ketinggian, diameter, tebal daging bambu,
posisi beban (pada buku atau ruas), posisi radial dari
luas sampai ke bagian dalam dan kadar air bambu.
Hasil pengujian sifat fisis mekanik bambu apus terdapat
Tabel 2.5 Sifat serat E-glass CSM (J.M. Barthelot,
pada tabel 2.2 dan tabel 2.3.
1999)
Bambu memiliki beberapa sifat antara jenis yang
satu dengan jenis yang lainnya. Adapun beberapa sifat
bambu dapat dijelaskan seperti berikut ini:
 Wettability
Dengan sifat ini bambu dapat berperan bila ada
cairan menempel pada dinding kerasnya sehingga
permukaan menjadi basah dengan rata atau
sebagian atau terbentuk adhesi pada cairan
tersebut.
 Kandungan air
Kandungan air merupakan sifat fisik bambu yang
penting karena mempengaruhi sifat mekanik dari Penelitian mengenai komposit yang
bamboo. Kandungan air pada batang bambu mengabungkan antara matrik dan penguat yang berupa
sehabis dipotong adalah antara 50 – 99% sementara serat harus memperhatikan beberapa faktor. Adapun
bamboo yang telah kering sekitar 12 – 18 %. faktor-faktor yang mempengaruhi performa fiber-
 Berat jenis matrik composites antara lain:
a. Faktor Serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan mencapai kekuatan teoritisnya (Schwartz, 1984). Faktor
untuk dapat memperbaiki sifat dan struktur matrik yang yang mempengaruhi variasi panjang serat chopped fiber
tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi composites adalah critical length (panjang kritis).
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan Panjang kritis yaitu panjang minimum serat pada suatu
gaya yang terjadi. diameter serat yang dibutuhkan pada tegangan untuk
b. Letak Serat mencapai tegangan saat patah yang tinggi (Schwartz,
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah 1984).
serat dalam matrik yang akan menentukan kekuatan d. Bentuk Serat
mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat Bentuk Serat yang digunakan untuk pembuatan
mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata komposit tidak begitu mempengaruhi, yang
letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi 3 bagian mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada
yaitu: yang pertama one dimensional reinforcement, umumnya, semakin kecil diameter serat akan
mempunyai kekuatan dan modulus maksimum pada menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi.
arah axis serat. Yang kedua adalah two dimensional Selain bentuknya kandungan seratnya juga
reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua mempengaruhi (Schwartz, 1984).
arah atau masing-masing arah orientasi serat. Yang e. Faktor Matrik
ketiga three dimensional reinforcement, mempunyai Pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan
sifat isotropic kekuatannya lebih tinggi dibanding permukaan yang kuat antara serat dan matrik. Selain itu
dengan dua tipe sebelumnya. Pada pencapuran dan arah matrik juga harus mempunyai kecocokan secara kimia
serat mempunyai beberapa keunggulan, jika orientasi agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada
serat semakin acak (random) maka sifat mekanik pada 1 permukaan kontak antara keduanya. Untuk memilih
arahnya akan melemah, bila arah tiap serat menyebar matrik harus diperhatikan sifat-sifatnya, antara lain
maka kekuatannya juga akan menyebar ke segala arah seperti tahan terhadap panas, tahan cuaca yang buruk
maka kekuatan akan meningkat. dan tahan terhadap goncangan yang biasanya menjadi
c. Panjang Serat pertimbangan dalam pemilihan material matrik. Juga
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat kemampuan bertambahnya elongasi saat patah yang
pada matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan. lebih besar dibandingkan dengan penguat. Selain itu
Ada 2 penggunaan serat dalam campuran komposit juga perlu diperhatikan berat jenis, viskositas,
yaitu serat pendek dan serat panjang. Serat panjang kemampuan membasahi penguat, tekanan dan suhu
lebih kuat dibanding serat pendek. Serat alami jika curring, penyusutan.
dibandingkan dengan serat sintetis mempunyai panjang f. Faktor Ikatan Fiber-Matrik
dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya. Komposit serat yang baik harus mampuan untuk
Oleh karena itu panjang dan diameter sangat menyerap matrik yang memudahkan terjadi antara dua
berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. fase (Schwartz, 1984). Selain itu komposit serat juga
Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut harus mempunyai kemampuan untuk menahan
dengan istilah aspect ratio. Bila aspect ratio makin tegangan yang tinggi, karena serat dan matrik
besar maka makin besar pula kekuatan tarik serat pada berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian
komposit tersebut. Serat panjang (continous fiber) lebih tegangan. Kemampuan ini harus dimiliki oleh matrik
efisien dalam peletakannya dari pada serat pendek. dan serat. Selain itu gaya-gaya yang berpengaruh pada
Akan tetapi, serat pendek lebih mudah peletakannya ikatan antara serat-matrik di antaranya yaitu gaya
dibanding serat panjang. Panjang serat mempengaruhi coulomb dan gaya adhesi.
kemampuan proses dari komposit serat. Pada g. Katalis
umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya Banyak sedikitnya katalis yang diberikan pada
jika dibandingkan dengan serat pendek. Serat panjang pembuatan komposit juga berpengaruh pada sifat
pada keadaan normal dibentuk dengan proses filament mekanik yang dihasilkan oleh komposit nantinya.
winding, dimana pelapisan serat dengan matrik akan h. Void
menghasilkan distribusi yang bagus dan orientasi yang Void atau gelembung udara merupakan akibat yang
menguntungkan. Ditinjau dari teorinya, serat panjang tidak bisa dihindari pada saat proses pembuatan. Untuk
dapat mengalirkan beban maupun tegangan dari titik itu sebisa mungkin meminimalkan void yang dihasilkan
tegangan ke arah serat yang lain. Pada struktur pada bahan komposit. Voids (kekosongan) yang terjadi
continous fiber yang ideal, serat akan bebas tegangan pada matrik sangatlah berbahaya, karena pada bagian
atau mempunyai tegangan yang sama. Selama fabrikasi, tersebut penguat tidak didukung oleh matriks,
beberapa serat akan menerima tegangan yang tinggi dan sedangkan penguat selalu akan mentransfer tegangan ke
yang lain mungkin tidak terkena tegangan sehingga matriks. Hal seperti ini menjadi penyebab munculnya
keadaan di atas tidak dapat tercapai (Schwartz, 1984). crack, sehingga komposit akan gagal lebih awal.
Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi Kekuatan komposit terkait dengan void adalah
yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih berbanding terbalik yaitu semakin banyak void maka
besar jika dibandingkan continous fiber. Hal ini terjadi komposit semakin rapuh dan apabila sedikit void
pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan komposit semakin kuat. Void juga dapat
tarik setinggi 1500 kips/in2 (10,3 GPa). Komposit mempengaruhi ikatan antara serat dan matrik , yaitu
berserat pendek dapat diproduksi dengan cacat adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang
permukaan yang rendah sehingga kekuatannya dapat sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan
mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila ………..……………. ..(2.7)
komposit tersebut menerima beban, maka daerah
tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan dengan, F maks = Beban yang diberikan arah tegak lurus
mengurangi kekuatan komposit tersebut. Pada terhadap penampang spesimen (N).
pengujian tarik komposit akan berakibat lolosnya serat A 0 = Luas penampang mula-mula spesimen
dari matrik. Hal ini disebabkan karena kekuatan atau sebelum diberikan pembebanan
ikatan interfacial antara matrik dan serat yang kurang (m2).
besar (Schwartz, 1984). σ = Enginering stress (Nm-2).
Enginering Strain (ε):
2.5 Karakterisasi Bahan Komposit
Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama …… (2.8)
ketika struktur tersebut dibuat. Hal ini berarti bahwa
orang yang membuat struktur menciptakan sifat-sifat dengan, ε = Enginering strain
bahan komposit yang dihasilkan, dan juga proses l 0 = Panjang spesimen mula-mula (m)
manufaktur yang digunakan biasanya merupakan Δl = Pertambahan panjang (m)
bagian yang kritikal yang berperanan menentukan l t = Panjang spesimen setelah mengalami uji
kinerja dan karakteristik struktur komposit yang tarik (m)
dihasilkan. Untuk itu dilakukan beberapa pengujian di Hubungan antara stress dan strain dirumuskan sebagai
antaranya pengujian beban, tarik, tekan, geser atau berikut:
lintang, lenturan, dan densitas. Namun pada penelitian
ini hanya difokuskan pada karakter yang dihasilkan ……………………... (2.9)
oleh hasil uji tarik dan hasil uji densitas. Uji tarik
adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang Di mana,
bertujuan mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya E = Modulus elastisitas atau modulus young
tarik. Dengan melakukan uji tarik kita mengetahui (Nm-2)
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga σ = Enginering stress (Nm-2)
tarikan dan mengetahui sejauh mana material ε = Enginering strain
bertambah panjang. Bila kita terus menarik suatu bahan Apabila dari uji tarik suatu bahan komposit
sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan diperoleh kurva di mana batas antara perubahan daerah
yang lengkap berupa kurva. Kurva pada gambar 2.4 ini elastis ke daerah plastis tidak jelas titik yield
menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan strengthnya maka untuk mengetahui nilai yield strength
perubahan panjang.Yang menjadi perhatian dalam komposit dilakukan dengan menggunakan metode
gambar tersebut di atas adalah kemampuan maksimum offset. Metode ini dilakukan dengan cara menarik garis
bahan dalam menahan beban. Kemampuan ini lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah
umumnya disebut "Ultimate Tensile Strength" disingkat proporsional (elastis) dengan jarak 0,2% dari regangan
dengan UTS. Untuk semua bahan, pada tahap sangat maksimal. Titik yang diperoleh merupakan titik
awal uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang perpotongan garis tersebut dengan grafik stress-strain
diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang seperti gambar 2.5
bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear
zone. Di daerah ini, kurvapertambahan panjang dengan
beban mengikuti aturan Hooke, yaitu “rasio tegangan
(stress) dan regangan (strain) adalah konstan”.

Gambar2.4 Gaya tarik terhadap pertambahan panjang


Pengujian dilakukan sampai sampel uji patah,
Gambar 2.5 Penentuan yield strength dengan
maka pada saat yang sama diamati pertambahan
metode offset
panjang yang dialami sampel uji. Kekuatan tarik atau
tekan diukur dari besarnya beban maksimum (Fmaks)
2.6 Metode Hand Lay-up
yang digunakan untuk memutuskan atau mematahkan
Metode hand lay-up yang disebut juga way lay-up
spesimen bahan dengan luas awal A0. Umumnya
merupakan sebuah metode pembuatan komposit yakni
kekuatan tarik polimer lebih rendah dari baja 70
dengan mengisiskan resin kedalam cetakan dengan
kg.f/mm2. Hasil pengujian adalah grafik beban versus
tangan ke serat didalam suatu wadah. Dalam metode
perpanjangan (elongasi).
ini, serat bisa disusun, dianyam, atau diikat. Biasanya
untuk meratakan permukaan dari resin digunakan roller
Enginering Stess (σ) :
atau kuas. Perataan atau penekanan ini dilakukan agar
antara resin dan serat benar-benar menyatu.
ukuran 20cm menggunakan gergaji, dengan
bagian ruas bambu tidak diambil. Setelah itu
kulit bagian luar dan dalam dihilangkan
dengan pisau kemudian dibuat irisan serat
memanjang lalu dipukul-pukul dengan palu
hingga diperoleh ukuran serat yang mendekati
dengan ukuran serat gelas. Selanjutnya serat
dipotong pendek menggunakan gunting untuk
memperoleh ukuran kurang lebih 1,5cm.
c. Resin poliester
Sebagai matriks pada penelitian ini digunakan
resin Polyester Yukalac 157® BTQN-EX .
d. Katalis
Gambar 2.6 Pembuatan komposit dengan metode hand Katalis yang digunakan memiliki senyawa
lay-up MEKPO yaitu senyawa Metyl Etyl Keton
3.Metodologi Penelitian Peroksida.
Dalam penelitian tugas akhir ini dapat dijelaskan b. Alat
secara sederhana oleh diagram proses alur penelitian Beberapa peralatan yang digunakan pada
adalah sebagai berikut: penelitian ini sebagai berikut:
a. Timbangan digital merek Mettler Toledo tipe
PB 3002.
b. Gelas Ukur
c. Gelas dan sendok pengaduk
d. Alat bantu lain
Alat Bantu lain yang digunakan, meliputi
cutter,gunting, kuas, pisau, spidol, kit mobil,
penggaris, gergaji, kaca, malam atau lilin
mainan, pipet tetes, kuas, palu dll.
e. Cetakan Spesimen
Cetakan spesimen terbuat dari kaca sebagai
alas dan malam atau lilin mainan sebagai
pembentuk rongga yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga spesimen hasil cetakannya nanti
memenuhi standart ASTM D 638M – 84 M-1
Test Method For Tensile Properties of
Plastics.
Untuk L o dalam penelitian ini dibuat lebih dari
ukuran yang terdapat pada standar karena
untuk bagian tepi saat dilakukan uji tarik
digunakan sebagai pegangan di holder mesin
Gambar 3.1 Diagram alir proses penelitian sehingga ukuran untuk L o = 200 mm.
R T
3.1 Persiapan Bahan dan Alat
Sebelum pembuatan komposit dilakukan
persiapan beberapa hal. Seperti persiapan bahan dan W W
alat yang digunakan. Adapun dalam penelitian ini
bahan dan alat yang perlu disiapkan antara lain :
a. Bahan G
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
a. Serat gelas L
Serat gelas yang digunakan berjenis E-Glass
dengan bentuk chopped strand mat (CSM).
D
Bentuk CSM dibuat dengan cara memotong
serat gelas yang masih berbentuk roving atau
serat panjang menggunakan gunting hingga L
ukuran panjang serat menjadi kurang lebih
1,5cm.
b. Serat bambu
Serat bambu yang digunakan dibuat dari Gambar 3.2 Spesifikasi cetakan ASTM D
bambu apus (Gigantochloa apus Kurz). 638M-84
Langkah-langkah untuk mendapatkan serat ini Tabel 3.1 Ukuran cetakan ASTM D 638 M-84 M-I
antara lain memotong bambu apus dengan ,T=4mm
Tabel 3.2 Komposisi komposit polimer-penguat serat
bambu

3.2 Penentuan Komposisi


Penentuan komposisi dalam pembuatan komposit Dari tabel 3.3 terlihat bahwa massa serat gelas
memegang peranan penting, karena unsur-unsur lebih besar dari pada massa serat bambu karena densitas
penyusun komposit baik matrik maupun penguatnya serat gelas lebih besar dari densitas serat bambu.
memiliki pengaruh yang besar terhadap sifat mekanik
komposit yang dihasilkan. Dalam tugas akhir ini Tabel 3.3 Komposisi komposit polimer-penguat serat
penentuan komposisi yang dilakukan terdiri dari gelas
penentuan komposisi resin-katalis dan penentuan
komposisi polimer-penguat (serat).

3.2.1 Komposisi resin – katalis


Banyak sedikitnya katalis yang ditambahkan pada
resin akan berdampak pada kekerasan komposit yang
dihasilkan. Semakin banyak katalis yang dicampurkan
pada resin maka semakin cepat proses pengeringan
pada komposit. Apabila proses pengadukan yang tidak
merata dikhawatirkan timbul void yang berlebihan.
Void ini tidak bisa dihindari dalam proses produksi 3.3 Pembuatan Spesimen Komposit
komposit. Untuk itu diperlukan penentuan komposisi Langkah-langkah pembuatan sampel komposit
yang tepat guna memperkecil void. antara komposit polimer/serat bambu dan komposit
Beberapa referensi penelitian memberikan polimer/serat gelas adalah sama yaitu menggunakan
penjelasan tentang komposisi antara resin dengan metode hand lay-up. Adapun langkah-langkahnya
katalis. Di antaranya yang pernah dilakukan oleh Richy sebagai berikut :
(2009). Adapun diperoleh komposisi antara resin a. Serat ditimbang dengan jumlah sesuai dengan
dengan katalis dengan perbandingan 15,15 gram resin fraksi volumenya terhadap cetakan dan
ditambahkan katalis sebanyak 5 tetes pipet. Karena densitasnya.
penelitian ini menggunakan fraksi volume bukan fraksi b. Matrik juga ditimbang sesuai jumlah fraksi
berat maka perbandingan tadi dikonversikan menjadi volume terhadap cetakan dan densitasnya.
18,41 ml resin ditambahkan katalis sebanyak 5 tetes c. Serat dan matrik yang sudah sesuai takaran
pipet. dicampur ke dalam gelas lalu diaduk pelan-
3.2.2 Komposisi polimer – penguat (serat) pelan dengan sendok hingga merata.
Komposisi unsur-unsur penyusun komposit d. Tambahkan katalis dengan perbandingan
polimer-penguat (serat) ditentukan dengan sesuai fraksi volume resin.
menggunakan fraksi volume. Sehinggga sebelum e. Aduk pelan-pelan hingga tercampur rata kira-
pembuatan komposit dilakukan disain komposisi antara kira selama 2 menit.
polimer dan penguat (serat). Adapun dalam penelitian f. Tuangkan campuran bahan tersebut ke dalam
tugas akhir ini dibuat komposit polimer-penguat (serat) cetakan yang sudah disiapkan dari malam dan
sebanyak 5 buah untuk masing-masing jenis kaca yang telah dibentuk sesuai standar ASTM
penguatnya yaitu dengan fraksi volume sebesar 2,5%, D 638M-84 M I.
5%, 7,5%, 10% dan 12,5%. Dan dibuat komposit g. Ratakan permukaan campuran pada cetakan.
dengan tanpa penguat atau fraksi volume penguatnya h. Tunggu hingga kering selama kurang lebih 24
0%. Dengan penentuan komposisi polimer- penguat jam.
(serat) diharapkan nanti diperoleh komposit yang dapat i. Spesimen yang sudah kering dilepas dari
digunakan untuk menjelaskan pengaruh fraksi volume cetakan kemudian bagian dihaluskan bagian-
tersebut di atas terhadap sifat mekanik komposit. bagian permukaannya dengan alat kikir dan
Dengan mengetahui volume cetakan sebesar 11,79ml amplas..
dan densitas unsur-unsur penyusun komposit maka j. Spesimen komposit yang telah dihaluskan dan
disusun tabel (3.2) dan tabel (3.3). diukur geometri awalnya dikatakan sebagai
spesimen siap uji.
3.4 Karakterisasi Komposit
Spesimen komposit yang siap uji kemudian diuji Dengan, ρ = densitas benda (gram/cm3)
dengan uji tarik dan uji densitas untuk memperoleh m = massa benda (gram)
karakter yang ada pada komposit tersebut. Adapun v = volume benda (cm3)
langkah-langkah uji tarik dan uji densitas adalah 3.5 Metode Analisa Data
sebagai berikut : Data-data yang diperoleh dalam tugas akhir ini
a. Uji tarik selanjutnya diolah dan dianalisa. Adapun langkah-
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui langkah dalam pengolahan dan analisa data yaitu
kekuatan tarik (tensile strength), kekuatan luluh (yield sebagai berikut:
strength), dan perpanjangan (elongation) dari meterial • Data yang diperoleh setelah uji tarik nanti
komposit polimer/ bambu. Pengujian dilakukan dengan digunakan dalam perhitungan untuk mencari
menggunakan mesin Wolpert TUZ 100 KN dengan nilai kekuatan tarik dan modulus elastisitas
kapasitas beban 100 KN. Bahan komposit komposit.
polimer/penguat (serat) yang diuji dibuat sampel • Dari uji densitas diperoleh data densitas
dengan bentuk dan ukuran mengacu pada standar uji komposit.
ASTM 638 M-84 M I. • Ketiga data hasil eksperimen yang dimaksud
Langkah-langkah uji tarik pada bahan komposit yaitu kekuatan tarik, modulus elastisitas dan
adalah sebagai berikut : densitas komposit nantinya akan dibandingkan
• Sampel uji dipasang pada mesin uji tarik. satu sama lain dengan data yang ideal. Selain
• Dijepit dengan pencekam pada ujung-ujungnya. itu dibandingkann sifat mekanik yang
• Ditarik ke arah memanjang secara perlahan. dimaksud antara komposit berpenguat serat
• Selama penarikan setiap saat tercatat dengan grafik bambu dan komposit berpenguat serat gelas.
yang tersedia pada mesin sampai sampel putus. • Selanjutnya menganalisa hasil perbandingan
• Amati dan catat gaya pada saat titik luluhnya dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
titik ultimatenya juga pertambahan panjang dari fraksi volume penguat pada komposit.
sampel uji setelah putus. • Menentukan komposit yang memiliki sifat
• Hasil uji tarik berupa grafik beban yang diberikan ideal yang diinginkan yaitu kuat, kaku dan
terhadap pertambahan panjang komposit. ringan.
• Grafik tersebut diubah menjadi grafik stress – • Menentukan komposit yang dapat digunakan
strain. sebagai alternatif bahan baku industri yaitu
• Bila pada grafik stress – strain perubahan daerah sebagai alternatif pengganti baja rolan.
elastis ke daerah plastis tidak dapat diamati dengan • Menyimpulkan hasil eksperimen
jelas, maka untuk titik yield strength pada kurva
ditentukan dengan metode offset. 4.Hasil dan Pembahasan
Dari grafik stress – strain akan diperoleh data Dari hasil pembuatan sampel komposit dengan
kekuatan luluh komposit yang selanjutnya digunakan dua macam penguat (serat bambu Apus dan serat E-
untuk menghitung modulus elastisitas. Adapun modulus glass), dibuat komposit dengan masing-masing jenis
elastisitas berbanding lurus dengan beban yang penguat sebanyak 5 buah dengan bermacam variasi
diberikan dan berbanding terbalik terhadap elongasi fraksi volume penguatnya. Fraksi volume penguat
yang terjadi pada bahan komposit. masing-masing serat dibuat sama sehingga komposit
b. Uji densitas yang dihasilkan dibandingkan satu sama lain. Adapun
Pengujian densitas merupakan pengujian sifat fisis variasi fraksi volume penguat yakni 2,5% , 5% , 7,5% ,
terhadap spesimen, yang bertujuan untuk mengetahui 10% dan 12,5%. Dan juga dibuat komposit polimer
nilai kerapatan massa dari spesimen yang diuji. tanpa penguat sebagai sampel pembanding dengan
Langkah-dalam uji densitas yaitu: sampel berpenguat.
 Masing-masing komposit ditimbang satu per
satu menggunakan timbangan digital untuk 4.1 Data
dicatat massanya. Hasil pengujian tarik yang telah dilakukan
 Komposit yang sudah ditimbang selanjutnya kemudian diperoleh data yang selanjutnya diolah untuk
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang sudah mendapatkan data kekuatan tarik, modulus elastisitas
berisi air dengan ketinggian 20cm kemudian dan densitas komposit. Adapun data yang diperoleh
dicatat perubahan ketinggian cairan dari posisi dapat dilihat pada gambar 4.1, tabel 4.1 dan tabel 4.2.
semula.
 Data-data yang diperoleh lalu digunakan untuk
menghitung densitas komposit dengan
menggunakan persamaan (3.1).

……………………………...(3.1)
σ (MPa) Prediksi Hasil
60
50
40
30
(a) (b) 20
Gambar 4.1 Komposit yang sudah di uji tarik (a). 10
komposit berpenguat serat bambu dan
0
(b). komposit berpenguat serat gelas.
Tabel 4.1 Data hasil karakteristik untuk penguat serat 0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi Volume (%)
bambu.
Grafik 4.1 Kekuatan tarik komposit polimer-
berpenguat serat bambu.
4.2.2 Kekuatan tarik komposit polimer-berpenguat
serat gelas
Pada fraksi volume penguat 2,5% diperoleh
komposit dengan kekuatan tariknya tertinggi yaitu
40,82 MPa. Sedangkan kekuatan tarik komposit
terendah pada fraksi volume penguat 10 % sebesar
22,13 MPa. Pada grafik gambar 4.3 secara garis besar
terjadi tren peningkatan kekuatan tarik komposit dari
fraksi penguat 0% hingga 12.5%. Namun pada fraksi
Tabel 4.2 Data hasil karakteristik untuk penguat serat volume penguat 2.5% diperoleh peningkatan kekuatan
gelas. tarik komposit yang lebih besar dari pada fraksi volume
penguat yang lebih tinggi juga terjadi penurunan
kekuatan tarik komposit yang tidak seharusnya yaitu
pada fraksi volume penguat 10%. Adapun kekuatan
tarik komposit yang lain pada masing-masing fraksi
volume penguat 5%, 7,5% dan 12,5% adalah 32,12
MPa, 24,87 MPa dan 37,08 MPa.

σ(MPa) Prediksi
Hasil
90
4.2 Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Komposit 80
Kekuatan tarik menunjukkan kemampuan untuk 70
menerima beban atau tegangan tanpa menyebabkan 60
komposit menjadi rusak atau putus. Ini dinyatakan 50
dengan tegangan maksimal sebelum putus yaitu 40
ultimate tensile strength (UTS). Adapun dalam 30
penelitian ini diperoleh data kekuatan tarik yang 20
berkisar antara 22,13 MPa-40,82 MPa. 10
0
4.2.1 Kekuatan tarik komposit polimer-berpenguat 0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi volume (%)
serat bambu
Dari pengolahan data diperoleh hasil bahwa pada
fraksi volume penguat 2,5% diperoleh komposit dengan Grafik 4.2 Kekuatan tarik komposit polimer-berpenguat
kekuatan tarik tertinggi yaitu 38,57 MPa. Sedangkan serat gelas.
kekuatan tarik komposit terendah pada fraksi volume
penguat 12,5% sebesar 22,67 MPa. trend kekuatan tarik 4.3 Modulus Elastisitas Komposit
komposit dengan volume penguat bambu yang Suatu bahan yang memiliki kekakuan tinggi bila
diperoleh ada yang naik dan ada yang turun. Kekuatan mendapat beban (dalam batas elastisnya) akan
tarik komposit pada masing-masing fraksi volume mengalami deformasi elastic tetapi hanya sedikit saja.
penguat 5%, 7,5% dan 10% adalah 31,06 MPa, 24,99 Kekakuan bahan biasanya ditunjukkan oleh modulus
MPa dan 30,78 MPa. elastiitas. Makin besar modulus elastisitas komposit
maka semakin kaku bahan komposit tersebut. Dalam
penelitian ini diperoleh bahan komposit yang memiliki
modulus elastisitas dalam rentang antara 221,502 MPa
– 1326,92 MPa.
4.4 Densitas Komposit
4.3.1 Modulus elastisitas komposit polimer-berpenguat Densitas komposit menunjukkan sifat ringan pada
serat bambu bahan komposit. Semakin besar nilai densitas komposit
Pada fraksi volume penguat 2,5% diperoleh maka semakin berat komposit tersebut. Sifat ringan
komposit dengan modulus elastisitas tertinggi yaitu merupakan sifat yang mutlak diperlukan untuk
1326,9 MPa. Sedangkan modulus elastisitas komposit beberapa bahan komposit yang digunakan dalam
terendah pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar industri manufaktur seperti pesawat terbang, kapal dan
221,502 MPa. Pada komposit dengan fraksi volume kendaraan bermotor. Adapun densitas komposit pada
penguat dari 0% ke 2,5%, modulus elastisitasnya penelitian ini diperoleh nilai antara 1,166 gram/ml
mengalami peningkatan sebelum terjadi kecenderungan hingga 1,321 gram/ml.
penurunan pada fraksi volume penguat yang lebih besar
dari 2.5% walaupun sempat meningkat lagi pada fraksi 4.4.1 Densitas komposit polimer-berpenguat serat
volume penguat 10% . Adapun modulus elastisitas bambu
komposit pada fraksi volume penguat yang lain yaitu Pada fraksi volume penguat 2,5% diperoleh
pada masing-masing fraksi volume penguat 5%, 7,5% komposit dengan densitas komposit tertinggi yaitu
dan 10% adalah 660,694 MPa, 408,980 MPa dan 1,203 gram/ml. Sedangkan densitas komposit terendah
626,134MPa. pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar 1,166
gram/ml. Tren yang terjadi pada komposit polimer –
penguat serat bambu yaitu berbanding terbalik dengan
E(MPa) Modulus Elastisitas peningkatan fraksi volume penguatnya. Adapun
1500 densitas komposit polimer –penguat serat bambu yang
lain yaitu pada masing-masing fraksi volume penguat
1000 2,5%, 5%, dan 7,5% adalah 1,191 gr/ml, 1,187 gr/ml
dan 1,178 gr/ml.
500

0 ρ (gr/ml) Hasil Pengukuran


0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi Volume (%) Teori
1.22
Grafik 4.3 Modulus elastisitas komposit polimer- 1.21
berpenguat serat bambu. 1.2
1.19
4.3.2 Modulus elastisitas komposit polimer-berpenguat 1.18
serat gelas 1.17
Pada fraksi volume penguat 10% diperoleh 1.16
1.15
komposit dengan modulus elastisitas tertinggi yaitu
1.14
916,220 MPa. Sedangkan modulus elastisitas komposit
terendah pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar 0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi Volume (%)
267,313 MPa. Tren modulus elastisitas komposit
Grafik 4.5 Densitas komposit polimer- berpenguat
dengan penguat serat gelas yang diperoleh seharusnya
serat bambu
mengalami tren peningkatan. Namun hasil yang
diperoleh terjadi tren yang tidak teratur. Adapun
4.4.2 Densitas komposit polimer-berpenguat serat
modulus elastisitas komposit pada masing-masing
gelas
fraksi volume penguat 2,5%, 5%, dan 7,5% adalah
Pada fraksi volume penguat 12,5% diperoleh
809,108 MPa, 457,8MPa dan 420,632 MPa.
komposit dengan densitas komposit tertinggi yaitu
1,321 gr/ml. Sedangkan densitas komposit terendah
E(MPa) Modulus… pada fraksi volume penguat 2,5 % sebesar 1,247 gr/ml.
Tren densitas komposit polimer dengan penguat serat
1000 gelas yang diperoleh yaitu berbanding lurus dengan
800 peningkatan fraksi volume penguatnya. Adapun
densitas komposit pada masing-masing fraksi volume
600 penguat 2,5%, 5%, dan 7,5% adalah 1,273 gr/ml, 1,31
400 gr/ml dan 1,315gr/ml.
200
0
0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi Volume (%)

Grafik 4.4 Modulus elastisitas komposit polimer-


berpenguat serat gelas.
ρ (gr/ml) adanya konsentrasi tegangan yang lebih tinggi didaerah
Hasil Pengukuran tersebut. Adapun secara umum ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kekuatan tarik komposit polimer-
1.4
penguat serat di antaranya ikatan antara serat dan
1.35
matriksnya, gaya coulomb, gaya adhesi , void, sifat
1.3 mekanik serat dan matriks, jenis serat, bentuk serat,
1.25 letak serat, katalis, fraksi volume penguat terhadap
1.2 matrik.
1.15
1.1
0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi Volume (%)

Grafik 4.6 Densitas komposit polimer-berpenguat serat


gelas.

4.5 Interpretasi Hasil


Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dapat
dijelaskan yang pertama mengenai kekuatan tarik
bahwa kekuatan tarik antara kedua jenis komposit
polimer baik dengan penguat serat bambu maupun
penguat serat glass mengalami trend naik dan turun. Gambar 4.2 Komposit yang cacat.
seharusnya terjadi tren yang meningkat pada kekuatan Untuk modulus elastisitas kedua jenis komposit
tarik untuk kedua jenis komposit terhadap fraksi juga diperoleh nilai yang bervariasi naik dan turun.
volume penguatnya. Ketelitian elongasi komposit polimer-penguat serat
yang diperoleh setelah uji tarik juga turut berpengaruh
σ(MPa) Penguat Serat Bambu pada nilai modulus elastisitas komposit. Semakin besar
Penguat Serat Gelas nilai elongasi komposit maka semakin besar pula nilai
50 modulus elasisitasnya. Sedangkan hasil yang diperoleh
40 yaiu pada fraksi volume penguat 2,5% diperoleh
komposit polimer-filler serat bambu dengan modulus
30 elastisitas tertinggi yaitu 1326,9 MPa dan modulus
20 elastisitas komposit terendahnya pada fraksi volume
10 penguat 12,5 % sebesar 221,502 MPa. Untuk jenis
0 komposit polimer- penguat serat serat glass diperoleh
Fraksi Volume (%) hasil pada fraksi volume penguat 10% diperoleh
0 2.5 5 7.5 10 12.5 komposit dengan modulus elastisitas tertinggi yaitu
Grafik 4.7 Perbandingan kekuatan tarik antara 916,220 MPa. Sedangkan modulus elastisitas komposit
komposit berpenguat serat bambu dan terendah pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar
komposit berpenguat serat gelas. 267,313 MPa. Dari hasil modulus elastisitas kedua jenis
komposit di atas seharusnya berbanding lurus dengan
Kekuatan tarik komposit polimer-penguat serat kenaikan fraksi volume penguat nya, void juga juga
gelas harus lebih besar dari pada komposit polimer- menjadi salah satu faktor penyebabnya.
penguat serat bambu. Hal ini dikarenakan penguatan
serat bambu lebih rendah dari pada penguatan serat Ε (MPa) Penguat Serat Bambu
gelas. Sedangkan hasil yang diperoleh cukup bervariasi Penguat Serat Gelas
ada yang mengalami peningkatan dan penurunan 1400
terhadap fraksi volume penguatnya. Bahkan pada fraksi 1200
1000
volume penguat tertentu penguatannnya lebih rendah
800
dari pada komposit tanpa penguat serat atau dengan 600
fraksi volume penguat 0%. Ini disebabkan void yang 400
dihasilkan lebih besar sehingga komposit polimer- 200
penguat serat tersebut mudah patah ketika dilakukan uji 0
tarik. Pada kedua jenis komposit dengan fraksi volume
penguat masing-masing 2,5% diperoleh nilai kekuatan 0 2.5 5 7.5 10 12.5Fraksi Volume (%)
tarik yang mendekati ideal dengan hasil prediksinya Grafik 4.8 Perbandingan modulus elastisitas antara
disebabkan pada kedua komposi ini terjadi peningkatan komposit berpenguat serat bambu dan
konsentrasi penguat serat di daerah sekitar patahannya. komposit berpenguat serat gelas.
Pada fraksi volume penguat 5% untuk masing-masing
jenis komposit dan komposit polimer- penguat serat Hasil pengujian densitas menunjukan bahwa
gelas dengan fraksi volume penguat 10% terjadi cacat terjadi tren penurunan yakni semakin besar fraksi
sehingga letak patah yang diperoleh bukan di daerah volume penguat pada komposit polimer- penguat serat
gaugenya tetapi di dekat pangkal penjepit dikarenakan
serat bambu maka semakin kecil densitas komposit • Pengaruh fraksi volume serat terhadap
polimer – penguat serat serat bambu. Sebaliknya karakteristik sampel komposit tidak menunjukkan
densitas komposit polimer- penguat serat serat glass tren yang seharusnya, hal ini dikarenakan
berbanding lurus dengan peningkatan fraksi volume banyaknya void pada sampel komposit.
penguatnya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. • Baik komposit berpenguat serat bambu maupun
Penyebabnya yaitu sifat dan karakteristik penguat serat berpenguat serat gelas diperoleh nilai karakteristik
dan matrik yang menyusun komposit itu sendiri. yang mendekati ideal pada masing-masing fraksi
volume 2,5%.
ρ Penguat Serat Bambu • Komposit polimer berpenguat serat bambu pada
(gram/m fraksi volume 2,5% memiliki karakteristik paling
1.35
l) mendekati ideal yakni memiliki kekuatan tarik
1.3 sebesar 38,57 MPa, modulus elastisitas sebesar
1.25 1326,92 MPa dan densitas sebesar 1,203 gram/ml.
1.2
1.15 • Material komposit polimer berpenguat serat
1.1 bambu pada fraksi volume penguat 2,5% dapat
1.05 digunakan sebagai alternatif bahan baku industri
yaitu menggantikan bahan baja rolan untuk ketel
0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi Volume (%)
sesuai standar JIS G3103.
Grafik 4.9 Perbandingan densitas antara komposit
berpenguat serat bambu dan komposit 5.2 Saran
berpenguat serat gelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
Dari uraian di atas diperoleh penentuan komposit kelanjutan penelitian ini, antara lain :
yang mendekati ideal sesuai dengan sifat mekanik yang
• Untuk mendapatkan hasil yang mudah dibaca dan
dimaksud yaitu dengan karakter kuat, kaku dan ringan
ketelitian lebih kecil maka sebaiknya dilakukan
pada fraksi volume penguat 2,5% untuk masing-masing
pengujian tarik dengan menggunakan mesin uji
kedua jenis komposit. Sedangkan komposit polimer-
tarik digital.
penguat serat bambu pada fraksi volume penguat 2,5%
• Untuk mendapatkan komposit yang baik sesuai
memiliki nilai karakteristik yang paling mendekati ideal
karakter yang diinginkan maka harus
yang memiliki kekuatan tarik sebesar 38,57 MPa,
memperhatikan dari proses awal sampai tahap
modulus elastisitas sebesar 1326,92 MPa dan densitas
pengujian karena bahan komposit memerlukan
sebesar 1,203 gram/ml. Dari penentuan komposit
perlakuan khusus (sensitif).
tersebut dapat dikatakan bahwa material komposit
polimer dengan penguat serat bambu dapat digunakan
DAFTAR PUSTAKA
sebagai alternatif pengganti bahan gelas. Hal ini juga
bila dibandingkan dengan logam konvensional seperti
baja rolan dari segi kekuatan tarik, material komposit
polimer berpenguat serat bambu dapat
menggantikannya sebagai bahan alternatif karena
kekuatan tarik baja rolan untuk bahan baku ketel sesuai
standar JIS G3103 adalah berkisar antara 35 MPa
hingga 42 MPa dan juga densitas komposit berpenguat
serat bambu pada fraksi volume penguat 2,5% lebih
rendah dari pada densitas baja rolan. Adapun densitas
baju rolan berkisar antara 7,5 gram/ml hingga 8
gram/ml. Hal ini menjadi keuntungan bagi komposit
berpenguat serat bambu karena lebih ringan sehingga
dapat digunakan menggantikan bahan baja rolan yang
lebih berat. Dari parameter-parameter sifat mekanik
beberapa material bahan tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa sifat mekanik suatu bahan yang diinginkan
tergantung pada proses pemilihan bahan yang sesuai
dengan aplikasinya untuk tujuan tertentu.

5.Kesimpulan dan Saran


5.1 Kesimpulan
Telah dibuat sampel komposit polimer dengan
penguat serat bambu dan serat gelas dengan fraksi
volume masing-masing yaitu 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan
12,5%. Selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap
bahan komposit tersebut. Dari hasil karakterisasi dan
analisa data diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :

Anda mungkin juga menyukai