ITS Undergraduate 16164 2403100075 Paper PDF
ITS Undergraduate 16164 2403100075 Paper PDF
Abstrak
Dalam tugas akhir ini, dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik bahan komposit berpenguat
serat bambu dan serat glass sebagai alternatif bahan baku industri. Adapun penelitian ini terbagi dalam
beberapa tahapan. Tahap pertama pembuatan spesimen komposit dengan masing-masing penguat dengan fraksi
volume 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5% dan spesimen tanpa penguat atau fraksi volume 0% sebagai pembanding.
Bahan polimer yang digunakan yaitu poliester BQTN 157-EX Yukalac sebagai matriksnya. Pembuatan spesimen
dengan menggunakan metode hand lay-up. Tahap kedua yaitu pengujian bahan komposit. Pengujian yang
dilakukan yaitu uji tarik dan uji densitas bahan komposit. Uji tarik dilakukan menggunakan standar ASTM D
638M-84 M-1. Tahap ketiga yaitu hasil analisa data dan pembahasan.
Dari hasil peneletian diperoleh kesimpulan pengaruh fraksi volume serat terhadap karakteristik sampel
komposit tidak menunjukkan tren yang seharusnya, hal ini dikarenakan banyaknya void pada sampel komposit,
baik komposit berpenguat serat bambu maupun berpenguat serat gelas diperoleh nilai karakteristik yang
mendekati ideal pada masing-masing fraksi volume 2,5%, komposit polimer berpenguat serat bambu pada fraksi
volume 2,5% memiliki karakteristik paling mendekati ideal yakni memiliki kekuatan tarik sebesar 38,57 MPa,
modulus elastisitas sebesar 1326,92 MPa dan densitas sebesar 1,203 gram/ml dan material komposit polimer
berpenguat serat bambu pada fraksi volume penguat 2,5% dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku
industri yaitu menggantikan bahan baja rolan untuk ketel sesuai standar JIS G3103.
….…………….(2.3)
2.2 Polimer
Polimer yaitu bahan dengan berat molekul (Mr)
lebih besar dari 10.000. keunggulan bahan polimer
yaitu kemampuan cetaknya baik. Pada temperatur
rendah bahan dapat dicetak dengan penyuntikan,
penekanan, ekstruksi, dan seterusnya, produk ringan
dan kuat, banyak polimer bersifat isolasi listrik, polimer
dapat bersifat konduktor. baik sekali ketahannya
terhadap air dan zat kimia, produk dengan sifat yang
berbeda dapat dibuat tergantung cara, pembuatannya,
umumnya bahan polimer lebih murah harganya. Bahan
polimer biasa digunakan sebagai matrik pada komposit
polimer. Adapun polimer yang sering dipakai antara
lain :
• Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastik yang dapat
dilunakkan berulang kali (recycle) dengan 2.2.2 Katalis
menggunakan panas. Thermoplastic Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) yaitu bahan
merupakan polimer yang akan menjadi keras kimia yang dikenal dengan sebutan katalis. Katalis ini
apabila didinginkan. Thermoplastic meleleh termasuk senyawa polimer dengan bentuk cair,
pada suhu tertentu, melekat mengikuti berwarna bening. Fungsi dari katalis adalah
perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat mempercepat proses pengeringan (curring) pada bahan
balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu matriks suatu komposit. Semakin banyak katalis yang
kembali mengeras bila didinginkan. Contoh dicampurkan pada cairan matriks akan mempercepat
dari thermoplastic yaitu Polyamide (PI), proses laju pengeringan, tetapi akibat mencampurkan
Polysulfone (PS), Poluetheretherketone katalis terlalu banyak adalah membuat komposit
(PEEK), Polypropylene (PP), Polyethylene menjadi getas. Penggunaan katalis sebaiknya diatur
(PE) dll. berdasarkan kebutuhannya.
• Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan 2.3 Bambu
suhu (irreversibel). Bila sekali pengerasan Bambu merupakan tanaman yang mudah
telah terjadi maka bahan tidak dapat ditemukan di daerah tropis terutama bambu yang
dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi memiliki genus Bambusa. Hal ini didasarkan pada
tidak akan melunakkan termoset melainkan survei statistik oleh ilmuwan yang bernama Ucimura
akan membentuk arang dan terurai karena (1980) yang menyatakan 80% bambu dunia berada di
sifatnya yang demikian sering digunakan kawasan di Asia Selatan dan Asia Tenggara dan jenis
sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis bambu dari genus Bambusa adalah yang paling banyak
melamin. Plastik jenis termoset tidak begitu dan mudah ditemukan di daerah tropis. Tanaman
menarik dalam proses daur ulang karena selain bambu sebagai salah satu tanaman yang jumlahnya
sulit penanganannya juga volumenya jauh melimpah di Indonesia, merupakan salah satu tanaman
lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis yang seratnya dapat digunakan sebagai bahan dasar
plastik yang bersifat termoplastik. Contoh dari material komposit. Bambu yang memiliki bentuk
thermoset yaitu epoksi, polyester, plenol, resin batang yang terdiri dari serat-serat panjang dan beruas-
amino, resin furan dll. ruas memungkinkan bambu untuk dapat berdiri tegak.
Hal ini lah yang dapat membuat bambu merupakan Berat jenis yang dimiliki bambu berkisar antara
suatu material yang kokoh, kuat sekaligus ringan. 600 – 900 kg/m³. sedangkan berat jenis rata-rata
Ada beberapa jenis bambu yang banyak bambu apus sekitar 820 km/m³.
ditemukan di Indonesia seperti : Tabel 2.3 Sifat fisis bambu apus (Richy, 2009)
a. Bambusa vulgaris sharad Sifat Fisis
Yang termasuk jenis bamboo ini antara lain, bambu Kondisi KA
Kuning, bambu Tutul, dan bambu Ampel. Sifat yang (%) ρ (gr/cm3)
dimiliki di antaranya rumpun tidak rapat dan tidak
teratur, warna kulit kuning, hijau,hijau bertutul coklat, Biasa 19.11 0.69
hijau bergaris kuning atau kuning bergaris hijau, Kering tanur 16.42 0.58
memiliki tinggi antara 10-20 m, diameter 7-13cm, dan
tebal dinding 6-15 mm 2.4. Serat Gelas
b. Gigantochloa Apus BI.Ex (Scult.F) Kurz Serat gelas mempunyai karakteristik yang berbeda
Di Indonesia banyak ditemukan bambu jenis ini antara satu dengan yang lain. Pada penggunaannya,
yang biasa dikenal dengan nama bambu Apus atau serat gelas disesuaikan dengan sifat atau karakteristik
bambu tali. Bambu ini hidup di ketinggian sekitar 1000 yang dimilikinya. Serat gelas terbuat dari
m di atas permukaan laut. Batangnya dapat mencapai silica,alumina,lime,magnesia dan lainlain. Keunggulan
tinggi antara 8 – 11 m dengan panjang ruas 45 – 65 cm, serat glass terletak pada ratio (perbandingan) harga dan
berdiamater 5 – 8 cm dan tebal dinding 13 – 15 mm. performance yaitu biaya produksi rendah, proses
produksi sangat sederhana , Serat gelas banyak
Tabel 2.2 Sifat mekanik bambu apus (Richy, digunakan di industri-industri otomotif seperti pada
2009) panelpanel body kendaraan. Bahkan sepeda motor
Sifat Mekanik MPa sekarang seluruh body terbuat dari komposit yang
Kekuatan tarik 150 berpenguat serat gelas. Komposit glass-epoxy dan
Yield Strength 53.53 glass-polyester diaplikasikan juga pada lambung kapal
dan bagian-bagian pesawat terbang.
Modulus elastisitas 9901.96
Serat gelas terbagi menjadi 3 jenis yaitu serat E-
Kekuatan tekan 49.41 glass, serat C-glass dan serat S-glass (Istanto, 2006).
Kekuatan geser 3.872 Sifat-sifat serat gelas dapat dilihat pada tabel 2.4
Kekuatan tarik tegak lurus 2.77 sedangkan table 2.5 berisi karakteristik mekanik
serat komposit dari beberapa serat glass.
Sifat fisis dan mekanik merupakan informasi Tabel 2.4 Sifat-sifat serat gelas (Istanto, 2006)
penting guna memberi petunjuk tentang cara pengerjaan
maupun sifat barang yang dihasilkan. Hasil pengujian
sifat fisis dan mekanis bambu telah diberikan oleh
Ginoga (1977) dalam taraf pendahuluan dan dilakukan
pada bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.). Beberapa
hal yang mempengaruhi sifat mekanis bambu adalah
umur, posisi ketinggian, diameter, tebal daging bambu,
posisi beban (pada buku atau ruas), posisi radial dari
luas sampai ke bagian dalam dan kadar air bambu.
Hasil pengujian sifat fisis mekanik bambu apus terdapat
Tabel 2.5 Sifat serat E-glass CSM (J.M. Barthelot,
pada tabel 2.2 dan tabel 2.3.
1999)
Bambu memiliki beberapa sifat antara jenis yang
satu dengan jenis yang lainnya. Adapun beberapa sifat
bambu dapat dijelaskan seperti berikut ini:
Wettability
Dengan sifat ini bambu dapat berperan bila ada
cairan menempel pada dinding kerasnya sehingga
permukaan menjadi basah dengan rata atau
sebagian atau terbentuk adhesi pada cairan
tersebut.
Kandungan air
Kandungan air merupakan sifat fisik bambu yang
penting karena mempengaruhi sifat mekanik dari Penelitian mengenai komposit yang
bamboo. Kandungan air pada batang bambu mengabungkan antara matrik dan penguat yang berupa
sehabis dipotong adalah antara 50 – 99% sementara serat harus memperhatikan beberapa faktor. Adapun
bamboo yang telah kering sekitar 12 – 18 %. faktor-faktor yang mempengaruhi performa fiber-
Berat jenis matrik composites antara lain:
a. Faktor Serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan mencapai kekuatan teoritisnya (Schwartz, 1984). Faktor
untuk dapat memperbaiki sifat dan struktur matrik yang yang mempengaruhi variasi panjang serat chopped fiber
tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi composites adalah critical length (panjang kritis).
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan Panjang kritis yaitu panjang minimum serat pada suatu
gaya yang terjadi. diameter serat yang dibutuhkan pada tegangan untuk
b. Letak Serat mencapai tegangan saat patah yang tinggi (Schwartz,
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah 1984).
serat dalam matrik yang akan menentukan kekuatan d. Bentuk Serat
mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat Bentuk Serat yang digunakan untuk pembuatan
mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata komposit tidak begitu mempengaruhi, yang
letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi 3 bagian mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada
yaitu: yang pertama one dimensional reinforcement, umumnya, semakin kecil diameter serat akan
mempunyai kekuatan dan modulus maksimum pada menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi.
arah axis serat. Yang kedua adalah two dimensional Selain bentuknya kandungan seratnya juga
reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua mempengaruhi (Schwartz, 1984).
arah atau masing-masing arah orientasi serat. Yang e. Faktor Matrik
ketiga three dimensional reinforcement, mempunyai Pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan
sifat isotropic kekuatannya lebih tinggi dibanding permukaan yang kuat antara serat dan matrik. Selain itu
dengan dua tipe sebelumnya. Pada pencapuran dan arah matrik juga harus mempunyai kecocokan secara kimia
serat mempunyai beberapa keunggulan, jika orientasi agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada
serat semakin acak (random) maka sifat mekanik pada 1 permukaan kontak antara keduanya. Untuk memilih
arahnya akan melemah, bila arah tiap serat menyebar matrik harus diperhatikan sifat-sifatnya, antara lain
maka kekuatannya juga akan menyebar ke segala arah seperti tahan terhadap panas, tahan cuaca yang buruk
maka kekuatan akan meningkat. dan tahan terhadap goncangan yang biasanya menjadi
c. Panjang Serat pertimbangan dalam pemilihan material matrik. Juga
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat kemampuan bertambahnya elongasi saat patah yang
pada matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan. lebih besar dibandingkan dengan penguat. Selain itu
Ada 2 penggunaan serat dalam campuran komposit juga perlu diperhatikan berat jenis, viskositas,
yaitu serat pendek dan serat panjang. Serat panjang kemampuan membasahi penguat, tekanan dan suhu
lebih kuat dibanding serat pendek. Serat alami jika curring, penyusutan.
dibandingkan dengan serat sintetis mempunyai panjang f. Faktor Ikatan Fiber-Matrik
dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya. Komposit serat yang baik harus mampuan untuk
Oleh karena itu panjang dan diameter sangat menyerap matrik yang memudahkan terjadi antara dua
berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. fase (Schwartz, 1984). Selain itu komposit serat juga
Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut harus mempunyai kemampuan untuk menahan
dengan istilah aspect ratio. Bila aspect ratio makin tegangan yang tinggi, karena serat dan matrik
besar maka makin besar pula kekuatan tarik serat pada berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian
komposit tersebut. Serat panjang (continous fiber) lebih tegangan. Kemampuan ini harus dimiliki oleh matrik
efisien dalam peletakannya dari pada serat pendek. dan serat. Selain itu gaya-gaya yang berpengaruh pada
Akan tetapi, serat pendek lebih mudah peletakannya ikatan antara serat-matrik di antaranya yaitu gaya
dibanding serat panjang. Panjang serat mempengaruhi coulomb dan gaya adhesi.
kemampuan proses dari komposit serat. Pada g. Katalis
umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya Banyak sedikitnya katalis yang diberikan pada
jika dibandingkan dengan serat pendek. Serat panjang pembuatan komposit juga berpengaruh pada sifat
pada keadaan normal dibentuk dengan proses filament mekanik yang dihasilkan oleh komposit nantinya.
winding, dimana pelapisan serat dengan matrik akan h. Void
menghasilkan distribusi yang bagus dan orientasi yang Void atau gelembung udara merupakan akibat yang
menguntungkan. Ditinjau dari teorinya, serat panjang tidak bisa dihindari pada saat proses pembuatan. Untuk
dapat mengalirkan beban maupun tegangan dari titik itu sebisa mungkin meminimalkan void yang dihasilkan
tegangan ke arah serat yang lain. Pada struktur pada bahan komposit. Voids (kekosongan) yang terjadi
continous fiber yang ideal, serat akan bebas tegangan pada matrik sangatlah berbahaya, karena pada bagian
atau mempunyai tegangan yang sama. Selama fabrikasi, tersebut penguat tidak didukung oleh matriks,
beberapa serat akan menerima tegangan yang tinggi dan sedangkan penguat selalu akan mentransfer tegangan ke
yang lain mungkin tidak terkena tegangan sehingga matriks. Hal seperti ini menjadi penyebab munculnya
keadaan di atas tidak dapat tercapai (Schwartz, 1984). crack, sehingga komposit akan gagal lebih awal.
Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi Kekuatan komposit terkait dengan void adalah
yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih berbanding terbalik yaitu semakin banyak void maka
besar jika dibandingkan continous fiber. Hal ini terjadi komposit semakin rapuh dan apabila sedikit void
pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan komposit semakin kuat. Void juga dapat
tarik setinggi 1500 kips/in2 (10,3 GPa). Komposit mempengaruhi ikatan antara serat dan matrik , yaitu
berserat pendek dapat diproduksi dengan cacat adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang
permukaan yang rendah sehingga kekuatannya dapat sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan
mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila ………..……………. ..(2.7)
komposit tersebut menerima beban, maka daerah
tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan dengan, F maks = Beban yang diberikan arah tegak lurus
mengurangi kekuatan komposit tersebut. Pada terhadap penampang spesimen (N).
pengujian tarik komposit akan berakibat lolosnya serat A 0 = Luas penampang mula-mula spesimen
dari matrik. Hal ini disebabkan karena kekuatan atau sebelum diberikan pembebanan
ikatan interfacial antara matrik dan serat yang kurang (m2).
besar (Schwartz, 1984). σ = Enginering stress (Nm-2).
Enginering Strain (ε):
2.5 Karakterisasi Bahan Komposit
Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama …… (2.8)
ketika struktur tersebut dibuat. Hal ini berarti bahwa
orang yang membuat struktur menciptakan sifat-sifat dengan, ε = Enginering strain
bahan komposit yang dihasilkan, dan juga proses l 0 = Panjang spesimen mula-mula (m)
manufaktur yang digunakan biasanya merupakan Δl = Pertambahan panjang (m)
bagian yang kritikal yang berperanan menentukan l t = Panjang spesimen setelah mengalami uji
kinerja dan karakteristik struktur komposit yang tarik (m)
dihasilkan. Untuk itu dilakukan beberapa pengujian di Hubungan antara stress dan strain dirumuskan sebagai
antaranya pengujian beban, tarik, tekan, geser atau berikut:
lintang, lenturan, dan densitas. Namun pada penelitian
ini hanya difokuskan pada karakter yang dihasilkan ……………………... (2.9)
oleh hasil uji tarik dan hasil uji densitas. Uji tarik
adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang Di mana,
bertujuan mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya E = Modulus elastisitas atau modulus young
tarik. Dengan melakukan uji tarik kita mengetahui (Nm-2)
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga σ = Enginering stress (Nm-2)
tarikan dan mengetahui sejauh mana material ε = Enginering strain
bertambah panjang. Bila kita terus menarik suatu bahan Apabila dari uji tarik suatu bahan komposit
sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan diperoleh kurva di mana batas antara perubahan daerah
yang lengkap berupa kurva. Kurva pada gambar 2.4 ini elastis ke daerah plastis tidak jelas titik yield
menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan strengthnya maka untuk mengetahui nilai yield strength
perubahan panjang.Yang menjadi perhatian dalam komposit dilakukan dengan menggunakan metode
gambar tersebut di atas adalah kemampuan maksimum offset. Metode ini dilakukan dengan cara menarik garis
bahan dalam menahan beban. Kemampuan ini lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah
umumnya disebut "Ultimate Tensile Strength" disingkat proporsional (elastis) dengan jarak 0,2% dari regangan
dengan UTS. Untuk semua bahan, pada tahap sangat maksimal. Titik yang diperoleh merupakan titik
awal uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang perpotongan garis tersebut dengan grafik stress-strain
diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang seperti gambar 2.5
bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear
zone. Di daerah ini, kurvapertambahan panjang dengan
beban mengikuti aturan Hooke, yaitu “rasio tegangan
(stress) dan regangan (strain) adalah konstan”.
……………………………...(3.1)
σ (MPa) Prediksi Hasil
60
50
40
30
(a) (b) 20
Gambar 4.1 Komposit yang sudah di uji tarik (a). 10
komposit berpenguat serat bambu dan
0
(b). komposit berpenguat serat gelas.
Tabel 4.1 Data hasil karakteristik untuk penguat serat 0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi Volume (%)
bambu.
Grafik 4.1 Kekuatan tarik komposit polimer-
berpenguat serat bambu.
4.2.2 Kekuatan tarik komposit polimer-berpenguat
serat gelas
Pada fraksi volume penguat 2,5% diperoleh
komposit dengan kekuatan tariknya tertinggi yaitu
40,82 MPa. Sedangkan kekuatan tarik komposit
terendah pada fraksi volume penguat 10 % sebesar
22,13 MPa. Pada grafik gambar 4.3 secara garis besar
terjadi tren peningkatan kekuatan tarik komposit dari
fraksi penguat 0% hingga 12.5%. Namun pada fraksi
Tabel 4.2 Data hasil karakteristik untuk penguat serat volume penguat 2.5% diperoleh peningkatan kekuatan
gelas. tarik komposit yang lebih besar dari pada fraksi volume
penguat yang lebih tinggi juga terjadi penurunan
kekuatan tarik komposit yang tidak seharusnya yaitu
pada fraksi volume penguat 10%. Adapun kekuatan
tarik komposit yang lain pada masing-masing fraksi
volume penguat 5%, 7,5% dan 12,5% adalah 32,12
MPa, 24,87 MPa dan 37,08 MPa.
σ(MPa) Prediksi
Hasil
90
4.2 Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Komposit 80
Kekuatan tarik menunjukkan kemampuan untuk 70
menerima beban atau tegangan tanpa menyebabkan 60
komposit menjadi rusak atau putus. Ini dinyatakan 50
dengan tegangan maksimal sebelum putus yaitu 40
ultimate tensile strength (UTS). Adapun dalam 30
penelitian ini diperoleh data kekuatan tarik yang 20
berkisar antara 22,13 MPa-40,82 MPa. 10
0
4.2.1 Kekuatan tarik komposit polimer-berpenguat 0 2.5 5 7.5 10 12.5 Fraksi volume (%)
serat bambu
Dari pengolahan data diperoleh hasil bahwa pada
fraksi volume penguat 2,5% diperoleh komposit dengan Grafik 4.2 Kekuatan tarik komposit polimer-berpenguat
kekuatan tarik tertinggi yaitu 38,57 MPa. Sedangkan serat gelas.
kekuatan tarik komposit terendah pada fraksi volume
penguat 12,5% sebesar 22,67 MPa. trend kekuatan tarik 4.3 Modulus Elastisitas Komposit
komposit dengan volume penguat bambu yang Suatu bahan yang memiliki kekakuan tinggi bila
diperoleh ada yang naik dan ada yang turun. Kekuatan mendapat beban (dalam batas elastisnya) akan
tarik komposit pada masing-masing fraksi volume mengalami deformasi elastic tetapi hanya sedikit saja.
penguat 5%, 7,5% dan 10% adalah 31,06 MPa, 24,99 Kekakuan bahan biasanya ditunjukkan oleh modulus
MPa dan 30,78 MPa. elastiitas. Makin besar modulus elastisitas komposit
maka semakin kaku bahan komposit tersebut. Dalam
penelitian ini diperoleh bahan komposit yang memiliki
modulus elastisitas dalam rentang antara 221,502 MPa
– 1326,92 MPa.
4.4 Densitas Komposit
4.3.1 Modulus elastisitas komposit polimer-berpenguat Densitas komposit menunjukkan sifat ringan pada
serat bambu bahan komposit. Semakin besar nilai densitas komposit
Pada fraksi volume penguat 2,5% diperoleh maka semakin berat komposit tersebut. Sifat ringan
komposit dengan modulus elastisitas tertinggi yaitu merupakan sifat yang mutlak diperlukan untuk
1326,9 MPa. Sedangkan modulus elastisitas komposit beberapa bahan komposit yang digunakan dalam
terendah pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar industri manufaktur seperti pesawat terbang, kapal dan
221,502 MPa. Pada komposit dengan fraksi volume kendaraan bermotor. Adapun densitas komposit pada
penguat dari 0% ke 2,5%, modulus elastisitasnya penelitian ini diperoleh nilai antara 1,166 gram/ml
mengalami peningkatan sebelum terjadi kecenderungan hingga 1,321 gram/ml.
penurunan pada fraksi volume penguat yang lebih besar
dari 2.5% walaupun sempat meningkat lagi pada fraksi 4.4.1 Densitas komposit polimer-berpenguat serat
volume penguat 10% . Adapun modulus elastisitas bambu
komposit pada fraksi volume penguat yang lain yaitu Pada fraksi volume penguat 2,5% diperoleh
pada masing-masing fraksi volume penguat 5%, 7,5% komposit dengan densitas komposit tertinggi yaitu
dan 10% adalah 660,694 MPa, 408,980 MPa dan 1,203 gram/ml. Sedangkan densitas komposit terendah
626,134MPa. pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar 1,166
gram/ml. Tren yang terjadi pada komposit polimer –
penguat serat bambu yaitu berbanding terbalik dengan
E(MPa) Modulus Elastisitas peningkatan fraksi volume penguatnya. Adapun
1500 densitas komposit polimer –penguat serat bambu yang
lain yaitu pada masing-masing fraksi volume penguat
1000 2,5%, 5%, dan 7,5% adalah 1,191 gr/ml, 1,187 gr/ml
dan 1,178 gr/ml.
500