Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
CASE

Laporan Kasus Pasien


1.1 Identitas Pasien :
• Nama : Ny. S
• Umur : 36 tahun
• Alamat : Tulungagung
• Status : Menikah
• No Registrasi : 8073
• Pekerjaan : IRT
• MRS : 16 – Juli - 2012
• GPA : PI00I AB000

1.1.1 ANAMNESA
1. Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir
2. Keluhan penyerta :

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dan mules-mules, dialami sejak kurang lebih 3
bulan yang lalu setelah suntik KB, keluar darah awalnya sedikit, kemudian mulai bertambah
banyak, bergumpal sebanyak 3 pembalut, darah yang keluar berwarna merah segar. Riwayat
perdarahan post koitus (+), riwayat nyeri saat berhubungan (-), riwayat nyeri perut (-), riwayat
keputihan (-), riwayat KB (+), riwayat berobat 2 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama tapi
tidak teratur minum obat, riwayat HT (-), DM (–)

5. Riwayat menstruasi :
 Menarche = usia 15 tahun
 HPHT = Lupa - maret 2012
6. Riwayat perkawinan : Menikah 1x, lama ± 15 tahun
7. Riwayat persalinan sebelumnya : Anak 1 =perempuan, persalinan normal

8. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi : suntik KB 3 bulan


2

9. Riwayat penyakit keluarga : -


10. Riwayat kebiasaan :-
11. Riwayat pengobatan :-

1.1.2 PEMERIKSAAN FISIK


a. Status present
Keadaan umum : Lemas
Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 x/mnt, suhu : 36,5˚C
RR : 20 x/mnt
b. Pemeriksaan umum
Kulit : cianosis (-), ikterik (-), turgor menurun (-)
Kepala :
Mata : anemi +/+, ikterik -/-, edema palpebra -/-
Mulut : stomatitis (-), hiperemi pharing (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tonsil (-)
Thorax :
Paru : Inspeksi : pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan normal, retraksi
costae -/-
Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kel. Axilla -/-
Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/-
Auskultasi : vesikuler +/+, suara nafas menurun -/-, Wh -/-, Rh -/-
Jantung : inspeksi : iktus cordis tak teraba
Palpasi : thrill -/-
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : denyut jantung regular
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : edema -/-

c. Status Gynecology
Pemeriksaan luar
3

Abdomen : inspeksi : flat (-), distensi (-)


Palpasi : tak teraba massa, TFU tak teraba, nyeri tekan (-)
Pemeriksaan dalam
Fluxus : (+)
Fluor :-
Vagina : teraba massa di vagina kesan berasal dari kanalis servikalis
dengan ukuran 4x3x2 cm, lunak, dapat digerakkan, teraba tangkai
Adnexa : kanan : nyeri (-)
Kiri : nyeri (-)
Cavum douglass : penonjolan (-)

1.2 RINGKASAN
Anamnesa : keluar darah dan mules-mules, dialami sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu

setelah suntik KB, keluar darah awalnya sedikit, kemudian mulai bertambah banyak, bergumpal

sebanyak 3 pembalut, darah yang keluar berwarna merah segar. Riwayat perdarahan post koitus

(+), riwayat nyeri saat berhubungan (-), riwayat keputihan (-), riwayat KB (+),

Pemeriksaan obstetric luar : Abdomen : Palpasi : tak teraba massa, TFU tak teraba, nyeri

tekan (-)

Pemeriksaan obstetric dalam : teraba massa di vagina kesan berasal dari kanalis servikalis

dengan ukuran 4x3x2 cm, lunak, dapat digerakkan, teraba tangkai

Hasil lab. Tgl 16 Juli 2012


Hb 5,2 gr/dL
Leukosit 5200 /ul
Trombosit 291.000/ul
Hematokrit 23,1 %
GD 126 mg/dL
SGOT 4 u/L
4

SGPT 12 u/L

DIAGNOSIS
Mioma Geburt + Anemi

1.3 RENCANA TINDAKAN


Infuse NaCL
Perbaikan keadaan umum
Transfusi PRC
Ekstrapasi

1.4 PERJALANAN PENYAKIT


Follow up tgl 16 Juli 2012
S = keluar darah dan mules-mules (+)
O = vital sign : T = 110/70 mmHg, N = 80, S = 36,5˚C
Status obstetric : palpasi = TFU tak teraba, adnexa parametrium kanan dan kiri tidak
ada kelaian, PPV (+)
Lab. Hb 5,2 gr/dL
A = mioma geburt
P = Infus aCL
transfuse PRC 2 colf/hari sampai dengan Hb ≥ 10 gr %
pro eksterpasi bila Hb ≥ 10 gr %

Follow up tgl 17 Juli 2012


S = keluar darah sedikit
O = vital sign : T = 120/80 mmHg, N = 86, S = 36˚C
Status obstetric : palpasi = TFU tak teraba, adnexa parametrium kanan dan kiri tidak
ada kelaian, PPV (+)
Lab. Hb 10,7 gr/dL
A = mioma geburt
P = Infus aCL
pro eksterpasi bila Hb ≥ 10 gr %
5

Follow up tgl 18 Juli 2012


S = masih keluar darah sedikit
O = vital sign : T = 110/80 mmHg, N = 88, S = 36˚C
Status obstetric : palpasi = TFU tak teraba, adnexa parametrium kanan dan kiri tidak
ada kelaian, PPV (+)
A = mioma geburt
P = Infus NaCL
Besok rencana eksterpasi oleh dr. Djamil

Follow up tgl 19 Juli 2012 Post Eksterpasi dan Curatage


S = (-)
O = vital sign : T = 110/80 mmHg, N = 88, S = 36˚C
Status obstetric : palpasi = TFU tak teraba, adnexa parametrium kanan dan kiri tidak
ada kelaianan
A = Post eksterpasi dan curatage mioma geburt
P = Infus RL
Ciprofloxacin 2x1
Inj. Kalnex 3x1
Asam mefenamat 3x500 mg

1.5 LAPORAN KELUAR RUMAH SAKIT


KRS tanggal : 19 juli 2012
Keadaan pasien waktu pulang: keadaan umum cukup, T = 120/90 mmHg, N = 84, S = 36˚C
 Hb : 11,3 gr/dL
 Fundus uteri : TFU (-)
 PPV :-
 Diagnose saat pulang : Post Eksterpasi Mioma Geburt
6

BAB II
PEMBAHASAN

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis ginekologik serta pemeriksaan penunjang berupa darah

rutin dan kimia darah, maka pasien ini didiagnosis dengan Mioma Geburt + Anemi. Dari

anamnesis diperoleh adanya mules-mules dan perdarahan pervaginam yang dialami sejak

beberapa bulan sebelumnya dan bertambah banyak sehari sebelum MRS tanpa disertai
7

pembesaran perut. Selain itu didapatkan riwayat perdarahan post koitus, namun tidak ada riwayat

penurunan berat badan ataupun penurunan keadaan umum pasien yang signifikan sehingga

menyingkirkan kemungkinan keganasan. Keadaan umum dan status vital pasien tidak terganggu

sehingga tampaknya perdarahan yang terjadi tidak terlalu hebat, walaupun dari pemeriksaan

laboratorium didapatkan kadar hemoglobin yang kurang dari normal. Dari pemeriksaan fisis

ginekologik diperoleh adanya massa di kanalis servikalis dengan ukuran 4x3x2 cm yang

berwarna pucat, lunak, dengan permukaan rata dapat digerakkan serta bertangkai. Berdasarkan

hal-hal tersebut di atas maka didiagnosis Mioma Geburt. Penanganan dari Mioma Geburt adalah

eksterpasi dan kuretase. Hal ini sesuai dengan asal mioma geburt yang merupakan mioma

submukosa sehingga hanya perlu dilakukan eksterpasi tumor serta kuretase untuk membersihkan

tangkai mioma yang menempel di endometrium. Selain itu diberikan pula antibiotik dan

analgetik. Hemostatik diberikan sebelum operasi untuk mengurangi perdarahan yang terjadi.

Setelah operasi pemberian hemostatik tidak diperlukan lagi, karena jaringan tumor yang

menyebabkan perdarahan telah diangkat dan dibersihkan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot

polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine

fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus

genitalia wanita. Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar melon,
8

sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon. Walaupun tidak sering, disfungsi

reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan

prematur, dan malpresentasi.1,2,10

.
3.2 EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang

mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah

dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma

yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita

ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25%

wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun.1,3,4

3.3 ETIOLOGI

Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan

peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor

predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormone pertumbuhan dan Human Placental

Lactogen. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang

diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid

uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan

mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon

reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum
9

menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah

menopause.1,3,4,9,10

3.4 PATOGENESIS

Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang bergejala. Timbulnya

gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah dan letak mioma. Secara umum,

pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi estrogen, yang ada hingga menopause. Seiring

berjalannya waktu, mioma yang awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi bergejala.

Sebaliknya, banyak mioma yang menyusut seiring menopause dimana stimulasi estrogen

menghilang dan banyak gejala yang berkaitan dengan mioma hilang segera setelah menopause.5

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz

yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa

baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat

dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan

menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium

normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.

Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel

otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri

pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang

persisten. 3,7

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh. Mioma

memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos uterus yang terkompresi dan hanya
10

memiliki beberapa permbuluh darah dan pembuluh limfe. Mioma intramural merupakan mioma

yang paling banyak ditemukan. Jenis mioma ini seluruhnya atau sebagian besar tumbuh di antara

lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah yaitu miometrium. Mioma subserosa tumbuh

keluar dari lapisan tipis uterus yang paling luar yaitu serosa. Jenis mioma ini dapat bertangkai

(pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Jenis mioma ini perupakan kedua terbanyak

ditemukan. Jenis mioma ketiga yaitu mioma submukosa yang tumbuh dari dinding uterus paling

dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasar

lebar. 2,3,5,7,8,9

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui

saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika

telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah

yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Peningkatan jumlah

perdarahan menstrual pada penderita mioma dihubungkan dengan:

- Peningkatan luas permukaan endometrium

- Produksi prostaglandin5,6

3.5 PATOLOGI ANATOMI


Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya adalah dari

korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri

dibagi 4 jenis antara lain :

1. Mioma submukosa

2. Mioma intramural

3. Mioma subserosa

4. Mioma intraligamenter
11

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%),

submukosa (6,1%.) dan jenis intraligamenter (4,4%).

1. Mioma submukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai

6,1% dari seluruh kasus mioma . Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,

tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya

benjolan waktu kuret, di kenal sebagai “ Currete bump” dan dengan pemeriksaan histeroskopi

dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada

mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa

yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,dikenal dengan

nama “mioma geburt” atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan

infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,

jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi

tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai

bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding

depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,

sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa
12

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi

oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi

mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum

atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut “wondering /

parasisic fibroid”. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma

pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum

berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan

jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan ( whorle like pattern ) dengan psoudo kapsul yang

terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri


13

3.6 GEJALA DAN TANDA

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada

tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala

yang mungkin timbul yaitu:

- Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi

metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa faktor yang menjadi

penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:

o Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium

o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa

o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum

o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di

antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang

melaluinya dengan baik

- Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,

yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang akan

dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat


14

menyebabkan juga dismenore. Namun gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas pada

mioma uteri.

- Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma uteri. Gejala

yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine, obstipasi serta edema tungkai dan nyeri

panggul.2,3,4,5,6,7

Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di antara siklus

haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan masif. Darah yang keluar

berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat diduga sebagai haid yang

memanjang. Selain itu, mioma submukosa juga dapat menyebabkan perdarahan intermenstrual,

perdarahan post coital, perdarahan vaginal terus-menerus atau dismenore.6

Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian mioma yaitu:

- Faktor yang meningkatkan angka kejadian: wanita afrika-karibia, peningkatan usia,

nuligravida, obesitas.

- Faktor yang menurunkan angka kejadian: merokok, penggunaan pil kombinasi

kontrasepsi oral, kehamilan aterm.6,7

3.7 DIAGNOSA

Diagnosis Mioma Geburt ditegakkan atas beberapa hal, yaitu:

1. Anamnesis, teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah

panjang serta adanya riwayat perdarahan per vaginam terutama pada perempuan di usia

40an, kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak.9


15

2. Pemeriksaan Fisis

a. Pada pemeriksaan abdomen luar kemungkinan tidak didapatkan kelainan, namun

dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual uterus yang bentuknya tidak regular,

tidak lunak atau penonjolan yang berbenjol-benjol yang keras pada palpasi.7,8

b. Pada pemeriksaan Ginekologik (PDV) teraba massa yang keluar dari OUE

(kanalis servikalis), lunak, mudah digerakkan, bertangkai serta mudah berdarah.

Melalui pemeriksaan inspekulo terlihat massa keluar OUE (kanalis servikalis)

berwarna pucat

3. Pemeriksaan Penunjang

a. USG Ginekologik untuk menentukan jenis tumor dalam rongga pelvis

b. Histerografi untuk menilai pasien mioma submukosa dengan infertilitas

c. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan

3.8 DIAGNOSA BANDING


Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip serviks merupakan

suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks. Tangkainya dapat

panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang

dapat juga mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat

mengalami nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya

dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung mioma tapi

merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat pengaruh ovarium, selain itu juga

terjadi atropi endometrium di atas mioma submukosa.3


16

3.9 PENATALAKSANAAN

Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran

tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala

serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi

atas penanganan konservatif dan operatif.6

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause

tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan

- Bila anemi (Hb < 8gr/dl) à transfusi PRC

- Pemberian zat besi

- Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid asetat 3,75

mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali

Manajemen simtomatik mioma uteri biasanya diberikan demi kenyamanan pasien dan

menunda pengobatan bisa dimengerti pada pasien yang tidak bergejala atau dengan gejala ringan

yang dapat ditoleransi. Meskipun pengobatan non-operatif biasanya tidak memberikan

kesembuhan permanen, namun terapi dengan obat-obatan seperti NSAID, pil kontrasepsi oral,

progestin, androgen dan analog GnRH biasanya diberikan.5


17

Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal; jadi obat-obatan ini

menghasilkan menopause kimiawi yang temporer dan reversibel yang dapat mengecilkan volume

mioma hingga 50% dengan cara menurunkan konsentrasi estrogen yang beredar dalam darah

dengan hasil maksimal setelah tiga bulan terapi. Analog GnRH juga memiliki beberapa kegunaan

sebelum tindakan operatif dilakukan:

- Mengurangi jumlah darah yang terbuang pada saat operasi dan perlunya transfusi

darah

- Meningkatkan kemungkinan operasi dengan cara insisi suprapubik transversal

dibandingkan insisi midline

- Mengurangi resiko histerektomi ketika miomektomi direncanakan6,7

Penanganan operatif bila:

- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu

- Pertumbuhan tumor cepat

- Mioma subserosa bertangkai dan torsi

- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

- Hipermenorea pada mioma submukosa

- Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dilakukan berupa:6,7,8,9


18

1. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak.

Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma dibuka dengan

diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan diseksi sulit untuk

dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng mioma, rongga yang terbentuk akibat

mioma kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat untuk membawa garis jahitan

serendah mungkin sehingga mengurangi resiko perlekatan dengan vesika urinaria.

2. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi, terbagi atas 2

macam, yaitu:

a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma

intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi

b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12

minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau

enterokel

Embolisasi arteri uterus kini emakin banyak digunakan untuk menangani mioma dengan

pendekatan yang kurang invasif. Tujuannya adalah untuk mengurangi suplai darah ke mioma

sehingga menyebabkan degenerasi dan nekrosis.8

3.10 KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:

1. Degenerasi ganas
19

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh

mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru

ditemukan pada pemeriksaan histopatologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan

keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran

sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut. Jika torsi

terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan

suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang

mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan

sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan

berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang

disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

3.11 PROGNOSIS

Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak akan dibahayakan

oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan setelah diseksi lebar untuk masuk ke

dalam rongga uterus.6


20

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pasien Ny. S, usia 36 th, datang dengan keluhan keluar darah dan mules-mules, dialami sejak

kurang lebih 3 bulan yang lalu setelah suntik KB, keluar darah awalnya sedikit, kemudian mulai

bertambah banyak, bergumpal sebanyak 3 pembalut, darah yang keluar berwarna merah segar.

Riwayat perdarahan post koitus (+), riwayat nyeri saat berhubungan (-), riwayat keputihan (-),

riwayat KB (+). Abdomen : Palpasi : tak teraba massa, TFU tak teraba, nyeri tekan (-).

Pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin yang kurang dari normal yaitu 5,2 gr/dl

Pemeriksaan obstetric dalam : teraba massa di vagina kesan berasal dari kanalis servikalis

dengan ukuran 4x3x2 cm, lunak, dapat digerakkan, teraba tangkai. Maka pasien ini didiagnosis

dengan Mioma Geburt + Anemi.

DAFTAR PUSTAKA
21

1. Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam : Pedoman Diagnosis dan

Terapi Obstetri dan Ginekologi, Ujung Pandang, Bagian/SMF OBstetri dan

Ginekologi FK Unhas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 1999.

10. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the

Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology, Boston, Elsevier

Saunders, 2003.

2. Anonymous, Uterine Fibroids and Hysterectomy, available from www.wallgreens.com.

Accessed on February 15 2007.

3. Sutoto, MS Joedosepoetro, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, dalam: Ilmu

Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketiga, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 1999.

4. Anonymous, Uterine Fibroids and Hysterectomy, available

from www.mercy.org. Accessed on February 15 2007.

5. Chelmow MD, David, Gynecologic Myomectomy, available from www.emedicine.com.

Accessed on February 15 2007.

6. Anonymous, Leiomyoma of the Uteri, available from www.health.am. Accessed on

February 15 2007.

7. Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al, Fibroids in Obstetrics

and Gynaecology, London, Mosby, 2004.


22

8. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital

Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell Publishing, 2005.

9. Hart MD FRCS FRCOG, David McKay, Fibroids in Gynaecology

Illustrated, London, Churchill Livingstone, 2000.

Anda mungkin juga menyukai