PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Secara sederhana, manajemen berbasis kinerja merupakan suatu metode untuk
mengukur kemajuan program atau aktivitas yang dilakukan organisasi sektor publik
dalam mencapai hasil atau outcome yang diharapkan oleh klien, pelanggan, dan
streholder lainnya. Kinerja birokrasi adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan yang di lakukan personel, tim, atau unit organisasi
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi .
Dalam konteks kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia, pemerintah
melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81
lahun 1995 telah memberikan berbagai rambu-rambu pemberian pelayanan kepada
birokrasi publik secara baik. Berbagai prmsip pelayanan, seperti kesederhanaan,
kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonoinis, dan keadilan yang
merata merupakan prinsip-prinsip pelayanan yang harus diakomodasi dalam
pemberian pelayanan publik di Indonesia.
Akuntabilitas mempunyai arti pertanggungjawaban yang merupakan salah
satu ciri dari terapan ”Good Governance” atau pengelolaan pemerintahan yang baik
dimana pemikiran tersebut bersumber bahwa pengelolaan administrasi publik
merupakan issue utama dalam pencapaian menuju ”clean government” (pemerintahan
yang bersih). Ada beberapa pilar good governance dalam berinteraksi satu dan lainnya
yang saing terkait, yaitu: Government, Citizen, dan Business
atau State, Societydan Private Sector. Pada dasarnya pilar tersebut mempunyai
konsekuensi akuntabilitas terhadap publik atau masyarakatnya,
khususnya stakeholders yang yang melingkupi ketiga pilar tersebut sebagai
pelaku ”How to govern” atas aktivitasnya.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Kinerja dan Akuntabilitas Birokrasi?
2. Bagaimanakah Pengukuran kinerja dan Akuntabilitas Birokrasi?
3. Apakah dimensi akuntabilitas?
4. Apakah Tujuan pengukuran?
5. Apakah Sistem Manajemen Kinerja Sektor Pulik?
6. Apakah Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kinerja?
2
BAB II
PEMBAHASAN
kinerja birokrasi publik terjadi karena kinerja belum dianggap sebagai suatu hal
yang penting oleh penierintah. Tidak tersedianya informasi mengenai indikator kinerja
birokrasi publik menjadi bukti dan ketidakseriusan pemerintah untuk menjadikan
kinerja pelayanan publik sebagai agenda kebijakan yang penting. Kinerja pejabat
birokrasi tidak pernah menjadi pertimbangan yang penting dalam mempromosikan
pejabat birokrasi. Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) yang selama ini
dipergunakan untuk menilai kinerja pejabat birokrasi sangat jauh relevansinya dengan
indikator-indikator kinerja yang sebenarnya. Akibatnya, para pejabat birokrasi tidak
memiliki insentif untuk menunjukkan kinerja sehingga kinerja birokrasi cenderung
3
menjadi amat rendah.Pemerintah terhadap birokrasi seringkali tidak ada hubungannya
dengan kinerJà birokasinya. misalnya, dalam menentukan anggaran birokrasinya,
pemerintah sama sekali idak mengaitkan anggaran dengan kinerja birokrasi. Anggaran
birokrasi publik selama ini lebih didasarkan atas input, bukan cutput. Anggaran yang
ditcrima oleh sebuah birokrasi publik lebih ditentukan oleh kebutuhan, bukan oleh hasil
yangakan diberikan oleh birokrasi itu pada masyarakatnya.
4
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk mengalokasikan suatu sumberdaya
dan pembuatan.
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggung jawaban publik dan memperbaiki komunukasi kelembagaan.
Pengukuran Akuntabilitas
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah(agent) umtuk
memberikan pertanggung jawaban ,menyajikan,melaporkan dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung
jawaban. Akuntabilitas publik Akumtabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
5
1. Akuntabilitas vertikal.
Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan
dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban atas unit-unit
kerja kepad pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintanh daerah kepada
pemerintah pusat , dan pemerintah pusat kepada MPR.
2. Akuntabilitas Horizontal
Pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas merupakan konsep
yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya dari pada memberantas
korupsi(Turner and Hulme,1997 ). Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama
dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-
lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal
bukan hanya pertanggungjawaban vertikal. Tuntutan yang harusnya muncul adalah
perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja
lembaga sektor publik.
6
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistam informasi
akuntansi, sistem informasi manajeman dan prosedur administrasi.
Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujun yang di
tatapakn dapat dicapai atau tidak, dan apakah hal yang mempertimbangkan alternatif
program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
Akuntabilitas Kebijakan.
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertnggungjawaban pemerintah,baik
pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang di ambil penerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luar.
7
Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkan
dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki
kinerja.
Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara obyektif
atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja
yang telah disepakati.
Sebagai alat komunikasi
Membantu mengidentifikasikan apakah kepusan pelanggan sudah terpenuhi
Membantu proses kesehatan instansi pemerintah dan Memastikan bahwa
pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
8
reform menghendaki organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, memberikan
pelayanan yang efisien dan efektif kepada masyarakat.
Welfare reform membawa konsekuensi peningkatan tekanan terhadap
organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat dan daerah, untuk
memperbaiki kinerjanya serta mendorong dibangunnya sistem manajemen organisasi
sektor publik berbasis kinerja (performance-based management). Organisasi sektor
publik dituntut untuk membuat sistem akuntabilitas berbasis kinerja (results-based
accountability system) sebagai saranan untuk memberikan informasi kinerja kepada
masyarakat. Kemunculan manajemen berbasis kinerja merupakan bagian dari
reformasi New Public Management yang dilakukan oleh negara-negara maju di Eropa
dan Anglo-Amerika sejak tahun 1980-an. Osborne dan Gaebler (1992, ch. 5)
menyebutnya dengan istilah “Results-Oriented Government” yakni pemerintahan yang
membiayai outcome bukan input.
9
2. Faktor psikologis yang terdiri dari :
Persepsi
Attitude
Personality
Pembelajaran
Motivasi
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penilaian kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam
pengelolaan pegawai dalam suatu organisasi. Pemahaman mengenai kinerja
yang diharapkan menjadistarting point dalam penilaian kinerja. Seluruh
pegawai harus memahami konsep kinerja yang diterapkan dan memahami apa
yang diharapkan dari mereka. Kemudian, selutuh pihak yang terkait dengan
penilaian kinerja harus memahami aspek-aspek yang akan dijadikan penilaian
kinerja. Melalui pemahaman ini, kesalahpahaman mengenai penilaian kinerja
dapat diminimalisir. Instrumen penilaian kinerja yang valid dan reliabel
merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Melalui instrumen ini, akan dapat
terdeteksi, pegawai yang mempunyai kinerja sesuai dengan yang diharapkan
dan pegawai yang belum mampu mencapai kinerja yang diharapkan.
Sistem Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang saling berkaitan satu sama
lain yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak yang memberikan
amanah/publik. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat
kepada MPR, dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability) adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
11