Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara di dunia dengan garis pantai terpanjang kedua setelah
Cile. Banyak pantai di Indonesia yang indah sehingga dijadikan sebagai objek wisata oleh
masyarakat setempat atau oleh pemda setempat, hal ini merupakan sisi positif dari
pemanfaatan alam untuk mendongkrak pendapatan masyarakat di sekitar pantai tersebut.
Bukan hanya untuk masyarakat disekitar pantai namun juga untuk pendapatan daerah
tersebut.

Pantai merupakan salah satu tempat berlangsungnya ekosistem, sebab didalamnya


terdapat beberapa flora dan fauna yang menggantungkan hidup dipantai. Seperti tempat
bertelurnya penyu-penyu, atau tempat penyebaran kelapa yang menggantungkan air pasang
surut laut yang membawa hanyut kelapa yang jatuh ke bibir pantai.

Daerah pesisir merupakan daerah yang sangat peka terhadap degradasi lingkungan,
utamanya dipengaruhi proses atau aktivitas di daratan. Intensifnya tingkat dan eksploitasi manusia
dalam memanfaatkan sumber daya di darat maupun laut menjadi penyebab utama terjadinya
degradasi lingkungan pesisir. Salah satu gangguan terhadap ekosistem daerah perairan pesisir dapat
disebabkan oleh adanya kegiatan industri yang membuang limbah cemaranya ke sungai yang
bermuara di perairan pantai.

Namun kadangkala manusia kurang memperhatikan kebersihan dan kelestarian


alam, seperti kebersihan dan kelestarian pantai. Para penduduk dengan perasaan kurang
peduli membuang sampah sembarangan saat berkunjung ke sebuah pantai, tentunya hal
merusak ekosistem yang ada di pantai tersebut, bukan hanya itu melainkan juga merusak
keindahan pantai yang telah di berikan oleh Tuhan kepada manusia.

Kita mungkin sering mendengar berita tentang ikan yang mati karena memakan
sampah, keberadaan sampah di pantai merupakan masalah klasik yang terus berlanjut
hingga saat ini, telah banyak upaya yang dilakukan agar masyarakat tidak membuang
sampah sembarang di pantai yang dikunjungi, namun belum ada hasil yang signifikan
dalam mengurangi keberadaan sampah di pantai.

Dari kurangnya kesadaran manusia dalam menjaga kelestarian pantai dari


banyaknya sampah memang ada beberapa alasan, seperti kurangnya pengetahuan tentang
bahaya sampah, belum adanya fasilitas tempat sampah yang memadai, dan yang paling
mendasar adalah kurangnya rasa empati kepada alam sekitar.

1
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian secara
mendalam yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang dampak keberadaan sampah?


2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang keberadaan sampah pada pantai zakat
bengkulu?
3. Bagaimana persepsi masyarakat tentang solusi untuk mencegah permasalahan
sampah pada pantai zakat

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang dampak keberadaan sampah
2. untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang perubahan sampah pada pantai
zakat Bengkulu
3. Untuk memgetahui persepsi masyarakat tentang solusi untuk mencegah
permasalahan sampah pada pantai zakat.

1. 4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi tentang persepsi
masyarakat tentang keberadaan sampah pada pantai zakat

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Presepsi

Sarwono (1992) menjelaskan persepsi adalah bagaimana manusia mengerti dan


menilai lingkungan. Berdasarkan dua cara pendekatan untuk menilai lingkungan yaitu
Pendekatan konvensional yang bermula dari adanya rangsangan dari luar individu dan
Pendekatan ekologik atau pendekatan individu tidaklah menciptakan makna-makna dari
apa yang diindrakan karena sesunguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu
sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.
Bimo Walgito dalam Sunaryo (2004) persepsi adalah proses pengorganisasian
terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Lebih
lanjut Safanayong (2006) yang mengatakan persepsi adalah apa saja yang hadir dalam
kesadaran, termasuk data indrawi, gambaran atau image, ilusi, visi, ide dan konsep. Lain
halnya dengan Maryati (2009) mengatakan persepsi adalah suatu proses pemberian arti
atau proses kognitif dari seseorang terhadap lingkungannya, yang dipergunakan untuk
menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Dengan demikian setiap orang akan berbeda
cara pandang dan penafsirannya terhadap suatu objek atau fenomena tertentu.

Proses terjadinya persepsi kembali pada hubungan manusia dengan lingkungannya.


Setelah manusia mengindrakan objek di lingkungannya, manusia memproses hasil
pengindraaannya dan timbullah makna tentang objek itu pada diri manusia bersangkutan
yang dinamakan persepsi. Persepsi ini selanjutnya menimbulkan reaksi sesuai dengan asas
busur refleksi. Untuk bisa lebih memahami proses yang terjadi sejak individu bersentuhan
melalui indranya dengan objek di lingkungan sampai terjadinya reaksi maka Sarwono
(1992).

2.2 Pantai

Pantai adalah suatu kawasan wilayah peralihan antara laut dan daratan sehingga
kawasan pesisir merupakan ekosistem besar yang di dalamnya terdapat interaksi timbal
balik (feedback) antara faktor biotik dan abiotik. Interaksi yang terjadi di ekosistem pantai
bersifat dinamis dan saling mempengaruhi, selain itu kawasan pesisir merupakan
ekosistem yang mempunyai kekayaan habitat yang beragam (Hutagalung, 1990).
Keanekaragaman pantai adalah melimpahnya sumber daya alam yang tinggi baik hayati
maupun non hayati. Salah satu keanekaragaman hayati yang sering dijumpai pada daerah
pesisir pantai adalah kerang (Yenni, Y., et al, 2005).

3
Pantai merupakan wilayah perbatasan antara daratan dan lautan yang dipengaruhi
oleh pasang air tertinggi dan surut air terendah. Batas daerah daratan pada kawasan pantai
adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan yang dimulai dari batas
garis pasang tertinggi, sedangkan batas daerah lautan pada kawasan pantai merupakan
daerah yang terletak dibawah dan diatas permukaan laut yang dimulai dari sisi laut pada
garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya (Rahman, 2006).

Wilayah pantai ini telah membentuk suatu ekosistem yang beragam dan sangat
produktif serta memberikan nilai ekonomi yang sangat besar terhadap kehidupan manusia.
Selain itu wilayah pantai juga memiliki karakteristik wilayah yang berbeda dengan wilayah
lainnya (Siaka, 2008) Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruh. Ekosistem yang terdapat di
pantai merupakan suatu himpunan integral dari berbagai komponen hayati atau kumpulan
dari organisme hidup dan kondisi fisik yang saling berinteraksi. Hubungan saling
ketergantungan satu dengan yang lain, sehingga apabila salah satu terganggu maka akan
mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada (Darmono, 2005)

2.3 Masyarakat Pesisir

Daerah Pesisir merupakan ekosistem yang paling dinamis yang mempunyai


kekayaan habitat beragam dan saling berinteraksi, akan tetapi Analisis Kualitas
Lingkungan daerah ini sangat peka terkena dampak kegiatan manusia, (Dahuri, dkk 1996).

Pencemaran perairan pesisir menurut MENKLFV02NI988, sebagai masuk atau


dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen pesisir oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air pesisir turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan perairan pesisir menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya. Menurut Clark (1974), kualitas pesisir sangat ditentukan oleh
pengaruh yang diterima dari wilayah di sekitarnya. Bahan-bahan pencemar yang ada akan
mengikuti arus, bahan-bahan ini teqperangkap dalam atau jarak tertsntu, sehingga dapat
melampaui kapasitas asimilasinya, dan dapat menambah partikel-partikel kecil dan unsur
hara dalam jumlah besar. Pembuangan limbah domestik yang besar akan merangsang
pertumbuhan fitoplankton dan menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang
(Nybakken, 1992). Kondisi fisik perairan berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap biota perairan.
4
Menurut Abel (1989), keberadaan zat pencemar dalam perairan dipengaruhi oleh
sifat fisik perairan seperti: arus, suhu, dan morfologi. Daya dukung lingkungan pada suatu
lokasi di daerah pesisir untuk area pertambakan, biasanya berfokus pada aspek teknis-
biologis suatu lahan dapat atau tidak untuk tambak. Prinsip daya dukung yang dicetuskan
oleh Nurjana (1991), pada dasarnya menyatakan bahwa daya dukung kawasan dipengaruhi
oleh faktor eksternal tambak seperti: kondisi oseanografik, sistem pergantian air laut
alamiah (renewal sistem), ketersediaan saluran, dan posisi tambak dari garis pantai

2.4 Pencemaran Sampah

Asrul Azwar (1975:25) memberikan pengertian arti dari sampah sebagai berikut :
sampah atau refuse adalah barang atau benda sisa yang tidak terpakai tidak berguna lagi
yang umumnya berasal dari kegiatan manusia termasuk industri, tetapi bukan termasuk
tinja (human waste) dan umumnya bersifat padat atau semi padat. Sampah diproduksi sejak
manusia ada. Pada zaman dahulu sampah masih bukan merupakan masalah. Sampah
ditaruh atau diletakkan begitu saja tanpa perlu pengolahan. Sampah hanya ditinggalkan
begitu manusia berpindah tempat dari satu ketempat lainnya. Sampah mulai menjadi
masalah ketika manusia mulai bertempat tinggal menetap. Sampah merupakan
permasalahan karena keinginan untuk melihat keadaan yang besih ditempat tinggal
maupun ditempat lain. Dengan kondisi ini sampah diusahakan untuk membuang atau
memunahkan sampah. Proses pengolahan sampah dari zaman dulu xviii sampai dengan
zaman sekarang masih tetap sama yaitu: pembuangan, pembakaran, recycling, atau
pengurangan volume pemakaian bahan.

2.4.1 Klasifikasi Sampah Sampah dapat diklasifikasikan berdasar sumbernya yaitu:

1. Sampah domestik yang terdiri dari sampah rumah tangga, bongkaran bangunan,
sanitasi dan sampah jalanan. Secara umum sampah jenis ini berasal dari perumahan
dan kompleks perdagangan.
2. Sampah dapat diklasifikasikan berdasar bentuknya yaitu:
a. Sampah anorganik/kering seperti logam, besi, kaleng, botol yang
tidak dapat mengalami pembusukan secara alami
b. Sampah organik/basah seperti sampah dapur, restoran, sisa makanan
yang dapat mengalami pembusukan secara alami.

5
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada hari senin tanggal 20 November sampai 22 November
2017, yang bertempat di wilayah Pantai Zakat Bengkulu

3.2 Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu :

1. Alat tulis

2. Hard copy kuesioner sebanyak 30

3. Hp (untuk foto)

4. Responden sebanyak 20 orang

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.


2. Mencari dan menemui masyarakat pesisir satu persatu yang terdapat di pantai zakat
Bengkulu sebanyak 20 orang.

3. Setelah masyarakat yang kita temui untuk menjadi responden bersedia kita lakukan
wawancara.

4. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan.


5. Lakukan wawancara secara langsung dengan sistem mengajukan pertanyaan yang
telah disiapkan dalam daftar pertanyaan (kusioner)
6. Lakukan sesi foto dengan responden.
7. Setelah data terkumpul sesuai sampel yang diambil lalu melakukan pengolahan
data.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tingkat Persentase Masyarakat Pesisir

No Indikator Persentase Jumlah Orang


1 Jenis kelamin
Perempuan 25% 5

Laki-laki 72% 15
2 Usia ( Tahun)
< 20 5% 1
20-29 20% 4
30-39 40% 8
40-49 30% 5
>50 10% 2
Jumlah
Kegiatan di Pantai
3 zakat
Nelayan 50% 10
Pedagang 30% 6
Wisata 20% 4
Jarak rumah ke pantai
4 zakat
<100 m 20% 4
100 - 200 m 35% 7
200-300 15% 3
300-400 10% 2
400-500 m 15% 5
>500 m 5% 1

4. 2. Skor pernyataan persepsi

No Kategori Skor
1 Sangat Setuju (SS) 4

2 Setuju (S) 3

3 Tidak Setuju (TS) 2

4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

7
4. 3 Jumlah Skor dari Responden

No Nama Jenis
Skor
Responden Kelamin
1 Wahyudi L 4
2 Gustiana P 5
3 Gilang L 5
4 Reni P 4
5 Fiko L 4
6 Evi P 4
7 Tarzimi L 5
8 Kartini P 4
9 Ridho L 4
10 Suhana P 4
11 Nurdin L 4
12 Dodi L 5
13 Reza L 4
14 Supri L 4
15 Dimas L 4
16 Andi L 5
17 Yusuf L 4
18 Baron L 5
19 Junaidi L 5
20 Jhon L 4

4.4 Pembahasan

Pantai zakat bengkulu dapat dijadikan tempat wisata keluarga. Pada pantai zakat
terdapat melimpahnya sampah di daerah perpantai, yang dapat menggangu ekositem pantai
zakat. Namun, perkembangan pembangunan wilayah perkotaan yang semakin berkembang
pesat menyebabkan masyarakat dapat merasakan dampak negatifnya, salah satunya adalah
kotornya tepi pantai dan laut yang ada di pantai zakat. Sampah banyak didominasi oleh
sampah plastik. Masyarakat menyayangkan keadaan wilayah pesisir Pantai zakat yang
terus mengalami penumpukan sampah. Dampak ini pun mempunyai sifat jangka pendek
dan jangka panjang yang dipengaruhi kondisi ekosistem dan masyarakat di sekitar. Banyak
nya masyarakat pesisir memberi persepsi sangat setuju pada tanggapan sampah merusak
ekosistem pantai zakat. Serta banyak sampah plastik dan sampah rumah tangga yang
terbawa oleh arus ombak dari hulu kehilir. Masyarakat menyadari bahwa tepi pantai yang
banyak nya sampah berserakat disebabkan pengunjung atau sampah yang terbawa oleh
laut. Pengetahuan masyarakat tentang lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang

8
bersih tidak ada sampah. Pembuangan sampah dilakukan dengan cara dibakar atau dibuang
ke sungai sehingga terbawa ke laut, karena mereka menganggap membuang sampah di
sungai sangat praktis dan tidak merepotkan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat masyarakat,
bahwa meskipun kondisi sanitasi lingkungan pantai yang buruk, belum ada usaha
perbaikan yang pernah dilakukan, meskipun masyarakat merasa mencari mata pencarian
dipantai tersebut.

Masyarakat dan nelayan memiliki persepsi bahwa sampah merupakan tanggung


jawab yang harus diatasi bersama. Hasil penelitian menunjukkan berbagai macam persepsi
masyarakat terhadap sampah, di antaranya adalah persepsi masyarakat berdasarkan
pengalaman setiap hari berhadapan dengan sampah. Setiap hari masyarakat mendapat
rangsangan dari lingkungan sekitarnya berupa sampah, sehingga termotivasi untuk
membersihkan sampah baik dari lingkungan tempat tinggal maupun tempat
berkegiatannya. Hal ini dilakukan masyarakat untuk dapat menciptakan lingkungan yang
bersih dan nyaman untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Akan tetapi, ditemukan
juga beberapa masyarakat yang tidak peduli terhadap sampah yang ada di sekitarnya,
terutama masyarakat yang tinggal atau melakukan aktivitas perdagangan yang sering
membuang sampah ke tepi pantai. Persepsi masyarakat bersifat selektif terhadap
lingkungan, mengingat setiap manusia sering mendapat rangsangan inderawi sekaligus dari
berbagai macam yang ada di lingkungannya. Untuk itu, masyarakat akan selektif dari
rangsangan yang penting. Sebagian masyarakat memiliki perhatian yang serius terhadap
sampah, menganggap sampah merupakan faktor utama yang harus diselesaikan. Akan
tetapi, ada juga masyarakat yang menganggap sampah merupakan urusan pemerintah,
sehingga bukan merupakan hal yang penting atau utama untuk diselesaikan. Persepsi
masyarakat terhadap sampah bersifat dugaan bahwa sampah bukan urusan masyarakat
tetapi urusan pemerintah. Persepsi bersifat dugaan tersebut terjadi karena data yang
diperoleh mengenai sampah lewat pengindraan tidak pernah lengkap sehingga masyarakat
salah dalam mempersepsikannya. Persepsi yang terjadi di masyarakat adalah adanya
anggapan bahwa sampah adalah barang yang kotor, dengan aroma yang tidak sedap,
barang yang tidak berguna, dan dapat menimbulkan penyakit.

Masyarakat tidak dapat bekerja secara sendiri mengatasi permasalahan pencemaran


di pantai zakat. Masyarakat harus berpartisipasi secara bersama-sama dengan pemerintah
untuk mencegah agar orang tidak membuang sampah dan limbah ke tepi pantai. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik,

9
sedangkan pemerintah dapat membuat peraturan dan sanksi bagi masyarakat yang
membuang sampah dan limbah ke tepi di pantai zakat

Mencegah dampak buruk dari keberadaan sampah tersebut dengan adanya


pengelolahan sampah dan tempat sampah yang langsung dari pemerintahan untuk langsung
didaur pada pengelolahan sampah. Serta adanya kegiatan kebersihan pada pantai zakat
bengkulu, dengan penyuluhan mengenai menjaga kebersihan pantai zakat. Terhadap
persepsi masyarakat pesisir tentang keberadaan pantai tersebut merupakan banyak keluh
kesah karena tidak adanya penanggulangan sampah yang benar hanya dibakar pada area
pantai zakat namun tidak semua nya ada kesadaran tersebut. Dari persepsi masyakat
keberadaan sampah tersebut dapat ternilai bahwa besarnya harapan masyarakat untuk
kebersihan pantai zakat tersebut.

10
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

1. Dari 20 responden yang ada pengetahuan mereka tentang dampak sampah cukup
bagus, walaupun hanya sedikit yang jawabannya mendekati benar.

2. Persepsi masyarakat tentang keberadaan sampah pada pantai zakat Bengkulu ini dari
jawaban yang ada kebanyakan mereka menjawab bahwasanya adanya sampah yang
berserakan dikarenakan membuang sampah disungai yang bermuara di laut dan para
wisataan yang tidak akan adanya kesadaraan membuang pada tempat sampah.

3. Persepsi masyarakat tentang solusi mengenai solusi untuk mencegah permasalahan


sampah pada pantai zakat ialah membersihkan sampah yang berasal dari saluran
pemukiman yang dibuag di saluran air sehingga terbawa ke laut, membakar sampah,
adanya kesadaran yang tinggi membuang sampah dan menyediakan tempat sampah
yang layak

5.2 Saran

Berdasarkan paparan di atas, ada beberapa saran yang penulis berikan, yaitu:

1. Membangun kepedulian masyarakat terhadap lingkungan pantai dan laut, agar


bebas dari sampah. Dengan demikian terbentuk hubungan timbal balik yang
harmonis antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
2. Pemerintah membangun kawasan atau daerah percontohan yang bebas dari sampah,
supaya masyarakat dapat meniru atau mengikuti contoh kawasan yang bebas
sampah.
3. Masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik
yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, masyarakat harus aktif
berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan
pembangunan.
4. Pemerintah daerah perlu memberikan insentif berupa penghargaan bagi kawasan
yang bebas sampah.
5. untuk lebih meningkatkan bentuk partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan
dalam mengatasi pencemaran air laut di tepi pantai, pemerintah daerah memberikan
pelatihan, penyuluhan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abel, P.D., 1989. Water Pollutiort Biology. Halstod Press. A Division of John Wiley and
Sons, New York.

Clark, J., 1974. Coastal Ecosystem. Ecological Conservation Foundation. National


Oceanic and Atmospheric Adm. Washington DC.

Dahuri, R., J. Rais., S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu., 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan ltrutan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.

Darmono.1995. Logam dan Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.

Hutagalung, 1990. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat dalam Status Pencemaran Laut di
Indonesia dan Teknik Pemantauannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI. Jakarta.

Maryati, S, 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Dalam


Memilih Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Di Kota Semarang.”
Program pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Nurjanah, dkk. 2005. Kandungan Mineral Dan Proksimat Kerang Darah (Anadara
Granosa) Yang Diambil Dari Kabupaten Boalemo Gorontalo. Buletin
Teknologi Hasil Perikanan. Vol 8 . (2). : 1-4.

Nybakken, & J.W. (1982). Biologi Laut : Suatu pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia.

Rahman. 2006. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada beberapa
Crustacea di Pantai Batakan dan Taksiung kabupaten Tanah Laut Kabupaten
Kalimantan Selatan. Bioscientie. 1(3) 93-101.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Ester M, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Safanayong, Y, 2006. Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Penerbit Arte


Intermedia.

Sarwono, S.W, 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

12
Siaka, 2008. Korelasi antara kedalama sedimen di Pelabuhan Benoa dan Konsentrasi
Logam Berat Pb dan Cu. Jurnal Kimia. 2(1) 61-70.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Ester M, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Yenni, Y dkk. 2005. Kandungan Logam Berat Air Laut, Sedimen dan Daging Kerang
Darah (Anadara granosa) di Perairan Mentok dan Tanjung Jabung Timur.
Jurnal Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 12(1) 27-32.

13
DOKUMENTASI

14
15

Anda mungkin juga menyukai