Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IMPELEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTR


BERBASIS AL-QUR’AN

DISUSUN OLEH

ISNA ALIMA

1901076033

PROGRAM STUDI STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGERTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA 2019
Kata Pengantar

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
diakhirat kepada umat manusia.

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah dan


juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan
serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan kami dan


semaksimal mungkin. Namun, kami menyadairi bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu saya sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca
makalah ini terutama Dosen yang kami harapkan sebagai bahan
koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG………………………………………………………….1

RUMUSAN MASLAH…………………………………………………………1

TUJUAN PEMBAHASAN……………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER……………………………….2

B. PERKEMBANGANPENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA………..2

C. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ISLAMI………………2

D. BENTUK-BENTUK PENYIMPANGAN MORAL DAN SOLUSIANYA….3

E. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI………………………………………………….2

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah salah satu
komponen kehidupan yang sangat penting. Pendidikan harus terus
berlanjut dan berkembang mengikuti peradaban manusia dan
perkembangan teknologi. Semakin berkembangnya zaman, karakter
generasi penerus bangsa mulai menyimpang dari nilai-nilai pancasila.
Pendidikan tidak hanya berfokus dari sisi akademik, tetapi harus disertai
dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah suatu sistem
pendidikan yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik.
Pendidikan karakter berkaitan erat dengan pendidikan moral untuk
memperbaiki berbagai masalah penyimpangan moral yang terjadi di
Indonesia. Nilai moral sangat penting di berbagai aspek kehidupan. Moral
merupakan penanda kualitas diri, jika manusia bermoral baik maka
manusia lain akan melihatnya sebagai pribadi yang memiliki kualitas baik.
Moral juga bermanfaat sebagai pengendali juga pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dalam al quran, pendidikan karakter membantu umat islam
terlepas dari kehidupan gelap ke jalan yang lurus. Karakter atau akhlak
manusia masih sering berubah-ubah, terkadang baik dan sebaliknya.
Perubahan ini tergantung pada proses interaksi antara potensi dan sifat
alami yang dimiliki manusia dengan kondisi lingkungan, sosial budaya,
pendidikan, dan alam. Islam mengajarkan pendidikan berkarakter dalam
kehidupan sehari-hari yang disebut dengan akhlakul karimah. Pendidikan
berbasis Islam harus diterapkan oleh generasi penerus bangsa untuk
membangun kehidupan yang tentram.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk penyimpangan moral pelajar di lingkungan
masyarakat yang tidak mencerminkan akhlak yang baik? Berikan
solusinya!
2. Bagaimana konsep pendidikan karakter berbasis al qur'an?
3. Mengapa al qur'an dijadikan pedoman dalam implementasi
pendidikan berkarakter?
4. Bagaimana pengendalian pendidikan karakter berbasis al qur'an di
kehidupan sehari-hari?
5. Bagaimana cara mengembangkan karakter dalam diri melalui
pendidikan berbasis al qur'an?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui peran al qur'an dalam pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui cara mengimplementasikan al qur'an dalam
pendidikan karakter
3. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan karakter di indonesia
4. Untuk mengetahui bagaimana asal usul manusia menurut agama
Islam.
5. Untuk mengetahui apa saja kedudukan dan fungsi manusia di muka
bumi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari
bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” 26.
Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan,
atau menggoreskan27 . Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter”
diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, kepribadian, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.
Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat
dimunculkan pada layar dengan papan ketik28. Orang berkarakter berarti
orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.

Dalam istilah secara umum pengertian pendidikan karakter adalah


suatu usaha dimana manusia secara sadar dan tidak sadar untuk
mengajarkan dan membina potensi peserta didik guna membangun
karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi
diri sendiri dan lingkungannya.

Pendidikan karakter memiliki suatu sistem dimana bertujuan untuk


menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di
dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta
tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
karakater memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan
dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode
keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman..
Beberapa pengertian pendidikan karakter menurut para ahli dunia dan ahli
indonesia yaitu sebagai berikut:

1. T. Ramli

Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang


mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal
tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.

2. Thomas Lickona

Menurut Thomas Lickona, pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha


yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

3. John W. Santrock

Menurut John W. Santrock, character education adalah pendidikan yang dilakukan


dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral
dan memberi kan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam
upaya mencegah perilaku yang yang dilarang.

4. Elkind

Menurut Elkind, pengertian pendidikan karakter adalah suatu metode pendidikan


yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mempengaruhi karakter murid. Dalam
hal ini terlihat bahwa guru bukan hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga
mampu menjadi seorang teladan.

5.Suryanto

Suryanto (2009) mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai cara berfikir dan


berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja
sama,baik dalam lingkup keluarga,masyarakat,bangsa,maupun negara.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia , diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.

B. Perkembangan pendidikan karakter di indonesia

Pada perkembangan pendidikan karakter di indoneia saat ini

sangatlah miris dansangatlah mnyedihkan karena kurangnya pendidikan

moral di Indonesia. Pendidikan di Indonesia pada umumnya mengedepankan


pendidikan formal tapi mengesampingkan pendidikan karakter. Keduanya
sangat dibutuhkan untuk perkembangan bangsa Indonesia di masa yang akan
datang. Sebuah pepatah mengatakan “ilmu tanpa agama buta dan agama tanpa
ilmu adalah lumpuh”. Karena kepintaran saja tidak cukup. Banyak orang-
orang pintar tapi tidak memiliki akhlak yang baik, akibatnya banyak orang-
orang pintar yang terjerat kasus, terutama yang menjadi perhatian bangsa
Indonesia saat ini adalah kasus korupsi yang meningkat setiap tahunnya.

Seperti kasus korupsi yang telah diputus oleh Mahkamah Agung


(MA) dari 2014-2015 sebanyak 803 kasus. Jumlah ini meningkat jauh
dibanding tahun sebelumnya. Hasil penelitian Laboratorium Ilmu Ekonomi,
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Gajah
Mada, mengungkap 803 kasus itu menjerat 967 terdakwa korupsi.
Pusat perhatian ak hir-akhir ini adalah perayaan kelulusan siswa
SMA yang terkesan tidak berpendidikan. Mereka merayakan keberhasilan
dengan hura-hura, coret-coret seragam, konvoi dan ada yang sampai
berujung pada tawuran antar pelajar. Tentu hal itu tidak sesuai dengan
moral atau karakter bangsa Indonesia yang lebih condong pada adat
ketimuran. Terlebih lagi seperti yang terjadi di Kelaten beberapa waktu
lalu, konvoi kelulusan hingga berujung tawuran, hingga menimbulkan
kerusakan dan korban jiwa.

Maka dari itu dibutuhkan pendidikan karakter yang berkualitas


yang mampu membuat perkembangan pendidikan karakter di indonesia
yang lebih baik dimasa datang.Tanamkan pendidikan yang mengajarkan
semua nilai kehidupan dari berbagai sisi yang mampu mendorong generasi
bangsa untuk menjadikan indonesia menjadi negara yang maju dan
berkualitas.

C. Konsep pendidikan karakter berbasis islami


Di era globalisas inii telah membawa dampak luas di belahan bumi
mana pun, tak terkecuali di negeri Indonesia. Dampak globalisasi diibaratkan
seperti pisau bermata dua, positif dan negatif memiliki konsekuensi yang
seimbang

Sejak 14 abad yang lalu atau sejak pertama Al-Qur’an diturunkan, Islam telah
memberikan konsep-konsep Tentang pendidikan karakter.Salah satu ayat yang
menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S Luqman ayat 12-24, yang dimana
pada surah ini menjelaskan tentang dimana seorang ayah berkata kepada anaknya
“ wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesunggunya
mempersekutukan (Allah) kezaliman yang besar ,
Dari surah tersebut jelas sudah menerangkan bahwa pentingnya seoraang ayah
mrmperhatikan pendidikan anakknya, bagaimana mendidik anak secara islami,dan
perintah mentaati kedua orang tua selama isinya bukan maksiat kepada Allah Swt.

Pendidikan karakter menurut imam al-ghazali bahwa pendidikan


karakter lebih dekat dengan akhlak,yaitu spontanitas manusia dalam bertindak
atau perbuatan telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak
di perlukan lagi dengan demikian karkter bangsa sebagai kondisi watak yang
merupakan intensitas bangsa.

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada pserta


didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang karakternya dalam dimensi
hati,fikir,rasa,dan karsa.Sebagaimana dasar pendidikan karakter tercantum pada
al-Qu’an suarah Al-Balad(90);10 yang artinya:
“ Dan kami telah menunjukkan dua jalan”
Maksud dari dua jalan tersebut ialah jalan kebajikan dan jalan
kejahatan.selanjutnya dalam Al-Qur’an sutah As-syam(91):8 Dua jalan tersebut di
jelaskan dengan istilah futur (Celaka/fsik) dan Takwa (takut kepada Tuhan).

Manusia memiliki dua kemungkinan jalan,yaitu menjadi mahkluk yang


beriman atau ingkar terhadap tuhannya.keberuntungan selalu berpihak pada orang
yang selalu seantiasa mensucikan dirinya dari kerugian orang-orang yang
mengkotori dirinya.

Implikasi dari makna hikmah bagi figur pendidik adalah bahwa seorang
pendidik selain senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan akademiknya, ia
pun berupaya menselaraskan dengan amalannya. Sebagaimana dijelaskan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitabul ‘ilmi bab
Al-Igtibat fil ‘ilmi wal hihmah.
Secara filosofisnya pendidikan karakter merupakan kajian ilmu yang
paling rasional dan aktual karena membahas tentang tingkah laku manusia yang
tidak tertinggal oleh perubahan zaman. Selain itu pendidikan karakter memiliki
landasan normatif, menurut Hamdani Hamid & Beni Ahmad Saebani antara lain:
Berasal dari ajaran Agama Islam, yaitu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, berlaku
pula untuk ajaran agama lainnya yang banyak dianut manusia. Adat kebiasaan
atau norma budaya. Pandangan-pandangan filsafat yang menjadi pandangan
hidup dan asas perjuangan suatu masyarakat atau suatu bangsa. Norma hukum
yang telah diundangkan oleh Negara berbentuk konstitusi, undang-undang, dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang bersifat memaksa dan mengikat
akhlak manusia.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter


memiliki landasan filosofis dan normatif sebagai pijakan dalam operasionalnya.
Hal ini mengingat bahwa karakter merupakan pengetahuan yang memikirkan
hakikat kehidupan manusia dalam bertingkah laku, sehingga diperlukan landasan
sebagai pedoman dalam berinteraksi dan berasosiasi.

D. Bentuk-Bentuk Penyimpangan moral dan solusinya


Di Indonesia kriteria remaja mendapat tanggapan beberapa ahli seperti
misalnya Gunarsa dalam Marlina (2009:39) mengemukakan pendapatnya tentang
batas-batas usia anak, remaja dan dewasa bertitik tolak pada batas usia remaja
yang dinyatakan sebagai berikut: “Remaja merupakan masa transisi antara masa
anak -anak dan masa dewasa yakni antara 12-21 tahun. Gunarsa (1989:3) Remaja
juga diartikan sebagai manusia yang masih di dalam perkembangannya menuju
kedewasaan baik jasmani maupun psikisnya. Para ahli membagi masa
perkembangan itu dalam beberapa tahap. Sebagai gambaran berikut ini tahap-
tahap perkembangannya. Masa remaja adalah masa Mulai aktif dan energinya
serba lengkap. Energi yang berlebihan menyebabkan sifat anak itu suka ramai,
ribut, suka bertengkar, sering memamerkan kekuatan badannya, lincah dan berani,
ingin menonjolkan dirinya ingin namanya dikenal orang lain.

Tipe-tipe dan Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja


Menurut Kartini Kartono (2010:49), Tipe-tipe perilaku kenakalan remaja dapat
dibagi menjadi empat, yaitu:
1)Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir) Kelompok ini merupakan
jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita
kerusakan psikologis.
2)Kenakal an Neurotik (Delinkuensi neurotik). Pada umumnya, remaja
nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain
berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan
berdosa dan lain sebagainya.
3) Kenakalan Psikopatik (Delinkuensi psikopatik) Delinkuensi
psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan
umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang
paling berbahaya.
4) Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral) Defek (defect,
defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang.
Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka
sering disertai agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya
biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki
. Adapun bentuk-bentuk perilaku menyimpang di kalangan remaja
menurut Narwako (2007:101) secara Umum dapat digolongkan antara
lain: 1) Tindakan nonconform Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai atau norma-norma yang ada.
2) Tindakan anti sosial atau asosial Yaitu tindakan yang melawan
kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum.
3) Tindakan-tindakan kriminal Tindakan yang nyata-nyata telah
melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau
keselamatan orang lain.
 Faktor Penyebab Penyimpangan moral
1. Media internet
Kebebasan media internet dan pers di era globalisai saat ini, diantaranya
menyebabkan meteri-materi seks kian mudah beredar dikalangan lingkungan.
Media internet yang tidak di sensor dan bermacam-macam gambar bahkan video
porno.Ironisnya adalah suatu yang baik itu biasanya sulit diterima demikian
sebaliknya sesuatu yang buruk dan menyesatkan biasanya sangat mudah di adopsi
informasi yang di peroleh.

2. Media televisi/media massa


Terjadinya pergeseran nilai-nilai moral yang terjadi dimasyarakat dapat
disebabkan oleh proses belajar sosial tersebut dari perilaku kajahatan yang
bermacam-macam.pengaruh televisi tidak lepas dari sistem komunikasi terhadap
aspek-aspek kehidupan di indonesia yang berhungan dengan emosi,perasaan dan
sikap.

3.Lingkungan pergaulan yang buruk


Lingkungan masyarakat dimana anak tersebut di besarkan sangat berperan besar
dalam pergaulan bebas yang mampu membuat anak tersebut memiliki moral yang
tidak baik.tergantung tempat anak tersebut di besarkan seperti lingkungan bebas
diperkotaan,perdesaan dan lain-lain.

4.Pendidikan agama yang rendah


Siksp dan pirmisif terhadap hubungan seksual pranikah dapat dilihat dari
pragamaan dan religius.
Pendidikan agama dalam keluarga sangatlah penting untuk membangun anak
untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwankepada Tuhan yang Maha
Esa berahklak mulia dan mencakup etika moral, budi pekerti yang baik.
Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa
setan akan senantiasa menghalangi manusia dari jalan-Nya yang lurus.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ۡ‫ِيهمۡ أو ِم ۡن أخ ۡل ِف ِهمۡ أوع ۡأن أأ ۡي َٰ أمنِ ِهم‬ ۡ ۡ


ِ ‫ ث ُ َّم أَلٓتِ أينَّ ُهم ِم ۢن بأ ۡي ِن أأ ۡيد‬١٦ ‫قأا أل فأبِ أما ٓ أأغ أو ۡيتأنِي أَلأقعُدأنَّ لأ ُهمۡ ِص َٰ أر أطكأ ۡٱل ُم ۡستأ ِقي أم‬
‫ش ِك ِرينأ‬َٰ
‫ش أمآئِ ِل ِه ۡ ۖۡم أو أَل ت أ ِج ُد أأ ۡكثأ أرهُمۡ أ‬
‫ أوعأن أ‬١٧

(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya telah sesat, pasti saya
akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian pasti saya
akan datangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka.
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (al-A’raf:
16—17)

Karena itu, setan menempuh banyak jalan untuk menyesatkan manusia. Sekian
banyak manusia terjerembab ke jurang nista, menempuh jalan-jalan sesat. Itulah
penyimpangan: saat manusia menyelisihi jalan Allah subhanahu wa ta’ala yang
lurus, menempuh jalan-jalan setan.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia menuturkan,


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggurat sebuah garis bagi kami.
Lantas, beliau bersabda, ‘Ini jalan Allah subhanahu wa ta’ala.’ Kemudian beliau
mengguratkan beberapa garis di sebelah kanan dan kiri garis tadi. Setelah itu
beliau bersabda, ‘Dan ini jalan, yang masing-masing jalan tersebut, setan
mengajak kepadanya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membacakan
ayat,

‘Dan sungguh inilah jalan yang lurus, maka ikutilah oleh kalian jalan yang lurus
itu’.” (HR. Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
menyatakan hasan dalam al-Misykah 1/59)

Maka dari itu, perilaku menyimpang bisa didefinisikan sebagai perilaku yang
menyelisihi jalan Allah subhanahu wa ta’ala yang lurus dan menempuh jalan lain
yang ekstrem (berperilaku berlebihan atau perilaku bermudahan), bisa dalam
perkara syahwat maupun syubhat (pemikiran rancu), meninggalkan yang wajib,
melakukan yang diharamkan, dan berbuat bid’ah. (Inhirafu asy-Syabab, Asbabuhu
wa Wasailu ‘Ilajihi, asy-Syaikh Dr. Sulaiman ar-Ruhaili, hlm.18—19)
Mengatasi pernyimpangan tersebut harus segera di rumuskan dengan hukum dan
peraturannya yang harus dijalankan masyarakat indonesia peraturan yang telah di
buat tidak hanya di buat tapi di jalankan dan dipakai. Supaya persimpangan moral
pada anak-anak tidak mengakibatkan anak -anak yang terjerumus pada kelamnya
dunia ini dengan cara memberikan pendidikan berkarakter secara islami.

E.Implementasi pendidikan karakter Islami dalam kehidupan sehari-hari

Islam merupakan agama universal disegala waktu dan tempat yang mencangkup
berbagai aspek kehidupan manusia terutama dalam hal akhlak. Dalam Q.S Al-
Ahzab:21, dan Q.S. Al-Qalam: 4, Allah menjadikan keluhuran akhlak nabi
Muhammad Saw baik perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau sebagai landasan
hukum bagi umat Islam setelah Al-Qur‟an. Yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini Berangkat dari keprihatinan penulis mengenai krisis
multidimensional yang dihadapi bangsa Indonesia terutama dalam problem moral,
yaitu dengan ditandai oleh banyaknya aktivitas sikap dan prilaku yang tidak
berkarakter seperti tawuran, fitnah didunia maya, korupsi, seks bebas dan lain
sebagainya. Membuat hati penulis tergerak untuk menyumbangkan ide/gagasan
dalam pendidikan karakter.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diuraikan masalah yang
teridentifikasi sebagai berikut:
1. Banyaknya masalah yang berkaitan dengan karakter negatif/problem
moral mulai dari lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2. Perkembangan zaman yang semakin cepat dengan ditandai oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus diimbangi oleh
pendidikan karakter.
3. Para konseptor pendidikan melupakan keimanan sebagai inti dari
sumber karakter maka dari itu perlu adanya Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Islam

Menurut Asmaun Sahlan, dalam pandangan Islam bahwa pendidikan karakter


dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan pendidikan karakter di
dunia Barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap
prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat
moralitas, perbedaan pemahaman tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi
moral sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai
motivasi perilaku bermoral.
Pendidikan karakter dalam ajaran Islam sudah dikenal 15 abad yang lalu. Bahkan
pendidikan karakter merupakan misi utama nabi Muhammad S.A.W. dalam
berdakwah dan beliaulah yang mempunyai karakter yang agung hal ini sesuai
dengan firman Allah surat Al-Qalam ayat 4
Artinya: dan Sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur. (Q.S.
Al-Qalam: 4)79
Puncak karakter seorang muslim adalah taqwa, dan indikator ketaqwaannya
adalah terletak pada akhlaknya. Tujuan pendidikan karakter yaitu manusia yang
memiliki akhlak budi pekerti yang luhur, Sehingga manusia berkarakter taqwa
adalah gambaran manusia ideal yaitu manusia yang memiliki kecerdasan
emosional spiritual (emotional spiritual quotient). Kecerdasan emosional yang
dibarengi kecerdasan spiritual inilah yang seharusnya paling ditekankan dalam
pendidikan. Hal ini dilakukan dengan penanaman nilai-nilai etis religius melalui
keteladanan dari keluarga, sekolah dan masyarakat, penguatan pengamalan
peribadatan, pembacaan dan penghayatan kitab suci Al-Qur‟an, penciptaan
lingkungan baik fisik maupun sosial yang kondusif
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan hasil penelitian tentang pendidikan karakter
dalam perspektif Islam maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai yang ada dalam karakter Islam adalah berdasarkan kajian
dari ruang lingkup karakter Islam yang bersumber dari Al-qur‟an dan
hadits. Nilainilai karakter Islam senantiasa relevan dalam tantangan
zaman karena nilainilai islam bersifat universal yang dapat diterima oleh
seluruh manusia di segala waktu dan tempat. Untuk mewujudkan
individu yang berkarakter Islami yaitu dengan cara memahami ajaran
agama Islam dengan baik dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter
Islam dalam kehidupan sehariharinya. 2. Untuk mengimplementasikan
pembelajaran di sekolah terdapat dua cara yaitu pendidikan karakter
yang terkait dengan pembelajaran itu sendiri seperti Pendidikan Agama
Islam dan PKn sedangkan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan
pembelajaran lainnya seperti Sejarah, IPA, IPS, Matematika, dan lain-
lain. a. Dalam pengimplementasian pendidikan karakter secara
terintegrasi dengan pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 196 1) Perencanaan Dalam
tahap ini guru dituntut untuk merancang perencanaan pembelajaran agar
bermuatan karakter dengan cara menganalisis SK/KD, pengembangan
silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan bahan ajar dengan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter. guru juga diharuskan untuk lebih
cermat lagi dalam memunculkan nilai-nilai karakter. 2) Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru harus merancang
langkahlangkah pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik aktif
dalam proses mulai dari pendahuluan, inti, hingga penutup.

3.2 Saran
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan, kami memiliki beberapa
saran yang ingin disampaikan, antara lain:
a) Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan tentang materi “
Pendidikan karakter berbasis islam” agar tidak menimbulkan
penyimpangan moral di peradaban selanjutnya.
b) Pembaca tidak harus menjadikan makalah ini sebagai number
utama, karena kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini baik isi materi maupun cara penulisannya.
DAFTAR PUSTAKA

M Musrifah - Edukasia Islamika, 2017 - e-journal.iainpekalongan.ac.id

Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu K. 2013.Pendidikan Karakter Anak Usia


Dini. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Doni Kusumah A.2007. Pendidikan Karakter. Jakarta:Grasindo.3-5

Mulyasa, E., 2013, Manajememen Pendidikan Karakter, Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Muslich, Masnur, 2011, Pendidikan Karakter Menjawab

Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta:

Bumi Aksara.

Nata, Abuddin, 1997, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logo Wacana Ilmu.

Prayitno dan Belferik Manulang, 2011, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan


Bangsa, Jakarta: PT Grasindo.

Purwanto, M. Ngalim, 1993, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka.

Ramayulis, 2001, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia

________, 2004, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai