Anda di halaman 1dari 47

REVIU SKRIPSI

(HUBUNGAN KETERSEDIAAN SARANA ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DAN KENYAMANAN


PENGGUNAAN APD DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENGGUNAAN APD PADA PERAWAT DI RSUD
KABUPATEN BADUNG MANGUSADA)

Oleh :

Kadek Yuni Dwitri Azhari

(17C10055)

PRODI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat Beliau dan kerja keras penulis,
maka laporan “reviu skripsi mahasiswa” dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan, diantaranya :
1. Bapak I G.P. Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu di sini.
2. I Putu Gede Sutrisna, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan laporan ini.
3. Ni Luh Putu Diah Mahayanti selaku pemilik skripsi yang berjudul “Hubungan Ketersediaan Sarana Alat Pelindung
Diri (APD) dan Kenyamanan Penggunaan APD dengan Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD pada Perawat Di
RSUD Kabupaten Badung Mangusada”
4. Serta orang tua dan teman-teman yang telah mendukung pembuatan laporan ini.
5.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk penulisan laporan yang lebih baik untuk berikutnya.

Denpasar, 31 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Data 1

Kesalahan : Dengan demikian upaya kesehatan yang dilakukan merupakan serangkaian kegiatan terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan atau masyarakat.
Alasan : Terdapat kesalahan penulisan di kata ‘terintregasi’, yang mana dalam KBBI tidak terdapat kata
‘terintregasi’, seharusnya kata tersebut diganti menggunakan kata “terintegrasi” agar kalimat tersebut bisa menjadi
kalimat yang benar.
Perbaikan : Dengan demikian upaya kesehatan yang dilakukan merupakan serangkaian kegiatan terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan atau masyarakat.

Data 2
Kesalahan : Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia (2010) APD
merupakan alat yang mampu untuk melindungi seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan fungsinya
yaitu untuk mengisolasi pekerja dari bahaya yang terjadi di tempat kerja. APD dibuat tidak berdasarkan spesifik
pada masing-masing perawat. APD yang dibuat hanya menggunakan model secara umum saja, sehingga
kenyamanan dalam penggunaannya tidak dirasakan oleh setiap perawat.
Alasan : Terdapat kesalahan dalam penulisan kata “Dan” pada kalimat tersebut, yang mana kata “Dan”
seharusnya ditulis tidak dengan huruf kafital karena merupakan kata hubung.

Perbaikan : Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (2010) APD
merupakan alat yang mampu untuk melindungi seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan dengan fungsinya yaitu untuk mengisolasi pekerja dari bahaya yang terjadi di tempat
kerja. APD dibuat tidak berdasarkan spesifik pada masing-
masing perawat. APD yang dibuat hanya menggunakan model secara umum saja, sehingga kenyamanan dalam
penggunaannya tidak dirasakan oleh setiap perawat.

Data 3
Kesalahan : Tindakan yang dapat dilakukan rumah sakit untuk mengurangi dan meminimasi potensi bahaya
yang ditimbulkan akibat kerja di lingkungan kerja adalah dengan menyediakan APD.
Alasan : Terjadi kesalahan penulisan pada kata “meminimasi”, yang mana kata tersebut tidak terdapat pada
KBBI. Seharusnya kata tersebut diganti dengan kata “meminimalisasi” agar dapat menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Tindakan yang dapat dilakukan rumah sakit untuk mengurangi dan meminimalisasi potensi bahaya
yang ditimbulkan akibat kerja di lingkungan kerja adalah dengan menyediakan APD.

Data 4
Kesalahan : APD yang dipergunakan saat bekerja yang sesuai dengan indikasi dan standarisasi dari pemerintah
(Istih, Wiyono, dan Candrawati, 2017).
Alasan : Jika pada kutipan terdapat nama pengarang lebih dari 2 maka menggunakan singkatan “dkk.”
Perbaikan : APD yang dipergunakan saat bekerja yang sesuai dengan indikasi dan standarisasi dari pemerintah
(Istih, dkk.2017).

Data 5
Kesalahan : Chrysmadani (2011) menyatakan dampak yang akan muncul dari penggunaan APD yang tidak benar
yaitu resiko tertular penyakit akan bertambah dan juga akan mempengaruhi kualitas tindakan keperawatan yang
diberikan karena akan muncul rasa tidak aman saat berada di dekat pasien.
Alasan : terdapat kesalahan penulisan pada kata “resiko”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “risiko” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Chrysmadani (2011) menyatakan dampak yang akan muncul dari penggunaan APD yang tidak benar
yaitu risiko tertular penyakit akan bertambah dan
juga akan mempengaruhi kualitas tindakan keperawatan yang diberikan karena akan muncul rasa tidak aman saat
berada di dekat pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Data 6
Kesalahan : Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit pada saat melakukan tindakan yang berisiko
terjadinya kontak dengan darah, sekret, cairan tubuh, lendir, kulit yang tidak utuh dan benda yang terkontaminasi dari
pasien (Riyanto, 2013).
Alasan : Dalam KBBI tidak terdapat kata “sekret”, sehingga kata tersebut seharusnya diubah menjadi kata
“sekreta” yang sesuai dengan KBBI.
Perbaikan : Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit pada saat melakukan tindakan yang berisiko
terjadinya kontak dengan darah, sekreta, cairan tubuh, lendir, kulit yang tidak utuh dan benda yang terkontaminasi dari
pasien (Riyanto, 2013).

Data 7
Kesalahan : Salah satu alat pelindung diri adalah sarung tangan. Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk
melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit yang tidak utuh, selaput
lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.
Alasan : Dalam KBBI tidak terdapat kata “sekret”, sehingga kata tersebut seharusnya diubah menjadi kata
“sekreta” yang sesuai dengan KBBI.
Perbaikan : Salah satu alat pelindung diri adalah sarung tangan. Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk
melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, ekskreta kulit yang tidak utuh, selaput
lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.

Data 8
Kesalahan : Rangsangan yang dapat menimbulkan kenyamanan dapat berasal dari kondisi lingkungan berupa
suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain masuk melalui syaraf indera manusia kemudian dicerna oleh otak untuk
dinilai.
Alasan : Terdapat kesalahan penulisan pada kata “syaraf” dan “indera” yang mana kata tersebut merupakan kata
tidak baku. Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “saraf” dan “indra” agar menjadi kalimat yang benar.

Perbaikan : Rangsangan yang dapat menimbulkan kenyamanan dapat berasal dari kondisi lingkungan berupa
suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain masuk melalui saraf indra manusia kemudian dicerna oleh otak untuk
dinilai.

Data 9
Kesalahan : Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke
perilaku yang mentaati peraturan. Perilaku kesehatan merupakan perilaku kepatuhan (Banda, 2015).
Alasan : Kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata yang bersinonim. Seharusnya hanya
menggunakan salah satu kata tersebut agar tidak terjadi pemborosan kata.
Perbaikan : Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku
yang mentaati peraturan. Perilaku kesehatan merupakan perilaku kepatuhan.

Data 10
Kesalahan : Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin.
Alasan : Menurut EYD tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan. Jika penggabungan hanya terdiri dari dua unsur, sebelum kata “dan” tidak dibubuhkan tanda koma.
Namun, jika penggabungannya terdiri atas lebih dari dua unsur sebelum kata “dan” dibubuhkan dengan tanda
koma.
Perbaikan : Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur, dan disiplin.

Data 11
Kesalahan : Sebaliknya bila perawat tidak patuh, maka akan beresiko terjadinya penularan dan akan
mengakibatkan proses kesembuhan pasien menjadi lama.

Alasan : Terdapat kesalahan penulisan pada kata “beresiko”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “berisiko” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Sebaliknya bila perawat tidak patuh, maka akan berisiko terjadinya penularan dan akan
mengakibatkan proses kesembuhan pasien menjadi lama.

Data 12
Kesalahan : Nurkhasanah dan Untung Sujianto (2013) mengatakan petugas kesehatan beresiko terpapar penyebaran
penyakit infeksi blood borne seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui
ataupun yang tidak diketahui seperti benda yang terkontaminasi, bekas jarum suntik yang sudah terpakai dan benda
tajam lainnya.
Alasan : Terdapat kesalahan penulisan pada kata “beresiko”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “berisiko” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Nurkhasanah dan Untung Sujianto (2013) mengatakan petugas kesehatan berisiko terpapar penyebaran
penyakit infeksi blood borne seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui
ataupun yang tidak diketahui seperti benda yang terkontaminasi, bekas jarum suntik yang sudah terpakai dan benda
tajam lainnya.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
DAN VARIABEL PENELITIAN

Data 13
Kesalahan : Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dengan 5 alternatif jawaban “sangat setuju”,
“setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”.
Alasan : Terdapat kesalahan pada penulisan kata “kuisioner”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak
baku. Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “kuesioner” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dengan 5 alternatif jawaban “sangat setuju”,
“setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”.

Data 14
Kesalahan : Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dengan 5 alternatif jawaban “sangat setuju”,
“setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Selanjutnya diberikan skor (5) untuk jawaban sangat
setuju, skor (4) untuk jawaban setuju, skor (3) untuk jawaban ragu-ragu, skor (2) untuk jawaban tidak setuju, dan
skor (1) untuk jawaban sangat tidak setuju.
Alasan : Terdapat kesalahan pada penulisan kata “kuisioner”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak
baku. Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “kuesioner” agar menjadi kalimat yang benar.

Perbaikan : Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dengan 5 alternatif jawaban “sangat setuju”,
“setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Selanjutnya diberikan skor (5) untuk jawaban sangat
setuju, skor (4) untuk
jawaban setuju, skor (3) untuk jawaban ragu-ragu, skor (2) untuk jawaban tidak setuju, dan skor (1) untuk jawaban
sangat tidak setuju.

Data 15
Kesalahan : Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 15 pertanyaan dan dengan 5 alternatif jawaban “hampir selalu”,
“sering”, “kadang-kadang”, “jarang”, dan “tidak pernah”. Selanjutnya diberikan skor (5) untuk jawaban hampir
selalu, skor (4) untuk jawaban sering, skor (3) untuk jawaban kadang-kadang, skor (2) untuk jawaban jarang, dan
skor (1) untuk jawaban tidak pernah.
Alasan : Terdapat kesalahan pada penulisan kata “kuisioner”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak
baku. Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “kuesioner” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 15 pertanyaan dan dengan 5 alternatif jawaban “hampir selalu”,
“sering”, “kadang-kadang”, “jarang”, dan “tidak pernah”. Selanjutnya diberikan skor (5) untuk jawaban hampir
selalu, skor (4) untuk jawaban sering, skor (3) untuk jawaban kadang-kadang, skor (2) untuk jawaban jarang, dan
skor (1) untuk jawaban tidak pernah.

BAB IV
METODE PENELITIAN

Data 16
Kesalahan : Jenis kuesioner yang digunakan adalah close ended items/ restricted items yaitu pertanyaan yang
diajukan bersifat tertutup dan umumnnya pertanyaan tersebut hanya menyediakan satu pilihan jawaban.
Alasan : Terdapat kesalahan penulisan pada kata yang dicetak tebal, yang mana seharusnya garis miring tidak
diberi spasi sebelum maupun setelah tanda baca tersebut.
Perbaikan : Jenis kuesioner yang digunakan adalah close ended items/restricted items yaitu pertanyaan yang
diajukan bersifat tertutup dan umumnnya pertanyaan tersebut hanya menyediakan satu pilihan jawaban.

Data 17
Kesalahan : Peneliti membuat surat ijin permohonan yang ditandatangani oleh ketua STIKES BALI dengan
Nomor DL.02.02.0503.TU.III.18 pada tanggal 23 Maret 2018, ditujukkan kepada Kepala Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali.
Alasan : Terdapat kesalahan dalam penulisan kata “ijin”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “izin” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Peneliti membuat surat izin permohonan yang ditandatangani oleh ketua STIKES BALI dengan
Nomor DL.02.02.0503.TU.III.18 pada tanggal 23 Maret 2018, ditujukkan kepada Kepala Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali.

Data 18
Kesalahan : Peneliti telah mengurus surat ijin penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali dengan nomor surat 070/01125/DPMPTSP-B/2018 pada tanggal 29 Maret 2018 dan
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Badung dengan nomor surat 070/418/Kesbang pada tanggal 03
April 2018.
Alasan : Terdapat kesalahan dalam penulisan kata “ijin”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “izin” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Peneliti telah mengurus surat izin penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali dengan nomor surat 070/01125/DPMPTSP-B/2018 pada tanggal 29 Maret 2018 dan
Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik Kabupaten Badung dengan nomor surat 070/418/Kesbang pada tanggal 03 April 2018.

Data 19
Kesalahan : Setelah mendapat ijin penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Bali dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Badung, surat tembusan disampaikan kepada
Direktur RSUD Kabupaten Badung Mangusada, Kapolres Badung, Dan Dim 1611/Badung dan Inspektorat
Kabupaten Badung.
Alasan : Terdapat kesalahan dalam penulisan kata “ijin”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “izin” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Setelah mendapat izin penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Bali dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Badung, surat tembusan disampaikan kepada
Direktur RSUD Kabupaten Badung Mangusada, Kapolres Badung, Dan Dim 1611/Badung dan Inspektorat
Kabupaten Badung.

Data 20
Kesalahan : Setelah mendapatkan ijin oleh RSUD Kabupaten Badung Mangusada dengan nomor surat
070/4449/RSUD pada tanggal 13 April 2018 tembusan disampaikan kepada seluruh Ka. Ruangan/Ka. Instansi
Rawat Inap dan Ka. Ruangan/Ka. Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
Alasan : Terdapat kesalahan dalam penulisan kata “ijin”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “izin” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Setelah mendapatkan izin oleh RSUD Kabupaten Badung Mangusada dengan nomor surat
070/4449/RSUD pada tanggal 13 April 2018 tembusan disampaikan kepada seluruh Ka. Ruangan/Ka. Instansi
Rawat Inap dan Ka. Ruangan/Ka. Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Badung Mangusada.

Data 21
Kesalahan : Setelah ijin penelitian diperoleh, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan sebagai berikut:
Alasan : Terdapat kesalahan dalam penulisan kata “ijin”, yang mana kata tersebut merupakan kata tidak baku.
Seharusnya kata tersebut diganti menjadi “izin” agar menjadi kalimat yang benar.
Perbaikan : Setelah izin penelitian diperoleh, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan sebagai berikut:

Data 22
Kesalahan : Untuk jawaban hampir selalu mendapatkan skor 5, sering mendapatkan skor 4, kadang-kadang
mendapatkan skor 3, jarang mendapatkan skor 2, dan tidak pernah mendapatkan smor 1.
Alasan : Terdapat kesalahan pada penulisan kata “smor”, yang mana kata tersebut tidak terdapat di KBBI. Kata
tersebut seharusnya diganti dengan kata “skor” sehingga menjadi kalimat yang benar.

Perbaikan : Untuk jawaban hampir selalu mendapatkan skor 5, sering mendapatkan skor 4, kadang-kadang
mendapatkan skor 3, jarang mendapatkan skor 2, dan tidak pernah mendapatkan skor 1.
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting
untuk dilaksanakan. Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia dan
merupakan faktor penentu keberlangsungan hidup manusia. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan didefinisikan
sebagai suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental maupun spritual yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dengan demikian upaya kesehatan yang dilakukan merupakan
serangkaian kegiatan terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk
memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Pekerja yang
sehat memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan baik sehingga tercapai
kesehatan yang optimal (Banda, 2015).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
menyatakan tahun 2014 terjadi kasus penyakit akibat kerja sebanyak 40.694
kasus. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2015 telah terjadi sebanyak 105.182
kasus dan meningkat pada tahun 2017 sebanyak 123.000 kasus yang
disebabkan karena kecelakaan akibat kerja. Data tersebut menyatakan masih
banyak jumlah perilaku pekerja yang belum menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan.
Kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipengaruhi oleh perilaku.
Kepatuhan dapat bersumber dari faktor pemungkin dalam hal ini yaitu
ketersediaan jumlah alat pelindung diri (APD) dan kenyamanan
(Chrysmadani, 2011). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia (2010) APD merupakan alat yang mampu
untuk melindungi seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan
fungsinya yaitu untuk mengisolasi pekerja dari bahaya yang terjadi di tempat
kerja. APD dibuat tidak berdasarkan spesifik pada masing-masing perawat.
APD yang dibuat hanya menggunakan model secara umum saja, sehingga
kenyamanan dalam penggunaannya tidak dirasakan oleh setiap perawat. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Banda (2015) menyatakan
pemakaian APD dapat menyebabkan ketidaknyamanan, terutama bila
dipakai dalam jangka waktu lama karena pemakai merasa tertutup dan
terisolasi. Hal ini menyebabkan setiap individu akan memberikan respon
yang berbeda-beda oleh karena itu pekerja cenderung melepaskannya
untuk menghilangkan ketidaknyamanan. Hasil wawancara dan observasi
yang dilakukan oleh Darmawati, Angkasa, dan Isrofah (2014) pada perawat
di RSUD Bendan Kota Pekalongan didapatkan hasil bahwa 3 dari 5 orang
perawat di ruang rawat inap tidak menggunakan handscoon saat menginjeksi
pasien dengan alasan karena banyaknya jumlah pasien yang harus ditangani
secara bersamaan. Selain itu mereka menganggap penggunaan handscoon
merepotkan dan tidak nyaman.
Tindakan yang dapat dilakukan rumah sakit untuk mengurangi dan
meminimasi potensi bahaya yang ditimbulkan akibat kerja di lingkungan
kerja adalah dengan menyediakan APD. APD yang dipergunakan saat
bekerja yang sesuai dengan indikasi dan standarisasi dari pemerintah (Istih,
Wiyono, dan Candrawati, 2017). Perawat yang menerapkan penggunaan
APD tentu memiliki risiko terpajan penyakit yang lebih rendah dibandingkan
dengan perawat yang sama sekali tidak menggunakan APD sebelum
memberikan tindakan kepada pasien. Kesadaran yang tinggi akan
keselamatan pada diri sendiri dapat memotivasi perawat untuk menggunakan
APD sebelum bersentuhan dengan pasien. Perawat dituntut agar dapat
memberikan pelayanan yang terbaik tetapi tetap menjaga keselamatan diri
sendiri sesuai dengan Standard Operational Prosedure (SOP) yang berlaku
di rumah sakit (Siburian, 2012).
Tenaga keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak
dibidang kesehatan. Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kemenkes RI
per Desember 2016, jumlah tenaga perawat di Indonesia mencapai 49%
(296.876 orang). Tenaga perawat memiliki jumlah terbesar dibandingkan
dengan tenaga kesehatan lainnya.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Badung Mangusada
merupakan satu-satunya fasilitas kesehatan rujukan milik pemerintah di
Kabupaten Badung. Data rumah sakit tahun 2015 menyebutkan total jumlah
kunjungan pada pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan IGD sebanyak
152.428 kunjungan. Kemudian pada tahun 2016 terjadi peningkatan
kunjungan sebanyak 213.430 dengan jumlah tenaga kerja perawat yaitu 410
orang (RSUD Kabupaten Badung Mangusada, 2016).
Melihat tingginya angka kunjungan akan berdampak kepada
meningkatnya kejadian risiko kecelakaan kerja apabila tidak mampu
melindungi diri dari potensi bahaya yang ditimbulkan sehingga diperlukan
pengendalian bahaya dengan menggunakan APD pada saat memberikan
tindakan keperawatan. Chrysmadani (2011) menyatakan dampak yang akan
muncul dari penggunaan APD yang tidak benar yaitu resiko tertular penyakit
akan bertambah dan juga akan mempengaruhi kualitas tindakan keperawatan
yang diberikan karena akan muncul rasa tidak aman saat berada di dekat
pasien.
Berdasarkan fenomena diatas dan pentingnya peran perawat dalam
mematuhi penggunaan APD yang berguna untuk melindungi diri perawat
sehingga dapat mengurangi kejadian kecelakaan akibat kerja, maka peneliti
tertarik untuk meneliti “Hubungan Ketersediaan Alat Pelindung Diri dan
Kenyamanan dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada
Perawat di RSUD Kabupaten Badung Mangusada”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
“Adakah Hubungan Ketersediaan Sarana Alat Pelindung Diri dan
Kenyamanan Penggunaan APD dengan Perilaku Kepatuhan Penggunaan
Alat Pelindung Diri pada Perawat di RSUD Kabupaten Badung
Mangusada?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan ketersediaan sarana alat pelindung diri
dan kenyamanan dengan perilaku kepatuhan penggunaan alat pelindung
diri pada perawat di RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi ketersediaan sarana alat pelindung diri pada
perawat di RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
b. Mengindentifikasi kenyamanan pada perawat di RSUD Kabupaten
Badung Mangusada.
c. Mengidentifikasi kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada
perawat di RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
d. Mengetahui hubungan ketersediaan sarana alat pelindung diri
dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada perawat di
RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
e. Mengetahui hubungan kenyamanan dengan kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri pada perawat di RSUD Kabupaten
Badung Mangusada.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia kesehatan dan dapat dijadikan sumber atau acuan
bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan APD.
2. Praktis
a. Rumah Sakit
Penelitian ini dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan
saran maupun masukan bagi pihak rumah sakit setelah data
didapatkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pertimbangan dalam peningkatan keselamatan dari tenaga
kesehatan khususnya perawat.
b. Institusi Pendidikan
1) Bagi mahasiswa keperawatan agar menyadari pentingnya
penggunaan APD sebelum memberikan asuhan keperawatan
pada pasien. Hal tersebut diharapkan agar mahasiswa
keperawatan dapat lebih disiplin dalam menggunakan APD
saat menjadi perawat nantinya.
2) Bagi institusi pendidikan pada semua jenjang dapat
memberikan mata kuliah wajib mengenai kedisiplinan dalam
menggunakan APD. Pengantar kuliah sebelum praktik ini dapat
mengingatkan mahasiswa betapa pentingnya penggunaan APD
untuk keselamatan diri sendiri.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

E. Alat Pelindung Diri (APD)


1. Definisi Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri merupakan alat yang mampu untuk melindungi
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan fungsinya yaitu
untuk mengisolasi pekerja dari bahaya yang terjadi di tempat kerja
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia,
2010).
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit pada saat
melakukan tindakan yang berisiko terjadinya kontak dengan darah,
sekret, cairan tubuh, lendir, kulit yang tidak utuh dan benda yang
terkontaminasi dari pasien (Riyanto, 2013).

2. Syarat Penggunaan APD


Ada beberapa hal yang menjadikan alat pelindung diri berdampak
negatif seperti berkurangnya produktivitas kerja akibat dari penyakit
atau kecelakaan yang dialami oleh pekerja yang disebabkan karena
tidak menggunakan APD. Oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati
agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan. Menurut
Prasetyo (2013) syarat-syarat APD antara lain:
a. Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang
adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi
oleh tenaga kerja.
b. Alat pelindung diri hendaknya memiliki ukuran seringan mungkin
dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa tidak nyaman yang
berlebihan.
c. Alat pelindung diri harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Alat pelindung diri harus memiliki bentuk yang cukup menarik.
e. Alat pelindung diri harus tahan untuk pemakaian yang lama.
f. Alat pelindung diri tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan
bagi pemakaiannya dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak
tepat atau karena salah dalam menggunakannya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat pelindung diri tidak membatasi gerak dan persepsi sensoris
pemakaiannya.

3. Jenis-jenis APD
Jenis-jenis APD beserta penggunaannya menurut Sahara (2011)
sebagai berikut:
a. Sarung Tangan
Salah satu alat pelindung diri adalah sarung tangan. Pemakaian
sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak
dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit yang
tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.
Dikenal ada tiga jenis sarung tangan, yaitu:

1) Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi


tingkat tinggi dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit
dan selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan
dalam, merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat
digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan
steril.
2) Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan
harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia
sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang
didesinfeksi tinggi.
3) Sarung tangan rumah tangga adalah jenis sarung tangan yang
terbuat dari latex atau vinil yang tebal, seperti sarung tangan
yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Sarung
tangan rumah tangga dipakai pada waktu membersihkan alat
kesehatan. Sarung tangan ini juga dapat digunakan lagi
setelah
dicuci dan dibilas bersih.
b. Pelindung Wajah
Alat pelindung wajah merupakan peralatan wajib tenaga
kesehatan untuk menjaga keamanan dirinya. Alat pelindung wajah
digunakan untuk melindungi selaput lendir dibagian mulut, hidung,
dan mata terhadap risiko percikan darah maupun cairan tubuh
pasien. Alat pelindung wajah terdiri dari dua yaitu masker dan kaca
mata pelindung, kedua jenis alat tersebut dapat digunakan terpisah
maupun bersamaan sesuai dengan jenis tindakan.
Masker bagian dari alat pelindung wajah khususnya untuk
melindungi membran mukosa pada mulut dan hidung terhadap
transmisi infeksi melalui udara saat berinteraksi dengan pasien.
Masker dianjurkan untuk selalu digunakan ketika melakukan
tindakan dengan semua pasien khususnya pasien TB. Kacamata
sebagai bagian dari APD yang bertujuan melindungi mata. Kacamata
digunakan untuk mencegah masuknya cairan darah maupun cairan
tubuh lainnya pada mata.
c. Penutup Kepala
Penutup kepala digunakan untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat- alat atau area steril dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala atau rambut petugas dari percikan bahan-bahan
pasien. Penutup kepala digunakan pada saat pembedahan, menolong
persalinan, dan di ruang ICU.
d. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk memproteksi kulit dan
mencegah kotornya pakaian selama tindakan. Jenis bahan dapat
berupa bahan tembus cairan dan bahan tidak tembus cairan. Selain
itu, jika dipandang dari macam aspeknya, gaun pelindung terdiri dari
gaun pelindung tidak kedap air dan gaun pelindung kedap air, gaun
pelindung steril dan non steril.
Gaun pelindung terdiri dari beberapa macam berdasarkan
kegunaannya. Terdapat dua jenis gaun pelindung yaitu gaun
pelindung steril dan non steril. Gaun steril digunakan untuk
memberikan perlindungan ketika berada di area steril seperti di
ruang bersalin, ICU, rawat darurat, kamar bedah dan pada tindakan
yang membutuhkan prosedur steril. Sedangkan gaun non-steril
digunakan pada tindakan selain pada tindakan sebelumnya.
Penggunaan gaun pelindung secara benar dapat melindungi dari
bahaya infeksi (Yusnita , 2017).
e. Sepatu Pelindung
Sepatu pelindung digunakan untuk melindungi kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan.
Sepatu khusus sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan
tahan tusukan. Sepatu pelindung digunakan ketika bekerja di ruang
tertentu seperti: ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang
pemulasaraan jenazah dan petugas sanitasi.

4. Pemakaian Alat Pelindung Diri


Sesuai dengan yang dijelaskan di atas, tidak semua APD yang
dijabarkan harus dipakai secara bersamaan, namun pemakaian APD
digunakan sesuai dengan waktu dan fungsinya masing-masing. Menurut
Riyanto (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam
menggunakan APD yaitu faktor motivasi, perilaku maupun kebiasaan
masing-masing individu.
Menurut Madyanti (2012) mengatakan persyaratan umum
penyediaan alat pelindung diri tercantum dalam Personal Protective
Equipmentat Work Regulation 1992. Dalam menyediakan perlindungan
terhadap bahaya, prioritas pertama sebuah perusahaan adalah melindungi
pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. Penggunaan
APD hanya dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang
lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau. Dengan seluruh
jenis APD yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling
sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan
beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna dan sebagainya.
Menurut Arifin dan Susanto (2012) mengatakan pemakaian APD
harus dianggap sebagai garis pertahanan, namun APD dapat digunakan
sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan lingkungan
kerja.
Menurut Prasetyo (2013) mengatakan indikasi pemakaian alat
pelindung yaitu tidak semua alat pelindung tubuh digunakan. Jenis
pelindung tubuh yang dipakai tergantung pada jenis tindakan atau
kegiatan yang akan dikerjakan. Sebagai contoh untuk tindakan bedah
minor (misalnya vasektomi, memasang/mengangkat implan) cukup
memakai sarung tangan steril. Namun untuk kegiatan operatif di kamar
bedah atau melakukan pertolongan persalinan sebaiknya semua
pelindung diri dipakai oleh petugas untuk mengurangi kemungkinan
terpajan darah/cairan tubuh lainnya.

F. Ketersediaan Sarana Alat Pelindung Diri


Ketersediaan sarana APD merupakan salah satu faktor pemungkin yang
mendorong atau menghambat individu untuk berperilaku (Noviandry, 2013).
Ketersediaan sarana APD dalam hal ini merupakan salah satu bentuk dari
faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku tidak terwujud pada saat
melakukan suatu tindakan jika tidak terdapat fasilitas yang mendukung
(Gemely, 2014). Sarana APD yang lengkap dapat mendukung pembentukan
perilaku yang baik dalam menjalankan prosedur kewaspadaan universal
(Nurkhasanah dan Sujianto, 2013).
Berdasarkan penelitian Sahara (2011) dengan judul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dan Bidan dalam Penerapan
Kewaspadaan Universal Kewaspadaan Standar di RS PMI Bogor”
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD
dengan kepatuhan perawat dan bidan dalam menerapkan Kewaspadaan
Universal/Standar. Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif
menggunakan desain cross sectional dengan sampel 100 orang seluruh
perawat dan bidan pelaksana yang diambil secara probability sampling.
Selanjutnya berdasarkan penelitian Riyanto (2016) dengan judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan
Alat Pelindung Diri Di RS Sari Asih Serang Provinsi Banten” menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara faktor ketersediaan alat dengan kepatuhan
perawat dalam penggunaan APD. Penelitian ini menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 66
orang perawat yang ada diruangan rawat inap, Instalasi Gawat Darurat, dan
Poliklinik RS Sari Asih Serang Banten. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling.
Berbeda dengan penelitian Mulyanti (2008) dalam penelitiannya yang
berjudul “Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Terhadap
Penggunaan APD Dalam Asuhan Persalinan Normal di RS Meuraxa Banda
Aceh” menunjukkan bahwa tidak ada hubungan ketersediaan alat pelindung
diri dengan pada penggunaan APD. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
dengan desain penelitian cross sectional dengan total sampling sebanyak 29
orang bidan yang bekerja di RSU Meuraza Banda Aceh.
Penelitian Darmawati dkk. (2014) dengan judul “Analisis Faktor
yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Menggunakan Alat Pelindung Diri
(Handscoon) Di RSUD Bendan Kota Pekalongan” menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan ketersediaan alat pelindung diri dengan kepatuhan perawat
pada penggunaan APD (handscoon). Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
dengan desain penelitian cross sectional dengan sampel 98 orang perawat
yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Bendan kota Pekalongan. Teknik
sampling yang digunakan adalah total sampling.

G. Kenyamanan Penggunaan APD


Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan individu yang merasa
nyaman berdasarkan persepsi masing-masing individu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kenyamanan yaitu kenyamanan fisik, kenyamanan
psikospiritual, kenyamanan lingkungan sosial, dan kenyamanan sosial
kultural (Maulidi, 2016). Kenyamanan sebenarnya sangat sulit untuk
diartikan karena bersifat individu dan tergantung kepada kondisi perasaan
orang yang mengalami situasi tersebut. Rangsangan yang dapat
menimbulkan kenyamanan dapat berasal dari kondisi lingkungan berupa
suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain masuk melalui syaraf indera manusia
kemudian dicerna oleh otak untuk dinilai. Otak akan memberikan nilai
nyaman atau tidak rangsangan tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi pekerja dalam menggunakan alat
pelindung diri yang disediakan perusahaan/pemilik usaha salah satunya
adalah ketidaknyamanan dalam menggunakan APD sehingga mengurangi
kinerja para pekerja bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Dengan
menggunakan APD pada saat bekerja maka dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja (Noviandry, 2013). Pemakaian APD dapat
menyebabkan ketidaknyamanan, terutama bila dipakai untuk jangka lama,
karena pemakai merasa tertutup dan terisolasi (Banda, 2015).
Berdasarkan Penelitian Faizah dan Hendra (2013) dalam penelitiannya
yang berjudul “Faktor-Faktor Determinan yang Berhubungan dengan
Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja di Technical Services Department
PT. Indocement Tunggal Prakarsa” menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
kenyamanan alat pelindung diri dengan perilaku penggunaan alat pelindung
diri. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross
sectional dengan total sampling sebanyak 54 orang pekerja.
Penelitian Darmawati, Angkasa, dan Isrofah (2014) dengan judul
“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Menggunakan
Alat Pelindung Diri (Handscoon) Di RSUD Bendan Kota Pekalongan”
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kenyamanan alat pelindung diri
dengan kepatuhan perawat pada penggunaan alat pelindung diri (handscoon).
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross
sectional dengan sampel 98 orang perawat yang bekerja di ruang rawat inap
RSUD Bendan kota Pekalongan. Teknik sampling yang digunakan adalah
total sampling.
Berbeda dengan penelitian Arifin dan Susanto (2012) dengan judul “
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pekerja Dalam
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Di Bagian Coal Yard PT X Unit 3 &
4 Kabupaten Jepara Tahun 2012” menunjukkan terdapat hubungan
kenyamanan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD. Penelitian ini
bersifat analitik observasional dan metode wawancara dengan pendekatan
cross sectional dengan sampel 32 orang pekerja operator yang berada di
bagian Coal Yard.

H. Kepatuhan
Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku
yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Perilaku
kesehatan merupakan perilaku kepatuhan (Banda, 2015). Kepatuhan adalah
suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan
disiplin. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang
profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus
dilakukan atau ditaati. Kepatuhan yang dimaksud adalah perilaku yang
ditunjukkan oleh perawat dalam melindungi diri dan pasien dari penyakit
yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya dengan melakukan
tindakan khusus mengikuti pedoman kewaspadaan universal (Nurkhasanah
dan Sujianto, 2013).
Masalah ketidakpatuhan karena sikap yang negatif dan pengetahuan
yang masih rendah pada petugas kesehatan serta kurangnya ketersediaan
sarana dan fasilitas rumah sakit untuk menjamin keselamatan pasien dan
petugas kesehatan padahal rumah sakit merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan yang secara keseluruhan memberikan pelayanan kuratif
maupun preventif sehingga jika tidak dilakukan sesuai prosedur
kewaspadaan universal maka akan berpotensi untuk menularkan penyakit
infeksi baik bagi pasien lain atau bahkan petugas itu sendiri (Akbar, 2016).
Kepatuhan perawat terhadap pelaksanan APD merupakan hal yang
penting karena dengan perawat patuh, maka penularan penyakit dapat dicegah
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Sebaliknya bila
perawat tidak patuh, maka akan beresiko terjadinya penularan dan akan
mengakibatkan proses kesembuhan pasien menjadi lama.

I. Perawat
Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
dijelaskan bahwa keperawatan merupakan kegiatan pemberian asuhan
kepada individu, keluarga, kelompok baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. Sedangkan pengertian perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri
yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang terbesar jumlahnya
sehingga sangat berisiko terpapar oleh penyakit akibat kecelakaan kerja.
Nurkhasanah dan Untung Sujianto (2013) mengatakan petugas kesehatan
beresiko terpapar penyebaran penyakit infeksi blood borne seperti HIV,
Hepatitis B, Hepatitis C, yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui
ataupun yang tidak diketahui seperti benda yang terkontaminasi, bekas jarum
suntik yang sudah terpakai dan benda tajam lainnya. Risiko terpapar
penyebaran penyakit dari pasien sangatlah tinggi sehingga harus
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko inilah yang
mewajibkan perawat untuk dapat melindungi dirinya dari bahaya yang
ditimbulkan. Salah satu cara yang di lakukan untuk melindungi diri dari
berbagai bahaya adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Pentingnya
kesadaran dari masing-masing perawat demi terciptanya keselamatan saat
bekerja sehingga dapat terhindar dari bahaya yang ditimbulkan. Tidak hanya
memerlukan kesadaran dari masing-masing individu, namun diperlukan
dukungan dari lingkungan kerja rumah sakit dan tersedianya fasilitas untuk
mengurangi potensi bahaya terdapat di rumah sakit.
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu konsep yang menggambarkan suatu
masalah penelitian dan menggambarkan hubungan antara variabel-variabel
yang akan diteliti dalam suatu penelitian (Swarjana, 2015).

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan


APD
1. Faktor Predisposisi (Prodisposing Factors)
- Pengetahua
n
- Sikap
- Keyakinan
- Kepercayaan
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

- Ketersediaan sarana/fasilitas
- Kenyamanan
- Kenyamanan fisik
- Kenyamanan psikospiritual
Perilaku
- Kenyamanan lingkungan sosial
Kepatuhan
- Kenyamanan sosial kultural
Penggunaa
n Alat

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


- Pola pengawasan
- Sikap dan perilaku petugas
- Kelompok referensi
- Tokoh masyarakat

Keterangan :

: Variabel yang tidak diteliti.


: Variabel yang diteliti.
: Berhubungan.
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan ketersediaan sarana alat
pelindung diri dan kenyamanan dengan kepatuhan penggunaan alat
pelindung diri pada perawat di RSUD Kabupaten Badung Mangusada.

Penjelasan Kerangka Konsep :

Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri merupakan alat yang mampu


untuk melindungi seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dengan
fungsinya yaitu untuk mengisolasi pekerja dari bahaya yang dapat terjadi di
tempat kerja. Menurut Sahara (2011) APD yang digunakan oleh perawat
yaitu sarung tangan, pelindung wajah (masker dan kacamata), penutup
kepala, gaun pelindung, dan sepatu pelindung. Dalam pelaksanaannya
ketika sedang bekerja seorang petugas seharusnya selalu menggunakan alat
pelindung diri yang tepat agar terhindar dari potensi bahaya yang
ditimbulkan. Kepatuhan penggunaan APD sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu ketersediaan sarana dan kenyamanan.
Berdasarkan hal tersebut melalui penelitian ini peneliti mencari apakah
ada hubungan antara ketersediaan sarana APD dan kenyamanan
penggunaan APD dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD pada
perawat.

B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan dari sebuah penelitian. Hipotesis
dibuat berdasarkan teori atau studi empiris dengan alasan yang logis dan
memprediksi hasil dari studi. (Swarjana, 2015).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara ketersediaan sarana APD dengan perilaku
kepatuhan penggunaan APD.
2. Ada hubungan antara kenyamanan penggunaan APD dengan
perilaku kepatuhan penggunaan APD.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah salah satu bagian penting dalam sebuah
penelitian. Variabel adalah sesuatu atau bagian dari individu atau objek
yang dapat diukur (Swarjana, 2015).
a. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang dapat
menyebabkan perubahan pada variabel lain (Swarjana, 2015).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah ketersediaan
sarana APD dan kenyamanan penggunaan APD.
b. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang perubahannya
dipengaruhi oleh variabel lain (Swarjana, 2015). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah perilaku kepatuhan
penggunaan APD.

2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi terhadap variabel berdasarkan
konsep teori namun bersifat operasional agar variabel tersebut dapat
diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun peneliti lain
(Swarjana, 2015).
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian hubungan
ketersediaan sarana APD dan kenyamanan dengan kepatuhan
penggunaan APD pada Perawat di RSUD Kabupaten Badung
Mangusada.

No Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Hasil Skala


Pengumpulan Pengukuran
Data

1. Ketersediaa Sarana yang Cara a. Lengkap, Nominal


n sarana disediakan oleh rumah pengumpulan jika 6
APD sakit berupa APD data akan sarana
(sarung tangan, dilakukan data APD ada.
pelindung wajah dengan b. Tidak
(masker dan menggunakan lengkap,
kacamata), penutup lembar jika salah
kepala, gaun kuisioner satu
pelindung, dan sepatu dengan sarana
pelindung) yang dapat menggunakan tidak ada.
digunakan dalam skala guttman
melakukan asuhan yang terdiri dari
keperawatan. 6 pernyataan
dan dengan 2
alternatif
jawaban “ya”
dan “tidak”.
Selanjutnya
diberikan skor
(1) untuk
jawaban ya dan
skor (0) untuk
jawaban tidak.
2. Kenyaman Suatu perasaan yang Cara a. Nyaman, Ordinal
an dirasakan perawat pengumpulan jika skor
pada saat bekerja data akan 38-50.
menggunakan alat dilakukan b. Cukup
pelindung diri. dengan
nyaman,
menggunakan
jika skor
lembar
kuisioner 24-37.
dengan c. Tidak
menggunakan nyaman,
skala likert yang jika skor
terdiri dari 10 10-23.
pertanyaan dan
dengan 5
alternatif
jawaban “sangat
setuju”,
“setuju”, “ragu-
ragu”, “tidak
setuju”, “sangat
tidak setuju”.
Selanjutnya
diberikan skor
(5) untuk
jawaban sangat
setuju, skor (4)
untuk jawaban
setuju, skor (3)
untuk jawaban
ragu-ragu, skor
(2) untuk
jawaban tidak
setuju, dan skor
(1) untuk
jawaban sangat
tidak setuju.

3. Kepatuhan Suatu ketaatan Cara a. Patuh, Ordinal


penggunaa perawat dalam pengumpulan jika skor
n APD mengikuti prosedur data akan 56-75.
mengenai penggunaan dilakukan b. Cukup
APD yang digunakan dengan
patuh, jika
pada saat bekerja. menggunakan
lembar skor 36-
kuisioner 55.
dengan c. Tidak
menggunakan patuh, jika
skala likert yang skor 15-
terdiri dari 15 35.
pertanyaan dan
dengan 5
alternatif
jawaban
“hampir selalu”,
“sering”,
“kadang-
kadang”,
“jarang”, dan
“tidak pernah”.
Selanjutnya
diberikan skor
(5) untuk
jawaban hampir
selalu, skor (4)
untuk jawaban
sering, skor (3)
untuk jawaban
kadang-kadang,
skor (2) untuk
jawaban jarang,
dan skor (1)
untuk jawaban
tidak pernah.
BAB IV

METODE

PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif korelatif. Penelitian deskriptif korelatif digunakan untuk
mengetahui gambaran fenomena yang diteliti dan besarnya masalah yang
diteliti dengan menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya
(Swarjana, 2015). Metode pendekatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah cross-sectional study. Penelitian cross-sectional adalah penelitian
yang pengumpulan datanya dilakukan pada satu waktu. Cross-sectional study
digunakan untuk menjelaskan hubungan fenomena pada satu titik waktu
selama satu periode pengumpulan data (Swarjana, 2015). Pada penelitian ini
peneliti tidak memberikan intervensi, melainkan hanya untuk mengetahui
hubungan antara ketersediaan sarana APD dan kenyamanan dengan
kepatuhan penggunaan APD pada perawat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Badung Mangusada.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal dari bulan
Oktober 2017 sampai bulan Februari 2018. Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018.

C. Populasi, Sampel dan Sampling


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan individu, objek atau fenomena yang dapat
diukur dan merupakan bagian dari suatu penelitian (Mazhindu and Scott,
2005 dalam Swarjana, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga
kerja perawat di RSUD Kabupaten Badung Mangusada yang terdiri dari
410 orang.
2. Sampel
Sampel adalah kumpulan dari individu yang mewakili suatu populasi
dan dapat diukur (Mazhindu and Scott, 2005 dalam Swarjana, 2015).
a. Besar Sample
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik Probability Sampling dengan menggunakan sampel minimal.
Penentuan besar sampel menurut Sugiyono (2017) ditentukan
dengan menggunakan rumus:
𝜆 𝜆𝜆𝜆
𝜆
𝜆 (𝜆 ) 𝜆 𝜆 𝜆

Keterangan:
s =jumlah sampel
N =perkiraan besar populasi
=dengan jumlah 1 dan kesalahan 5% (confidence level)
harga Chi Kuadrat= 3, 841
P =proporsi 0,5
Q =1-p (100%-p) (100%-50) = 0,5
d = tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)
berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel dalam penelitian ini
adalah:

()

( )
Berdasarkan perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang
diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 199 responden. Penentuan
sampel masing-masing ruangan adalah:

1) Ruang Rawat Jalan = 22 responden

2) Ruang IGD = 16 responden

3) Ruang VK Kebidanan = 1 responden

4) Ruang OK = 20 responden

5) Ruang ICU (Panyembrahma) = 9 responden

6) Ruang ICCU = 11 responden

7) Ruang Oleg = 20 responden

8) Ruang Janger = 20 responden

9) Ruang Cilinaya = 7 responden

10) Ruang Kecak = 7 responden

11) Ruang NICU (Pendet) = 6 responden

12) Ruang HCU (Puspanjali) = 9 responden

13) Ruang HD = 10 responden


14) Ruang HCU Paviliun = 7 responden
15) Ruang Paviliun Lantai III = 15 responden

16) Ruang Pavilun Lantai II = 11 responden

17) Ruang OK Paviliun = 8 responden

b. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi
Pada penelitian ini menggunakan sampel inklusi sebagai berikut:
a) Perawat yang bekerja di seluruh ruangan rawat inap, IGD
dan rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Badung Mangusada.
b) Perawat yang bersedia menjadi responden dan bersedia
menandatangani informed consent.
2) Kriteria eksklusi
Perawat yang tidak ada di tempat penelitian sampai batas waktu
pengumpulan data dilakukan, yaitu pada bulan April 2018.
3. Sampling
Sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2017). Penelitian ini
akan menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota
populasi yang dipilih untuk menjadi anggota sampel (Kothari, 2009
dalam Swarjana, 2015). Peneliti memilih menggunakan teknik
probability sampling karena tempat penelitian memiliki populasi 410
tenaga kerja perawat, sehingga semua anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih menja sampel.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified
random sampling yaitu metode yang merupakan perpanjangan dari
simple random sampling, namun dalam bentuk strata (tidak sama).
Metode ini dilakukan bila penelitian yang dilaksanakan melibatkan
groups dan memastikan elemen tiap group terpilih (Swarjana, 2015).
Metode ini dipilih karena tempat penelitian terdiri dari beberapa ruang
rawat inap dan ruang rawat jalan dengan populasi masing-masing
ruangan berbeda. Selanjutnya dalam pemilihan atau pengambilan sampel
dari tiap strata atau ruangan peneliti akan menggunakan metode simple
random sampling. Sampel dari setiap ruangan dipilih menggunakan
undian yang berisi nama kemudian dipilih secara acak.

D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah self-completed questionnaire. Self-completed questionnaire
merupakan metode pengumpulan data dimana responden mengisi sendiri
kuesioner yang diberikan (Swarjana, 2015). Responden yang telah
memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan mengenai maksud dan
tujuan dari penelitian. Lembar persetujuan diberikan bagi responden yang
bersedia untuk diteliti. Responden dimintai tanda tangan dan nama
responden serta mulai diberikan kuesioner dengan membaca dan mengisi
secara mandiri sejumlah pernyataan dan pernyataan yang telah disiapkan
di dalam kuesioner tersebut. Kuesioner yang diberikan kepada responden
berisi pernyataan mengenai ketersediaan sarana APD, kenyamanan dan
kepatuhan penggunaan APD.
2. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang dikumpulkan
sangat mempengaruhi hasil penelitian. Agar data yang dikumpulkan
tersebut akurat, maka diperlukan alat pengumpulan data (instrumen
penelitian) yang tidak saja valid, tetapi juga reliable (Swarjana, 2015).
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa
kuesioner. Kuesioner merupakan sebuah form yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang telah ditentukan yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi (data) dari dan tentang orang-orang sebagai
bagian dari sebuah survei (Swarjana, 2015). Kuesioner untuk variabel
ketersediaan sarana APD akan menggunakan skala ukur guttman yang
terdiri dari 6 butir pernyataan dengan 2 pilihan jawaban, pada variabel
kenyamanan dan kepatuhan penggunaan APD akan menggunakan skala
ukur likert dengan 10 pernyatan untuk variabel kenyamanan dan 15
pernyataan untuk kepatuhan penggunaan APD dengan 5 pilihan jawaban.
Jenis kuesioner yang digunakan adalah close ended items/ restricted
items yaitu pertanyaan yang diajukan bersifat tertutup dan umumnnya
pertanyaan tersebut hanya menyediakan satu pilihan jawaban. Kuesioner
yang digunakan peneliti bukan kuesioner baku sehingga peneliti
melakukan uji validitas terlebih dahulu sampai kuesioner tersebut valid.
Validitas merupakan derajat di mana instrumen mengukur apa yang
seharusnya diukur kemudian dapat dikategorikan menjadi logikal
(Swarjana, 2015). Pada penelitian ini menggunakan uji face validity
melalui konsultasi dengan para ahli dibidangnya. Validitas dilakukan atas
dasar kajian secara subjektif, dimana validitas didasarkan pada intuisi
dari para ahli dalam bidangnya. Apabila pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner telah dianggap relevan (relevant), masuk akal atau beralasan
(reasonable), tidak ambigu (unambiguous) dan jelas (clear), maka
kuesioner tersebut dikatakan valid (Swarjana, 2016). Peneliti melakukan
uji validitas pada kuesioner setelah memperoleh persetujuan dan
rekomendasi oleh pembimbing I kemudian mengisi formulir keterangan
uji validitas. Peneliti membawa kuesioner penelitian kepada kedua orang
yang expert di bidang yang diteliti. Uji validitas dilakukan dalam waktu 1
minggu dengan 4 kali pertemuan pada masing-masing expert. Setelah
expert tersebut menganggap bahwa kuesioner penelitian layak untuk
digunakan, maka expert yang bersangkutan menandatangani formulir uji
validitas. Setelah kuesioner dinyatakan valid oleh expert, selanjutnya
peneliti melaporkan hasil kuesioner tersebut kepada pembimbing I.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Tahap persiapan
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1) Peneliti telah menyusun proposal penelitian yang terlebih
dahulu dikonsultasikan kepada pembimbing.
2) Peneliti telah melakukan ujian proposal penelitian pada tanggal
06 Maret 2018.
3) Peneliti telah melaksanakan revisi proposal kemudian
dikonsultasikan kembali kepada pembimbing, setelah
pembimbing menyatakan menyetujui untuk dilakukan
penelitian, kemudian pembimbing menandatangani proposal
penelitian.
4) Surat ijin penelitian
a) Peneliti membuat surat ijin permohonan yang
ditandatangani oleh ketua STIKES BALI dengan Nomor
DL.02.02.0503.TU.III.18 pada tanggal 23 Maret 2018,
ditujukkan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Provinsi Bali.
b) Peneliti telah mengurus surat ijin penelitian dari Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Bali dengan nomor surat 070/01125/DPMPTSP-
B/2018 pada tanggal 29 Maret 2018 dan Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Badung dengan nomor surat
070/418/Kesbang pada tanggal 03 April 2018.
c) Setelah mendapat ijin penelitian dari Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali dan
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Badung,
surat tembusan disampaikan kepada Direktur RSUD
Kabupaten Badung Mangusada, Kapolres Badung, Dan Dim
1611/Badung dan Inspektorat Kabupaten Badung.
d) Setelah mendapatkan ijin oleh RSUD Kabupaten Badung
Mangusada dengan nomor surat 070/4449/RSUD pada
tanggal 13 April 2018 tembusan disampaikan kepada
seluruh Ka. Ruangan/Ka. Instansi Rawat Inap dan Ka.
Ruangan/Ka. Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten
Badung Mangusada.
e) Peneliti telah mempersiapkan surat permohonan untuk
menjadi responden.
f) Peneliti telah mempersiapkan surat persetujuan (inform
consent) untuk menjadi responden.
g) Peneliti telah mempersiapkan alat-alat yang digunakan
pada saat penelitian yaitu lembar kuesioner.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah ijin penelitian diperoleh, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan
sebagai berikut:
1) Peneliti telah datang ke RSUD Kabupaten Badung Mangusada
untuk melakukan koordinasi dengan masing-masing kepala
ruangan rawat inap dan kepala ruangan rawat jalan untuk
menjelaskan proses pengumpulan data.
2) Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti datang ke
setiap ruangan responden.
3) Setelah calon responden ditentukan, peneliti melakukan
kontrak waktu kemudian menjelaskan tujuan dan manfaat dari
penelitian ini. Calon responden yang bersedia menjadi
responden, peneliti anjurkan untuk menandatangani informed
consent.
4) Responden yang telah menandatangani informed consent
diberikan kuesioner yang terdapat pernyataan tentang
ketersediaan sarana APD, kenyamanan, dan kepatuhan
penggunaan APD. Peneliti juga menjelaskan tata cara pengisian
kuesioner dan memberikan kesempatan bertanya jika ada yang
tidak dimengerti oleh responden.
5) Selama responden melakukan pengisian kuesioner, peneliti
mendampingi responden.
6) Setelah kuesioner diisi, peneliti memeriksa kembali
kelengkapan data yang diisi oleh responden.
7) Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas
partisipasinya dalam penelitian ini.
8) Setelah sampel tercukupi dan data-data telah terkumpul,
kemudian dilakukan pengolahan data dan analisa data.

E. Analisa Data
Dalam melakukan analisa data, data diolah terlebih dahulu dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang ditempuh, diantaranya sebagai berikut:
1. Teknik Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode angka terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Peneliti mengklasifikasikan pengkodean sebagai berikut:
1) Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin: kode 1
= laki-laki, kode 2 = perempuan.
2) Pada karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir:
kode 1 = SPK, kode 2 = DIII Kep, kode 3 = DIV Kep, kode 4 = S1
Keperawatan, kode 5 = S1 Keperawatan Ners.
3) Pada karakteristik responden berdasarkan umur: kode 1 = 21-
30 tahun, kode 2 = 31-40 tahun, kode 3 = 41-50 tahun, kode 4=
51- 60 tahun.
4) Pada karakteristik responden berdasarkan lama bekerja: kode
1= 1-10 tahun, kode 2 = 11-20 tahun, kode 3 = 21-30, kode 4 =
>30 tahun.
5) Pada variabel ketersediaan sarana APD: kode 0 = tidak lengkap
dan kode 1 = lengkap.
6) Pada variabel kenyamanan: kode 0 = tidak nyaman, kode 1 =
cukup nyaman dan kode 2 = nyaman.
7) Pada variabel kepatuhan pengggunaan APD: kode 0 = tidak
patuh, kode 1 = cukup patuh dan kode 2 = patuh.
8) Pada kuisioner ketersediaan sarana APD: kode 1 = ada, kode 0
= tidak.
9) Pada kuisioner kenyamanan: kode 5 = sangat setuju, kode 4 =
setuju, kode 3 = ragu-ragu, kode 2 = tidak setuju, kode 1 =
sangat tidak setuju.
10) Pada kuisioner kepatuhan penggunaan APD: kode 5 = selalu,
kode 4 = sering, kode 3 = kadang-kadang, kode 2 = jarang, kode
1 = tidak pernah.
c. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yaitu jawaban dari
responden dalam bentuk “kode” (angka) dimasukkan ke dalam
program atau “software” komputer. Peneliti akan memasukkan data
yang sudah lengkap dalam bentuk tabel dengan bantuan Microsoft
Excel sehingga bisa dianalisis dengan program Statistical Package
for Sosial (SPSS) 20.
d. Cleaning
Cleaning adalah penentuan uji statistik yang digunakan pada
penelitian memperhatikan karakteristik data, sehingga sangat penting
memperhatikan kualitas dari data sebelum melakukan analisis data.
Sebelum dilakukan entry data, dilakukan pembersihan terlebih
dahulu agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari kesalahan.
Peneliti memeriksa apakah ada data yang tidak tepat masuk kedalam
program komputer.
2. Analisa data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa data yang digunakan untuk
menganalisis terhadap satu variabel (Swarjana, 2016). Pada
penelitian ini variabel yang akan digunakan antara lain:
1) Ketersediaan sarana APD
Pada kuesioner ketersediaan sarana APD menggunakan skala
nominal, selanjutnya data variabel ketersediaan sarana APD
diberikan skor. Untuk jawaban ya mendapatkan skor 1 dan tidak
mendapatkan skor 0. Skor yang didapat dari responden
kemudian dijumlahkan sehingga memperoleh total skor. Setelah
memperoleh total skor, hasil dikategorikan menjadi lengkap dan
tidak lengkap. Dikatakan lengkap apabila 6 sarana APD ada dan
tidak lengkap apabila salah satu sarana tidak ada. Selanjutnya
data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi kemudian di
analisa.
2) Kenyamanan Penggunaan APD
Pada kuesioner kenyamanan menggunakan skala ordinal,
selanjutnya data variabel kenyamanan diberikan skor dan
persentase. Untuk jawaban sangat setuju mendapatkan skor 5,
setuju mendapatkan skor 4, ragu-ragu mendapatkan skor 3, tidak
setuju mendapatkan skor 2, sangat tidak setuju mendapat skor 1.
Skor yang didapat dari responden kemudian dijumlahkan
sehingga memperoleh total skor. Setelah memperoleh total skor,
hasil dikategorikan menjadi tidak nyaman, cukup nyaman dan
nyaman. Dikatakan tidak nyaman apabila mendapatkan hasil 10-
23, cukup nyaman apabila mendapatkan hasil 24-37 dan nyaman
apabila mendapatkan hasil 38-50. Selanjutnya data disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi kemudian di analisa.
3) Kepatuhan penggunaan APD
Pada kuesioner kepatuhan penggunaan APD menggunakan
skala ordinal, selanjutnya data variabel kepatuhan penggunaan
APD diberikan skor dan persentase. Untuk jawaban hampir
selalu mendapatkan skor 5, sering mendapatkan skor 4, kadang-
kadang mendapatkan skor 3, jarang mendapatkan skor 2, dan
tidak pernah mendapatkan smor 1. Skor yang didapat dari
responden kemudian dijumlahkan sehingga memperoleh total
skor. Setelah memperoleh total skor, hasil dikategorikan
menjadi tidak patuh, cukup patuh dan patuh. Dikatakan tidak
patuh apabila mendapatkan hasil skor 15-35, cukup patuh
apabila mendapatkan hasil 36-55 dan patuh apabila
mendapatkan hasil 56-75. Selanjutnya data disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi kemudian di analisa.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang melakukan analisis terhadap dua
variabel secara simultan (Swarjana, 2016). Analisa bivariat dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan
sarana APD dan perilaku kepatuhan penggunaan APD dan untuk
mengetahui hubungan antara kenyamanan penggunaan APD dengan
perilaku kepatuhan penggunaan APD dengan nilai alpha (α) dalam
bidang kesehatan adalah 5% (α=0,05). Hasil pengukuran pada
penelitian ini menggunakan uji non- parametric dengan uji korelasi
spearman rho. Uji ini digunakan untuk digunakan untuk menguji
hubungan antara variabel yang berskala ordinal (Swarjana, 2016).
Kemudian uji analisis dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 20 (Statistical Package for Social Science).
1) Nilai signifikan hipotesis
Menurut Swarjana (2016) nilai signifikan hipotesis yaitu:
a) Bila Pvalue < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
(terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang
diuji).
b) Bila Pvalue > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak
terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang
diuji).
2) Arah korelasi
Menurut Swarjana (2016) arah korelasi yaitu:
a) Arah korelasi positif (+) berarti searah, dimana semakin
besar nilai dari suatu variabel maka semakin besar pula
nilai variabel lainnya.
b) Arah korelasi negatif (-) berarti berlawanan arah, dimana
semakin besar nilai dari suatu variabel maka semakin kecil
pula nilai variabel lainnya.
3) Kekuatan Korelasi
Menurut Sugiyono (2017) kekuatan korelasi yaitu:
Tabel 4.1 Interpretasi terhadap koefisien korelasi.
Koefisien korelasi Interpretasi
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat

F. Etika Penelitian
Etika penelitian menjadi pertimbangan mutlak yang harus dipatuhi oleh
peneliti dibidang apapun, mengingat begitu penting aspek etika dalam
penelitian. Seorang peneliti harus betul-betul berpegang teguh terhadap
prinsip etika penelitian (Swarjana, 2015). Masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Perizinan
Peneliti telah mengajukan permohonan izin melakukan penelitian di
RSUD Kabupaten Badung Mangusada yang telah disetujui oleh Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali. Setelah mendapatkan izin
penelitian oleh Direktur RSUD Kabupaten Badung Mangusada, maka
peneliti melakukan penelitian.
2. Lembar Persetujuan (informed consent)
Informed consent merupakan suatu lembaran yang berisikan tentang
permintaan persetujuan kepada calon responden bahwa bersedia untuk
menjadi responden pada penelitian ini dengan menandatangani lembar
informed consent. Informed consent berarti partisipan punya informasi
yang adekuat tentang penelitian, mampu memahami informasi, bebas
menentukan pilihan, memberikan kesempatan untuk ikut atau tidak ikut
berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela (Swarjana, 2015).
Pada saat penelitian dilakukan, informed consent diberikan sebelum
responden mengisi lembar kuesioner dengan tujuan agar responden
mengerti maksud dan tujuan dari penelitian tersebut. Pada saat
pelaksanaan penelitian jika responden bersedia atau setuju untuk
dilakukan penelitian, maka responden menandatangani lembar
persetujuan terlebih dahulu. Namun apabila pada sata penelitian
responden tidak bersedia menjadi responden penelitian, maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden untuk menolak
menjadi responden penelitian.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masaah lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan kepada
responden bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan tentang jawaban
yang telah diisi oleh responden pada lembar kuesioner. Peneliti akan
menyimpan jawaban responden dan tidak akan membocorkan data yang
didapat dari responden. Semua informasi yang dikumpulkan akan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.
4. Tanpa Nama (anonymity)
Anonymity merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang disajikan. Pada
saat penelitian, peneliti menjelaskan kepada
responden bahwa peneliti tidak mencantumkan
nama pada lembar pengumpulan data
(kuesioner). Peneliti juga menjelaskan kepada
responden untuk mengisi inisial saja pada
lembar pengumpulan data tersebut sehingga
kerahasiaan data responden akan tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai