Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS GENDER DALAM NOVEL “NAMAKU HIROKO’’

KARYA NH.DINI
(KAJIAN SASTRA FEMINISME)

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, dan merupakan rekaan
seseorang yang merupakan cerminan dari kehidupan manusia. Hasil rekaan tersebut
bukan hanya sekedar imajinasi pengarang, melainkan didasari dari kehidupan nyata
masyarakat yang diperkuat dengan keyakinan seorang pengarang. Sastra berisi
ungkapan-ungkapan yang tidak bisa terungkapkan. Penyair menghasilkan kata-kata
untuk memotret sebuah fakta actual yang bersifat imajinatif yang tidak bisa
digambarkan oleh orang lain, ketika dijelaskan oleh sastrawan, maka fakta itu
kemudian terlihat jelas oleh orang-orang awam dan pembaca. Karya sastra
merupakan suatu jembatan yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide-ide,
gagasan ataupun bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
berkuasa terhadap rakyat ekonomi rendah, yang semua itu dapat disusun, dikemas
dalam bentuk yang indah oleh seorang pengarang.. Adapun jenis-jenis karya sastra
yaitu puisi, cerita pendek, novel, drama, prosa dan roman.

Salah satu jenis dari karya sastra ialah novel. Novel adalah karangan panjang
yang mengandung rangkaian cerita kehidupan manusia yang tidak lepas dari watak
setiap pelaku, menggambarkan secara jelas rentetan cerita, yang ada didalam pikiran
seorang pengarang dengan menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami oleh
para pembaca, sehingga pembaca ikut merasakan kejadian dalam suatu karangan
novel. Novel merupakan salah satu produk dari karya sastra yang dapat dijadikan
wadah pengarang untuk menuangkan ide-ide serta pandangan tentang kehidupan
manusia yang disusun secara sistematis. Karena itu, novel memiliki berbagai macam
jenis tema dan isi yang tidak terlepas dari masalah umum yang terjadi dimasyarakat.
Salah satu bentuk umum yang tidak terlepas dari masyarakat yaitu gender.


 
Gender adalah sifat serta peran yang melekat pada laki-laki dan perempuan
secara sosial maupun kultural. Suatu konsep kultural yang berupaya membuat
perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Helen Tierney). Dalam
menjalani kehidupan sering terjadi ketimpangan gender, contohnya adalah
ketimpangan yang sering terjadi pada orang-orang yang dianggap lemah, misalnya
kaum wanita. Terjadi pelecehan seksual, kekerasan rumah tangga, munculnya cinta
sesama laki-laki, dan sebagainya yang dapat membuat kaum wanita merasakan
keresahan, serta ketidakadilan gender lainnya yang terjadi di ruang lingkup
masyarakat.

Permasalahan yang muncul dari perspektif gender dapat ditarik kesimpulan


bahwa, gender lebih terfokus pada aspek peran sosial yang melihat berbedaan jenis
kelamin manusia ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut tidak
akan terjadi jika ada bentuk keadilan, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki
dalam ruang lingkup masyarakat, saling menghargai, mengedepankan jiwa
kebersamaan dan kesepahaman satu sama lain. Namun, yang terjadi ditengah
masyarakat, perempuan mengalami bentuk ketidakadilan gender yang tidak dapat kita
pungkiri bersama, perempuan selalu menjadi sosok kedua dalam pergaulan sosial
sehingga dampak dari hal tersebut menjadi suatu tolak ukur yang sangat berpengaruh
mengenai pola pikir wanita tentang ketimpanagn gender menjadi suatu kebiasaan
yang tidak dapat mereka hindari. Sebagai contoh dalam novel “Siti Nurbaya” karya
Marah Rusli. Dalam novel tersebut, tokoh utama Siti Nurbaya digambarkan sebagai
perempuan yang rela berkorban demi ayahnya, agar ayahnya hidup bebas dari hutang
dengan cara menikah dengan Datuk Meringgih yang kaya itu. Kemudian bentuk
novel yang juga mengalami ketidakadilan gender ialah novel”Jentera Bianglala”
karya Ahmad Tohari. Dalam novel tersebut citra perempuan selalu digambarkan
sebagai sosok yang lemah, terbelakang dalam pendidikan, dan dijadikan sebagai
objek pelecehandan lain sebagainya. Melihat hal tersebut, tidak dapat dipungkiri


 
bahwa ketidakadilan gender memang benar-benar ada dan terjadi ditengah-tengah
kehidupan masyarakat, yang jika kita renungkan bersama hal itu sangat jauh dari kata
berkeprimanusiaan, sehingga muncul suatu gerakan, yang bergejolak dari kaum
perempuan yang disebut feminisme.

Feminisme merupakan gerakan wanita untuk menuntut persamaan hak antara


kaum wanita dengan pria. Kesadaran akan penindasan dan eksploitasi terhadap
perempuan yang terjadi baik dalam keluarga, tempat kerja, maupun di masayarakat,
dimana kaum perempuan menuntut emansipasi dan keadilan hak dengan laki-laki.
Feminisme muncul karena adannya asumsi masyarakat yang menganggap kaum
perempuan tidak lebih dari kaum laki-laki. Tradisi menghendaki kaum perempuan
sebagai pengurus rumah tangga dan keluarga sehingga sebagian masa hidupnya
hanyalah berada di ruang lingkup itu. Perempuan yang katanya indah malah
diekploitasi, dimanfaatkan kecantikannya untuk memuaskan mata kaum laki-laki
selama ini, tubuh perempuan telah dijadikan komersialisasi serta perbudakan seksual.
Karena itu, para tokoh yang aktif dalam pergerakan feminisme berusaha
memperjuangkan hak dan peranan kaum perempuan supaya tidak diangga lebih
rendah dalam keseluruhan tatanan sosial masyarakat. Dengan gerakan feminisme,
perempuan dianggap dapat bersaing secara adil dengan kaum laki-laki dalam
berbagai bidang dan tentunya berhak mendapatkan hak serta kedudukan yang sama
Gerakan feminisme juga berupaya untuk memperjuangkan dan menyelamatkan para
perempuan dari berbagai problematika sosial seperti rasisme, pelecehan dan
penindasan perempuan.

Salah satu novel yang berjudul “Namaku Hiroko” karya Nh.Dini sangat cocok
dijadikan suatu objek analisis gender. Novel tersebut dipilih sebagai objek penelitian
karena isi novel tersebut banyak menggambarkan bentuk ketidakadilan gender.
Ketidakadilan gender tersebut dapat kita lihat pada beberapa dari sekian banyak
permasalahan yang menggambarkan tentang ketidakadilan gender dalam novel
“Namaku Hiroko” karya Nh.Dini yaitu:


 
“Tetapi pada suatu malam, ketika aku terbangun oleh runtutan nada suara
nyonya-tanpa jawaban tuan- melainkan hanya bunyi pukulan dan kaca serta
kayu yang retak dan berjatuhan. Disusul jerit nyonya, berlari dari satu ruang
ke ruang lain, kemudian langkah-langkah bergegas di lantai kayu menuju
pojok rumah, diakhiri dengan bunyi pintu tertutup keras dan terkunci”

“Malam itu tuan banyak minum sake. Disamping itu tuan mulai bosan dengan
perlakuan istrinya. Pulang malam biasanya mengantuk, apalagi sehabis
mengunjungi pesta atau pertemuan sambil makan-makan. Nyonya
mewajibkan suaminya berdiri di depan pintu. Akhirnya kesabaran laki-laki
itu pun meledak. Sampai pagi nyonya terisak-isak di kamar kecil, satu-satunya
bilik ruang berpintu kayu dan tertutup rapat di dalam”.

Kutipan diatas menggambarkan bahwa salah satu bentuk ketidakadilan


gender yang terdapat dalam novel “Namaku Hiroko” karya Nh.Dini adalah kekerasan
terhadap perempuan. Hal ini disebabkan karena adanya asumsi di tengah-tengah
masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, dibandingkan dengan
laki-laki yang lebih kuat dan tangguh, sehingga kaum laki-laki merasa dirinya lebih
diatas dari kaum perempuan. Dengan adanya pemikiran tersebut kaum laki-laki bisa
saja melakukan tindak pelecehan, kekerasan terhadap kaum perempuan dengan
kekuatan yang dimilikinya.

suatu hal yang menyedihkan, dan perlu adanya pergerakan untuk mencegah
keberlangsungan, dalam hal ini penindasan terhadap kaum perempuan yang perlu
segera diatasi. Sehingga muncul gerakan feminisme yaitu usaha yang dilakukan oleh
kaum perempuan untuk menyetarakan hak hak antara kaum laki-;aki dan kaum
perempuan. Inilah yang pada akhirnya menjadi tolak ukur bagi peneliti untuk
mengkaji novel dengan judul “Namaku Hiroko” karya Nh.Dini terdebut, dalam hal ini
kesetaraan gender. Peneliti ingin menggambarkan kepada kaum perempuan bahwa
anggapan serta asumsi yang selama ini dikonsumsi oleh masyarakat tentang


 
lemahnya kaum perempuan, selalu menjadi nomor dua, eksploitasi, pelecehan,
kekerasan dalam rumah tangga serta bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terjadi
selama ini, sudah sepantasnya dihilangkan dari kehidupan masyarakat agar kaum
perempuan memperoleh hak-haknya dalam menjalankan kehidupan masyarakat yang
sejahtera. Suatu hal penting dan menarik untuk dianalisis demi masa depan kaum
perempuan di dunia, khususnya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, yang menjadi pokok kajian dalam
penelitian ini adalah bagaiman bentuk ketidakadilan gender dalam novel “Namaku
Hiroko” karya Nh.Dini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk


mendeskripsikan bentuk ketidakadilan gender dalam novel “Namaku Hiroko” karya
Nh.Dini

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara
lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,


umumnya ilmu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, dalam bidang
kesusastraan khususnya.

b. Mampu memberikan pandangan pemikiran berupa konsep gender,


ketidakadilan gender dan feminisme.


 
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian-
penelitian yang relavan di masa yang akan datang, serta menjadi acuan agar
penelitia selanjutnya dapat lebih baik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas Alkhairaat Palu

Penelitian ini dapat menambah koleksi karya ilmiah Universitas


sehingga dapat digunakan untuk sarana acuan dalam menambah wawasan dan
pengetahuan yang berkaitan dengan kesusastraan.

b. Bagi mahasiswa

hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah


referensi sebagai bahan informasi dan menambah wawasan mengenai
kesetaraan gender.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatan apresiasi sastra


Indonesia bagi mahasiswa, yaitu dalam hal menganalisis karya sastra.

c. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi pada


masyarakat luas, sehingga dapat memberi gambaran tentang kesetaraan gender
dikalangan masyarakat.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini digunakan untuk memenuhi salah sastu syarat guna


memperoleh gelar sarjana program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia. Peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai aplikasi kesetaraan
gender di lingkungan masyarakat.


 
E. Batasan Istilah

1. Gender adalah: sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikontruksikan secara sosial maupun kultural.

2. Analisis gender: Sebuah kegiatan untuk memahami realitas sosial. Tugas utama
analisis gender adalah memberi makna, konsepsi, asumsi, ideologi dan praktik
hubungan baru antara kaum laki-laki dan perempuan serta implikasinya terhadap
kehidupan sosial.

3. Kritik sastra feminis: Sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran
khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya sastra
dan kehidupan manusia.

4. Ketidakadilan gender: Perbuatan yang dilakukan kaum laki-laki terhadap


perempuan yang mengarahkan pada perampasan hak-hak perempuan baik
berbentuk kekerasan fisik atau kekerasan batin.

5. Aka-cang : Si merah, maksudnya bayi

6. Futon: Kasur tipis yng mudah dilipat

7. Geisha: Seniman(gei=seni,sha=orang), artinya yang khusus wanita yang


menghibur dengan tarian, nyanyian, percakapan, pembacaan syair dan pelayanan
makanan dan minuman

8. Irashai: Silakan

9. Yukata: Komono musim panas

10. Kabuki: Sebuah bentuk teater klasik Jepang yang masih popular sekarang;
pemainnya laki-laki semua, termasuk yang memerankan wanita

11. Matsuri: Pesta,keramaian


 
12. Momiji: Suatu pohon buah, mapple(Inggris)

13. Ne-cang: Kakak perempuan

14. Obi: Ikat pinggang

15. Odori: Tarian

16. Oyashumi: Selamat beristirahat, selamat tidur

17. Okusan: Nyonya, ibu, istri

18. Otosan: Ayah

19. Rokko-san: Gunung Rokko

20. Sake: Minuman keras, terbuat dari beras

21. San: Tuan, nyonya, nona

22. Sensei: Guru, cendekiawan

23. Susi: Irisan ikan mentah, dimakan dengan saus

24. Tadaima: Ucapan selamat bertemu lagi

25.. Tatami; Tikar

26. Tokonoma: Lekukan dinding, tempat menaruh benda perhiasan, alcove(Inggris)

27. Torii: Gerbang kuil

F. Kajian Pustaka
1. Peneletian yang Relavan
Kajian pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berdasarkan


 
penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, yang berkaitan dengan
permasalahan gender melalui pendekatan feminisme.

Adapun penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Puji Astuti,


Widyatmike Gede Mulawarman, Alfian Rokhmansyah di Universitas
Mulawarman Samarinda pada tahun 2018 dengan judul “Ketidakadilan Gender
Terhadap Tokoh Perempuan Dalam Novel Genduk Karya sundari Mardjuki.
Penelitian ini untuk mengetahui ketidakadilan terhadap kaum perempuan,
menggambarkan hal hal yang mengalami ketimpangan gender dalam novel
tersebut dengan menggunakan pendekatan feminisme.

G. Kajian Teori

1. Pengertian Gender

Secara terminologis, gender dapat didefinisikan sebagai harapan-harapan


budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Gender dapat pula didefinisikan
pembedaan laki-laki dan perempuan yang dilihat dari konstruksi sosial budaya.
Lebih jelas lagi disebutkan dalam Women's Studies Encyclopedia bahwa gender
adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat.

  Fakih (2006: 71) mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat


yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan
secara sosial maupun kultural. Perubahan ciri dan sifat-sifat yang terjadi dari
waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya disebut konsep gender.
Kontruksi ini melalui jalan yang panjang dan melalui proses sosialisasi yang
secara perlahan melekat ada jenis kelamin tertentu.

Gender adalah Suatu konsep yang menunjukkan pada suatu sistem peranan
dalam hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh
perbedan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.


 
Baron (2000: 188) mengartikan bahwa gender merupakan sebagian dari
konsep diri yang melibatkan identifikasi individu sebagai seorang laki-laki atau
perempuan.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik benang merah bahwa gender
adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara
laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan
perilaku, mentalitas, dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya.

2. Konsep Gender

Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih mendalam, terlebih dahulu


diluruskan apa makna kata “gender”tersebut. Menurut (Handayani dan Sugiarti
2008 : 2) bahwa terdapat suatu analisis yang mempertanyakan ketidakadilan sosial
dari aspek hubungan antara jenis kelamin, analisis yang dimaksud adalah “analisis
gender”. Ananlisis gender membantu memahami bahwa pokok persoalannya
adalah sistem dan untuk memahami masalah kaum perempuan maka perlu
dibedakan antara gender dan sex.

Dua hal penting diatas yaitu gender dan seks. Gender didefinisikan sebagai
lawan seks(Andrew Edgar dan Peter Sedgwick, ed., 1999: 158). Gender bersifat
psikologis kultural, sebagai perbedaan antara masculine-feminine, sedangkan seks
bersifat fisiologis, secara kodrati, sebagai perbedaan antara male-female.

Dalam kritik sastra yang kajiannya terhadap perempuan, konsep utama yang
harus dipahami adalah perbedaan antara gender dan seks. Gender dan seks
merupakan sebuah konsep yang berbeda. Perbedaan konsep itu diperlukan guna
memahami ketidakadilan sistem sosial. Hal ini disebabkan masih banyak
kesalahan dengan apa yang dimaksud gender dan seks (Fakih,2003:7).

10 
 
Memahami konsep gender harus dibedakan antara kata gender dengan seks.
Seks atau jenis kelamin merupakan penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.

Secara biologis alat-alat kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak dapat
dipertukarkan, hal ini merupakan kodrat dan ketentuan Tuhan (Fakih, 2006: 8).
John M. Echols & Hassan Sadhily mengemukakan kata gender berasal dari
bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (Rahmawati, 2004: 19). Secara umum,
pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.

Selanjutnya Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah gender dan


seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Isilah seks (jenis kelamin) mengacu
pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender
mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan. Selain itu,
istilah gender merujuk pada karakteristik dan ciri-ciri sosial yang diasosiasikan
pada laki-laki dan perempuan. Karakteristik dan ciri yang diasosiasikan tidak
hanya didasarkan pada perbedaan biologis, melainkan juga pada interpretasi sosial
dan kultural tentang apa artinya menjadi laki-laki atau perempuan (Rahmawati,
2004: 19).

Gender diartikan sebagai konstruksi sosiokultural yang membedakan


karakteristik maskulin dan feminim. Moore (Abdullah, 2003: 19) mengemukakan
bahwa gender berbeda dari seks dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang
bersifat biologis. Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan
maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai
sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi sosial). Gender
adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai
dengan perkembangan jaman. Dari beberapa penjelasan mengenai gender dan seks

11 
 
di atas, dapat dipahami bahwa seks merupakan pembagian jenis kelamin
berdasarkan dimensi biologis dan tidak dapat diubah-ubah, sedangkan gender
merupakan hasil konstruksi manusia berdasarkan dimensi sosial-kultural tentang
laki-laki atau perempuan.

Menurut Oakley pada bukunya berjudul Sex, Gender and Society dalam
Fakih(2004) perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan
biologis adalah perbedaan jenis kelamin (sex), dan ini adalah kodrat Tuhan dan
oleh karenanya secara permanen berbeda. Sedangkan gender adalah perbedaan
perilaku (behavioral differences) antara laki-laki dan perempuan yang
dikontruksikan secara sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan
ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia(Laki-laki/Perempuan)
melalui proses sosial dan kultural yang panjang.

Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan gender dan seks secara jelas maka
peneliti menggambarkan pada bagan di bawah ini:

12 
 

Anda mungkin juga menyukai