Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Ada kecenderungan untuk mempercayai bahwa isi lingkungan yang baru menjadi
hal penting saat ini. Environmentalisme berkembang dengan baik di pertengahan abad
terakhir ini: isu seperti polusi udara dan pencemaran air serta perlindungan satwa yang
terancam punah menjadi kebijakan public yang diperhatikan secara serius sejak tahun
1970-an. Tentu saja sebelumnya ada sebagian kecil perusahaan yang telah memberikan
perhatian pada lingkungan alam. Akan tetapi degradasi lingkungan telah menjadi bagian
sejarah umat manusia selamanya. Baru-baru ini dalam sebuah buku terlaris berjudul
collapse, seorang ahli geografi bernama Jared Diamond mendokumentasikan betapa
banyaknya kebudayaan yang menderita dan hancur akibat terjadinya degradasi
lingkungan.

Revolusi industry yang terjadi pada abad ke-18 dan19, bagaimanapun juga, telah
menyebabkan degradasi lingkungan alam yang lebih luas dan pada tingkatan yang lebih
cepat dibandingkan sebelumnya. Pada abad ke-21, bumi mengalami periode kepunahan
spesies terbesar sejak periode dinosaurus 65 juta tahun yang lalu. Manusia juga ikut
terancam oleh perubahan iklim global. Setiap perubahan yang terjadi secara luas kini
diakibatkan oleh kegiatan manusia, khususnya oleh perkembangan masyarakat industri
modern. Secara sederhana, cara kita melakukan bisnis selama dua abad kebelakangan ini
telah membawa kita melawan batasan biofisika dari kapasitas bumi untuk mendukung
kehidupan manusia, dan hal ini sudah melewati ambang batas tersebut dalam bentuk-
bentuk kehidupan lain yang tak terhitung lagi banyaknya. Dengan demikian, pertanyaan
etis yang paling utama pada bab ini adalah tanggung jawab apa yang diembang oleh
bisnis pada masa kini terkait dengan lingkungan alam.

Bab ini akan memperkenalkan serangkaian isu etis yang akan menyertai masa
transisi menuju masa depan dengan lingkungan hidup yang berkelanjutan ini. Isu
lingkungan tidak lagi di anggap sebagai keputusan bisnis yang tidak penting atau sebagai
beban yang harus dikelola atau sama sekali dihindari. Kelestarian/keberlanjutan
lingkungan harus menyertai keberlanjutan keuangan agar bisnis dapat bertahan pada abad
ke-21, sebuah model bisnis baru sedang berkembang, mungkin pertama kali diawali di
eropa yang kemudian diikuti Amerika Utara dan Asia. Bisnis yang berkelanjutan dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berupaya untuk menemukan cara baru
melakukan bisnis, di mana keberhasilan bisnis diukur dari keberlanjutan dalam ekonomi,
etika, dan lingkungan, sering kali disebut sebagai pendekatan Triple Bottom Line (Tiga
Hasil Akhir). Paradigma keberlanjutan melihat tanggung jawab lingkungan sebagai
sebuah bagian fundamental dan praktik bisnis dasar. Dan memang, kegiatan bisnis yang
berkelanjutan mungkin menemukan bahwa pertimbangan terhadap lingkungan
menawarkan peluang besar bagi bisnis yang kreatif mandiri.

Dalam bab ini juga kami akan membahas mengenai Pengambilan keputusan yang
Etis: Tata kelola perusahaan, akuntansi, dan keuangan. Ini adalah materi kedua kami,
dalam mengambil keputusan yang etis ada beberapa cara yg dapat kita pelajari dan di bab
ini kami akan menjelaskan, selain itu tata kelola perusahaan, akuntansi dan keuangan
akan kami bahas.

2. Rumusan Masalah
1. Jelakan mengenai Bisnis, Lingkungan, dan Keberlanjutan (Sustainability)?
2. Bagaimanakah Pengambilan keputusan yang Etis: Tata Kelola Perusahaan,
Akuntansi, dan Keuangan.
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui secara umum mengenai bisnis, lingkungan dan keberlanjutan
(sustainability).
2. Untuk mengetahui cara Pengambilan Keputusan yang Etis melalui Tata Kelola
Perusahaan, Akuntansi, dan Keuangan.

4. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi
yang membutuhkan, khususnya Mahasiswa Pendidikan Ekonomi. Penulis berharap
makalah ini dapat menjabarkan secara jelas mengenai materi yang telah dipilihnya agar
Mahasiswa yang membutuhkan informasi ini bisa mengerti dan memanfaatkannya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Penjelasan mengenai Bisnis, Lingkungan, dan Keberlanjutan (Sustainability)


A. Etika bisnis dan Nilai-Nilai Lingkungan

Pembuka dari makalah ini memperkenalkan etika dalam hal penalaran praktis.
Memutuskan apa yang seharusnya kita lakukan adalah tujuan utama dari penalaran
praktis dan nilai-nilai kita adalah standar yang mendukung kita bertindak dengan cara
tertentu. Mengacu pada tujuan ini, nilai apa yang didukung oleh lingkungan alam?
Bagaimana melindungi lingkungan alam dari degradasi? Mengapabisnis harus
memperhatikan dan menghargai lingkungan alam. Kepentingan pribadi manusia adalah
jawaban yang paling jelas untuk menjawab semua pertanyaan ini. Semua ummat manusia
bergantung pada lingkungan alam untuk dapat bertahan hidup. Manusia membutuhkan air
bersih untuk minum, udara segar untuk bernapas, tanah dan lauatan yang subur untuk
menghasilkan makanan, lapisan ozon yang tebal untuk menangkal radiasi sinar matahari,
dan biosfer yang menjaga keseimbangan iklim yang rapuh dimana manusia tetap akan
hidup di muka bumi ini.dua aspek dari kenyataan lingkungan dewasa ini menegaskan
pentingnya penalaran berdasarkan kepentingan pribadi. Ilmu ekologi dan pemahamannya
mengenai sistem-sistem alam yang saling terkait membantu kita untuk memahami betapa
manusia sangat bergantung pada ekosistem.

Pada akhir abad ke-19, manusia mulai menyadari adanya alasan berdasarkan
kepentingan pribadi untuk melindungi alam. Gerakan konservasi, tahap pertama dari
environmentalisme modern, mulaimenyeruhkan pendekatan yang lebih terkendali dan
hati-hati terhadap alam. Dari perspektif ini, alam masih dihargai sebagai sumber daya,
yang menyediakan manusia dengan manfaat langsung (udarah, air, makanan), dan
manfaat tidak langsung (barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh bisnis). Para
pendukung gerakan konservasi berargumen menentang eksploitasi sember daya alam
seola-ola alam dapat menyediakan pasokan bahan yang tidak pernah habis. Mereka
menegaskan bahwa bisnis memiliki alasan yang baik untuk menjaga sumber daya alam.,
alasan yang parallel dengan pertimbangan rasional untuk menjaga sumber daya financial.
Lingkungan alam, seperti halnya modal, memiliki kapasitas yang produktif untuk
menghasilkan laba jangka panjang hanya jika dikelola dan digunakan secara hati-hati.

Disamping alasan-alasan untukmelindungi kehidupan dan kesehatan manusia ini,


lingkungan alam sangat penting dan berharga untuk banayak alasan lain. Sering kali
nilai-nilai lain ini bertentangan dengan nilai instrumental yang bersifat lebih langsung
berasal dari perlakuan terhadap lingkungan sebagai suatu sumber daya. Keindahan dan
kemegahan alam dunia menyediakan nilai seni dan inspirasi yang sangat besar.
B. Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar

Meski perdebatan yang cukup signifikan mengelilingi sebagian nilai lingkungan,


masih terdapat kesepakatan yang sangat kuat tentang alasan yang bijak untuk melindungi
lingkungan alam-manusia memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya.
Kontroversi yang ada lebih berfokus mengenai sarana terbaik untuk mencapai tujuan.
Secara historis, perdebatan ini berfokus pada apakah pasar yang efesien ataukah
peraturan pemerintah adalah sarana yang paling tepat untuk mempertemukan tangngung
jawab bisnis terhadap lingkungan. Masing-masing dari dua pendekatan ini memiliki
implikasi yang signifikan terhadap bisnis.

Dari satu sisi, jika pendekatan terbaik terhadapmasalah lingkungan adalah untuk
mempercayakan mereka pada pasar yang efesien, maka menejer bisnis yang bertanggung
jawab hanya perlu mencari keuntungan danmembiarkan pasar untuk mengalokasikan
sumber daya secara efesien. Dengan melakukan ini, bisnis memenuhi perannya di dalam
sebuah system pasar, yang pada gilirannya melayani kebaikan keseluruhan
(utilitarianisme) yang lebih besar. Disisi lain, jika peraturan pemerintah adalah
pendekatan yang lebih memadai, maka bisnis harus mengembangkan struktur yang
mematuhi peraturan untuk memastikan bahwa bisnis telah mematuhi peraturan tersebut.

Para pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa masalah lingkungngan adalah


masalah ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi. Pada dasarnya, masalah
lingkungan melibatkan alokasi dan distribusi dari sumber daya yang terbatas. Pasar yang
efesien dapat menanggapi tantangan lingkungan, terlepas dari peduli tidaknya kita
terhadap alokasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas, atau
dengan kapasitas bumi untuk menyerap produk sampingan dari industry seperti CO2 atau
PCB.

Tantangan terhadap pandangan yang sempit mengenai tanggung jawab sosial


perusahaan ini tidak asing lagi. Berbagai kegagalan pasar, yang kebanyakan melibatkan
isu lingkungan. Menunjukkan bahwa solusi pasar itu tidak memadai. Salah satu
contohnya adalah keberadaan dari eksternalitas, contohnya dalam buku teks adalah polusi
lingkungan. Jenis kegagalan pasar yang kedua terjadi ketika tidak ada pasar yang
menciptakan harga untuk barang-barang sosial yang penting. Cara ketiga dimana
kegagalan pasar dapat mengarah pada kerusakan lingkungan yang serius melibatkan
perbedaan antara keputusan individu dan konsekuensi kelompok.

Kegagalan pasar ini menimbulkan keprihatinan serius terhadap kemampuan dari


ekonomi pasar untuk mencapai kebijakan lingkungan yang tepat. Para pembela
pandangan yang sempit tentang tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja telah
memberikan tanggapan terhadap tantangan ini.
C. Tanggung Jawab Lingkungan dari Bisnis: Pendekatan Peraturan

Sebuah konsensus luas muncul di Amerika Serikat pada tahun 1970-an bahwa
pasar yang tidak diatur oleh undang-undang adalah pendekatan yang tidak memadai
terhadap tantangan-tantanganlingkungan. Sebaiknya, peraturan pemerintah dilihat
sebagai cara yang lebih baik untuk menanggapi masalah lingkungan. Sebagian besar
peraturan lingkungan yang paling signifikan di Amerika Serikat di berlakukan pada tahun
1970-an. Setiap undang-undang awalnya dipelopori oleh kongres yang didominasi oleh
partai Demokrat ditandatangani menjadi undang-undang oleh presiden yang berasal dari
partai prepublik.

Semua undang-undang ini memiliki pendekatan yang sama terhadap isu


lingkungan. Sebelum semua undang-undang ini diberlakukan, hukum utama untuk
penangananterhadap keprihatinan lingkungan adalah hukum tort. Hanya individu yang
dapat membuktikan bahwa mereka telah dirugikan oleh polusi-lah yang dapat
mengajukan tuntutan hukum atas polusi udara dan air. Pendekatan hukum ini
menempatkan beban pembuktian pada orang yang telah dirugikan, dan paling baik hanya
menawarkan kompensasi atas kerugian yang ada setelah adanya fakta. Dengan
pengecualian di atas insentif yang diberikan oleh ancaman konpensasi, kebijakan di
Amerika Serikat tidak berbuat banyak untuk mencega timbulnya kerusakan akibat polusi.
Tanpa adanya bukti kelalaian, kebijakan public cukup puas dengan menyerahkan
keputusan mengenai kebijakan lingkungan kepada pasar. Karena spesies yang hamper
punah tidak memiliki perlindungan hukum, kerusakan yang mencelakai kehidupan
tanaman dan binatang bukan merupakan perhatian hukum. Selain itu kebijakan
sebelumnya tidak berbuat banyak untuk mencega kerusakan peestarian tanaman dan
kepunahan binatang.

Undang-undang yang mulai diberlakukan selama tahun 1970-an menetapkan


standar yang secara efektif memindahkan beban pembuktian dari mereka yang terancam
tindakan perusakan kepada mereka yang melakukan tindakan peusakan. Pemerintah
menetapkan standar aturan untuk mencegah terjadinya polusi atau kepunahan spesies
alih-alih menawarkan konpensasi setelah adanya fakta. kita dapat berpikir bahwa undang-
undang ini menetapkan standar minimum untuk memastikan kualitas udara dan air serta
pelestarian spesies. Bisnis beban untuk mencapai tujuannya selama mereka mematuhi
batasan yang ditetapkan oleh standar minimum ini. Consensus yang muncul adalah
bahwa masyarakat memiliki dua kesempatan untuk menetapkan tanggun jawab
lingkungan perusahaan. Sebagai konsumen, individu dapat meminta produk yamg ramah
lingkungan di pasar. Sebagai warga Negara, individu dapat mendukung legislasi terkait
lingkungan. Selama bisnis merespon pasar dan mematuhi undang-undang , bisnis telah
bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jika konsumen meminta produk yang mungkin
menimbulkan bagi lingkunagn, seperti mobil SUV yang boros bahan bakar, dan produk
tersebut diizinkan peredarannya oleh undang-undang.
D. Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan

Sejak tahun 19 80-an, model baru mengenai lingkungan perusahaan mulai


menemukan bentuknya, bentuk yang menggabungkan peluang keuangan dengan
tanggung jawab lingkungan dan etis. Konsep pengembangan/pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development) dan praktik bisnis yang berkelanjutan
(sustainable business practice) menyarankan visi baru yang radikal untuk
mengintregrasikan tujuan lingkungan dan keuangan, dibandingkan dengan model
pertumbuhan yang sebelumnya. Ketiga tujuan ini, keberlanjutan ekonomi, lingkungan,
dan etis, sering kali disebut sebagai tiga pilar keberlanjutan (three pillar of sustainability).

Konsep pengembangan yang berkelanjutan ini dapat ditelusuri melalui laporan


dari World Commission on Enviroment and Development (WCED) perserikatan bangsa-
bangsa pada tahun 1987, yang lebih dikenal dengan Brundtland commission, dinamai
sesuai dengan ketuanya, Gro Harlem Brundtland. Komisi ini bertanggung jawab untuk
mengembangkan rekomendasi untuk jalur-jalur menuju pembangunan ekonomi dan
sosial yang menghindari upaya mencapai pertumbuhan ekonomi jangka pendek dengan
mengorbankan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang. Brundtland
Commission menawarkan apa yang menjadi definisi standar dari pembangunan yang
berkelanjutan. “Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengompromosikan kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Ekonomi Herman Daly merupakan salah satu pemikir ternama yang menyuarakan
sebuah pendekatan inovatif terhadap teori ekonomi berdasarkan konsep pembangunan
yang berkelanjutan melebihi standar yang lebih umum dari pertumbuhan ekonomi.
Kecuali kita membuat perubahan yang signifikan di dalam pemahaman kegiatan
ekonomi, kecuali kita mengubah cara kita berbisnis secara meyakinkan, kita akan gagal
memenuhi kewajiban etis dan lingkungan yang mendasar. Kita dapat memulai
pemahaman dari kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi standar yang dapat
ditemukan didalam setiap buku teks ekonomi. Apa yang biasanya disebut dengan “model
arus sirkular” menjelaskan sifat transaksi ekonomi dalam hal arus sumber daya dari bisnis
sampai ke rumah tangga dan kembali lagi ke bisnis. Bisnis menghasilkan barang dan jasa
untuk merespons permintaan pasar dari rumah tangga, kemudian mengirim barang dan
jasa tersebut ke rumah tangga untuk ditukarkan dengan pembayaran yang diterimah oleh
bisnis. Pembayaran ini selanjutnya dikembalikan lagi ke rumah tangga dalam bentuk
upah, gaji, sewa, keuntungan, dan bunga. Rumah tangga menerimah pembayaran sebagai
pertukaran atas tenaga kerja, lahan, modal, dan keahlian wirausaha untuk menghasilkan
barang dan jasa.
E. Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan

Jika model peraturan dan kepatuhan cenderung untuk menafsirkan tanggung


jawab lingkungan sebagai hambatan pada bisnis, model berkelanjutan lebih maju dan
dapat menghadirkan bagi bisnis peluang yang lebih besar dibandingkan beban. Dan
memang, model ini menawarkan sebuah visi bisnis masa depan yang telah banyak dikejar
oleh bisnis yang kreatif dan bersifat wirausaha.

Kelompok peneliti lingkungan dan konsultan, The Natural Step, menggunakan


gambar sebuah corong, dengan dua garis yang saling mengerucut pada satu ujungnya,
untuk membantu bisnis memahami peluang-peluang tersebut. Sumber daya yang
diperlukan untuk menunjang kehidupan berada pada bidang miring yang terus menurun.
Meski terdapat perselisihan mengenai sudut kemiringan (apakah kita berada pada
permulaan dengan tingkat kemiringan sedikit atau sudah berada pada tingkat yang lebih
jauh, dengan tingkat kemiringan yang tajam?), dan consensus yang meluas bahwa sumber
daya yang tersedia telah mengalami penurunan. Garis kedua menunjukkan jumlah
permintaan agregat di seluruh dunia, dengan memperhitungkan pertumbuhan populasi
dan permintaan yang terus meningkat dari gaya hidup konsumtif. Tanpa adanya bencana
alam, kebanyakan tapi tidak semua industri akan lolos melalui corong yang sempit untuk
menuju era kehidupan yang berkelanjutan. Bisnis yang tidak mampu melihat visi masa
depan yang berkelanjutan akan membentur dinding yang menyempit. Bisnis yang
inovatif dan bersifat wirausaha-lah yang akan menemukan jalan untuk melalui dinding
corong yang menyempit itu.

Selanjutnya The Natural Step menantang bisnis untuk melakukan “backcasting”


dari sebuah jalan menuju keberlanjutan. Kita semua cukup mengenal dengan apa yang
disebut peramalan (forecasting), dimana kita meneliti data saat ini dan memprediksi masa
depan. “Backcasting” menyelidiki apa yang akan terjadi di masa depan ketika kita
berhasil keluar melewati corong tersebut. Mengetahui seperti apa masa depan itu, bisnis
yang kreatif kemudian melihat kebelakang kembali kemasa kini dan menentukan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai kemasa depan. Suatu kasus yang kuat dapat dibuat
untuk mengambil langka saat ini demi mencapai masa depan yang berkelanjutan. Ada
lima alas an yang membentuk suatu kasus persuasif untuk menyimpulkan bahwa upaya
mengejar strategi yang berkelanjutan hamper selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis.

 Keberlanjutan adalah strategi jangka panjang yang bijak.


 Potensi pasar yang besar yang belum terpenuhi diantara perekonomian dunia yang
sedang berkembang hanya dapat di penuhi dengan cara yang berkelanjutan.
 Penghematan biaya yang signifikan dapat di capai melalui praktik yang
berkelanjutan.
 Terdapat keunggulan kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan.
 Keberlanjutan adalah strategi manajemen risiko yang baik.
F. Prinsip-prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan.

Implikasi yang tepat dari keberlanjutan ini akan berbeda antara perusahaan dan
industri tertentu, namun tiga prinsip umum ini akan memandu untuk bergerak kearah
keberlanjutan. Perusahaan serta industri harus menjadi lebih efesien dalam menggunakan
sumber daya alam: mereka harus meniru proses produksi keseluruhannya pada proses
biologis; dan mereka harus menekankan produksi jasa alih-alih produksi produk.

 Versi dari prinsip yang pertama, terkadang disebut eko-efisiensi (ecoefficiency),


telah cukup lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan.
 Prinsip kedua, dari keberlanjutan bisnis dapat dipahami dengan mudah merujuk
kepada praga 9.2. bayangkan limba yang meninggalkan siklus ekonomi
dikembalikan lagi kedalam siklus sebagai sumber daya yang produktif.
 Prinsip ketiga dari bisnis yang berkelanjutan melibatkan peralihan dalam model
bisnis dari produk ke jasa.
2. Bagaimanakah Pengambilan keputusan yang Etis: Tata Kelola Perusahaan, Akuntansi,
dan Keuangan.

A. Tata Kelola Sarbanes-Oxley Act (SOX)

Kasus pelanggaran etika yang berujung pada kegagalan bisnis, audit, dan tata kelola
perusahaan berskala besar seperti Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah mengakibatkan
hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika. Hal ini merupakan
suatu bencana besar di lingkungan bisnis, dan telah menjadi pemicu harapan baru dalam tata
kelola dan akuntabilitas perusahaan. Menyikapi hal tersebut, para politisi Amerika menciptakan
kerangka tata kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act (SOX)
yang bertujuan untuk memulihkan kembali kepercayaan investor dan memfokuskan kembali tata
kelola perusahaan pada tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia mereka, yakni
tanggung jawab terhadap kepentingan pemegang saham dan para pemangku kepentingan
lainnya.

Dalam menanggapi ancaman-ancaman yang terkait dengan tata kelola dan akuntabilitas yang
baik, maka suatu pedoman yang jelas sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi
ancaman-ancaman tersebut, Tiga ancaman yang signifikan meliputi:
1. Salah mengartikan tujuan dan kewajiban fidusia
2. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko etika
3. Konflik Kepentingan

Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 memicu reformasi tata kelola bagi perusahaan pendaftar
SEC di seluruh dunia dan melahirkan tata peraturan reformasi serupa di berbagai yuridiksi
nasional lainnya. Section 404 dari SOX mengharuskan perusahaan untuk memeriksa efektivitas
sistem kontrol internal berkaitan dengan pelaporan keuangan. CEO, CFO, dan auditor harus
melaporkan dan bersaksi atas efektivitasnya. Misertifikasi yang dilakukan secara sadar oleh CEO
dan CFO dapat menyebabkan tuntutan kriminal.

B. Lingkungan Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan sebuah proses. Pengendalian internal merupakan alat


untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian internal dipengaruhi oleh orang-
orang. Pengendalian internal bukan hanya sekedar buku petunjuk kebujakan dan formulir,
melainkan orabg-orang dalam setiap tingkatan organisasi. Pengendalian internal dapat di
harapkan untuk menyediakan jaminan yang cukup, bukan jaminan absolute, terhadadap
manajemen dan dewan dari sebuah entitas. Pengendalian internal mempercepaat pencapaian
tujuan dalam satu atau lebih kategori yang terpisah namun betumpang tindih.

Lingkungan pendalian (control environment) mengacu pada isu budaya seperti integritas, nilai-
nilai etis, kompotensi, filosofi, gaya operasi. Lingkungan pengendalian juga bias mengacu pada
elemen yang lebih nyata (yang dapat dibahas dengan lebih baik dalam suatu audit) seperti
pembagian kewenangan, peran tanggung jawab, keberadaan dari suatu kode perilaku, serta
struktur laporan.
pengendalian internal (internal control) merupakan sebuah proses, yang dijalankan oleh dewan
direksi, manajemen dengan personil lainnya, dirangcang untuk menyediakan jaminan yang
cukup menyankut pencapaian tujuan denngan kategori berikut ini :

1. Efektifitas dan efesiensi oprasi


2. Keandalan dari pelaporan keuangan
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang dapat diterapkan

- Peran Para Akuntan dan Profesional lainnya sebagai “Penjaga Gerbang atau Anjing
Penjaga”
Akuntansi merupakan salah satu dari beberapa profesi yang melayani fungsi yang sangat penting
dalam system ekonomi itu sendiri . Secara universal di akui bahwa pasar harus berfungsi dalam
kerangka aturan hukum, harus menerima imformasi yang lengkap, dan harus bebas dari penipuan
dan kecurangan. Memastikan terpenuhnya kondisi-kondisi ini merupakan fungsi internal yang
penting bagi sitem ekonomi berbasis pasar. Beberapa frofesi yang penting misalnya, pengacara,
auditor,akuntan dan analisis keuangan, berfungsi dengan cara seperti ini.
Profesi-profesi tersebut dapat disamakan dengan “penjaga gerbang” atau” anjing penjaga”, yaitu
bahwa peran mereka adalah memastikan orang-orang yang masuk ke dalam pasar bermain sesuai
aturan dan mematuhi kondisi-kondisi yang akan menjamin pasar berfungsi sebagaimana
mestinya.
Profesi-profesi ini juga dapat dipahami sebagai perantara, bertindak diantara berbagai pihak di
pasar, dan mereka juga terikat dengan kewajiban etis dalam peran ini. Semua partisipan di pasar,
terutama para investor, dewan direksi, manajemen, dan bankir, bergantung kepada penjaga
gerbang ini.

C. Konflik Kepentingan
Sebuah konflik kepentingan (conflict of interest) terjadi ketika seseorang memegang sebuah
posisi dimana ia diberikan kepercayaan untuk membuat penilaian atas nama pihak lain, namun
kepentingan dan/atau kewajiban pribadinya bertentangan (berkonflik)dengan kepentinagn atau
kewajiban pihak lain itu. Sebagai contoh seorang teman mengetahui bahwa anda sedang menuju
pasar loak dan meminta tolong untuk melihat-lihat selimut kapas yang bagus. Jika ada, ia
meminta anda untuk membelikan sebuah selimut untuknya apabila anda mendapatkannya dengan
“harga bagus”. Anda pergi kepasar loak dengan tujuan untuk membelikan ibu anda kado ulang
tahun. Anda kemudian menemukan sebuah selimut kapas yang bagus dengan harga yang
istimewa. Bahkan ibua anda pun menyukai selimut tersebut. Anda menemukan diri anda terjebak
dalam sebuah konflik kepentingan-temen anda mempercayakan anda untuk mencarikannya
selimut kapas dipasar loak. Kepentingan pribadi anda sekarang berkonflik dengan tugas yang
telah anda terima dengan teman anda. Konflik kepentingan juga timbul ketika kewajiban etis
seseorang dalam tugas profesionalnya berbenturang dengan kepentingan pribadi.

D. Kerangka KerjaComittee Sponsoring Organization (COSO)


Tinjauan pengendalian internal wajib melibatkan perbandingan sistem perusahaan dengan
kerangka kerja pengawasan yang berlaku internal, seperti yang dikembangkan untuk Enterprise
Risk Management (ERM) oleh Comittee Sponsoring Organization (COSO) redway Commission.

Kerangka kerja COSO ERM mencakup bagaimana mencapai tujuan suatu entitas pada empat
dimensi : strategi, operasional, pelaporan, dan kepatuhan. Dalam masing-masing dimensi atau
kategori, kerangka ERM melibatkan delapan komponen yang saling terkait mengenai cara
manajemen menjalankan suatu perusahaan dan bagaimana mereka terintegrasi dengan proses
manajemen : lingkungan internal, menetapkan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko,
respons risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

E. Etika dan Budaya Perusahaan Yang Etis

Etika dan budaya perusahaan yang etis terlihat memainkan peran penting dalam menentukan
lingkungan pengendalian, dan dengan demikian dalam menciptakan sistem kontrol ERM
berorientasi internal yang efetik dan perilaku yang dihasilkannya. Akibatnya, kajian berorientasi
COS ERM akan memeriksa nada diatas, kode etik, kesadaran karyawan, tekanan untuk mencapai
tujuan realistis atau tujuan yang tidak tepat, kesediaan manajemen untuk mengganti kontrol yang
telah ada, kepatuhan terhadap kode dalam penilaian kerja, pemantauan efektivitas sistem
pengendalian internal, program meniup peluit, dan tindakan perbaikan sebagai respons tergadap
pelanggaran kode.
Tidak mengherankan, beberapa persyaratan tata baru ini seperti nada di atas, keberadaan kode,
kepatuhan terhadap kebijakan, pengungkapan yang memadai, dan seterusnya telah didukung oleh
bursa efek yang telah meminta kepatuhan perusahaan yang sahamnya tercatat.
Apakah yang terjadi jika harapan tata kelola baru ini tidak terpenuhi? Ketidakpatuhan terhadap
peraturan Bursan dapat mengakibatkan denda, suspensi, atau penghapusan pencatatan saham
yang diperdagangkan, disamping keterbatasan yang diberlakukan pada direksi atau manajemen
yang melanggar. Ketidakpatuhan terhadap persyaratan SOX ditetapkan dalam peraturan SEC,
atau peraturan komisi efek diseluruh dunia yang sama, dapat menyebabkan penutupan sipil dan
juga pidana. Yang pertama dapat mengakibatkan denda dan keterbatasan pribadi, sedangkan
yang kedua dapat menambahkan hukum penjara yang signifikan bagi para eksekutif.
Perkembangan terbaru adalah persyaratan bahwa eksekutif dan direksi mungkin diminta untuk
membayar denda dengan dana pribadi bukan dengan dana perusahaan atau melalui rencana
asuransi. Prospek menakutkan ini menjadi dasar sebuah artikel di edisi Januari 13 Desember
2005, Wall Street Journal, berjudul, “Beberapa direksi di luar mempertimbangkan untuk berhenti
di penghujung penyelesaian perkara” yang terkait bahwa sepuluh direksi Enron dan sepuluh
direksi WorldCom telah setuju untuk membayar total $31 Juta dari uang mereka sendiri untuk
menyelesaikan tuntutan hukum.
Ketika memutuskan apakah mengadili, U.S.Departement of Justice menggunakan beberapa
faktor yang diidentifikasi dalam pedoman yang telah diterbitkan. Sebagai contoh, faktor penting
yang diperiksa termasuk apakah:
- Program kepatuhan dinilai substantif atau hanya kepalsuan di atas kertas,
- Manajemen memberlakukan program atau mendorong kesalahan,
- Ada staf yang cukup untuk memonitor dan mengaudit program kepatuhan,
- Karyawan mengetahui keberadaan program dan yakin akan komitmen perusahaan untuk itu
Jika terbukti bersalah, manajemen dan direksi harus menghadapi hukuman di Amerika serikat
yang memenuhi ketentuan dari U.S. Sentencing Guidelines sebagaimana telah diubah pada
tanggal 1 November 2004. Hukuman untuk pelanggaran SOX untuk kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan dan pelaporan mereka dapat termasuk penggantian atas bonus
atau insentif pembayaran atau kompensasi ekuitas berbasis yang diterima oleh CEO dan/atau
CFO tahun berikutnya, ditambah laba atas penjualan saham selama periode tersebut. Pun, secara
sadar memberikan sertifikasi pernyataan mengetahui ketidakpatuhan dikenakan denda sebesar $1
Juta dan hukuman penjara hingga sepuluh tahun, dan sengaja menyertifikasi pernyataan akan
meningkatkan denda sampai $5 Juta dan penjara sampai 20 tahun. SOX juga menurunkan
ambang batas untuk pembebasan individu dari bertindak sebagai direktur atau pejabat penerbit
dari “ketidaksempurnaan substansial” menjadi “ketidaksempurnaan”

Salah satu perkembangan terkini yang perlu dipertimbangkan oleh dewan direksi dan manajemen
ketika mengembangkan nilai-nilai, kebijakan, dan prinsip-prinsip yang mendasari budaya
perusahaan dan tindakan karyawan mereka adalah gelombang baru dalam pengawasan
pemangku kepentingan dan kebutuhan untuk transparansi dan akuntabilitas publik. Jika direksi
mampu mengenali dan mempersiapkan perusahaan mereka di era baru dimana akan berhadapan
dengan akuntabilitas para pemangku kepentingan yang efektif dan juga sistem tata kelola yang
beretika, mereka tidak hanya akan mengurangi risiko, tapi juga akan menghasilkan keuntungan
kompetitif dari perlanggan, karyawan, mitra, lingkungan, dan para stakeholder lainnya yang
tentunya menarik bagi pemegang saham. Intinya, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional
harus fokus sepenuhnya terhadap pengembangan dan pemeliharaan budaya integritas jika mereka
ingin memuaskan harapan seluruh pemangku kepentingannya.

Contoh kasus: SKANDAL SUAP SIEMENS


Siemens AC adalah raksasa rekayasa dan elektronik Jerman berusia 160 tahun. Mereka adalah
salah satu konglomerat terbesar di Eropa, dengan laba tahun 2007 sebesar 3,9 miliar euro untuk
pendapatan 72,4 miliar euro, naik 6 miliar euro dari pendapatan 2006. Mereka memiliki lebih
dari 475.000 karyawan dan operasi di seluruh dunia. Mereka juga mengembangkan budaya
organisasi yang korup di mana ratusan juta euro telah dimasukkan ke dalam dana cadangan yang
kemudian digunakan untuk membayar suap untuk mendapatkan kontrak menguntungkan.
Perincian sebagai berikut telah terungkap:
Pada bulan November 2006 auditor Siemens, KPMG, menyelesaikan laporan rahasia yang
merinci sejumlah pembayaran yang tidak mungkin untuk diverifikasi. Mereka tidak bisa
mengidentifikasi siapa yang menerima uang atau layanan apa yang disediakan. Pembayaran
mencurigakan dibuat dari tahun 2000 hingga 2006, yang mencapai 1.3 miliar euro. Pada saat itu
perusahaan mengatakan bahwa eksekutif senior tidak menyadari pembayaran ini.
Pada bulan Januari 2007 perusahaan membayar denda 418 juta euro kepada komisi eropa karena
peruahaan itu dituduh memimpin sebuah kartel yang membagi pasar untuk peralatan listrik.
Siemens menantang denda tersebut.

Pada bulan oktober 2007 perusahaan membayar denda 201 juta euro terkait dengan
penyuapan dalam bisnis perlengkapan komunikasinya sejumlah eksekutif senior juga dituduh
dan kemudian dihukum karena melaksanakanpembayaran penyuapan termasuk Andreas Kley,
CEO unit pembangkit listrik, dinyatakan bersalah (Mei 2007) untuk penyaluran 6 juta euro dari
1999 hingga 2002, untuk sebuah perusahaan energi italia untuk memenangkan kontrak turbin
gas. Hakim juga menenda 38 juta euro dan memerintahkan perusahaan untuk mengembalikan
keuntungan kontrak. Johannes Feldmayer, seorang anggota dewan eksekutif. Dinyatakan
bersalah (pada bulan Juli 2008) atas otorisasi suap kepada seikat pekerja, Asosiasi Karyawan
Independen, yang dianggap ramah pada manajemen Siemens. Pembayaran itu, dibuat antara
tahun 2001 dan 2005, dimaksudkan untuk mengimbangi kekuatan IG Metall, serikat Jerman
yang menguasai hamper setengah dari kursi di dewan direksi Siemens. Reinhard Siekaczek,
seorang manajer penjualan di divisi telekomunikasi, dinyatakan bersalah (Juli 2008) membangun
sistem lumpur dana yang dirancang untuk melakukan pembayaran penyuapan. Hakim
mengatakan bahwa seakczek bertindak atas perintah atasannya, dan bahwa ia “adalah bagian dari
sistem tidak bertanggung jawab terorganisasi yang secaraimplisit dimaafkan.” Pada bulan April
2007, baik Klaus Kleinfeld, CEO, dan Heinrich von Pieter, ketua dewan pengawas,
mengundurkan diri. Mereka diganti pada bulan Juli 2007, oleh orang luar, Peter Loscher, yang
berasal dari pembuat obat Merck & Company. Sebagai CEO baru Loscher mulai mengubah
struktur organisasi dan buaya. Sebelumnya masing-masing lini bisnis memiliki Managing
Director dan mengelola sebuah dewan yag terpisah. Struktur ini menghambat akuntabilitas dan
memungkinkan untuk menyebarkan
Kesimpulan Contoh kasus :
Siemens AG sebuah perusahaan besar yang memiliki laba lebih dari 3 miliar euro, memiliki
budaya yang tidak etis di dalamnya, hal ini terjadi karena masing-masing lini bisnis memiliki
managing director dan mengelola sebuah dewan yang terpisah struktur organisasi ini memiliki
celah untuk terjadinya tindak korupsi dan penyuapan. Di sini terlihat tata kelola yang
diberlakukan oleh CEO sebelumnya memaafkan tindakan penyuapan dengan membiarkan
struktur organisasi yang memiliki celah.
Dalam menjalankan sebuah perusahaan harus memiliki hati nurani, jika hal tersebut diabaikan
akan menghancurkan tata kelola di dalam perusahaan
Pada bulan Januari 2007 perusahaan membayar denda 418 juta euro kepada komisi eropa karena
peruahaan itu dituduh memimpin sebuah kartel yang membagi pasar untuk peralatan listrik.
Siemens menantang denda tersebut.
Pada bulan oktober 2007 perusahaan membayar denda 201 juta euro terkait dengan penyuapan
dalam bisnis perlengkapan komunikasinyaSejumlah eksekutif senior juga dituduh dan kemudian
dihukum karena melaksanakanpembayaran penyuapan termasukAndreas Kley, CEO unit
pembangkit listrik, dinyatakan bersalah (Mei 2007) untuk penyaluran 6 juta euro dari 1999
hingga 2002, untuk sebuah perusahaan energi italia untuk memenangkan kontrak turbin gas.
Hakim juga menenda 38 juta euro dan memerintahkan perusahaan untuk mengembalikan
keuntungan kontrak.

Conclusion :
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi akuntansi memberikan input yang paling
penting ke dalam mekanisme corporate governance, informasi akuntansi secara implisit
digunakan baik untuk menunjukkan apakah aksi governance melawan manajemen dibutuhkan,
dan untuk membantu menentukan pengeluaran stakeholder lainnya jika terjadi masalah hukum
dan penurunan kinerja keuangan.

Cara untuk memastikan pengendalian yang sesuai dalam organisasi adalah penggunaan kerangka
kerja yang baik. Pada masa kini profesi akuntan sangatlah dianggap penting oleh sebagian besar
masyarakat. Karena profesi akuntan sangat dipakai dibergai perusahaan bahkan sampai
degunakan pula di dalam ke pemerintahan untuk mengaudit laporan keuangan yang sudah ada.
Seorang akuntan harus menjujung tinggi nama baiknya bukan untuk diri sendiri saja namun juga
untuk profesi yang dia miliki. Banyak kasus – kasus yang menejrat para akuntan karena
kecerobohan yang mereka perbuat. Dalam sistem hukum Indonesia terdapat lima alat
pembuktian yang dianggap sah, yaitu surat-surat, kesaksian, persangkaan, pengakuan dan
sumpah.
Dasar kebanyakan perusahaan program etika adalah kode perusahaan atau usaha pernyataan.
Prinsip-prinsip etika bisnis perusahaan sertapernyataan dua tujuan:
Meningkatkan kemampuan karyawan untuk membuat keputusan yang sesuai dengan kebijakan
dan hukum .

E. Pengambilan Keputusan yang etis dalam Bidang Akuntansi

Akuntansi (accounting) adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan (financial


statement) kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) mengenai aktivitas ekonomi
dan kondisi perusahaan. Elemen penting dari Corporate Governance dan Akuntabilitas
Permasalahan muncul dari adanya pemisahan antara manajemen dan penyandang dana, di mana
manajer berusaha untuk meningkatkan insentif mereka dalam rangka memakmurkan dirinya dan
mengabaikan tugas utamanya yaitu memaksimumkan kemakmuran pemilik. Hal ini bisa
dilakukan dengan berbagai cara di antaranya adalah pengeluaran untuk manajemen.
F. Pengambilan Keputusan yang etis dalam bidang Keuangan

Manajemen keuangan adalah manajemen yang mengaitkan pemerolehan (acquisition),


pembiayaan/pembelanjaan (financing), dan manajemen aktiva dengan tujuan secara menyeluruh
dari suatu perusahaan. Manajemen terhadap fungsi keuangan adalah semua kegiatan/aktivitas
perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh
perusahaan menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Pada dasarnya masalah manajemen keuangan adalah:

"Menyangkut masalah keseimbangan finansial di dalam perusahaan, yaitu mengadakan


keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif
daripada aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya."

Fungsi utama manajer keuangan adalah merencanakan, memperoleh, dan menggunakan dana
untuk menghasilkan kontribusi yang maksimum terhadap operasi yang efisien dari suatu
organisasi. Manajemen keuangan sering disebut 'Manajemen Aliran Dana', karena:
Dari waktu ke waktu akan ada dana yang masuk dan keluar dari perusahaan.
Dana yang berasal dari berbagai sumber (internal dan eksternal financing) dialokasikan untuk
berbagai penggunaan.
Kesimpulan
Lingkungan bisnis adalah keseluruhan hal-hal atau keadaan ekstern badan usaha atau
industri yang mempengaruhi kegiatan organisasi atau kekuatan atau institusi diluar organisasi
bisnis yang dapat mempengaruhi kinerja bisnis

-Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 memicu reformasi tatakelola bagi perusahaan pendaftar
SEC di seluruh dunia danmelahirkan tata peraturan reformasi serupa di berbagai
yuridiksinasional lainnya.

-Akuntansi (accounting) adalah sistem informasi yang menghasilkanlaporan (financial statement)


kepadapihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan.

- Manajemen keuangan adalah manajemen yang mengaitkan pemerolehan (acquisition),


pembiayaan/pembelanjaan (financing), dan manajemen aktiva dengan tujuan secara menyeluruh
dari suatu perusahaan.

-Siemens AG sebuah perusahaan besar yang memiliki laba lebih dari 3 miliar euro, memiliki
budaya yang tidak etis di dalamnya, hal ini terjadi karena masing-masing ini bisnis memiliki
managing director dan mengelola sebuah dewan yang terpisah struktur organisasi ini memiliki
celah untuk terjadinya tindak korupsi dan penyuapan. Di siniter lihat tatakelola yang
diberlakukan oleh CEO sebelumnya memaafkan tindakan penyuapan dengan membiarkan
struktur organisasi yang memiliki celah.

Dalam menjalankan sebuah perusahaan harus memiliki hati nurani, jika hal tersebut diabaikan
akan menghancurkan tatakelola di dalam perusahaan

Pada bulan Januari 2007 perusahaan membayar denda 418 juta euro kepada komisi eropa karena
peruahaan itu dituduh memimpin sebuah kartel yang membagipasar untuk peralatan listrik.
Siemens menantang denda tersebut.

Pada bulan oktober 2007 perusahaan membayar denda 201 juta euro terkait dengan penyuapan
dalam bisnis perlengkapan komunikasinya Sejumlah eksekutif senior juga dituduh dan kemudian
dihukum karena melaksanakan pembayaran penyuapan termasuk AndreasKley, CEO unit
pembangkit listrik, dinyatakan bersalah (Mei 2007) untuk penyaluran 6 juta euro dari 1999
hingga 2002, untuk sebuah perusahaan energy italia untuk memenangkan kontrak turbin gas.
Hakim juga mendenda 38 juta euro danmemerintahkan perusahaan untuk mengembalikan
keuntungan kontrak.
Saran
Diharapkan, dengan diselesaikan nyamakalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat
mengambil keputusan etispraktis yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis/usaha yang
dijalankan harus memperhatiakan lingkungannya agar perusahaan mendapat respon yang baik
dari masyarakat. Dalam menjalankan usaha/bisnisnya, seorang pengusaha haruslah mengambil
keputusan yang etis. Melalui kasus diatas diharapkan pula memberikan kesadaran yang jauh
lebih besardarimasalah-masalahdantrenetika yang sedangberjalan, termasuk konflik kepentingan
dan control kepentingan pribadi. Kita harus mampu melakukan persaingan yang bebas dari
segala bentuk kecurangan dan tidak hanya untuk mencari keuntungan semata dengan
menghalalkan segala cara atau perbuatan setiap haruslah mencerminkan tatakelola dan etika
yang ia junjung. Sebaiknya usahanya memulai sebelum pengetahuan atau pelatihan dasar-dasar
yang harus dipatuhi seperti yang terdapat dalam kode menjadi landasan dasarnya
Daftar Pustaka
Hartman, Laura. 2011. Bisnis, Lingkungan, dan Keberlanjutan (Sustainability). Jakarta: Etika
Bisnis, Erlangga

Desjardins, Joe. 2011. Pengambilan keputusan yang etis: Tata Kelola Perusahaan, Akuntansi,
dan Keuangan. Jakarta: Etika Bisnis, Erlangga

Sadewo, 2014. Pengambilan Keputusan yang etis. Bandung: Tata kelolaperusahaan,


akuntansidan
keuangan, http://prezi..com
Tugas kelompok 8
Etika Bisnis

DI SUSUN OLEH:

IRDA
ARDIO FADHIL P
YULINDAH Y
SAMRIAH
RAHMAT SETIAWAN
IRNA WATI
ANDI PABA’BARI MIRSAH
DEWA KURNIANSAH ALAM

PEND.EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai