Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PENGUKURAN & INSTRUMENTASI PADA SISTEM TENAGA

EP6071
PENGUKURAN MEDAN MAGNET

Disusun oleh:
Erwin Yusuf
NIM : 23211047

PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2012
EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................. ii


Daftar Tabel ....................................................................................... iii
Daftar Gambar ...................................................................................... 1
1 Pengukuran Medan Magnet ..................................................................... 1
1.1 Pendahuluan ................................................................................. 1
1.2 Pengukuran Medan Magnet ................................................................ 2
1.3 Magnetometer Vektor untuk Medan Rendah ............................................ 4
1.3.1 Magnetometer Kumparan Induksi ......................................................4
1.3.2 Magnetometer Fluxgate .................................................................9
1.3.3 Magnetometer SQUID .................................................................. 11
1.4 Gaussmeters Vector untuk Medan Tinggi .............................................. 13
1.4.1 Gaussmeter Efek Hall ................................................................. 13
1.4.2 Gaussmeter Magnetoresistive ........................................................ 15
1.5 Magnetometers Skalar .................................................................... 16
1.5.1 Magnetometer Proton Precession ................................................... 16
1.5.2 Magnetometer Optically Pumped .................................................... 17
Daftar Pustaka .................................................................................... 20

Erwin Yusuf (23211047) ii


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Karakteristik instrumen sensor medan magnet ......................................3

Tabel 1.2 Perbandingan sensor medan magnet ..................................................4

Tabel 1.3 Sifat magnet core dari berbagai material ............................................7

Erwin Yusuf (23211047) iii


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Garis garis medan magnet (a) Bumi, (b) Magnet Batang dan (c) kawat yang
dialiri oleh arus .......................................................................................1

Gambar 1.2 Klasifikasi sensor medan magnet....................................................2

Gambar 1.3 Batang magnet menghasilkan medan magnet berupa vektor yang memiliki
besaran dan arah .....................................................................................3

Gambar 1.4 Sensor kumparan induksi (a) inti udara (b) inti ferromagnetic .................5

Gambar 1.5 Antena loop inti udara ................................................................6

Gambar 1.6 Sensor arus listrik Koil Rogowski yang memanfaatkan medan magnet ........6

Gambar 1.7 Antena Batang (Rod) ..................................................................7

Gambar 1.8 Pengkondisian sinyal penguat tegangan ............................................8

Gambar 1.9 Pengkondisian sinyal penguat arus ..................................................8

Gambar 1.10 Fluxgate magnetometer ............................................................9

Gambar 1.11 Sistem operasi magnetometer fluxgate......................................... 10

Gambar 1.12 Bidang eksitasi fluxgate dan sinyal keluaran................................... 10

Gambar 1.13 Pengkondisian sinyal magnetometer fluxgate dengan umpan balik ........ 11

Gambar 1.14 Aplikasi superconducting quantum interference device-SQUID ............. 12

Gambar 1.15 Josephson juction dan kurva arus pada tegangan nol ........................ 12

Gambar 1.16 Pengkondisian sinyal magnetometer SQUID .................................... 13

Gambar 1.17 Efek hall ............................................................................. 14

Gambar 1.18 Pengkondisian sinyal berdasarkan efek hall .................................... 14

Gambar 1.19 Efek magnetoresistive ............................................................. 15

Gambar 1.20 Pengkondisian sinyal magnetoresistive ......................................... 16

Gambar 1.21 Ilustrasi presisi proton ............................................................ 17

Gambar 1.22 Pengkonsisi sinyal magnetometer proton precession ......................... 17

Gambar 1.23 Magnetometer Optically Pumped ................................................ 18

Gambar 1.24 Contoh pengkondisian sinyal Magnetometer Optically Pumped ............. 19

Erwin Yusuf (23211047) 1


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

1 Pengukuran Medan Magnet

1.1 Pendahuluan

Medan magnet telah ada sejak bumi ini diciptakan. Keberadaan medan magnet telah
disadari oleh bangsa Yunani lebih dari 2000 tahun lalu, melalui sejenis batuan tertentu
(sekarang disebut magnetit) dapat menarik potongan besi. Pada abad ke-12 terdapat
acuan tertulis penggunaan medan magnet sebagai alat navigasi. Setiap magnet
bagaimanapun bentuknya selalu memiliki dua kutub, ktub utara dan kutub selatan. Gaya
terbesar yang dikerahkan oleh magnet terdapat di kedua kutub ini.

Pada tahun 1600, William Gilbert menemukan bahwa bumi sendiri merupakan magnet
alami dengan kutub magnet yang berada didekat kutub utara dan kutub selatan. Medan
magnet juga dapat ditemukan pada magnet permanen, kawat yang dialiri oleh arus,
elektron atau muatan yang berputar dan lain-lain. Medan magnet di sekitar magnet
permanen atau konduktor listrik dapat divisualisasikan sebagai kumpulan garis fluks
magnetik; garis gaya yang ada dalam materi yang sedang mengalami pengaruh yang
magnetizing.

(a) (b)

(c)
Gambar 1.1 Garis garis medan magnet (a) Bumi, (b) Magnet Batang dan (c) kawat yang dialiri oleh arus

Tidak seperti cahaya, yang berjalan jauh dari sumbernya tanpa batas, garis fluks
magnetik akhirnya harus kembali ke sumbernya. Jadi semua sumber magnetik yang

Erwin Yusuf (23211047) 1


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

dikatakan memiliki dua kutub. Garis fluks dikatakan berasal dari kutub "utara" dan
kembali ke kutub "selatan“. Kuat medan magnet dinyatakan dalam satuan Tesla (T) atau
microtesla (μT). Unit lain, yang umumnya digunakan adalah Gauss (G) atau milligauss
(mg), di mana 1 T adalah setara 10.000 G (atau 1 μT = 10 mG).

1.2 Pengukuran Medan Magnet

Sensor medan magnet telah membantu manusia didalam menganalisis dan mengontrol
ribuan fungsi berpuluh tahun lamanya. Pesawat terbang dapat terbang dengan aman
dengan adanya bantuan dari sensor medan magnet. Komputer dapat mengetahui sisa
jumlah memori dengan bantuan sensor magnet. Sensor magnet juga dapat membantu
kegiatan produksi di pabrik supaya peralatan produksi dapat bekerja lebih presisi
dengan biaya murah.

Kuat medan magnet dapat diukur dengan menggunakan berbagai macam teknologi.
Disetiap teknologi pengukuran mempunyai sifat tersendiri berdasarkan kemampuan
pengukurannya. Berdasarkan gambar 1.2, Sensor medan magnet dibagi dua berdasarkan
kepekaan pengukuran dimana magnetometer lebih peka untuk mengukur medan rendah
dan gausmeter lebih peka untuk mengukur medan tinggi. Pada pengukuran medan
magnet rendah (magnetometer) terdapat dua tipe sensor yaitu tipe sensor berdasarkan
komponen vektor dan sensor berdasarkan besaran skalar.

Gambar 1.2 Klasifikasi sensor medan magnet

Kepakaan atau karakteristik dari masing-masing sensor itu sendiri dapat dilihat pada
tabel 1.1. berikut. Dimana, sensor magnet mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak
semua sensor dapat digunakan untuk mengukur suatu medan magnet tertentu. Hal ini
tergantung dari kemampuan pengukuran, resolusi, dan bandwidth. Sehingga, ada
baiknya sebelum melakukan pengukuran objek ukur diketahui terlebih dahulu.

Erwin Yusuf (23211047) 2


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Tabel 1.1 Karakteristik instrumen sensor medan magnet

Memahami prinsip medan magnet alami sangat penting untuk dapat memahami teknik
pengukuran medan magnet. Pada suatu magnet batang, medan magnet dihasilkan
berupa besaran vektor yang memiliki besaran (magnitude) dan arah. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Batang magnet menghasilkan medan magnet berupa vektor yang memiliki besaran dan arah

Apabila medan magnet tersebut diukur pada titik jarak seperti yang terlihat pada
gambar 1.3, dapat digambarkan dengan persamaan berikut:
( ⃗⃗ ̂ )̂ ⃗⃗

Dimana ̂ adalah unit vaktor disepanjang r, r adalah jarak antara sumber magnet
dengan titik pengukuran dan ⃗⃗ adalah momen dipole magnetik. Intensitas atau kuat
objek magnetisasi tergantung pada kerapatan distribusi momen. Intensitas ini biasa
disebut magnetisasi M yang dirumuskan sebagai berikut:
⃗⃗
⃗⃗

Seperti pada medan magnet, magnetisasi juga merupakan besaran vektor. Magnetisasi
merupakan sifat dari suatu material yang dapat meningkat apabila mendapat induksi
dari medan magnet luar (eksternal).
Selain medan magnet, terdapat juga vektor magnet yang lain yaitu vektor induksi
magnet ⃗ atau rapat flux medan magnet. Besaran rapat flux berbanding lurus dengan

Erwin Yusuf (23211047) 3


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

vektor medan magnet ⃗ dengan faktor kali seperti yang dirumuskan pada persamaan
berikut:
⃗ ⃗

Adapun hubungan antara vektor medan magnet, induksi magnet dan magnetisasi
dirumuskan pada persamaan berikut:
⃗ (⃗ ⃗⃗ )

Sehingga, vektor induksi dan medan magnet tidak selalu memiliki arah yang sama. Pada
suatu bahan yang memiliki sifat magnet anisotropic bisa menyebabkan kedua vektor ini
berbeda arah. Vektor magnetisasi bisa terdiri dari magnet permanen dan hasil induksi.
Dimana, magnet permanen tidak bergantung pada kehadiran medan luar (eksternal).
Sedangkan vektor magnetisasi induksi bergantung pada medan magnet luar dan hanya
akan ada bila ada medan induksi.
Tabel 1.2 Perbandingan sensor medan magnet

1.3 Magnetometer Vektor untuk Medan Rendah

1.3.1 Magnetometer Kumparan Induksi

Sensor kumparan induksi (search coil sensor, pickup coil sensor, magnetic antenna)
adalah salah satu sensor magnetik tertua dan terkenal. Kumparan induksi , yang
merupakan salah satu perangkat paling sederhana penginderaan medan magnet.
Merupakan fungsi transfer ( ⃗ ) hasil dari hukum Faraday tentang induksi. Dimana
bila ada suatu flux magnet yang melewati suatu koil akan menghasilkan tegangan
yang proposional (berbanding lurus) dengan perubahan flux.

Erwin Yusuf (23211047) 4


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Gambar 1.4 Sensor kumparan induksi (a) inti udara (b) inti ferromagnetic

Persamaan diatas adalah persamaan untuk koil inti udara, sedangkan persamaan faraday
untuk antena rod dengan inti feromagnetik adalah sebagai berikut:

Dimana adalah permiability dari material rod.

1.3.1.1 Antena Loop Inti Udara

Inti udara antena loop terdiri dari sebuah loop lingkaran atau persegi panjang yang
berisi satu atau lebih dari lilitan kawat dan tidak ada inti magnetik. Diameter lingkaran
biasanya jauh lebih besar dari dimensi penampang lilitan. Kepekaan antena loop
melingkar dengan diameter dalam lilitan d dan penampang persegi panjang adalah
sekitar:

[ ( ) ( ) ]

Erwin Yusuf (23211047) 5


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Gambar 1.5 Antena loop inti udara

Dimana t adalah tebal lilitan dan n adalah jumlah lilitan.

Salah satu contoh dari antena loop udara adalah Rogowski Coil merupakan alat ukur arus
yang memanfaatkan medan magnet yang timbul pada konduktor yang dialiri oleh arus.
Medan magnet H di konversikan kedalam bentuk arus kembali oleh lilitan toroid.
Rogowski Coil terdiri dari kawat tanpa isolasi yang diletakkan di dalam inti non-
magnetik (relative permittivity, μr = 1). Belitan diletakkan di sekitar konduktor yang
arusnya akan diukur. Untuk mendapatkan sensor arus yang baik, Rogowski Coil harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
 Posisi relatif konduktor (belitan) primer di dalam belitan harus tidak mempengaruhi
keluaran
 Pengaruh konduktor yang berdekatan dan membawa arus tinggi terhadap keluaran
belitan harus seminimal mungkin

Gambar 1.6 Sensor arus listrik Koil Rogowski yang memanfaatkan medan magnet

1.3.1.2 Antena Batang (Rod)


Antena batang adalah alternatif yang baik dari antena loop inti udara. Dengan
sensitivitas yang sama, ukuran antena batang lebih kecil dari antena loop, dan dapat
dirancang untuk beroperasi pada frekuensi yang lebih rendah. Akan tetapi mempunyai

Erwin Yusuf (23211047) 6


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

kelemahan dalam menanggapi kuat medan magnet dapat nonlinier dan menambahkan
noise pada inti.

Gambar 1.7 Antena Batang (Rod)

Gambar 1.7 merupakan gambar dari rod antenna. Merupakan bentuk solenoid dengan
inti magnet. Inti dari antena batang ini bisa berbentik lingkaran maupun persegi empat.
Bahan yang digunakan sebagai inti adalah; ferrite, nikel iron alloy, amorphous metal
glass alloy, atau material lainnya yang mempunyai permiabilitas relatif tinggi.
Kumparan bisa langsung dililitkan langsung ke inti atau kepada selubung dimana inti
dimasukan. Isolasi terkadang dipasang diantara lapisan kumparan untuk mengurangi
distribusi kapasitansi. Perisai elektrostatik biasanya dipasang disekitar kumparan untuk
mengurangi gangguan medan listrik pada sinyal.

Sensitivitas dari kumparan induksi ini tergantung pada permiabilitas dari material inti,
luas kumparan,jumlah lilitan, dan perubahan jumlah flux magnet yang masuk ke
kumparan. Berikut adalah permiabilitas material yang biasa digunakan untuk mengukur
medan magnet.
Tabel 1.3 Sifat magnet core dari berbagai material

Erwin Yusuf (23211047) 7


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

1.3.1.3 Pengkondisian sinyal


Pengkondisian sinyal dari magnetometer coli induksi berupa penguat tegangan maupun
penguat arus.
Output sinyal dari penguat tegangan sebanding dengan besar dan frekuensi medan pada
frekuensi di bawah resonansi. Output-nya akan mencapai puncaknya pada frekuensi
resonansi kumparan atau frekuensi tuning. Amplitudo dari penguat tegangan sinyal
kumparan induksi sebanding dengan frekuensi dan kuat medan. Karena sinyal outputnya
tergantung pada kuat frekuensi dan medan magnet, penguat tegangan lebih cocok untuk
band sempit atau aplikasi frekuensi yang dicari.

Gambar 1.8 Pengkondisian sinyal penguat tegangan

Amplitudo dari penguat-arus, sinyal kumparan induksi akan sebanding dengan kuat
medan dan tidak terpegaruh dengan frekuensi saat diluar frekuensi sudut L/R. Untuk
alasan ini, konfigurasi penguat arus sangat cocok untuk broadband pengukuran kekuatan
medan magnet. Konfigurasi penguat arus meminimalkan distorsi intermodulasi dalam
gulungan induksi dengan inti magnet. Arus yang mengalir melalui kumparan
menghasilkan medan magnet yang menentang medan lingkungan. Hal ini membuat
medan bersih dalam inti mendekati nol dan di daerah linier dari kurva B-H.
Magnetometer induksi penguat-arus berbasis koil telah dibangun yang memiliki respon
frekuensi datar dari 10 Hz sampai lebih dari 200 kHz.

Gambar 1.9 Pengkondisian sinyal penguat arus

Erwin Yusuf (23211047) 8


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

1.3.2 Magnetometer Fluxgate

1.3.2.1 Prinsip Fluxgate Magnetometer

Selain magnetometer induksi kumparan magnetometer fluxgate merupakan teknologi


yang sering digunakan untuk mengukur medan magnet. Prinsip Fluxgate magnetometer
adalah dengan menggunakan dua buah inti material magnetis, seperti mumetal,
permalloy, ferrite dan sebagainya. Pada medan magnet yang lemah logam tersebut
mempunyai permeabilitas besar. Untuk desain yang umum kedua inti masing-masing
diberi lilitan primer yang sama tetapi arahnya berlawanan, dan lilitan sekunder arahnya
berlawanan. Lilitan primer dihubungkan dengan sumber arus bolak-balik frekuensi
rendah (50-1000 Hz), lilitan sekunder dihubungkan dengan suatu amplifier. Bila
kumparan primer dihubungkan dengan sumber arus, maka pada kumparan sekunder
timbul arus induksi yang arahnya berlawanan.

Bila ada medan magnet luar maka salah satu kumparan akan mengalami flux magnet
yang lebih besar dari yang lainnya, tetapi dalam setengah gelombang berikutnya
kumparan yang mengalami flux magnet tambahan berganti dengan kumparan kedua.
Sehingga pada saat yang sama kedua kumparan mempunyai pulsa yang berbeda, dan
keluaran dari kumparan sekunder merupakan pulsa tegangan yang berasal dari selisih
flux yang ditimbulkan kumparan primer. Tinggi pulsa sebanding dengan medan magnet
luar yang mempengaruhinya.

Gambar 1.10 Fluxgate magnetometer

Erwin Yusuf (23211047) 9


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Ketika arus sinusoidal diterapkan pada salah satu kumparan, akan memagnetisasi
kumparan. Selanjutnya menyebabkan saturasi magnetisasi pada masing-masing setengah
siklus. Karena mengalami hysterisis, fluk magnetik yang melewati inti akan menelusuri
loop melawan intensitas medan magnet. Perubahan kerapatan flux akan dirasakan oleh
kumparan kedua. Saat inti akan saturasi, reluktansi inti ke medan magnet ekternal
diukur naik, membuat medan magnet kurang aktraktif untuk melewati inti. Sensitivitas
dari sensor ini tergantung pada kurva hysterisisnya.

Gambar 1.11 Sistem operasi magnetometer fluxgate

1.3.2.2 Pengkondisian Sinyal

Gambar 1.12 Bidang eksitasi fluxgate dan sinyal keluaran

Erwin Yusuf (23211047) 10


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Sinyal dari fluxgate adalah amplitudo-dimodulasi menekan pembawa sinyal yang sinkron
dengan sinyal eksitasi harmonik kedua. Pada magnetometer sederhana daya rendah,
sinyal ini dikonversi ke base band menggunakan demodulator sinkron, disaring, dan
disajikan sebagai hasil akhir. Keakuratan magnetometer yang menggunakan arsitektur
loop terbuka dibatasi oleh linieritas kurva magnetisasi inti dan sekitar 5% untuk aplikasi
bidang bumi (60 mT). Bidang eksitasi fluxgate magnetometer bergantian menggerakkan
inti menjadi saturasi positif atau negatif, menyebabkan permeabilitas efektif inti untuk
beralih antara 1 dan nilai besar dua kali setiap siklus.
Pengkondisian sinyal magnetometer fluxgate dengan umpan balik lebih presisi dan stabil
dibandingkan menggunakan pengolahan sinyal open loop. Pada pengkondisian sinyal ini
sebagai sumber eksitasi menggunakan rangkaian flip-flop yang menghasilkan arus
eksitasi pada kumparan eksitasi. Sensor keluaran AC diperkuat, didemodulasi serentak,
dan disaring. Sebuah medan magnet yang nulls bidang lingkungan pada sensor diproduksi
dengan menghubungkan Rf resistor antara output dan sinyal kumparan.

Gambar 1.13 Pengkondisian sinyal magnetometer fluxgate dengan umpan balik

1.3.3 Magnetometer SQUID

1.3.3.1 Superconducting Quantum Interference Device-SQUID

Magnetometer berdasarkan Superconducting Quantum Interference Device (SQUID) saat


ini, merupakan instrumen yang paling sensitif yang tersedia untuk mengukur kuat medan
magnet. Magnetometer SQUID mengukur perubahan dalam medan magnet dari beberapa
tingkat medan, mereka tidak secara intrinsik mengukur nilai absolut dari medan.
Penelitian biomedis adalah salah satu aplikasi dari magnetometer SQUID. SQUID
magnetometer dan gradiometers (mengukur variasi spasial dalam medan magnet)
memiliki sensitivitas tinggi untuk mengukur medan magnet yang lemah yang dihasilkan
oleh tubuh. Hal ini didasarkan pada interaksi yang luar biasa dari arus listrik dan medan
magnet, ketika bahan-bahan tertentu didinginkan di bawah suhu transisi
superkonduktor. Pada suhu ini, bahan menjadi superkonduktor, mereka kehilangan
semua hambatan terhadap aliran listrik.

Erwin Yusuf (23211047) 11


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Gambar 1.14 Aplikasi superconducting quantum interference device-SQUID

Brian D. Josephson pada tahun 1962, mahasiswa pascasarjana di Universitas Cambridge,


memprediksi bahwa arus dapat mengalir antara dua superkonduktor yangdipisahkan oleh
sebuah lapisan isolasi tipis. Besarnya arus yang dapat melalui superkonduktor
"persimpangan Josephson" ini dipengaruhi oleh adanya medan magnet. Prinsip kerja ini
menjadi dasar dari magnetometer SQUID.

Gambar 1.15 Josephson juction dan kurva arus pada tegangan nol

Gambar 1.15 mengilustrasikan struktur umum dari sebuah persimpangan Josephson dan
hubungan tegangan-arus (V-I). Dua superkonduktor (misalnya, niobium) yang dipisahkan
oleh sebuah lapisan isolasi sangat tipis (misalnya, oksida aluminium). Ketebalan lapisan
ini biasanya 1 nm. Ketika suhu persimpangan berkurang menjadi di bawah 4,2 K (-
269°C), superkonduktor arus akan mengalir dipersimpangan dengan 0 V di
persimpangan. Besarnya arus disebut Ic kritis adalah fungsi periodik dari fluks magnet
yang ada di persimpangan. Besarnya nilai-nilai fluks maksimum yang terjadi sama

Erwin Yusuf (23211047) 12


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

dengan dimana merupakan salah satu fluks kuantum (2 FW), dan besar minimum
untuk nilai-nilai fluks yang terjadi sama dengan (n + 1 / 2) . Periode ini adalah salah
satu fluks kuantum. Fenomena ini disebut "efek Josephson DC" dan hanya salah satu
"efek Josephson". Magnetometer didasarkan pada Device superkonduktor Quantum
Interference (SQUID) saat inimerupakan instrumen yang paling sensitif yang tersedia
untuk mengukur kekuatan medan magnet.

1.3.3.2 Pengkondisian Sinyal


SQUID secara magnetis terbiaskan pada titik sensitivitas optimal. Sebuah medan magnet
AC kecil pada 100 kHz sampai 500 kHz ditumpangkan pada bidang bias. Keluaran dari
SQUID adalah pembawa sinyal amplitudo termodulasi. Dimana amplitudo menunjukkan
perubahan medan magnet dari titik bias, dan fase menunjukkan polaritas perubahan.
Sinyal output diperkuat dan kemudian serentak didemodulasi ke band dasar. Sinyal DC
yang dihasilkan diperkuat dan di hubungkan kembali melalui resistor kumparan yang
digabungkan ke SQUID. Arus melalui kumparan menghasilkan medan magnet di SQUID
yang menentang bidang diterapkan. Hal ini membuat titik SQUID operasi yang sangat
dekat titik bias. Faktor skala magnetometer tergantung pada resistor umpan balik dan
konstanta kumparan dari kumparan umpan balik dengan cara yang sama seperti pada
magnetometer medan umpan balik fluxgate.

Gambar 1.16 Pengkondisian sinyal magnetometer SQUID

1.4 Gaussmeters Vector untuk Medan Tinggi

1.4.1 Gaussmeter Efek Hall

1.4.1.1 Efek Hall

Efek Hall adalah konsekuensi dari hukum gaya Lorentz, yang menyatakan bahwa apabila
muatan q bergerak, ketika ditindaklanjuti oleh medan induksi magnet B, akan

Erwin Yusuf (23211047) 13


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

memberikan gaya bahwa F tegak lurus terhadap vektor medan dan vektor kecepatan v
muatan sebagaimana dinyatakan oleh persamaan berikut:

Perangkat efek Hall terdiri dari konduktor persegi panjang tipis atau semikonduktor
dengan dua pasang elektroda tegak lurus satu sama lain.

Gambar 1.17 Efek hall

1.4.1.2 Pengkondisian Sinyal


Sebuah Gaussmeter Efek Hall sederhana dapat dibangun menggunakan sirkuit
pengkondisian sinyal yang ditunjukkan pada Gambar dibawah.
Tegangan referensi, penguat operasional, dan resistor Rs yang dapat diatur
menghasilkan sumber arus presisi yang konstan Ic untuk efek Hall.
Untuk performa terbaik, referensi tegangan dan Rs harus sangat stabil dari suhu dan
waktu.
Sebuah penguat daya dibutuhkan untuk kontrol arus diatas 20 mA

Gambar 1.18 Pengkondisian sinyal berdasarkan efek hall

Erwin Yusuf (23211047) 14


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

1.4.2 Gaussmeter Magnetoresistive

1.4.2.1 Efek Magnetoresistive

Efek magnetoresistive merupakan perubahan resistensi pada suatu ferromagnetik


material yang disebabkan oleh adanya medan magnet eksternal.

Material seperti Permalloy (nikel dan besi) dapat digunakan sebagai sensor mzgneto
resistansi (Anisotropic Magnetoresistance-AMR sensor). Selama fabrikasi sebuah elemen
resistor AMR, medan magnet diterapkan sepanjang panjangnya strip untuk menarik dan
membangun sumbu M. Arus i dilewatkan melalui film di 45° dari sumbu M atau
anisotropik. Sebuah medan magnet Ha yang diterapkan tegak lurus vektor magnetisasi M
menyebabkan vektor magnetisasi memutar dan mengubah magnetoresistance.
Perubahan resistansi AMR berbandinglurus dengan kuat medan magnet Ha

Gambar 1.19 Efek magnetoresistive

1.4.2.2 Pengkondisian Sinyal


Rangkaian Pengondisi sinya jembatan Wheatstone Konvensional dapat digunakan untuk
memproses jembatan AMR. Sensitivitas jembatan dan offset nol sebanding dengan
tegangan jembatan, sehingga sangat penting untuk menggunakan pasokan yang teratur
dengan baik dengan noise yang rendah dan stabilitas suhu yang baik. Arah magnetisasi
dapat membalik secara bergantian untuk menghilangkan nol offset. Sinyal AC yang
dihasilkan kemudian dapat diperkuat dan serentak fase terdeteksi untuk memulihkan
sinyal bidang terkait. Jangkauan dan stabilitas Gaussmeter AMR dapat ditingkatkan
dengan menghubungkan tegangan output melalui resistor untuk kumparan umpan balik
yang menghasilkan medan yang nulls bidang diterapkan.

Erwin Yusuf (23211047) 15


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Gambar 1.20 Pengkondisian sinyal magnetoresistive

1.5 Magnetometers Skalar

Magnetometer skalar mengukur besaran magnitude dari medan magnet dengan


memanfaatkan sifat atom dan nuklir dari suatu materi. Ketika dioperasikan pada kondisi
yang tepat, instrumen ini memiliki resolusi dan akurasi sangat tinggi dan relatif tidak
sensitif terhadap orientasi. Instrumen memerlukan medan magnet seragam di seluruh
volume elemen penginderaan. Magnetometer skalar memiliki interval pengukuran yang
terbatas, biasanya 20 mT sampai 100 mT. Magnetometer skalar memiliki keterbatasan
dalam hal orientasi vektor medan magnet relatif terhadap elemen sensor.

1.5.1 Magnetometer Proton Precession

1.5.1.1 Prinsip Kerja

Proton adalah ion positif hidrogen (h+) terdapat banyak dalam air dan senyawa
hidrocarbon (hc). Proton yang punya medan magnet spin, ketika dikenai medan magnet
akan melakukan gerakan presisi. Frekuensi sudut presisi ini akan sebanding dengan kuat
medan magnet. Dengan cara ini medan magnet dapat diukur. Dengan tambahan teknik
akurasi maka medan magnetik dapat diukur oleh presisi proton.

Erwin Yusuf (23211047) 16


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Gambar 1.21 Ilustrasi presisi proton

1.5.1.2 Pengkondisian Sinyal

Magnetometer proton presisi menggunakan medan magnet yang kuat untuk


mempolarisasi proton dalam hidrokarbon dan kemudian mendeteksi frekuensi presesi
proton sementara mereka meluruh ke kondisi nonpolarized setelah medan polarisasi
dimatikan.

Gambar 1.22 Pengkonsisi sinyal magnetometer proton precession

1.5.2 Magnetometer Optically Pumped

1.5.2.1 Prinsip Kerja

Magnetometer optik dipompa didasarkan pada efek Zeeman. Zeeman menemukan


bahwa perlakuan medan kepada atom, yang memancarkan atau menyerap cahaya, akan

Erwin Yusuf (23211047) 17


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

menyebabkan garis spektrum dari atom terpecah menjadi satu set garis spektrum baru
yang jauh lebih dekat dari garis normal. Energi yang berhubungan dengan frekuensi
interval antara garis-garis hyperfine ini sebanding dengan besarnya medan diterapkan.
Tingkat energi mewakili keadaan energi dapat atom lakukan. Magnetometer optik
dipompa memanfaatkan karakteristik ini dengan optik merangsang atom untuk
menghasilkan kedudukan energi besar di salah satu garis spektral hyperfine dan
kemudian mengosongkannya dengan menggunakan medan magnetik RF.

Frekuensi RF yang diperlukan untuk mengosongkan kedudukan energi sama dengan


perbedaan spektral garis hyperfine dihasilkan oleh medan magnet, karenanya, frekuensi
RF sebanding dengan kekuatan medan magnet.

Gambar 1.23 Magnetometer Optically Pumped

1.5.2.2 Pengkondisian Sinyal

Penkondisian sinyal pada Magnetometer Optically Pumped biasanya dapat dilakukan


dengan dua cara:

Magnetometer servoed: sedikit memodulasi medan RF pada frekuensi rendah,


menyebabkan transmisivitas uap untuk memodulasi. Sebuah detektor fasa memberikan
sinyal error yang digunakan untuk mengunci osilator RF dengan frekuensi Larmor.
Magnetometer osilasi sendiri : transmisivitas dari uap, pada sudut kanan bidang
diterapkan, dibuat untuk berosilasi pada frekuensi Larmor oleh phaseshifting modulasi
cahaya dideteksi dan makan kembali ke generator bidang RF

Erwin Yusuf (23211047) 18


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Gambar 1.24 Contoh pengkondisian sinyal Magnetometer Optically Pumped

Erwin Yusuf (23211047) 19


EP6071 – Pengukuran & Instrumentasi pada Sistem Tenaga Pegukuran Medan Magnet
Buku Perkuliahan Daftar Tabel

Daftar Pustaka

[1] Coillot, Christophe and Paul Leroy, Induction Magnetometers Principle, Modeling
and Ways of Improvement, LPP Laboratory of Plasma Physics, France, 2008.

[2] Dunn, William C., Fundamentals of Industrial Instrumentation and Process


Control, The McGraw-Hill Companies, 2005.

[3] Hurst, Randolph W., Electrical Testing & Measurement Handbook vol.7, The
Electricity Forum 2007.

[4] Lenz, James E., A Review of Magnetic Sensors, Proceedings of the IEEE, Vol. 78,
No. 6, June 1990

[5] Omega,, Instruction Manual, Model HHG-23, GAUSS / TESLA METER, Rev. - 06/98,
June 1998.

[6] Tumanski, Slawomir, Induction Coil Sensors, IEEE

[7] Webster, John G., Electrical measurements, signal processing, and displays,
CRC, 2004.

Erwin Yusuf (23211047) 20

Anda mungkin juga menyukai