Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KD I


DOSEN PEMBIMBING: Susan Irawan S. Kep., Ners., MAN

Disusun oleh:

Faradila Putri Nirmala (191FK03102)


Puji Nabila (191FK03112)
Sinta Faujiah Astuti (191FK03113)
Yeni Sumiyati (191FK03104)
Tia Priliantini (191FK03114)

Tingkat 1/C
Kelompok H(3)

PRORAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa diselesaikan pada waktunya.

Dengan terselesaikannnya makalah ini, kami mengucapkan terimakasih


kepada berbagai pihak yang telah membantu.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Bandung, 2 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Oksigenasi .................................................................................... 3
2.2 Tujuan Oksigenasi .......................................................................................... 3
2.3 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenisasi ..................... 4
2.4 Proses Oksigenisasi ........................................................................................ 6
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen .................................. 7
2.6 Tanda dan gejala kecukupan oksigen ........................................................... 12
2.7 Perubahan fungsi pernafasan ........................................................................ 19
2.8 Konsep asuhan keperawatan pada gangguan oksigenasi.............................. 20
BAB III ....................................................................................................................... 27
PENUTUP .................................................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 27
3.2 Saran ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia


dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya
adalah kebutuhan oksigenasi. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Secara normal elemen inidiperolah dengan cara mengirup O2 ruangan
setiap kali bernafas. (Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,


dalam tubuh oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigen busa menyebabkan hal yang sangat berti bagi tubuh, salah
satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik.
Dalam pelaksanaannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalh yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan kebuthan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi system


pernafasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ system
respirasi, maka kebuthan oksigen aan mengalami gangguan. Sering kali individu
tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernafasan dianggap sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi, seperti adanya

1
sumbatan pada saluran pernafasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya
oksigen.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.2.1 apa yang dimaksud dengan oksigenasi?
1.2.2 Apa tujuan dari oksigenasi?
1.2.3 Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi?
1.2.4 Bagaimana proses oksigenasi?
1.2.5 Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigen?
1.2.6 Apa saja tanda dan gejala kecukupan oksigen?
1.2.7 Bagaimana perubahan fungsi pernafasan?
1.2.8 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada gangguan oksigenasi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui definisi oksigenasi
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan dari oksigenasi
1.3.3 Untuk mengetahui system tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi
1.3.4 Untuk mengetahui proses oksigenasi
1.3.5 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
1.3.6 Untuk mengetahui tanda dan gejala kecukupan oksigen
1.3.7 Untuk mengetahui perubahan fungsi pernafasan
1.3.8 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada gangguan oksigenasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia ataufisika).


Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangatdibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi,
dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batasnormal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadapaktivitas sel.

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara


fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem


pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu
tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan
pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

2.2 Tujuan Oksigenasi


Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan
oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas,
tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-

3
selnya) nelalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya,sisa pembakaran
berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke
lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

2.3 Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenisasi


1. Saluran Pernafasan Bagian Atas
a. Hidung, terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
mengandung kelenjar sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar.
Bagian ini bermuara ke rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir
dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung
akan disaring oleh rambut yang ada di dalam vestibulum, kemudian
udara tersebut akan dihangatkan dan dilembabkan.
b. Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak
sampai dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi
tiga yaitu nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang
mulut), dan laringofaring (di belakang laring).
c. Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran
dengan dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring
saat proses menelan.
2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah
a. Trakhea (batang tenggorokan), merupakan kelanjutan dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima. Trakhea memiliki
panjang kurang lebih 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak
lengkap yang berupa cincin. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir dan
terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda
asing.

4
b. Bronkus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek danlebar
daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus
atas, lobus tengah dan lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan
bawah.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
3. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-paru
terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura
parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi
cairan surfaktan.
Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu
paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ
jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian
puncak disebut apeks. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis,
berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.
a. Ventilasi Paru
Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan: inspirasi (inhalasi) saat
udara mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat udara mengalir
keluar dari paru. Keadekuatan ventilasi tergantung pada beberapa
faktor :
- Kebersihan jalan napas.
- Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan.
- Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan
berkontraksi.
- Keadekuatan komplias dan rekoil paru.

5
b. Volume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonar.
Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang
meninggalkan paru-paru. Variasi seperti kehamilan, latihan fisik,
obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif dan restriktif. Jumlah
surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot pernapasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
c. Alveoli
Alveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ke dan dari darah
melalui membran alveolar. Kantung udara yang kecil ini mengembang
selama inspirasi, secara besar meningkatkan area permukaan di atas
sehingga terjadi pertukaran gas.

2.4 Proses Oksigenisasi


1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Sedangkan
recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat
pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh
ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.

6
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan
kapiler paru dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai
mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis,
masuk dalam darah secara difusi).
3. Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output),
kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan,
emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke
kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.
Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan
oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh

7
darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga
menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian
tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana
oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat
yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut,
maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan
oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi
kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin
sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat
yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara.
Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara,
konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap
lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk
dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin
tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh
darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan

8
vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.
6. Saraf Otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat
terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis.
Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkhodilatasi, sedangkan
parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor adrenergik dan reseptor
kolinergik pada saluran pernafasan.
7. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan
saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas atropin
dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran nafas. Sedangkan obat yang
menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2), seperti obat yang
tergolong penyakat beta nonselektif, dapat mempersempit saluran nafas
(bronkhokontriksi).
8. Alergi pada Saluran Nafas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu
binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal,
batuk apabila rangsangannya di saluran nafas bagian atas, bronkhokontriksi

9
terjadi pada asma bronkhiale, dan rhinitis jika rangsangannya terletak di
saluran nafas bagian bawah.
9. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring dengan usia
perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu
adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak
tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring
bertambahnya usia.
10. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti
faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
11. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku dalam
mengonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan
kebutuhan oksigenasi, merokok, dan lain-lain. Perilaku dalam mengonsumsi
makanan berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi, seperti
obesitasnya seseorang yang memengaruhi proses pengembangan paru-paru.
Sedangkan merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada
pembuluh darah.
12. Usia
Faktor perkembangan merupakan pengaruh yang sangat penting dalam
fungsi pernapasan. Saat lahir, perubahan yang sangat jelas terjadi dalam
sistem pernapasan. Air yang terdapat dalam paru akan keluar, PCO2
meningkat, dan neonatus mengambil napas pertama. Paru secara bertahap
akan berkembang pada setiap pernapasan berikutnya, mencapai inflasi penuh
pada usia 2 minggu. Perubahan yang terjadi karena penuaan yang
memengaruhi sistem pernapasan lansia menjadi sangat penting jika sistem

10
mengalami gangguan akibat perubahan seperti infeksi, stres fisik atau
emosional, pembedahan, anestesi, atau prosedur lainPerubahan-perubahan
tersebut adalah:
a. Dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang elastis.
b. Jumlah pertukaran udara menurun.
c. Refleks batuk dan kerja silia berkurang.
d. Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
e. Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
f. Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi paru dapat menurun.
g. Terjadi penurunan efesiensi sistem imun.
h. Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi pada lansia dan
meningkatkan risiko aspirasi. Aspirasi isi lambung ke dalam paru sering
kali menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan respon
inflamasi.
13. Gaya Hidup
Olahraga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan
kedalaman pernapasan dan oleh karena itu juga meningkatkan suplai oksigen
di dalam tubuh. Sebaliknya, orang yang banyak duduk, kurang memiliki
ekspansi alveolar dan pola napas dalam seperti yang dimiliki oleh orang
yang melakukan akvitas secara teratur dan mereka tidak mampu berespons
secara efektif terhadap stresor pernapasan.
Pekerjaan tertentu menyebabkan individu terkena penyakit paru.
Misalnya, silikosis lebih sering diderita oleh pemecah batu pasir dan
pengrajin tembikar dibandingkan populasi lain, absestosis dijumpai pada
pekerja asbestos, antrakosis dijumpai pada penambang batu bara, dan
penyakit debu organik dijumpai pada pada petani dan pekerja pertanian yang
bekerja dengan jerami yang berjamur.
14. Stres

11
Apabila stres dan stresor dihadapi, baik respon psikologis maupun
fisiologis dapat memengaruhi oksigenasi. Beberapa orang dapat mengalami
hipervintilasi sebagai respon terhadap stres. Apabila ini terjadi, PO2 arteri
meningkat dan PCO2 menurun. Akibatnya, orang dapat mengalami
berkunang-kunang dan bebas serta kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan
di sekitar mulut.
Secara fisiologis, sistem saraf simpatik distimulasi dan epinefrin
dilepaskan. Epinefrin menyebabkan bronkeolus berdilatasi, meningkatkan
aliran darah dan penghantaran oksigen ke otot aktif. Walaupun respon ini
bersifat adaptif dalam jangka pendek, apabila stres berlanjut maka respon ini
dapat merusak, yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

2.6 Tanda dan gejala kecukupan oksigen


1. HIPOKSIA
Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah
tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memedai. Hipoksia yaitu
kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat
pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma,
bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan
segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali. Hipoksia mengacu
pada insufisiensi O2 di tingkat sel.
 Etiologi
Hipoksia dapat terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan akibatnya
sel-sel tidak cukup memperoleh oksigen sehingga metabolisme sel akan
terganggu. Hipoksia dapat disebabkan karena:
(1) oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa
karena kekurangan oksigen dalam atmosfer atau karena hipoventilasi
(gangguan syaraf otot),

12
(2) penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas
atau compliance paru menurun. Rasio ventilasi –perfusi tidak sama (termasuk
peningkatan ruang rugi fisiologik dan shunt fisiologik). Berkurangnya
membran difusi respirasi,
(3) shunt vena ke arteri (shunt dari “kanan ke kiri’ pada jaringan),
(4) transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memedai (inadekuat). Hal ini
terjadi pada anemia, penurunan sirekulasi umum, penurunan sirkulasi lokal
(perifer, serebral, pembuluh darah jantung), edem jaringan,
(5) pemakaian oksigen yang tidak memedai pada jaringan, misal pada
keracunan enzim sel, kekurangan enzim sel karena defisiensi vitamin B.
Gagal pernapasan dapat akut dapat didefinisikan sebagai kurangnya PO2 dari
50 mmHg dengan atau tanpa PCO2 lebih dari 50 mmHg. Hipoksia dapat
disebabkan oleh gagal kardiovaskuler misalnya syok, hemoglobin abnormal,
penyakit jantung, hipoventilasi alveolar, lesi pirau, masalah difusi, abnormalitas
ventilasi-perfusi, pengaruh kimia misal karbonmonoksida, ketinggian, faktor
jaringan lokal misal peningkatan kebutuhan metabolisme, dimana hipoksia dapat
menimbulkan efek-efek pada metabolisme jaringan yang selanjutnya
menyebabkan asidosis jaringan dan mengakibatkan efek-efek pada tanda vital dan
efek pada tingkat kesadaran. Gagal napas selalu disertai hipoksia. Beberapa kasus
umum gagal pernapasan adalah:
(1) syaraf pusat, segala sesuatu yang menimbulkan depresi pada pusat napas akan
menimbulkan gangguan napas misalnya obat-obatan(anestesia, narkotik,
tranquiliser),trauma kepala, radang otak, strok, neoplasma.
(2) syaraf tepi:
a. Jalan napas, sumbatan jalan napas akan menganggu ventilasi dan
oksigenasi, tetapi setelah sumbatan jalan napas bebas masih tetap ada
gangguan ventilasi maka harus di cari penyebab yang lain.
b. Paru, kelainan di paru seperti radang, aspirasi, atelektasis, edem, contusio,
dapat menyebabkan gangguan napas.

13
c. Rongga pleura, normalnya rongga pleura kosong dan bertekanan negatif,
tetapi biula sesuatu yang menyebabkan tekanan menjadi positif seperti udara
(pneumothorak), cairan (fluidothorak), darah (hemothorak) maka paru dapat
terdesak dan timbul gangguan napas.
d. Dinding dada, patah tulang iga yang multipel apalagi segmental akan
menyebabkan nyeri waktu inspirasi dan terjadinya flail chest sehingga terjadi
hipoventilasi sampai atelektasis paru, scleroderma, kyphoscoliosis.
e. Otot napas, otot inspirasi utama adalah diafragma dan interkostal eksternus.
Bila ada kelumpuhan otot-otot tersebut misal karena sisa obat pelumpuh otot,
myastenia gravis, akan menyebabkan gangguan napas. Tekanan intra
abdominal yang tinggi akan menghambat gerak diafragma.
f. Syaraf, kelumpuhan atau menurunnya fungsi syaraf yang mengnervasi otot
interkostal dan diafragma akan menurunkan kemampuan inspirasi sehingga
terjadi hipoventilasi. Misalnya: Blok subarachnoid yang terlalu tinggi, cedera
tulang leher, Guillain Barre Syndrome, Poliomyelitis.
(3) Percabangan neuromuscular misalnaya otot yang relaksasi, keracunan
organophospat.
(4) Post operasi misal bedah thorak, bedah abdomen. Dalam anestesi, gagal
pernapasan/sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh tindakan operasi itu
sendiri misalnya karena obat pelumpuh otot, karena muntahan,/lendir, suatu
penyakit,(koma, stroke, radang otak), trauma/kecelakaan (trauma maksilofasial,
trauma kepala, keracunan).

 Gejala hipoksia
Gejala-gejala hipoksia umum tergantung pada tingkat keparahan dan
percepatan onset. Dalam kasus penyakit ketinggian, dimana hipoksia
mengembangkan secara bertahap, gejala-gejala termasuk sakit kepala, kelelahan,
sesak napas, perasaan euforia dan mual.

14
Pada hipoksia berat, atau hipoksia onset yang sangat cepat, perubahan tingkat
kesadaran, kejang, koma, priapisme, dan kematian terjadi. Parah hipoksia
menginduksi perubahan warna biru pada kulit, yang disebut sianosis.
Karena hemoglobin merah gelap bila tidak terikat untuk oksigen
(deoxyhemoglobin), yang bertentangan dengan warna merah kaya yang telah
ketika terikat oksigen (oksihemoglobin), jika dilihat melalui kulit ini memiliki
kecenderungan meningkat untuk memantulkan cahaya biru kembali ke mata.
Dalam kasus di mana oksigen dipindahkan oleh molekul lain, seperti karbon
monoksida, kulit mungkin muncul 'ceri merah' bukan cyanotic.
 Isyarat Hypoxia
Keluhan yang ditimbulkan hypoxia pada setiap orang tidak sama. Tapi ada
isyarat yang bisa dibaca sebagai pertanda gejala tubuh mulai kekurangan O2 :
 Sulit konsentrasi
 Mudah lelah, letih dan tidak bersemangat
 Daya tahan tubuh rendah
 Sering terserang nyeri dan pegal linu
 Rambut rontok
 Kegemukan
 Merasa kembung setelah makan
 Infeksi jamur
 Sinusitis
 Diare atau sembelit
 Tekanan darah tidak stabil
2. HIPOKAPNIA
CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. PCO2 arteri di bawah
normal, ditimbulkan oleh hiperventilasi. Pada hipokapnia menyebabkan
jumlah H+ yang dihasilkan melalui pembentukan asam karbonat berkurang.

15
Keadaan alkalotik (kurang asam dibandingkan normal ) yang terjadi disebut

alkalosis respiratorik
3. HIPERKAPNIA
Hiperkapnia yaitu kelebihan CO2 dalam darah arteri. Hal ini
disebabkan oleh hipoventilasi Beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan
hiperkapnia adalah:
Drive respiratori yang insufisien, defek ventilatori pump, beban kerja
yang sedemikian besar sehingga terjadi kecapaian pada otot pernafasan dan
penyakit intrinsik paru dengan ketidakseimbangan V/Q yang berat. Keadaan
hiperkapnia hampir selalu merupakan indikasi adanya insufisiensi atau gagal
nafas.
PaCO2 = k X VCO2 / VA
Meningkatnya VCO2 dapat disebabkan oleh febris, kejang, agitasi atau faktor
lainnya. Keadaan ini biasanya terkompensasi dengan meningkatnya VA
secara cepat. Hiperkapnia terjadi hanya apabila VA meningkatnya sedikit.
Hiperkapnia dapat menyebabkan asidemia. Menurunnya pH otak yang akut
meningkatkandrive ventilasi. Dengan berjalannya waktu, kapasitas bufer di
otak meningkat, dan akhirnya terjadi penumpulan terhadap rangsangan
turunnya pH di otak dengan akibatnyadrive tersebut akan menurun. Efek
hiperkapnia akut kurang dapat ditoleransi daripada yang kronis, yaitu berupa
gangguan sensorium dan gangguan personalia yang ringan, nyeri kepala,
sampai konfusi dan narkosis. Hiperkapnia juga menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Asidemia yang
terjadi bila hebat (pH< 7,3) menyebabkan vasokonstriksi arteriolar paru,
dilatasi vaskuler sistemik, kontraktilitas miokard menurun, hiperkalemia,
hipotensi dan kepekaan jantung meningkat sehingga dapat terjadi aritmia yang
mengancam nyawa.

4. HIPOVENTILASI

16
Hipoventilasi adalah kurangnya ventilasi dibandingkan dengan
kebutuhan metabolik, sehingga terjadi peningkatan PCO2 dan asidosis
respiratorik. Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling
sering. Selain meningkatnya PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yasng
sebanding dengan kemampuan bufer jaringan dan ginjal. Menurunnya VA,
pertama dapat disebabkan oleh karena menurunnya faktor minute ventilation
(VE) yang sering disebut sebagai hipoventilasi global atau kedua, karena
meningkatnya dead space (VD). Penyebab hipoventilasi global adalah
overdosis obat yang menekan pusat pernafasan.

Dead space (VD). Terjadi apabila daerah paru mengalami ventilasi


dengan baik, tetapi perfusinya kurang, atau pada daerah yang perfusinya baik
tetapi mendapat ventilasi dengan gas yang mengandung banyak CO2 Dead
space kurang mampu untuk eliminasi CO2. Dead space yang meningkat akan
menyebabkan hiperkapnia.

Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih
kecil dari CO2 yang dihasilkan oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan
kadar CO2 dalam darah (hiperkapnia). Hiperkapnia menyebabkan
peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan peningkatan
pembentukan H+ yang akan menimbulkan keadaan asam yang disebut
asidosis respiratorik.
Hipoventilasi akan menyebabkan PAO2 dan PaO2 menurun. Bila
pertukaran gas intrapulmonal tidak terganggu, penurunan PaO2 sesuai dengan
menurunnya PAO2.

Penyebab Gagal Nafas.


Gagal nafas (yang menyebabkan hipoksemia dan atau hiperkapnia),
dapat juga disebabkan karena obstruksi saluran nafas, disfungsi parenkim paru
dan ventilatory pump failure. Supaya pernafasan menjadi efektif, perlu
tekanan intrapleura yang negatif, dan keadaan ini dihasilkan oleh kerja otot

17
nafas dengan iga. Kegagalan ventilatory pump dapat disebabkan oleh
disfungsi pusat nafas, disfungsi otot nafas atau kelainan struktur dinding dada.
Anatomi saluran nafas dan parenkim parunya mungkin normal. Kifosis dan
flail chest adalah contoh kelainan perubahan struktur dinding dada yang
menyebabkan kontraksi otot nafas dan pembuatan tekanan pleura menjadi
inefisien.
Hipoventilasi juga dapat terjadi apabila otot inspirasi diafragma dan
iga dinding toraks berkontraksi secara asinkron (pada paralisis diafragma,
kuadriplegia, stroke akut). Sebagai penyebab utama disfungsi pump
pernafasan adalah kekuatan otot yang menurun. Ketahanan serabut otot
ditentukan oleh keseimbangan antara suplai nutrisi dengan kebutuhannya.
Otot pernafasan yang kekurangan nutrisi bekerjanya menjadi inefisien dan
lelah.
Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran
darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli,
obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
5. HIPERVENTILASI
Hiperventilasi (hyperventilation) adalah keadaan napas yang
berlebihan akibat kecemasan yang mungkin disertai dengan histeria atu
serangan panik dan peningkatan ventilasi paru melebihi kebutuhan metabolik,
menyebabkan penurunan PCO2 dan alkalosis respiratorik. Keadaan ini terjadi
apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih besar dari CO2 yang dihasilkan
oleh jaringan sehingga akan terjadi penurunan kadar CO2 dalam darah.
Hiperventilasi dapat dipicu oleh keadaan cemas, demam dan keracunan
aspirin. Hiperventilasi menyebabkan hipokapnia (PCO2 arteri di bawah
normal karena PCO2 dipengaruhi oleh jumlah CO2 yang larut dalam darah).
Pada hipokapnia jumlah H+ yang dihasilkan melalu pembentukan asam
karbonat berkurang. Keadaan ini sering disebut dengan alkalosis respiratorik.

18
2.7 Perubahan fungsi pernafasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-
paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena:
 Kecemasan
 Infeksi/sepsis
 Keracunan obat-obatan
 Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takiradia, nafas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinittus.
6. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi karena ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelectasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
7. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 selular akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat selular.
Hipoksia dapat disebabkan oleh:
 Menurunnya hemoglobin
 Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
 Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 se dalam seperti pada
keracunan sianida
 Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia

19
 Menurunnya perfusi jaringan seperti syokKerusakan/gangguan
ventilasi.
Tanda tanda hipoksia antara lain: kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak nafas, dan clubbing.
2.8 Konsep asuhan keperawatan pada gangguan oksigenasi
Pengkajian
Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang
dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan system pernafasan
klien, meliputi:
1. Anamnesa
Anamnesa merupakan teknik memperoleh suatu informasi atau data
tentang kesehatan pasien melalui wawancara antara perawat dengan petugas
kesehatan dengan pasien atau orang lain yang mengetahui kondisi pasien.
Dalam anamnesa, informasi yang perlu didapatkan adalah:
a. Biodata pasien
Biodata pasien yang perlu dikaji dalam anamnesa meliputi nama
pasien, umur pasien, jenis kelamin, usia, alamat lengkap, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, agama dan suku bangsa.
b. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan
gangguan system pernafasan, penting untuk mengetahui tanda serta
gejalanya. Termasuk dalam keluhan utama pada gangguan system
pernafasan yaitu batuk, sesak nafas, dan nyeri dada. Keluhan utama
adalah keluhan yang dirasakan sangat mengganggu kondisi pasien
yang mendorong pasien untuk datang menemui layanan kesehatan.
c. Riwayat penyakit saat ini

20
Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada system pernafasan seperti
menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan
sehingga klien meminta pertolongan. Data ini terdiri dari 4 komponen,
antara lain: kronologi penyakit, gambaran dan deskripsi keluhan
utama, keluhan penyerta dan usaha berobat.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang dialami klien sebelumnya.
Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit
apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan system
pernafasan merupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu
dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan
seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang
lama, dan batuk darah dari generasi terdahulu.
f. Riwayat pekejaan dan gaya hidup
Perawat juga harus menanyakan situasi tempat kerja dan
lingkungannya. Kebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup
misalnya minum alcohol, atau obat tertentu.
2. Pengkajian fisik (Head to toe)
a. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang harus dilakukan oleh perawat adalah sebagai
berikut (Irman Somantri, 2007):
1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus
dalam keadaan duduk.
2) Data diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah.

21
4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar,
lesi, dan massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, scoliosis,
dan lordosis).
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
6) Observasi tipe pernafasan seperti: pernafasan hidung, diafragma
serta pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan
ekspirasi. Normalnya adalah 1:2.
8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter AP dengan lateral.
Rationya berkisar 1:2 sampai 5:7, tergantung kondisi cairan tubuh
pasien.
9) Kelianan bentuk dada, yang meliputi Barrel chest, funnel chest,
pigeon chest, kyposkoliosis.
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada.
11) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama inspirasi
yang dapat mengindikasikan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari, leher, dada dan
abdomen. Jari tubuh atau clubbing of finger bisa didapatkan pada
pasien dengan kanker paru, abses paru, empisema dan bronkietasis.
Tekanan vena jugularis (JVP) diperlukan untuk mengetahui tekanan
pada atrium kanan. Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan
apakah trakea tetap ditengah ataukah bergeser ke samping, apakah ada
benjolan nodus limfe. Pemeriksaan palpasi dada akan memberikan
informasi tentang penonjolan di dinding dada, nyeri tekan, gerakan
pernafasan yang simetris, serjat ekspansi dada, dan untuk menetukan
taktil vocal fremitus. Pemerikasaan gerak dada dilakukan dengan cara
meletakan kedua telapak tangan secara simetris pada punggung. Kedua

22
ibu jari diletakkan ke samping linea vertebralis, lalu pasien diminta
inspirasi dalam. Jika gerakan dada tidak simetris, jarak ibu jari kana
dan kiri akan berbeda. (Darmanto, 2009)
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonanti pulmonary,
organ yang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis, yaitu normal dan abnormal.
(Mutttaqin Arif,___)
1) Suara normal
Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal umumnya
bergaung dan bernada rendah
Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru.
Tympany: dihasilkan diatas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
2) Suara Abnormal
Hiperresonan: bergaung lebih rendah dan timbul pada bagian
paru yang abnormal berisi udara.
Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat di dengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup
mendengarkan suara nafas normal dan suara nafas tambahan
(abnormal). Suara nafas normal dihasilkan dari getara udara ketika
melalui jalan nafas dari larig ke alveoli dan bersifat bersih.
1) Suara normal
Bronkial: suaranya terdengar keras, nyaring, dan hembusannya
lembut. Fase ekspirasinya lebih lama daripada inspirasi dan tidak
ada jeda di antara keduanya.

23
Bronkovesikular: gabungan suara nafas bronkial dan vesicular.
Suaranya terdengar nyaring dan intensitasnya sedang. Inspirasi dan
ekspirasi sama panjangnya.
Vesikular: terdengar lembut, halus, dan seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan.
2) Suara abnormal
Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musical, suara terus menerus.
Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, suaranya
terdengar pelan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan produksi sputum.
Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari
inflamasi daerah pleura. Pasien akan mengalami nyeri saat
bernafas.
Crackles: dibagi menjadi dua yaitu crackles halus dan kasar.

Berikut adalah data hasil pemeriksaan fisik yang akan ditemukan


pada pasien dengnan gangguan pemenuhan kebetuhan oksigenasi yaitu:

b. Mata
 Konjungtiva pucat(karena anemia).
 Konjungtiva sianosis(karena hipoksemia).
 Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak
atau endocarditis).
b. Kulit
 Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya
aliran darah perifer).

24
 Sianosis secara umum (hipoksemia)
 Penurunan turgor (dehidrasi).
 Edema
 Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
 Sianosis
 Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
 Membrane mukosa sianosis
 Bernafas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
 Pernafasan dengan cuping hidung
f. Vena leher
 Adanya distensi/bendungan.
g. Dada
 Retraksi otot bantu pernafasn ( karena peningkatan
aktivitas pernafasn, dyspnea, atau obstruksi jala
pernafasan).
 Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada
kanan
 Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena
udara/suara melewati saluran/rongga pernafasan).
 Suara nafas tidak normal (creckler/rales, ronkhi,
wheezing, friction rub/ plural friction).
 Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness).
h. Pola pernafasan
 Pernafasan normal (eupnea)
 Pernafasan cepat (tachypnea)

25
 Pernafasan lambat (bradynea).
3. Pemeriksaan diagnostic
Prosedur diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
system pernafasan dibagi ke dalam 2 metode, yaitu:
a. Metode morfologis, diantaranya adalah teknik radiologi yang meliputi
radiografi dada rutin, tomografi computer (CT scan), pencitraan
resonansi magnetic (MRI), ultrasound, angiografi pembuluh paru dan
pemindahan paru, endoskopi, pemeriksaan biopsy dan sputum.
b. Metode fisiologis misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi
ventilasi.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan agar dapat mempermudah pembaca
dalam mengerti dan memahami tentang oksigenasi,faktor-faktor yang mempengaruhi
oksigenasi serta bagaimana cara perhitungan kebutuhan oksigenasi,sehingga dapat
menambah pengetahuan mengenai oksigenasi.

27
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

Djojodibroto, darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran (EGC).

Muttaqin, Arif._____. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2007. Keperwatan Medikal Bedah: Asuhan keperawatan pada


Pasien Dengan gangguan system pernafasan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

28

Anda mungkin juga menyukai