Abses DR DE
Abses DR DE
ABSES
Disusun oleh:
Pembimbing:
1
I. DEFINISI
2
II. Klasifikasi Abses
1. Abses Septic
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali
dengan proses yang disebut peradangan. Awalnya, seperti bakteri
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, beberapa kejadian terjadi:
Darah mengalir ke daerah meningkat.
Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah.
Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan
lainnya.
Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas
kimia.
3
Keempat tanda-panas, bengkak, kemerahan, dan sakit-ciri peradangan.
Ketika proses berlangsung, jaringan mulai berubah menjadi cair, dan
bentuk-bentuk abses. Ini adalah sifat abses menyebar sebagai pencernaan
kimia cair lebih banyak dan lebih jaringan. Selanjutnya, penyebaran
mengikuti jalur yang paling resistensi, umum, jaringan yang paling
mudah dicerna. Sebuah contoh yang baik adalah abses tepat di bawah
kulit. Paling mudah segera berlanjut di sepanjang bawah permukaan
daripada bepergian melalui lapisan terluar atau bawah melalui struktur
yang lebih dalam di mana ia bisa menguras isi yang beracun. Isi abses
juga dapat bocor ke sirkulasi umum dan menghasilkan gejala seperti
infeksi lainnya. Ini termasuk menggigil, demam, sakit, dan
ketidaknyamanan umum.
2. Abses Steril
1. Abses Ginjal
4
2. Abses Perimandibular
Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan
abses menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada
penderita tuberkulosis tulang, persendian atau kelenjar limfa akibat
perkijuan yang luas.
5
6. Abses hati
III. Etiologi
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya
abses.
6
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
IV. Patofisiologi
Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang
berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang
merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam
rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel
darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga
tersebut.
V. Manifestasi Klinis
7
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung
kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya
bisa berupa:
Nyeri
Nyeri tekan
Teraba hangat
Pembengakakan
Kemerahan
Demam
8
VI. Pemeriksaan Diagnostik
VII. Komplikasi
9
biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan
pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang
keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang
kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan
terakhir yang perlu dilakukan.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin
sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus
resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik
biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat
melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan doxycycline.
10
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan, 25 – 49, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
Underwood, JCE. 2000. Patologi umum dan sistemik vol 2. 2nd ed. Jakarta: EGC
11