Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,
disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa
non migas bagi Indonesia, sehingga memilikiprospek yang cerah. Upaya
peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidaya dan pasca panen .
Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik danmenghasilkan lateks
yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang
diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak
sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi
rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim
tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam
di Sumatera Utara dan Kalimantan.
Luas areal perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta
hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan
hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik negara.
2 Budidaya dan Pasca Panen KARET Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun
2010, perma-salahan karet Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu
karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran
produksi karet rakyat hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn.
Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagai produsen karet alam dunia
masih dapat diraih kembalidengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca
panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat ditingkatkan
secara optimal. Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet
sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki karakteristik yang berbeda,
sehingga keberadaannya saling melengkapi. Saat ini karet yang digunakan di
Industri terdiri dari karet alam dan karet sintetis. Adapun kelebihan yang dimiliki
karet alam adalah:

1
a) memiliki daya lenting dan daya elastisitas yang tinggi,
b) memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya
mudah
c) mempunyai daya aus yang tinggi
d) tidak mudah panas (low heat build up) dan memilikidaya tahan yang
tinggi terhadap keretakan (groovecracking resistance).
Selanjutnya karet sintetis memiliki kelebihan tahanterhadap berbagai zat
kimia. Karet sintetis dibuat denganmengandalkan bahan baku minyak
bumi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah tanaman Karet?
2. Bagaimana botani tanaman Karet?
3. Bagaimana syarat tumbuh tanaman Karet?
4. Bagaimana cara budidaya tanaman Karet ?

1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk informasi dan menambah wawasan tentnag
tanaman karet dari segala aspek pertumbuhannya mulai dari syarat tumbuh,
pemupukan, carabudidaya, dan cara pemamanenan tanaman karet

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)


Tanaman karet (Hevea basilensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman
karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti : Amerika
Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaat
lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak
dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-
satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Budiman, 2012).
Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1864 pada
masa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.
Selanjutnya dilakukan pengembangan karet kebeberapa daerah sebagai tanaman
perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji
coba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang
pertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica
tau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di Sumatera
bagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim Penebar
Swadaya, 2008).

2.2 Klasifikasi Taksonomi dan Botani Tanaman Karet (Hevea


brasiliensis)
Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
Morfologi tanaman karet menurut Syamsulbahri (1996) adalah sebagai
berikut :

3
a. Akar
Tanaman karet termasuk ke dalam kelas Dycotyledonae. Oleh karena itu
akar tanaman karet berupa akar tunggang dengan sistem perakaran padat atau
kompak.
b. Batang
Batang umumnya bulat atau silindris yang tumbuh lurus dengan
percabangan di bagian atas. Batang mengandung getah atau lateks. Karet yang
dibudidayakan umumnya memiliki ketinggian antara 10 – 20 m.
c. Daun
Daun karet berupa daun trifoliata dan berwarna hijau. Anak daun
berbentuk elips dengan bagian ujung runcing. Tangkai daun panjang dengan serat
daun yang tampak jelas dan kasar.
d. Bunga
Bunga karet merupakan bunga monoecious. Bunganya muncul dari ketiak
daun (Axillary), individu bunga bertangkai pendek dengan bunga betina terletak
di ujung. Proporsi bunga jantan lebih banyak di bandingkan bunga betina.
e. Buah dan biji
Buah umumnya memiliki tiga buah ruang bakal biji. Buah yang sudah
masak akan pecah dengan sendirinya. Biji berwarna coklat kehitaman dengan pola
bercak-bercak yang khas. Tanaman dewasa dapat menghasilkan sekitar 2.000 biji
per tahun.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Karet


Daerah pertanaman karet yang ideal terletak antara 15 o LU – 10o LS.
Sekalipun demikian, pada umumnya produksi maksimum lateks dapat tercapai
apabila ditanam pada lokasi yang semakin mendekati garis khatulistiwa (5-6o
LU/LS).
a. Iklim
Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama brasil yang
beriklim tropis, maka karet cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya.
Tanaman karet, tanaman rendah tropis dan tumbuh yang tercepat di temukan pada
letak ketinggian dari 200 m. Iklim merupakan faktor yang paling berpengaruh dari
unsur iklim yang banyak diselidiki dan diketahui pengaruhnya adalah curah hujan

4
dan suhu (temperatur). Kelompok iklim yang digunakan adalah atas dasar sistem
klasifikasi tipe curah hujan dari schnidt dan ferguson :
 Tipe A : Sangat cocok
 Tipe B : cukup, sesuai
 Tipe C : Kurang sesuai
 Tipe D: tidak sesuai
b. Curah Hujan
Tanaman karet menghendaki daerah dengan curah hujan antara 1.500-
4.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan terbagi antara 100-150 per
hari hujan dengan type iklim A-C dan daerah-daerah yang sering mengalami
hujan pada pagi hari akan mempengaruhi produksi.
c. Temperatur
Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 250-300 C. apabila
dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 200 C, maka
tanaman karet tidak cocok ditanam didaerah tersebut. Walaupun demikian, di
daerah yang suhunya lebih tinggi, tanaman karet juga relative tidak sesuai.
d. Intensitas Sinar Matahari
Intensitas sinar matahari adalah hal yang sangat dibutuhkan tanaman karet
dan sulit untuk ditawar. Bila terjadi penyimpangan terhadap faktor ini, maka
mengakibatkan turunnya produktivitas Di negara-negara tropis sinar matahari
yang cukup melimpah merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet.
Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang
cukup, paling tidak selama 5-7 jam/hari.

2.4 Bahan Tanam


Menurut Budiman (2012) karet sangat toleran terhadap kemasaman
tanahtanpa memandang jenis-jenis tanah, dapat tumbuh antar 3,5-7,0. Untuk
pHoptimum harus disesuaikan dengan jenis tanah, misalnya pada red basaltic soil
pH4-6 sangat baik bagi pertumbuhan karet. Selain jenis tanah, klonpun
turutmemegang peranan penting dalam menentukan pH optimum. Sebagai contoh
padared basaltic soil PR 107 dan GT 1 tumbuh baik pada pH 4,5 dan 5,5. Sifat-
sifattanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut:
1. Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, dan tidak terdapat batu-batuan.

5
2. Aerase dan drainase baik.
3. Remah, porus dan dapat menahan air.
4. Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir.
5. Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm
6. Kandungan unsure hara N, P dan K cukup dan tidak kekurangan unsure mikro
7. Kemiringan tidak lebih dari 16%
8. Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm

2.5 Pemeliharaan Tanaman


a. Pembuangan Tunas Palsu
Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini
banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum
mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil. Pemotongan tunas
palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang ditinggalkan
dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas
palsu ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.
b. Pembuangan Tunas Cabang
Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada
ketinggian sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah. Pemotongan tunas cabang
dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar
dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati.
c. Perangsangan Percabangan
Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting,
untuk menghindari kerusakan oleh angin. Perangsangan percabangan perlu
dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan (GT-1, RRIM-600),
sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan
mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan. Untuk perangsangan cabang
ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung tunas,
penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan
batang.

6
2.6 Panen (Penyadapan)
Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi
bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan
okulasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:
a. Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm agar penyadapan dapat dilakukan 25 – 30
tahun..
b. Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.
c. Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi.
d. Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka
waktu tertentu.
Panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3
hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1
kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Untuk mengoptimalkan
pendapatan usaha perkebunan karet, telah ditemukan beberapa klon karet yang
unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu. Tanaman karet siap disadap pada
umur sekitar 5 - 6 tahun. Pengukuran lilit batang pohon karet dinyatakan matang
sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur
pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untuk tanaman okulasi.
Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas yang
relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya.
Tinggi bukaan sadap pada tanaman okulasi adalah 130 cm di atas
pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit
batang untuk penentuan matang sadap. Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke
kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang
paling baik berkisar antara 3000 – 4000 terhadap bidang datar untuk bidang sadap
bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan
sebesar 450. Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral
atau lingkaran batang).

7
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili
EuphorbiaceaKaret merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting
sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memilikiprospek yang
cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen .Agar tanaman karet
dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu
diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini.
Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya
maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.untuk hal itu diperukanya teknik
budidaya yang tepat dan dilakukan secara benar.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalah dalam melakukan penuliasan ini, maka dari itu penulis memerlukan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi. Semoga makalah ini bermanfaa bagi pembaca. Amiin

8
DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1981. Penyadapan Tanaman Karet, Seri


Pedoman No.1.
Balai Penelitian Perkebunan Getas, Seri Buku Saku 01, 2007, Seri Buku Saku 02,
2007, Seri Buku Saku 03, 2007, Seri Buku Saku 04, 2007, dan Seri Buku
Saku 05. 2007.
Chairil Anwar, 2007. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah
disampaikan pada Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet, 18 Mei
2006. Jakarta.
Didit Heru Setiawan`dan Andoko Agus, 2008. Petunjuk Lengkap Budi Daya
Karet, PT Agro Media Pustaka, Jakarta.
Ilahang, Budi, G. Wibawa, L. Joshi. 2006. Status dan Pengendalian Penyakit
Jamur Akar Putih pada Sistem Wanatani Berbasis Karet Unggul di
Kalbar. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Jamur Akar
Putih, Pontianak.
Island Boerhendy. 2010. Manajemen dan TeknologiBudidaya Tanaman Karet,
Balai Penelitian Sembawa. Puslitbang Tanaman Industri. 1998.
Peremajaan, Rehabilitasi dan Diversifikasi Usaha Tani Karet, 1998
Rosyid, Jahidin. 1994. Pola Tanam Perkebunan Karet Rakyat, Palembang, Balai
Penelitian Sembawa.
Tim Penulis PS, 1991 dan 1999. Karet, Strategi Pemasaran,, Budidaya dan
Pengolahan, Jakarta. Penebar Swadaya.
Tim Penulis PS, 2009. Panduan Lengkap Karet, Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai