Anda di halaman 1dari 9

HALITOSIS YANG DISEBABKAN OLEH DIABETES MELITUS

(HALITOSIS CAUSED BY DIABETES MELLITUS)

HARRY KURNIA

190600177

Fakultas Kedokteran Gigi,Sumatera Utara

Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

E-mail:harrykurnia9@gmail.com

Abstract

Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by a chronic hyperglycemic condition


resulting from defects in insulin secretion, insulin action or both. Diabetes related halitosis has
two main causes: Ketones and periodontal disease. The deficiency in or the lack of action of
insulin leads to uncontrolled lipolysis and elevated levels of free fatty acids in the plasma. This
loss of proper regulation may result in the formation of ketones, Used for energy production. A
spontaneous breakdown product of the ketones is the acetone that is exhaled by the lungs, Which
gives a distinctive odor to the breath, which has been described as “rotten apple”. Diabetes
mellitus may also raise glucose levels in mouth, Promoting bacteria growth which can lead to
periodontal disease
Keywords: Diabetes mellitus, Halitosis, Insulin, Ketones, Periodontal disease.

Abstrak

Diabetes mellitus adalah kelainan metabolisme yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik
kronis akibat efek sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Diabetes dapat menyebabkan
halitosis karena dua faktor utama yaitu keton dan penyakit periodontal. Kekurangan atau
kurangnya aksi insulin menyebabkan lipolisis yang tidak terkontrol dan peningkatan kadar asam
lemak bebas dalam plasma. Hilangnya regulasi yang tepat dapat mengakibatkan pembentukan
keton, Digunakan untuk produksi energi. Produk pemecahan spontan keton adalah aseton yang
dikeluarkan oleh paru-paru, yang memberikan bau khas pada napas, yang telah digambarkan
sebagai "apel busuk". Diabetes mellitus juga dapat meningkatkan kadar glukosa di mulut,
Mempromosikan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit periodontal.
Kata kunci: Diabetes melitus, Halitosis, Insulin, Keton, Penyakit periodontal
1
PENDAHULUAN

Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penyandang DM, Sedangkan urutan diatasnya
yaitu India, China dan Amerika Serikat. Perubahan perilaku manusia dan pola hidup yang
berubah pada akhir-akhir ini ikut berperan dalam peningkatan dan kejadian diabetes melitus di
dunia. Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dimana pankreas penderita diabetes
melitus tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh penderita tidak dapat menggunakan
insulin secara efektif. Peran insulin di dalam tubuh antara lain adalah mengatur kadar gula darah
agar tetap dalam rentang nilai normal. Karena tubuh tidak memiliki insulin yang cukup maka
terjadilah peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia).Diabetes melitus
dikenal sebagai silent killer karena pada umumnya penderita diabetes melitus baru menyadari
penyakitnya setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh. Penderita diabetes melitus akan
di temukan dengan berbagai gejala seperti poliuria (banyak berkemih), Polidipsia (banyak
minum), Polifagia (banyak makan) tetapi memiliki postur tubuh kurus.3,5

Klasifikasi utama DM yaitu insulin dependent diabetes melitus (IDDM/DM tipe 1) dan
non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM/DM tipe 2) Diabetes melitus tipe 1 sering
disebut juvenline onset lebih banyak menyerang orang dibawah 20 tahun sedangkan diabetes
melitus tipe 2 sering disebut adult onset lebih cenderung menyerang orang usia 35 tahun ke
atas.Diabetes tipe 1 dan tipe 2 sama- sama mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa dalam
darah tetapi diabetes melitus tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes.3,5

Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh proses autoimun pada sel beta pankreas yang
memiliki tugas memproduksi insulin sehingga produksi insulin menjadi terganggu atau bahkan
berhenti.Pada diabetes melitus tipe 2 pankreas penderita tetap memproduksi insulin tetapi
insulin yang diproduksi jumlahnya tidak memadai atau jumlahnya normal tetapi sel tubuh tidak
dapat menggunakannya secara efektif untuk mengubah glukosa menjadi energi kondisi ini
disebut juga resistensi insulin.Pada umumnya penyebab resistensi insulin adalah obesitas atau
kelebihan berat badan.5

2
MEKANISME TERJADINYA HALITOSIS YANG DISEBABKAN DIABETES
MELITUS

Halitosis berasal dari bahasa Latin, halitus (nafas) dan osis (keadaan) yang diartikan
sebagai bau nafas tak sedap yang keluar dari mulut.Halitosis mempunyai nama lain mouth odor,
bad breath, oral malodor, fetor oris, dan fetor ex ore. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
halitosis menempati urutan ketiga penyebab sesorang datang ke dokter gigi setelah penyakit gigi
dan masalah estetis gigi. Halitosis adalah suatu kecacatan sosial yang serius bagi penderitanya
yang disebabkan oleh multi faktorial. Penyebab halitosis biasanya karena kebersihan mulut yang
buruk, karies yang dalam, penyakit periodontal, infeksi rongga mulut, mulut kering,
mengonsumsi rokok, ulserasi mukosa, perikoronitis, sisa makanan dalam mulut serta tongue
coating. Halitosis bukanlah sejenis penyakit, halitosis hanya gejala dari suatu kelainan atau
penyakit yang tidak disadari akan tetapi halitosis dapat berdampak terhadap pekerjaan,kehidupan
perkawinan,maupun rasa percaya dirinya. Halitosis berasal dari sulfur berbentuk gas Volatile
Sulfur Compound atau VSC yang mudah menguap, Bebasnya Volatile Sulfur Compound (VSC)
disebabkan oleh aktifitas pembusukan dari mikroorganisme gram negatif. VSC merupakan
komponen penting penyebab bau mulut yang terbentuk akibat gas berbau yang keluar dari
rongga mulut misalnya seperti hidrogen sulfide (H2S), metil merkaptan (CH3SH), dan dimetil
sulfida (CH3)2S. Hidrogen sulfide dan metil merkaptan lebih banyak berperan dalam penyebab
bau mulut sedangkat dimetil sulfida berperan lebih sedikit. Gas ini lebih dikenal sebagai
belerang. Konsentrasi halitosis dapat meningkatan karena adanya inflamasi dalam rongga mulut,
poket yang dalam,pendarahan, apalagi dengan pendarahan spontan dapat meningkatkan
konsentrasi VSC dalam mulut sehingga dapat menimbulkan halitosis.Halitosis sering
dihubungkan dengan penyakit gigi dan jaringan sekitarnya seperti karies gigi, Ganggren pulpa,
Gingivitis, Periodontitis, Stomatitis, Glositis dan kanker rongga mulut,semua penyakit ini dapat
menimbulkan halitosis patologis atau halitosis yang disebabkan oleh penyakit. Diabetes dapat
menyebabkan halitosis karena adanya kandungan keton yang tinggi pada darah dan penyakit
periodontal.1,6

KETON

Saat tubuh tidak dapat memproduksi insulin, Sel-sel tidak menerima glukosa yang
dibutuhkan untuk diubah menjadi energi. Maka tubuh akan membakar lemak sebagai pengganti

3
glukosa untuk diubah menjadi energi. Proses pembakaran lemak akan memproduksi keton,
Dimana terkandung dalam darah dan air seni. Keton juga dapat diproduksi saat sesorang
berpuasa atau sedang menjalani diet tinggi protein maupun diet rendah karbohidrat walaupun
tidak sebanyak orang yang mengalami diabetes.Kandungan keton yang tinggi memicu timbulnya
halitosis. Salah satu produk dari keton adalah aseton yang dikeluarkan melalui paru-paru.
Dimana hal tersebut menyebabkan bau khas pada nafas yang disebut rotten apples.2,7

Saat kandungan keton meningkat pada tingkatan yang berbahaya , Seseorang berada dalam
keadaan bahaya yang dinamakan Diabetic Ketoacidosis (DKA). Berikut adalah gejala-
gejalanya:8

-Nafas akan berbau manis atau berbau seperti buah

-Sering buang air kecil

-Dehidrasi

-Mual

-Muntah

-Sakit perut

-Kelelahan

-Sulit untuk bernapas

-Linglung/Kebingungan

Diabetic Ketoacidosis (DKA) merupakan salah satu komplikasi akut diabetes melitus
baik tipe 1 maupun tipe 2. Kondisi ini merupakan kondisi yang mengancam jiwa karena kadar
keton dan gula darah yang sangat tinggi dimana kombinasi itu membuat darah Anda terlalu asam
sehingga berdampak pada organ internal, seperti hati dan ginjal Anda. Ketoasidosis diabetik
dapat terjadi dengan sangat cepat, kurang dari 24 jam. Ketoasidosis dipicu oleh kurangnya
insulin sehingga gula darah tidak dapat dipecah menjadi energi oleh sel tubuh dalam proses

4
metabolisme. Akibatnya, tubuh mulai memecah lemak untuk digunakan sebagai energi dan
melepaskan keton ke aliran darah. Lepasnya keton ke dalam darah yang juga penuh mengandung
gula darah menyebabkan ketidakseimbangan kimiawi dalam darah yang disebut asidosis
metabolik. Ketoasidosis jarang terjadi pada orang tanpa diabetes, tetapi dapat terjadi pada kasus
kelaparan.7,8

PENYAKIT PERIODONTAL

Penyakit periodontal merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya halitosis karena
dapat menyebabkan peningkatan kadar gas VSC pada mulut. Penyakit periodontal adalah
penyakit kelompok kronis infeksi bakteri progresif sehingga terjadi peradangan dan kerusakan
jaringan pendukung gigi. Pada umumnya penyebab penyakit periodontal adalah plak. Bau mulut
merupakan tanda umum penyakit periodontal. Adapun tanda-tanda lain seperti gusi memerah,
Gusi berdarah, Gigi sensitif, Gusi surut.6,7

Apabila seorang penderita diabetes terkena penyakit periodontal, Mereka akan


membutuhkan waktu lebih lama dan sulit untuk pulih dibandingkan orang yang tidak terkena
diabetes. Menurut beberapa penelitian, Gingivitis dan periodontitis paling sering terlihat secara
klinis pada penderita diabetes melitus. Diabetes dapat berdampak pada pembuluh darah, Yang
dimana hal tersebut dapat mengurangi sirkulasi darah pada tubuh. Termasuk gusi dan apabila
gusi dan gigi tidak mendapatkan asupan darah yang semestinya maka akan menjadi lemah dan
lebih mudah terkena infeksi.7

PERIODONTITIS

Periodontitis terjadi karena masuknya kuman ke jaringan pendukung gigi bisa melalui
gusi atau melalui daerah apikal sebagai kelanjutan dari karies yang tidak dirawat. Terjadinya
peradangan pada jaringan penyangga gigi menyebabkan terbentuknya poket dan resesi gingival.
Poket merupakan ciri utama dari periodontitis. Poket ditandai dengan warna gingival menjadi
merah sampai kebiruan pada gingival tepi sampai gingival cekat. Bentuk tepi gingival membesar
dan membulat, Papilla interdental tumpul, Kadang timbul pendarahan pada gingival. Poket akan
pendarahan pada gingival akan meningkatkan konsentrasi VSC, karena protein yang berasal dari
sisa makanan dan sel darah yang mati pada poket, Oleh aktivitas bakteri dalam mulut terbentuk
gas VSC yang berbau tidak sedap dan menimbulkan halitosis.6
5
Diabetes melitus meningkatkan resiko dan tingkat keparahan periodontitis. Pada
penderita diabetes tipe 2 tidak terkontrol menunjukan peningkatan kehilangan tulang alveolar
lebih tinggi dibandingkan dengan terkontrol, Selama periode pengamatan dua tahun, kalyani
(2010). Oleh karena itu akan lebih dipahami hubungan dua arah antara diabetes melitus dan
periodontitis; diabetes sebagai faktor resiko untuk periodontitis, dan periodontitis sebagai tingkat
keparahan yang mungkin untuk diabetes.Terdapat pengaruh timbal balik antara diabetes dengan
periodontitis seperti:4

●Efek periodontitis pada diabetes:

-Penyakit periodontal dapat berdampak buruk pada pengaturan glukosa pada pasien diabetes

-Bakteri periodontal dapat menyebabkan produksi faktor-faktor pro inflamasi yang berlebihan
dari jaringan adiposa yang menyebabkan meningkatnya resistensi insulin.

-Peningkatan lebih lanjut dalam tingkat sistemik faktor-faktor pro-inflamasi dikaitkan dengan
respons inflamasi periodontal

●Efek Diabetes pada periodontitis:

-Diabetes adalah salah satu resiko penyebab periodontitis

-Penderita diabetes akan lebih rentan dan sering terkena periodontitis yang lebih agresif

-Saat diabetes, Jaringan adiposa menghasilkan faktor-faktor pro-inflamasi yang menyebabkan


kerusakan jaringan dan kehilangan tulang saat terjadi periodontitis.

6
GINGIVITIS

Dalam sebuah studi klasik diabetes dan gingivitis yang dilaporkan lebih dari 30 tahun
yang lalu, prevalensi peradangan gingiva lebih besar pada anak-anak dengan diabetes melitus
tipe 1 dibandingkan dengan anak-anak yang bukan penderita diabetes melitus yang memiliki
tingkatan plak pada gigi yang mirip. Timbulnya diabetes tipe 1 pada anak-anak telah dikaitkan
dengan peningkatan pendarahan gingiva, Sementara peningkatan kontrol kadar gula darah
setelah memulai terapi insulin mengakibatkan penurunan gingivitis. menggunakan protokol
gingivitis eksperimental, Sebuah studi longtudinal baru-baru ini menunjukkan peradangan
gingiva yang lebih cepat dan parah pada subjek dewasa dengan diabetes tipe 1 daripada pada
subjek kontrol tanpa diabetes, Meskipun karakteristik plak bakteri kualitatif dan kuantitatif
serupa, menunjukkan respons gingiva hiperinflamasi pada orang dengan diabetes.3

Gingivitis biasanya disebabkan oleh kondisi lokal maupun sistemik. Kondisi lokal
meliputi hygiene mulut yang buruk impaksi makanan dan iritasi lokal. Kondisi sistemik
dipengaruhi oleh perubahan hormonal dan pemberian obat-obatan seperti obat anti konvulsan
phenytoin dan derivatnya. Proses gingivitis biasanya diawali dengan adanya perubahan warna,
bentuk, ukuran konsentrasi dan karakteristik permukaan gingival. Rasa nyeri biasanya timbul
pada saat menyikat gigi dan kadang timbul pendarahan, Oleh karena itu penderita cenderung
menyikat lebih lembut dan lebih jarang sehingga plak akan lebih terakumulasi dan dapat
memperparah kondisi gingiva. Gingivitis dalam kondisi yang sudah parah dapat terjadi
pendarahan secara spontan sehingga akan menyebabkan halitosis yang berasal dari darah dan
akumulasi pada gingival dari sisa makanan yang mengandung protein dan adanya sel darah yang
mati pada gingival, akan meningkatkan kadar VSC, sehingga dapat menimbulkan halitosis.6

7
PENCEGAHAN HALITOSIS YANG DISEBABKAN OLEH DIABETES MELITUS

Berikut merupakan pencegahan bau mulut karena diabetes lainnya yang bisa di ikuti:7

 Sikat gigi paling sedikit dua kali dalam sehari.

 Lakukan flossing atau menggunakan benang untuk mengangkut sisa makanan di sela gigi

 Jangan lupa untuk menyikat atau membersihkan lidah Anda. Lidah merupakan salah satu
tempat berkembang biak utama untuk bakteri yang memicu napas bau.

 Minumlah air cukup dan jangan biarkan mulut atau tenggorokan jadi kering.

 Jaga kadar gula darah Anda dalam angka yang normal.

 Gunakan permen atau permen karet tanpa kandungan gula untuk merangsang air liur.

 Jika ingin makan atau minum yang manis-manis, gunakan pemanis rendah kalori.

 Kunjungi dokter gigi untuk mendapatkan perawatan lanjut. Pastikan dokter gigi tahu
Anda menderita diabetes.

 Jika Anda memakai gigi palsu, pastikan ukuran dan posisinya pas di mulut. Jangan lupa
untuk mencopot gigi palsu di malam hari saat mau tidur

 Jangan merokok

PEMBAHASAN

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang menyebabkan terjadinya kenaikan kadar
glukosa pada kandungan darah. Diabetes Melitus juga dapat memicu terjadinya halitosis.
Penyakit periodontal merupakan salah satu faktor diabetes melitus yang dapat memicu timbulnya
halitosis. Adapun penelitian yang menyatakan diabetes melitus dapat memperburuk penyakit
periodontal. Oleh karena itu, Pentingnya penderita diabetes melitus untuk menjaga pola

8
hidupnya dan mengunjungi dokter gigi untuk mendapat perawatan sehingga oral hygiene
penderita diabetes melitus tetap terjaga.

Refrensi

[1]Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi & Mulut Sehat.Medan.Medan: USU Press,2017:49-54.

[2]Ettinger SJ, Feldman EC, Cote E. Textbook of Veterinary Internal Medicine. 8th Edition.
Philedelpia: Saunders,2017: 588-95

[3]Madjid M, Sunarto H, Sukardi IA. Hubungan Kondisi Saliva dengan Status Periodontal pada
Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe. Dalam: Sukardi I,ed. The Third National Scientific
Seminar in Periodontics, Jakarta, 2014:167-73

[4]Wijayanto HD, Syaify A. Diabetes Mellitus Tipe II Dan Periodontitis. Dalam: Sukardi I, ed.
The Third National Scientific Seminar in Periodontics, Jakarta, 2014: 117-9

[5]Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta,
2014: 2-6

[6]Adnyani NP, Artawa MB. Pengaruh Penyakit Gigi dan Mulut Terhadap Halitosis. Jurnal
Kesehatan Gigi 2016;Vol 1,4:24-8

[7]Healthline. What Does Bad Breath Have to Do with Diabetes?.


https://www.healthline.com/health/diabetes/bad-breath (8 oktober 2019).

[8]Alodokter. Ketoasidosis diabetik. https://www.alodokter.com/ketoasidosis-diabetik (9 oktober


2019).

Anda mungkin juga menyukai