Anda di halaman 1dari 14

KONSEP MEDIS HEMOROID

A. DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran varises dari pada satu segmen atau lebih
hemoroidales (Lewis, 2000).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal (Brunner
and Suddarth, 2002).
Hemoroid adalah varices vena perianal. (Luckmann and Sorensen’s, hal.
1666).
Haemorrhordectomy adalah eksisi bedah untuk mengangkat hemoroid.

B. KLASIFIKASI
Hemoroid interna yaitu varices vena hemoroidalis superior dan media
terjadi pada bagian dalam spingterani.
Hemoroid interna dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat I
Varices dari satu atau lebih vena hemoroidalis dengan gejala
perdarahan (gambar).
2. Tingkat II
Varices dari satu atau lebih vena hemoroidalis yang pada saat defekasi
keluar dari dubur tetapi bisa masuk kembali dengan sendiri.
3. Tingkat III
Seperti tingkat II, tetapi sesudah defekasi varices tidak bisa kembali
spontan, harus didorong.
4. Tingkat IV
Telah terjadi inkaserasi. Hemoroid eksterna: yaitu varices vena
hemoroidalis inferior pada bagian luar sfingter ani.

Karmila, S.Kep
C. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi dan Fisiologi
Berdasarkan fisiologisnya saluran pencernaan terdiri dari saluran
sederhana dimana pada saluran ini bolus tidak mengalami saluran pencernaan
(esophagus), tempat menyimpan bolus atau bahan fekal (lambung dan kolon),
tempat digesti (lambung duodenum, jejenum dan ileum), tempat
absorpsi/penyerapan hasil digesti (seluruh intestinal dan setengah proksimal
kolon).
a. Usus halus
Usus halus merupakan saluran yang paling panjang tempat proses
pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Usus halus terdiri dari
beberapa lapisan yaitu lapisan mucosa, lapisan otot melingkar, lapisan
otot memanjang dan lapisan surserosa. Usus halus di bagi dalam 3 bagian
yaitu : duodenum, jejunum dan illeum.
b. Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muskuler berongga dengan panjang
kurang lebih 1, 5 m lebar 6-5 cm yang terbentuk dari sekum sampai
kanalis ani. Usus besar terdiri dari 4 lapisan selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang dan jaringan ikat. Usus besar terbagi
menjadi seikum, kolon, dan rektum.
Fungsi usus besar diantaranya menyerap air dan makanan, sebagai
tempat tinggal coli dan faeses.

Karmila, S.Kep
Gambar 2.1 Anatomi Anus (Sumber : Price & Wilson, 1995 : 411)

D. ETIOLOGI
Hemoroid disebabkan oleh banyak faktor yang saling mendukung antara
lain :
Peningkatan tekanan intra abdominal (kegemukan, kehamilan)
 Konstipasi kronik (mengejan)
 Kurang aktivitas, terlalu banyak duduk atau berdiri
 Pola makan yang rendah serat
 Hipertensi portal
 Kelainan anatomik (tidak ada katup pada vena-vena hemoroidalis).
 Hipertrofi prostat
 Fibroma uter
 Tumor rectum

Karmila, S.Kep
E. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan
aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini
antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena
porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu makan
dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian
struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup ven a
dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini
yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan faeces berdarah pada hemoroid
interna karena varices terjepit oleh sfingter anal. Peningkatan tekanan intra
abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana
tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran
(varices) vena anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari
peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola,
pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang
mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan
pendarahan dalam faeces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam
waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Hemoroid
eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah
beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan
nyeri hebat.

Karmila, S.Kep
F. TANDA DAN GEJALA
a. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang.
b. Nyeri
c. Keluar selaput lendir
d. Prolaps
e. Gatal
f. Duduk berjam-jam di WC.

G. TEST DIAGNOSTIK
1. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
3. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang
disertai karsinoma.

H. PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN MEDIS


a. Tingkat I
 Dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab misalnya
obstipasi dianjurkan, diet rendah sisa; lebih banyak makan buah dan
sayur mayur, mengurangi daging. Makanan yang merangsang di
kurangi.
 Jika ada infeksi berikan antibiotik peroral
 Bila terdapat nyeri yang terus menerus dapat di beri suppositoria.
 Untuk melancarkan defekasi saja dapat diberi cairan paraffin atau
larutan magnesium sulfat 10%.
 Bila dengan pengobatan diatas tidak ada perbaikan, diberikan terapi
sklerosing.

Karmila, S.Kep
 Menyuntikkan zat sklerosing (sodium moruat 5% atau fenol dll).
Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varises, dengan harapan
timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil.
 Kontra indikasi pengobatan ini adalah, hemonia eksterna, radang dan
adanya fibiosis hebat di sekitar hemoroid interna.
b. Tingkat II
 Terapi sklerosing dan kalau tidak berhasil dilakukan operasi
c. Tingkat III, Operasi
d. Tingkat IV, Operasi, bila ada radang di tenangkan dahulu

I. KOMPLIKASI
 Anemia
 Fistula ani
 Inkaserasi
 Stenosis anal
 Retensi urine
 Infeksi.

Karmila, S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID

A. PENGKAJIAN
 Subjektif
1. Batasan karakteristik
a) Pola makan dan minum
a. Kebiasaan
b. Keadaan saat ini
2. Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan hemorrhoid
berkembang cepat.
3. Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid lebih besar.
4. Gejala / keluhan yang berhubungan
a. Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus
b Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan (menetes)
c. Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini, faktor-faktor
yang menyebabkannya dan upaya yang dapat menguranginya serta
upaya atau obat-obatan yang sudah digunakan)
d. Gatal dan pengeluaran sekret melalui anus

 Objektif
Batasan karakteristik
a. Pemeriksaaan daerah anus
 Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid eksterna dapat
dilihat dengan jelas. Rasakan konsistensinya, amati warna dan apakah
ada tanda trombus juga amati apakah ada lesi.

Karmila, S.Kep
 Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)
b. Amati tanda-tanda kemungkinan anemia :
 Warna kulit
 Warna konjungtiva
 Waktu pengisian kembali kapiler
 Pemeriksaan Hb

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi fekal berhubungan dengan konstipasi karena
mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi.
2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
3. Nyeri berhubungan dengan adanya pembekakan, trombus pembuluh darah
pada anus.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia karena perdarahan vena
hemorrhoidalis.
5. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin karena reflek
spasme post operasi dan ketakutan akan nyeri.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasive.

Karmila, S.Kep
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi fekal berhubungan dengan konstipasi karena
mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi.
 Tujuan : eliminasi fekal pasien dengan nyeri minimal

Intervensi Rasional
1. Berikan dan anjurkan minum 1. Kebutuhan cairan diperlukan
kurang lebih 2 liter perhari dalam proses pencernaan sehingga
menghasilkan feses yang lunak
2. Berikan dan anjurkan 2. Makanan tinggi serat membantu
makanan tinggi serat melancarkan pencernaan
3. Berikan laxative sesuai 3. Melembekkan feses, meningkatkan
program dokter fungsi defekasi sesuai kebiasaan,
menurunkan tegangan
4. Anjurkan pasien untuk segera 4. Menahan BAB dapat memperparah
BAB bila timbul keinginan konstipasi
untuk BAB

2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan


 Tujuan : cemas berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria :
1) Pasien terlihat tenang
2) Pasien dapat mengulang kembali informasi yang diberikan

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan yang 1. Mengetahui sejauh mana tingkat
dialami pasien kecemasan yang dirasakan oleh
klien sehingga memudahkan
dlam tindakan selanjutnya

Karmila, S.Kep
2. Beri waktu buat pasien untuk 2. Klien merasa ada yang
mengungkapkan secara verbal memperhatikan sehingga klien
kecemasannya. merasa aman dalam segala hal
tundakan yang diberikan
3. Jelaskan pada pasien tentang 3. Klien memahami dan mengerti
tujuan dari tindakan operasi tentang prosedur sehingga mau
yang dialami bekejasama dalam perawatannya.
4. Dampingi pasien untuk pasrah 4. Bahwa segala tindakan yang
dan berdoa kepada Tuhan diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya,
masih ada yang berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.

3. Nyeri berhubungan dengan adanya pembenkakan, trombus pembuluh darah


pada anus
 Tujuan ; nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan criteria :
1) Wajah pasien tampak tenang
2) Tanda-tanda vital normal
3) Pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
4) Pasien dapat istirahat tidur

Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri 1. menentukan tingkat nyeri, untuk
menentukan tindakan yang tepat
2. Anjirkan untuk menarik nafas 2. mengutangi rasa nyeri
dalam setiap kali timbul nyeri
3. Berikan posisi nyaman sesuai 3. memberikan rasa nyaman

Karmila, S.Kep
dengan keinginan pasien
4. Observasi tanda – tanda vital
4. identivikasi dini komplikasi nyeri
5. Berikan bantal atau alas pantat
5. untuk mengurangi rasa nyeri
6. anjurkan untuk tidak mengejan
6. menguraangi rasa nyeri dan
yang berlebihan saat defekasi
prolap parices

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia karena perdarahan vena


hemorrhoidalis
 Tujuan ; pasien akan terhindar dari anemia dengan kriteria:
1) Konjungtiva merah muda
2) Hb dalam batas normal
3) Kapilary refill < 3 detik

Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital, 1. Memberikan informasi tentang
monitor tanda-tanda anemia: derajat/keadekuatan perfusi
tampak lelah, tidak jaringan dan membantu
bersemangat, kulit pucat. menentukan kebutuhan
intervensi.
2. Berikan diit tinggi kalori tinggi 2. Makanan tinggi serat dapat
protein dan tinggi serat membantu melunakkan feses.
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi 3. Dapat mengurangi tegangan saat
pernafasan pada saat buang air buang air besar.
besar.
4. Bila anemia berat kolaborasi 4. Guna memenuhi cairan tubuh
pemberian cairan dan transfusi

Karmila, S.Kep
5. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin karena
reflek spasme post operasi dan ketakutan akan nyeri
 Tujuan ; Tidak ada distensi kandung kemih, haluaran urin adekuat

Intervensi Rasional
1. Tingkatkan masukan cairan 1. Peningkatan aliran cairan
mempertahankan perfusi ginjal
serta membersihkan ginjal dan
kandung kemih dari pertumbuhan
bakteri
2. Dorong pasien untuk 2. Meminimalkan retensi urin,
berkemih tiap 2-4 jam dan distensi berlebihan pada kandung
bila tiba-tiba dirasakan kemih
3. Anjurkan klien untuk 3. Dapat membantu rangsangan
mendengarkan aliran air berkemih
4. Berikan kompres hangat pada 4. Meningkatkan relaksasi otot dan
daerah suprapubik. sfingter ani

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasive


 Tujuan : tidak terjadi infeksi pada luka operasi dengan criteria tidak terjadi
tanda-tanda infeksi/peradangan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda adanya 1. Untuk mengetahui secara dini
infeksi. jika terjadi infeksi, dan membantu
menegakkan intervensi
2. Respon autonomic meliputi

Karmila, S.Kep
2. Observasi tanda-tanda tekanan darah, respirasi, nadi dan
vital suhu dapat mengindentifikasikan
adanya infeksi
3. Ganti balutan dengan 3. Mencegah masuknya kuman,
teknik aseptic serta mencegah meluas dan
membatasi penyebaran luas
infeksi atau kontaminasi silang
4. Bersihkan areal perianal
4. Untuk mencegah/mengurangi
segera setelah defekasi
kontaminasi daerah luka

Karmila, S.Kep
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for Planning


and Documenting Patient Care. Alih bahasa: I Made Kariasa. Edisi 3.
Jakarta EGC.
Engram Barbara (1999). Assessment and Management of Clinical Problems.
Alih bahasa: Dra. Suharyanti Samba, S.Kp, dkk, Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur (1997). Textbook of Medical Physiology. Alih bahasa: Irawati
Setiawan. Edisi 9. Jakarta EGC.
Ignatavicius, Donna D (1991). Medical Surgical Nursing. London. W.B.
Saunders Company.
Kapita Selekta Kedokteran. (2000). Edisi 3. Jakarta. Media Aesculapius.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems. Philadelphia. Mosby Company.
Price, Sylvia Anderson (1995). Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease
Processes. Alih bahasa: Peter Anugerah. Edisi 4. Jakarta. EGC.
Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner and Suddarth Medical Surgical Nursing.
Alih bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta. EGC.

Karmila, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai