Anda di halaman 1dari 3

BAB I.

PENDAHULUAN, LAPORAN OJL 2016


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah,

selain dari tugas pokok sebagai guru, kepala sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab

artinya merencanakan, melaksanakan dan mengelola untuk tanggung jawab berdasarkan

permen No 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah menyatakan ada 5 (Lima)

kompetensi yang harus dimiliki diantaranya : yaitu, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi

Manajerial, Kompetensi Kewirausahaan, Kompetensi Supervisi dan Kompetensi Sosial. Dasar

kompetensi kepribadian ini akan sangat menentukan kompetensi lainnya, khususnya dalam

melaksanakan program pendidikan nasional, propinsi, dan kabupaten/kota. Sebagai tambahan

pengetahuan dan keilmuan dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan,

kepala sekolah harus mampu menunjukkan kinerjanya berdasarkan kebijakan, perencanaan, dan

program pendidikan.

Kompetensi manajerial merupakan kompetensi kepala sekolah dalam memahami

sekolah sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, di antaranya adalah

pengetahuan tentang manajemen.

Dengan kemampuan dalam mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan

cara berfikir, cara mengelola dan cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang kepala

sekolah.

Kepala sekolah juga harus memiliki kompetensi kewirausahaan. Sebagai salah satu cara

bagaimana sekolah mampu mewujudkan kemampuan dalam wirausahanya ini maka kepala

sekolah harus mampu menunjukkan kemampuan dalam menjalin kemitraan dengan pengusaha

atau donatur, serta mampu memandirikan sekolah dengan upaya berwirausaha.

Kompetensi supervisi ini sangat strategis bagi seorang kepala sekolah khususnya dalam

memahami apa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah. Tugas dan fungsi

dari supervisi ini adalah untuk memberdayakan sumber daya sekolah termasuk guru. Salah

satunya adalah melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan

pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

Dalam rangka meningkatkan mutu kepala sekolah/madrasah, pemerintah mengeluarkan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai

Kepala Sekolah/Madrasah. Permendiknas ini memuat sistem penyiapan calon kepala sekolah/

madrasah, proses pengangkatan kepala sekolah/madrasah, masa tugas, Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan (PKB), penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah, mutasi dan

pemberhentian tugas guru sebagai kepala sekolah/madrasah.

Menindaklanjuti Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan melalui Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)


mengadakan pendidikan dan latihan calon kepala sekolah. Setelah melalui tahapan seleksi

administrasi dan seleksi akademik. Diklat tersebut dilaksanakan oleh LPPKS melalui kegiatan in

service 1, On the Job Learning (OJL), dan in service 2.

Kegiatan On the Job Learning (OJL) penting bagi peserta diklat calon kepala sekolah

untuk mempraktikkan kompetensi yang telah dipelajari selama kegiatan in service 1. Dalam On

the Job Learning (OJL) dipraktikkan bagaimana mengkaji RKS, pengelolaan kurikulum sekolah,

pengelolaan keuangan, pembinaan tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik,

pengelolaan sarana prasarana sekolah, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan,

pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, sistem monitoring dan evaluasi, program supervisi guru

yunior, menyusun perangkat pembelajaran, dan pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan

berdasarkan AKPK. Kegiatan On the Job Learning (OJL) dilaksanakan pada 2 sekolah magang,

yaitu pada sekolah tempat calon kepala sekolah bertugas dan sekolah lain.

Sebagai peserta Diklat calon kepala sekolah Kabupaten Solok, penulis

melaksanakan On the Job Learning (OJL) pada SMP N 2 Bukit Sundi (sekolah tempat penulis

bertugas) dan SMPN 1 Bukit Sundi (sekolah magang lain). Berdasarkan petunjuk teknis

pelaksanaan On the Job Learning (OJL), maka penulis melaksanakan On the Job Learning

(OJL) pada SMP N 2 Bukit Sundi dan pada SMP N 1 Bukit Sundi.

Berdasarkan hasil pelaksanaan On the Job Learning (OJL) pada SMP N 2 Bukit Sundi dan

SMP N 2 Bukit Sundi, penulis menyusun laporan akhir On the Job Learning (OJL). Laporan ini

merupakan salah satu tugas wajib peserta diklat calon kepala sekolah berdasarkan kondisi nyata

di lapangan untuk meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah.

B. Tujuan On the Job Learning (OJL)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan laporan On the Job

Learning (OJL) ini adalah untuk mengetahui dan dapat meningkatkan:

1. Menghasilkan kepala sekolah yang mampu mengembangkan dan meningkatkan 5 kompetensi

berdasarkan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, Kompetensi yang dimaksud berupa

kompetensi kepribadian, manajerial, sosial, kewirausahaan, dan supervisi.

2. Menghasilkan kepala sekolah yang dapat mengarahkan dan menggerakkan guru untuk

meningkatkan kuwalitas pembelajaran di sekolah.

3. Menghasilkan kepala sekolah yang mampu mengidentifikasi masalah yang terkait dengan

standar nasional pendidikan (SNP).

4. Menghasilkan kompetensi manajerial melalui pengkajian Rencana Kerja Sekolah (RKS),

pengelolaan keuangan sekolah, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pengelolaan

ketatausahaan sekolah, pengelolaan sarana prasarana sekolah, pengelolaan kurikulum,

pengelolaan peserta didik, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, dan sistem monitoring dan

evaluasi pada SMP N 2 Bukit Sundi dan SMP N 2 Bukit Sundi.


5. Menghasilkan kepala sekoalah yang mampu melakukan supervisi akademik kepada guru

dengan teknik yang benar.

6. Menghasilkan kepala sekolah yang mampu bekerja sama dengan pihak lain untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah.

C. Hasil yang Diharapkan

Setelah kegiatan On the Job Learning (OJL) ini dilakukan maka sebagai calon kepala

sekolah harus memiliki kemampuan untuk :

1. Mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam setiap kegiatan On the Job Learning

(OJL), khususnya pada pelaksanaan RTK.

2. Mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam setiap kegiatan On the Job Learning

(OJL), khususnya pada pelaksanaan RTK.

3. Mengintegrasikan nilai-nilai kepemimpinan yang selalu menempatkan pembelajaran pada

prioritas utama dalam pengambilan keputusan.

4. Meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam membuat media pembelajaran.

5. Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, bahan ajar dan evaluasi) sesuai standar.

6. Memetakan kesenjangan sekolah sendiri dan sekolah magang lain dan menyusun alternatif

solusi untuk mengatasi kesenjangan.

7. Melaksanakan pra-observasi, observasi dan post-observasi dalam supervisi guru junior.

Anda mungkin juga menyukai