05.2 Bab 2 PDF
05.2 Bab 2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kohesivitas Kelompok
1. Pengertian
saling tertarik dan termotivasi untuk tinggal dalam kelompok tersebut. Walgito
saling senangnya anggota satu dengan yang lain dalam kelompok. Diperkuat
adalah suatu daya, baik positif maupun negative yang menyebabkan anggotanya
14
menariknya kelompok ini bagi individu, juga dapat diartikan sebagai rasa
tanggung jawab dan rasa senang pada kelompok. Kelompok yang memiliki
memiliki ketertarikan yang kuat pada kelompok dan biasanya tampil sebagai
kelompok adalah suatu ketertarikan anggota kelompok untuk tetap bersatu, tetap
Kohesivitas kelompok memiliki dua aspek penting yaitu kohesivitas sosial dan
kohesivitas tugas. Kohesivitas sosial merujuk pada kesukaan antar anggota tim
dan kesenangan antara anggota tim dengan tim yang dimiliki atau dapat
melaksanakan suatu tugas tertentu dan spesifik. Dimensi ini lebih mengarah
multidimensional yang memiliki dua teori utama yaitu pertama, keterpaduan tim
secara personal pada kelompok (Carless & De Paola, 2000). Kemudian dari
kedua kategori tersebut dijabarkan kembali kedalam orientasi tugas dan orientasi
15
sosial. Sehingga ada empat dimensi kohesivitas kelompok yang dikemukakan
kegiatan sosial yang dilakukan bersama anggota lain agar lebih dekat
secara bersama-sama.
16
individu mengenai keterlibatannya dalam interaksi sosial kelompok secara
bersama-sama.
yaitu aspek kohesivitas kelompok dari Widmeyer dkk (Carless & De Paola, 2000)
individu dalam kelompok tugas dan ketertarikan individu pada kelompok sosial.
dan jenis kelamin yang sama akan memunculkan kohesivitas yang lebih
17
d. Pemenuhan kebutuhan anggota. Apabila dengan menjadi anggota
kohesivitas.
pada tujuan kelompok dan menempatkan diri lebih dekat pada norma
18
d. Anggota kelompok lebih sering berkomunikasi secara efektif dalam
kelompok kohesif.
harga diri.
lebih lama dalam bekerja untuk mencapai tujuan yang sulit, lebih
B. Konseling Kelompok
1. Pengertian
dihadapi dalam prosesnya berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang
disadari.
19
kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan
beberapa konseli sekaligus yang tergabung dalam sebuah kelompok kecil pada
umpan balik, pengalaman belajar dan dorongan untuk membahas berbagai hal
anggota kelompok.
20
minat bersama, (2) Sukarela atau atas inisiatif sendiri, (3) Adanya
dan penggalian ide dan perasaan. Jadi pada tahap ini anggota memulai
mulai terbuka, tetapi sering terjadi pada fase ini justru terjadi kecemasan,
dalam kelompok, atau enggan jika harus membuka diri. Tugas pemimpin
21
kelompok adalah mempersiapkan anggota kelompok untuk dapat merasa
memiliki kelompoknya.
kelompok.
terhadap yang dilakukan oleh anggota yang lain. Umpan balik berguna
pengalaman dalam kelompok dalam kehidupan yang lebih luas. Jika ada
diakhiri.
22
f. Setelah Konseling : Tindak lanjut dan Evaluasi
prakonseling, tahap permulaan, tahap transisi, tahap kerja, tahap akhir dan tahap
setelah konseling.
a. Membina harapan
keadaannya akan lebih baik lagi dan anggota kelompok yang lain dapat
kemajuan.
23
b. Universalitas
c. Pemberian Informasi
d. Altruisme
anggota yang lainnya. Tukar pikiran mengenai masalah yang sama untuk
menerima umpan balik dari anggota lain untuk perbaikkan diri, sekaligus
24
belajarr menyelesaikan konflik, mengerti dan memahami orang lain, serta
berlangsung.
Konseli belajar hal baru yaitu cara memulai berperilaku secara positif
i. Kohesivitas kelompok
j. Katarsis
k. Faktor-faktor eksistensial
kematian, ada dan perlu tanggung jawab, mengurusi hal-hal yang sepele
25
tetapi bermakna bagi kehidupannya dan kesemuanya ituu didiskusikan
terlihat dari kurang kompak atau kerjasama dalam menyelesaikan tugas bersama
guru senior dan guru junior serta kurangnya intensitas berkomunikasi. Hal
guru TK “X”.
semangat dalam bekerja (Nachrowi, 2012; Ginting, 2010). Dengan perkataan lain
rasa terikat secara alamiah dengan kelompok kerja yang kurang baik akan
membuat guru merasa tidak nyaman di tempat kerja sehingga kurang semangat
dalam bekerja. Ketika kelompok kerja memiliki kohesivitas tinggi maka komitmen
anggota juga tinggi (Trihapsari & Nashori, 2011). Kohesivitas kelompok guru TK
“X” harus diberikan intervensi agar komitmen guru terhadap tugasnya sebagai
pendidik tinggi sehingga guru akan mengajar dengan baik pula yang artinya
yang kurang asertif. Ketika terjadi permasalahan pribadi atau penyelesaian tugas
guru lebih memilih diam menghindar atau sebaliknya menunjukkan sikap agresif.
26
Hal tersebut menunjukkan kemampuan pemecahan masalah yang kurang. Oleh
karenanya guru yang kurang asertif dan kurang mampu menyelesaikan masalah
membuat hubungan kurang dekat satu sama lain atau dengan perkataan lain
frekuensi kontak antar guru menjadi kurang, sehingga kohesivitas guru TK “X”
Karena dalam kelompok, individu akan memunculkan perilaku yang natural dan
proses kelompok dapat menjadi sarana terapi, bahwa interaksi dalam kelompok
kohesivitas pada siswa (Aji, 2015). Hal tersebut akan menuntut anggota
dan evaluasi (Corey dalam Latipun, 2006). Proses kelompok di dalam konseling
27
anggota, selain itu dalam proses kelompok secara bertahap akan terjadi
selanjutnya calon konseli akan bersedia berperan serta dan terlibat dalam
dan konflik mereka. Menurut Trad (Burlingame et. all., 2002) komitmen anggota
kelompok mampu mentolerir konflik yang datang dalam kelompok maka akan
Dengan demikian yang tercipta adalah pola hubungan setara yaitu sesama
28
pemahaman melalui reedukatif (insight-reeducative) menuntun konseli untuk
Tingkat kohesi dapat terbentuk dan semakin meningkat kuat ketika interaksi
dan ketika tema yang dibahas adalah real time atau here and now (Slavin, 1993).
Umpan balik dari sesama anggota lebih kuat daripada umpan balik anggota-
yang baik. Ketika Umpan balik dari anggota konseling kelompok bernada
komunikasi guru semakin lancar dan kompak sebagai satu kesatuan dalam
29
Identifikasi Permasalahan
30
D. Hipotesis
konseling kelompok.
31