Anda di halaman 1dari 10

http://jurnal.untirta.ac.id/index.

php/Gravity
ISSN: 244-515x; e-ISSN: 2528-1976

Vol. 5, No. 2, Juli 2019, Hal. 46-49

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA


BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS
PADA MATERI IMPULS DAN MOMENTUM
Zara Paradita*, Wayan Suana
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Lampung, Bandar Lampung
*E-mail: zara01paradita@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to produce a valid students’ worksheet for a higher order thinking skills (HOTS)-oriented
blended learning model of instruction. This research employed research and development (R & D) design,
based on the development stages of Thiagarajan, that are define, design, and develop. At the define stage, there
are five activities including curriculum analysis, student needs analysis, task analysis, concept analysis, and
analysis of learning objectives. At the design stage, the product format is selected and the product’s initial
design is set. At the develop stage, a product assessment is carried out by experts and students. Data collection
methods included interview and questionnaires methods. Based on the study results, the worksheets has been
tested for validity according to the experts judgement. In addition, it was also considered highly interesting and
easy to use by students. Thus, the worksheets of HOTS-oriented blended learning on the subject of impulse
and momentum is feasible to be implemented in learning activities.
Keywords: Student worksheets blended learning, higher order thinking skills (HOTS).

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lembar kerja siswa (LKS) yang valid untuk pembelajaran model
blended learning yang beorientasi pada higher order thinking skills (HOTS). Penelitian ini menggunakan
desain research and development (R & D) yang mengadopsi tahapan pengembangan perangkat pembelajaran
menurut Thiagarajan, yaitu terdiri dari define, design, dan develop. Pada tahap define, terdapat lima kegiatan,
yaitu analisis kurikulum, analisis kebutuhan siswa, analisis tugas, analisisi konsep, dan analisis tujuan
pembelajaran. Pada tahap design, dilakukan pemilihan format produk dan membuat rancangan awal produk.
Pada tahap develop, dilakukan penilaian terhadap produk oleh para ahli dan siswa. Metode pengumpulan data
yang digunakan meliputi metode wawancara dan angket. Berdasarkan hasil penelitian, produk yang dihasilkan
telah teruji validitasnya menurut penilaian para ahli. Di samping itu, LKS hasil pengembangan juga dinilai
sangat menarik dan sangat mudah dipakai oleh siswa. Dengan demikian, LKS model blended learning yang
berorientasi HOTS pada pokok bahasan impuls dan momentum layak untuk dipakai dalam kegiatan
pembelajaran.
© 2019 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTIRTA
Kata kunci: Lembar kerja siswa (LKS), blended learning, higher order thinking skills (HOTS).
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

PENDAHULUAN sebagai tenaga pendidik utama yang


mengembangkan ide dan rancangan untuk
Pendidikan sangatlah berkembang pesat, disampaikan kepada siswa sehingga mereka
berbagai perubahan telah terjadi pada memahami pembelajaran yang disesuaikan
pen¬didikan Indonesia saat ini, yang dengan tuntutan kurikulum. Sebelum mengajar,
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. sudah seharusnya guru menyusun perencanaan
Pada abad 21 atau di kenal juga dengan era atau perangkat pembelajaran (Ernawati &
globalisasi, banyak perubahan yang dirasakan Safitri, 2018).
baik perubahan dalam ruang lingkup Pada abad 21 yang berbasis teknologi,
pendidikan, ilmu pengetahuan hingga tentunya diperlukan media pembelajaran yang
tekno¬logi. Banyak¬nya perubahan yang menunjang siswa dalam proses belajar
terjadi pada era globalisasi ini tentunya mengajar salah satu media pembelajaran yang
menyebabkan perubah¬an paradigma mendukung adalah lembar kerja siswa (LKS).
pendidikan. Terkait perubahan paradigma LKS merupakan salah satu bahan ajar, dalam
pendidikan di abad 21 (BSNP, 2010) (Depdiknas, 2008: 14-15), LKS adalah
merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang lembaran lembaran berisi tugas yang harus
harus dipenuhi dalam pembelajaran abad 21 dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
beberapa diantaranya yaitu: dari berpusat pada biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah
guru menjadi berpusat pada siswa, dari satu untuk menyelesai¬kan suatu tugas.
arah menjadi interaktif, dari maya menjadi Penelitian ini menggunakan pendekatan
konteks dunia nyata, dari pemikiran faktual blended learning, yaitu pendekatan yang
menjadi berpikir kritis, dan dari penyampaian memadukan pembelajaran gabungan tatap
materi menjadi pertukaran materi. muka dan pembelajaran online dengan
Pada mata pelajaran Fisika menjelaskan schoology. Menurut Pratiwi dkk. (2010),
seluruh fenomena yang terjadi di alam ini, blended learning merupakan istilah yang
sehingga masalah-masalah yang berhubungan berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari
dengan Fisika kerap kita jumpai dalam dua suku kata, blended dan learning. Blended
kehidupan sehari-hari, dengan demikian merupakan campuran atau kombinasi yang
peranan pembelajaran Fisika adalah melatih baik sedangkan learning adalah pembelajaran.
para peserta didik untuk dapat menguasai Menurut Syarif (2012), ada peningkatan
pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, motivasi dan prestasi belajar siswa yang
memiliki kecakapan ilmiah dan memiliki signifikan akibat penerapan model blended
keterampilan proses sains. Dalam per- learning, sehingga digunakan pada
kembangan proses belajar, seorang guru pembelajaran yang menggunakan LKS.
berperan sebagai fasilitator. Peran ini memberi LKS yang terintegrasi dengan teknologi,
kesempatan bagi guru untuk semaksimal yaitu dengan menggunakan model blended
mungkin memfasilitasi kebutuh¬an para learning. Blended learning merupakan
muridnya. Mengiringi peran guru sebagai pendekatan pembelajaran yang
fasilitator berbagai inovasi media pembelajaran meng¬integrasikan pembelajaran tradisonal
dilakukan. Penggunaan media sebagai tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang
pendamping dalam proses pembelajaran menggunakan sumber belajar online dan
semakin dibutuhkan untuk mengatasi beragam pilihan komunikasi yang dapat
permasalahan yang muncul karena digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan
keterbatasan waktu, tempat, dan fasilitas pendekatan ini memungkinkan penggunaan
lainnya (Sukiminiandari dkk., 2015). sumber belajar online, terutama yang berbasis
Perkembangan kurikulum memerlukan web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan
berbagai persiapan, salah satunya adalah guru tatap muka. Pendekatan yang dilakukan dapat

47
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

memanfaatkan berbagai macam media dan keputusan, pemecahan masalah, kefasihan,


teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan pengamatan, penjelajahan, peng-golongan,
bahwa blended learning adalah pembelajaran mengembangkan hipotesis, dan metakognitif
yang mengkombinasikan antara tatap muka yang meliputi kesadaran, pemantauan diri
(pembelajaran secara konvensional, dimana sendiri serta pengaturan diri. HOTS merupakan
antara pebelajar dan pemelajar saling berpikir tingkat tinggi yang berada pada bagian
berinteraksi secara langsung, masing-masing atas taksonomi kognitif Bloom yang dapat
dapat bertukar informasi mengenai bahan- membekali siswa untuk melakukan transfer
bahan pegajaran), belajar mandiri (belajar pengetahuan, yaitu menganalisis, meng-
dengan berbagai modul yang telah disediakan) evaluasi, dan mengkreasi (Fitriani dkk., 2017).
serta belajar mandiri secara online. Penggunaan LKS berbasis HOTS yang
Berdasarkan penelitian (Hamidiyah, berpengaruh terhadap motivasi belajar
2017) LKS yang dikembangkan termasuk disebabkan karena beberapa faktor: (1) LKS
dalam kategori valid, sangat praktis, dan sangat berbasis HOTS merangsang kemauan siswa
efektif sehingga dapat digunakan dalam proses dalam belajar karena media yang ditawarkan
pembelajaran. Selain itu menurut Munandar selalu memunculkan rasa penasaran siswa, (2)
dkk. (2015), LKS berkontribusi dalam LKS berbasis HOTS mendorong rasa senang
pembentukan karakter peserta didik dengan siswa karena menampilkan konsep yang tidak
diperkaya integrasi inovasi didalam¬nya, bisa diamati secara langsung dengan media lain
apabila dibandingkan dengan LKS dimana pembelajaran menggunakan tema yang
konvensional yang hanya berorientasi pada sebenarnya berhubungan langsung dengan
pemahaman ilmu saja. Menurut Normarita dkk. kehidupan sehari-hari siswa, (3) LKS
(2015), LKS dengan pendekatan scientific membantu siswa menemukan konsep IPA
approach juga dapat meningkatkan sehingga menjadi penghubung antara
ke¬terampil¬an kreatif siswa dalam pengetahuan awal siswa yang disampaikan
pem¬belajaran. Hal ini mengindikasikan lewat powerpoint, (4) LKS yang digunakan
bahwa LKS efektif untuk diaplikasikan dalam merangsang kemauan siswa dalam belajar
proses pem¬belajaran. dikarenakan media yang ditawarkan bukan
Menurut Kristianingsih dkk. (2016), jawaban dari objek pengamatan, melainkan
pada abad pengetahuan ini, modal intelektual hanya petunjuk pelaksanaan saja, sehingga
khususnya higher order thinking skill (HOTS) siswa menemukan sendiri apa yang dilakukan
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi sesuai petunjuk LKS, (5) mendorong
merupakan sesuatu yang dibutuhkan sebagai ke¬mandirian siswa karena masing-masing
tenaga kerja yang handal. Agar siswa mampu siswa diberikan kesempatan untuk melakukan
memahami materi pelajaran maka diperlukan reinforcement berupa keterampilan (Karsono,
kecakapan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena 2017).
itu, setiap siswa haruslah memiliki kemampuan Menurut Febriany dkk. (2017),
berpikir tingkat tinggi yang dapat dipandang lingkungan pembelajaran dalam model blended
sebagai kelanjutan dari berpikir pada tingkat learning tetap digunakan secara terpisah karena
dasar. menggunakan metode, model dan audient yang
HOTS ditentukan dari keluasan peng- berbeda, misal saja tipe face to face learning
gunaan pikiran dimana siswa tidak lagi terjadi dalam teaching-directed environment
menghafal penyelesaian sebuah model dengan interaksi person-to-person dalam live
permasalahan tetapi sudah menempatkan synchronous (pem¬belajaran langsung dalam
kemampuan berpikirnya pada tingkat kognitif waktu yang bersamaan) dan lingkungan yang
yang lebih tinggi. HOTS merupakan kecakapan high-fidelity. Sedangkan sistem distance
berpikir kirtis dan kreatif, seperti pembuatan learning menekan¬kan pada self-paced

48
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

learning, dan pembelajar¬an dengan interaksi menghasilkan LKS untuk pembelajaran model
materi-materi yang terjadi dalam asynchronous blended learning yang berorientasi pada HOTS
(tidak tergantung waktu) dan lingkungan low- pada materi impuls dan momentum. Tujuan
fidelity (hanya teks). lainnya adalah untuk mendeskripsikan validitas
Dari hasil penelitian pendahuluan yang LKS menurut penilaian para ahli dan
dilakukan di salah satu SMA di Bandar mendeskripsikan kemenarikan dan kemudahan
Lampung, diketahui bahwa sebanyak 95,45% penggunaan LKS bagi siswa.
siswa memiliki smartphone dan 45,50% siswa
memiliki laptop. Sebanyak 84,25% siswa METODE PENELITIAN
menggunakan internet untuk membantu Model pengembangan perangkat
pemahaman mereka dalam pembelajaran pembelajaran yang digunakan, yaitu 4-D.
fisika, namun hal ini belum dimanfaatkan oleh Model ini terdiri dari empat tahap
guru dalam proses belajar-mengajar materi pengembangan yaitu define (pendefinisian),
impuls dan momentum, sehingga dibutuhkan design (perancangan), develop (peng-
pembelajaran yang memanfaatkan internet embangan), dan disseminate (diseminasi).
salah satunya menggunakan model blended LKS dikembangkan oleh peneliti dengan
learning. tujuan sebagai salah satu panduan siswa dalam
Metode yang sering digunakan oleh guru melaksanakan jalananya pembelajaran. Desain
adalah metode problem based learning. LKS yang dibuat ditampilkan sebaik mungkin
Sebanyak 53,12% siswa menyatakan hanya sehingga siswa tertarik mengikuti
sedikit memahami materi impuls dan pembelajaran. LKS yang dikembangkan
momentum dengan menggunakan metode dengan model blended learning diberikan
tersebut. Jenis media yang sering digunakan gambaran desain pembelajaran, sehingga siswa
oleh guru adalah buku teks, media presentasi tidak merasa bingung dalam menggunakannya.
dan modul, dengan 52,12% siswa dalam taraf LKS dikembangkan dengan tahapan-tahapan
sedang memahami materi menggunakan media kegiatan sebagai berikut yaitu online– tatap
tersebut. Sebanyak 46,87% siswa kurang muka – online. Di dalam LKS juga diberikan
termotivasi dengan materi impuls dan contoh soal pada setiap sub materi yang ada,
momentum dikarenakan media dan metode begitupula pada kelas online. LKS yang
yang digunakan. didalamnya terdapat contoh soal juga dikemas
Berdasarkan hasil wawancara dengan dalam kelas online, sehingga siswa dapat
salah satu guru pengajar fisika di SMA mengaksesnya kapan saja dan dimana saja.
tersebut, diketahui bahwa guru belum pernah Kelas online dilaksanakan untuk
menerapkan HOTS dalam pembelajaran karena memenuhi tahap online sebelum tatap muka
keterbatasan media. Media LKS belum dan online setelah tatap muka. Pada setiap kelas
digunakan dalam proses pembelajaran, online atau tahap online didalamnya terdapat
diharapkan dengan menggunakan media kolom komentar yang dapat digunakan siswa
pembelajaran yang baru yaitu LKS siswa lebih sebagai penyampaian pendapat dalam
memahami konsep dan termotivasi belajar pembelajaran. Kelas online ini juga didukung
fisika materi impuls dan momentum. dengan soal latihan yang telah disebutkan
Dengan menggunakan LKS model sebelumnya (Wijayanti dkk., 2017).
blended learning, siswa diharapkan dapat Pengembangan yang dilakukan
memahami materi impuls dan momentum yang merupakan pengembangan LKS yang
berorientasi HOTS dari berbagai sumber yang dikembangkan dengan model Blended
tersedia, baik secara online maupun offline. Learning yang berorientasi HOTS pada materi
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas impuls dan momentum. Penelitian ini
maka penelitian ini bertujuan untuk dilakukan di kelas X MIA salah satu SMA di

49
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

Bandar Lampung. Tahap pendefinisian produk penelitian pengembangan tersebut.


berguna untuk menentukan dan men- Produk yang telah dikembangkan selanjutnya
definisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam dilakukan uji validitas dengan instrumen
proses pembelajaran serta mengumpulkan penilaian uji ahli isi dan uji ahli konstruk.
berbagai informasi yang berkaitan dengan Selain uji validitas terdapat pula uji 1-1 yang
produk yang akan dikembangkan. melibatkan tiga orang siswa SMA. Uji ini
Setelah dilakukan tahap pendefinisian, dilakukan untuk mengetahui tingkat
tahap selanjutnya yaitu perancangan dari kemudahan dan kemenarikan LKS yang telah
produk yang akan dikembangkan. Tahap dibuat.
perancangan ini bertujuan untuk merancang
suatu media yang dapat digunakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran fisika. Tahapan ini terdiri dari Pada tahap pendefinisian dilakukan
penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan analisis yang pertama yaitu, analisis awal yang
format, desaian awal. Setelah uji coba terbatas terdiri dari dua tahap, tahap yang pertama
dan instrumen telah direvisi, tahap selanjutnya adalah pemberian angket analisis kebutuhan
adalah tahap diseminasi. Tujuan dari tahap ini kepada siswa kelas X MIPA. Tahap kedua
adalah menyebarluaskan media. adalah melakukan wawancara dengan guru
Pada penelitian pengembangan ini mata pelajaran Fisika di kelas X di salah satu
digunakan dua macam metode pengumpulan SMA di Bandar Lampung.
data, yaitu metode wawancara dan metode Berdasarkan hasil analisis kebutuhan di
angket. Wawancara ditujukan kepada tiga salah satu SMA di Bandar Lampung, sebanyak
orang guru fisika kelas X di salah satu SMA di 95,45% siswa memiliki smartphone yang
Bandar Lampung. Metode wawancara ini digunakan sebagai fasilitas internet, fasilitas
digunakan untuk mengumpulkan informasi dari yang lain yaitu laptop sebanyak 45,50% siswa.
guru mata pelajaran fisika mengenai fasilitas Sebanyak 84,25% siswa menggunakan internet
penunjang yang dimiliki, kondisi dalam pembelajaran untuk membantu mereka
pembelajaran, media pembelajaran dan materi dalam memahami fisika. Jenis media yang
yang dibutuhkan siswa, sehingga peneliti dapat sering digunakan oleh guru adalah buku teks,
menentukan secara pasti permasalahan atau media presentasi dan modul, dengan 53,12%
variabel apa yang harus diteliti. Angket yang siswa dalam taraf sedang memahami materi
digunakan berupa daftar pertanyaan yang impuls dan momentum menggunakan media
diberikan peneliti kepada siswa dan guru untuk tersebut. Maka dari itu fasilitas internet yang
mendapatkan informasi dari suatu masalah. dimiliki siswa, dan media pembelajaran berupa
Instrumen angket disebarkan untuk mengetahui LKS, belum dimanfaatkan oleh guru.
fasilitas penunjang yang dimiliki, kondisi Tahapan selanjutnya yaitu perancangan,
pembelajaran, media pembelajaran, dan materi tahap Perancangan dilakukan pembuatan
yang dibutuhkan siswa. rancangan LKS model blended learning
Setelah memperoleh data, langkah berorientasi HOTS yang akan dikembangkan.
selanjutnya adalah menganalisis data yang LKS yang dikembangkan dibuat dengan
diperoleh. Data hasil wawancara dengan guru menggunakan Microsoft Word 2013.
Mata Pelajaran Fisika dan angket kebutuhan Urutan/format LKS model blended learning
analisis kebutuhan siswa yang digunakan untuk berorientasi HOTS terdiri dari 3 bagian yaitu
menyusun latar belakang. Angket uji bagian depan yang berisi cover, kata pengantar,
kemudahan dan kemenarikan dilakukan oleh daftar isi, topik (materi, sub materi, dan
sampel siswa SMA yang berjumlah tiga orang, kompetensi dasar), keterangan penggunaan,
kemudian diberikan angket untuk mengetahui dan peta konsep. Bagian isi yang terdiri dari
tingkat kemudahan dan kemenarikan dari tujuan pembelajaran dan kegiatan

50
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan dikembangkan memiliki validitas yang sangat


empat sub materi. Pada pertemuan pertema baik sebagai perangkat pembelajaran.
dengan sub materi impuls, momentum, dan Pada tahap pengembangan produk awa
hukum kekalan momentum. yang telah dihasilkan selanjutnya diuji
Kegiatan pembelajaran dibuat dengan kelayakannya dengan pengisian angket kepada
tahapan online-tatap muka-online dengan validator dengan angket penilaian yang terdiri
melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dari uji ahli konstruk/desain dan uji ahli
siswa pada ranah kognitif C4-C6 yaitu analisis, isi/materi. Tim ahli akan menguji produk awal
evaluasi dan kreasi. Menurut Wahyuni dan peneliti apakah sudah sesuai atau tidak dengan
Arief (2015), keterampilan berpikir tingkat pusat kurikulum dan perbukuan yaitu
tinggi berbasis pada Taksonomi Bloom yang kelayakaan isi, kelayakan komponen
direvisi terdapat tiga ranah kognitif yang kebahasaaan, dan kelayakan kualitas penyajian.
menjadi bagian dari kemampuan berpikir Uji ahli konstruk/desain terdiri dari 18
tingkat tinggi analisa, evaluasi, dan mencipta. pertanyaan, dan uji ahli isi/materi terdiri dari 20
Setiap siswa memiliki tingkat kecerdasan pertanyaan.
berbeda-beda yang akan berdampak pada Hasil uji ahli isi/materi oleh dapat dilihat
pilihan strategi, teknik dan model pembelajaran pada Tabel 1. Pada Tabel 1, disajikan saran-
guru. Hal ini sesuai dengan Ranah analisis, saran masukan yang diberikan oleh ketiga ahli.
siswa akan dihadapkan pada sebuah fenomena Skor hasil penilaian dari tiga orang ahli materi
di kelas online untuk merumuskan masalah dan berturut-turut adalah 3,80; 3,70; dan 3,60 dan
mengajukan hipotesis. Ranah evaluasi, siswa rata-ratanya adalah 3,70 dengan kategori
dihadapkan pada soal-soal yang diselesaikan validitas sangat tinggi. Adapun skor
berdiskusi secara berkelompok melalui kelas maksimumnya adalah 4,00. Sementara itu,
online. Ranah kreasi, siswa akan merancang terkait uji ahli untuk aspek konstruk, saran-
percobaan atau merancang sebuah karya secara saran perbaikan yang diberikan oleh para ahli
mandiri. Selain itu setiap awal kegiatan disajikan pada Tabel 2. Sementara skor yang
ditampilkan tujuan pembelajaran yang akan diberikan oleh ketiga ahli berturut-turut adalah
dicapai. Bagian terakhir dari LKS (daftar 3,55; 3,44; dan 3,33 dengan skor rata-rata 3,44
pustaka dan halaman belakang sampul). dan kategori validitasnya sangat tinggi. Sama
Menurut Nuraini dkk. (2018), LKS blended seperti pada uji materi, pada uji konstruk ini
learning berorientasi pada HOTS yang skor maksimumnya juga 4,00.
Tabel 1. Rangkuman saran-saran hasil uji ahli isi/materi
No
Saran dan Masukan untuk Perbaikan Saran Perbaikan

1. Kesesuaian tujuan pembelajaran Penambahan tujuan pembelajaran untuk proses


pembelajaran online setelah tatap muka
2. Tambahkan gambar pada latihan soal Menambahkan gambar pada soal agar lebih menarik
agar lebih menarik
3. Pilihlah fenomena yang sesuai dengan Memperbaiki pemilihan fenomena impuls dan momentum
sub materi pembelajaran agar sesuai dengan materi pembelajaran
4. Ubahlah kalimat atau kata disesuaikan Memperbaiki kalimat/kata yang belum sesuai dengan tata
dengan tata bahasa indonesia bahasa Indonesia
5. Perbaikilah peta konsep agar sesuai Memperbaiki bagan peta konsep sehingga sesuai dengan
dengan materi materi

51
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

Tabel 2. Rangkuman saran-saran hasil uji ahli konstruk

No. Saran dan Masukan untuk Perbaikan Perbaikan yang dilakukan


1. Pemilihan Warna sampul sampul LKS lebih Memperbaiki warna pada sampul dengan warna
dikontras yang lebih kontras
2. Pemilihlah Jenis dan ukuran huruf pada sampul Memperbaiki jenis daan ukuran huruf pada sampul
dan isi LKS agar mudah dibaca dan isi LKS agar lebih jelas

3. Tambahkan sumber pada gambar yang Menambahkan sumber dari gambar yang
ditampilkan ditampilkan pada LKS

4. Penulisan daftar isi Menambahkan kegiatan pembelajaran yang belum


tertulis dalam daftar isi

5. Tambahakan bingkai pada LKS Penambahan bingkai pada sampul pada LKS

Hasil analisis Uji Ahli Konstruk/desain


LKS ini dinyatakan “sangat valid” dengan skor
3,44. Setelah produk mendapat saran saran
perbaikan dari validator, produk direvisi dan
selanjutnya akan diujicobakan. Ahli desain
memvalidasi kelayakan format sampul, format
LKS secara menyeluruh, gambar, dan
pendukung LKS. Ahli isi memvalidasi isi dan
komponen HOTS (Fitriani dkk., 2017). Pada
Gambar 1 sampai Gambar 4 disajikan tampilan
produk LKS yang dikembangkan

Gambar 2. Bagian isi LKS yang didalamnya


memuat aktivitas online sebelum tatap muka

Gambar 1. Cover Bagian depan LKS Gambar 3. Bagian isi LKS mengenai aktivitas
tatap muka

52
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

dikarenakan kegiatan didalam LKS telah sesuai


dengan Kurikulum 2013, terdapat kesesuaian
antara KI dan KD, dan kesesuaian antara tujuan
dan indikator menggunakan kata kerja
operasional yang melatih kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa sehingga siswa dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapkan.
Selain uji ahli isi juga terdapat uji
konstruk. Hasil Analisis Uji Ahli
Konstruk/desain LKS dinyatakan “sangat
valid” dengan skor 3,34. Menurut para ahli
Gambar 4. Bagian isi LKS mengenai aktivitas LKS yang dikembangkan telah sesuai dalam
online setelah tatap muka
pemilihan warna, huruf, gambar, spasi, bingkai,
Setelah produk pengembangan LKS dan margin. LKS dikatakan valid karena
model blended learning berorientasi HOTS mengikuti saran perbaikan yang dikemukakan
tervalidasi dan direvisi, produk dilakukan uji
oleh validator, LKS yang telah dibuat
coba terhadap sampel, yaitu sebanyak tiga
orang siswa kelas X di Bandar Lampung. Uji selanjutnya divalidasi dan dilakukan revisi
coba ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berdasarkan saran perbaikan yang diberikan
kemenarikan, dan kemudahan dalam oleh para ahli. Saran perbaikan pada LKS yang
menggunakan produk. Hasil uji 1-1 ini sesuai dikembangkan diantaranya, perbaikan pada isi
dengan angket kemenarikan, kemudahan LKS diantaranya penambahan poin pada tujuan
produk LKS. Adapun rata-rata skor hasil pebelajaran, penambahan gambar, perbaikan
penilaian siswa mengenai kemenarikan dan
fenomena yang ditampilkan pada LKS, dan
kemudahan LKS berturut-turut adalah 3,55
dengan kategori sangat menarik dan 3,44 perbaikan bahasa. Perbaikan pada konstruk
dengan kategori sangat mudah. LKS diantaranya, perubahan warna, jenis dan
Tahap Pengembangan, peneliti ukuran huruf, penambahan bingkai pada tepi
melakukan uji validitas LKS dengan dosen LKS, dan penambahan sumber pada gambar.
Pendidikan Fisika, dosen fisika UM Metro, dan Kemenarikan dari LKS yang
Guru SMA N 1 Banjar Agung, saran dan dikembangkan dalam keadaan sangat menarik
masukan dari para ahli selanjutnya digunakan dengan skor 3,55. Masing-masing komponen
sebagai acuan perbaikan LKS selain itu juga pada LKS memenuhi kriteria menarik menurut
pengisian angket uji validitas untuk mnentukan penilaian para siswa, masing-masing
kelayakan produk yang dikembangkan. Revisi komponen tersebut diantaranya LKS
ini dilakukan sebagai langkah untuk membuat menggunakan jenis huruf, ukuran huruf yang
produk LKS yang layak isi dan konstruknya. menimbulkan ketertarikan siswa untuk
LKS dikatakan valid berdasarkan teori membaca dan mempelajarinya, penampilan
ditunjukkan dengan kevalidan berdasarkan isi gambar yang jelas meningkatkan kemenarik
dan kontruk. LKS tersebut valid apabila dari LKS. Variansi warna dan layout LKS tidak
memenuhi kategori valid berdasarkan penilaian merusak pandangan dan menambah
oleh tiga orang ahli. Masing-masing komponen kemenarikan LKS. Penampilan fenomena yang
pada LKS memenuhi kriteria valid teori atau sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
validasi isi. Hasil Analisis Uji Ahli isi/materi percobaan menggunakan simulasi yang
LKS dinyatakan “sangat valid” dengan skor ditampilkan dari video dan aplikasi serta
3,43. Berdasarkan penilaian yang dilakukan menggunakan percobaan langsung yang masih
para ahli, secara keseluruhan LKS yang jarang digunakan oleh siswa SMA, dan
dikembangkan dikategorikan dalam keadaan evaluasi yang dilengkapi dengan gambar
sangat valid dengan skor 3,4. Hasil ini

47
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

menambah ketertarikan siswa untuk PENUTUP


mempelajarinya. Berdasarkan hasil pengembangan dan
LKS yang dikembangkan dalam ranah pembahasan, dapat disimpulkan bahwa telah
mudah dipelajari dengan skor 3,62 dengan dihasilkan sebuah produk yang dikembangkan
kualitas sangat mudah. Menurut penilaian para berupa LKS model blended learning
siswa, masing-masing komponen pada LKS berorientasi HOTS materi impuls dan
memenuhi kriteria mudah dikarenakan dalam momentum yang teruji valid, dilihat pada
LKS menampilkan keterangan penggunaan komponen isi dengan skor 3,70 (sangat valid),
yang sangat membantu siswa untuk dan komponen konstruk dengan skor 3,44
menggunakan LKS hanya dengan membaca (sangat valid) sehingga dapat digunakan untuk
keterangan penggunaan tersebut. Alur dalam mempelajari materi impuls dan momentum di
LKS tidak membuat siswa kebingungan, SMA. Berdasarkan hasil uji kepraktisannya,
contohnya adalah alur pada saat tatap muka dilihat dari hasil uji 1-1, pada komponen
atau kegiatan online, alur tersebut sudah jelas kemenarikan LKS dengan skor 3,55 (sangat
dituliskan dalam LKS. Selain itu percobaan dan baik), dan komponen kemudahan LKS dengan
pertanyaan-pertanyaan yang ditampilkan skor 3,53 (sangat baik), sehingga produk dapat
mudah untuk dipelajari, karena dilengkapi digunakan sebagai penunjang kegiatan
dengan gambar pendukung, sehingga siswa pembelajaran.
tidak abstrak saat mempelajarinya, hal ini Saran dari penelitian pengembangan ini
sesuai dengan Hermawanto dkk. (2013) yang yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
menyatakan bahwa salah satu permasalahan menyangkut uji efektivitas LKS dalam
yang dihadapi oleh guru fisika dalam pembelajaran fisika materi impuls dan
pembelajaarn fisika adalah penguasaan konsep momentum. Respon siswa mengenai
dan penalaran siswa yang rendah, dengan kepraktisan pembelajaran fisika dengan model
bantuan LKS penalaran siswa terbantu dengan blended learning menggunakan LKS ini juga
baik. Sebagian siswa mampu menyerap pesan perlu dikaji.
yang terkandung dalam LKS dan kegiatan
siswa pada LKS mudah dilaksanakan dengan DAFTAR PUSTAKA
langkah-langkah dalam LKS (Kristianingsih
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional
dkk., 2016; Guntara & Pamungkas, 2017).
Abad XXI. Buletin BSNP: Media
Produk hasil pengembangan memiliki
Komunikasi dan Dialog Standar
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari LKS
Pendidikan, 3(1), 48–50.
yang dikembangkan yaitu kegiatan
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan
pembelajaran pada LKS model blended
Bahan Ajar. Jakarta.
learning ini memanfaatkan teknologi informasi
Ernawati, E., & Safitri, R. (2018). Analisis
komunikasi yang sesuai dengan tuntuan jaman,
Kesulitan Guru Dalam Merancang
selain itu siswa dapat berperan aktif melalui
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata
kelas online sebelum tatap muka yang
Pelajaran Fisika Berdasarkan Kurikulum
disediakan, didalamnya siswa dapat berdiskusi
2013 Di Kota Banda Aceh. Jurnal
dan berbagi informasi. Kelemahan produk hasil
Pendidikan Sains Indonesia, 5(2), 50–58.
pengembangan ini yaitu LKS belum diuji
https://doi.org/10.24815/jpsi.v5i2.9817
keefektifannya dan belum diuji pada kelompok
Febriany, Y., Yulianti, D., & Rosidin, U.
yang lebih besar, sehingga tingkat
(2017). Blended Learning mata pelajaran
kepercayaannya hanya berlaku untuk ruang
fisika kelas XI TKJ. Jurnal Teknologi
lingkup kecil yaitu sekolah tempat penelitian.
Informasi Komunikasi Pendidikan, 5(1).
Fitriani, W., Bakri, F., & Sunaryo. (2017).

48
Z. Paradita, W. Suana/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.46-49 (2019)

Pengembangan Lembar Kerja Siswa and Science Learning), 2(1), 69-77.


(LKS) Fisika untuk Melatih Kemampuan Pratiwi, Y., Parijo, & Warneni. (2010).
Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Penerapan Model Blended Learning
Thinking Skill). Jurnal Wahana Untuk Meningkatkan Performansi Belajar
Pendidikan Fisika, 2(1), 36–42. Siswa Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal
Guntara, Y., & Pamungkas, H. N. (2017). The Pendidikan dan Pembelajaran, 5(11), 1–
Development Of Peka-Based Thinking 10.
Activity Worksheet to Measure The Sukiminiandari, Y. P., Budi, A. S., & Supriyati,
Students’thinking Skill. Unnes Science Y. (2015). Pengembangan Modul
Education Journal, 6(1). Pembelajaran Fisika. Prosiding Seminar
Hamidiyah, N. (2017). Pengembangan Lembar Nasional Fisika, IV, 161–164.
Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk Syarif, I. (2012). Pengaruh model blended
Melatihkan Self-efficacy Siswa pada learning terhadap motivasi dan prestasi
Materi Getaran Harmonik Sederhana di belajar siswa SMK. Jurnal Pendidikan
MAN 2 Kediri. Jurnal Inovasi Pendidikan Vokasi, 2(2), 234–249.
Fisika (JIPF), 6(3), 240–245. Wahyuni, D.E., & Arief, A. (2015).
Hermawanto, Kusairi, S., & Wartono. (2013). Implementasi Pembelajaran Scientific
Pengaruh Blended Learning Terhadap Pe- Approach Dengan Soal Higher Order
nguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Thinking Skill Pada Materi Alat-Alat
Peserta Didik Kelas X. Jurnal Pendidikan Optik Kelas X Di SMA Nahdlatul Ulama’
Fisika Indonesia, 9(1), 67–76. 1 Gresik. Jurnal Inovasi Pendidikan
Karsono, K. (2017). Pengaruh penggunaan Fisika (JIPF), 04(03), 32–37.
LKS berbasis hots terhadap motivasi dan Wijayanti, W., Maharta, N., & Suana, W.
hasil belajar IPA siswa SMP. Jurnal (2017). Pengembangan Perangkat Blen-
Pendidikan Matematika Dan Sains, 5(1), ded Learning Berbasis Learning Mana-
50–57. gement System pada Materi Listrik
Kristianingsih, D. D., Wijayati, N., & Sudar- Dinamis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika
min, S. (2016). Pengembangan LKS Al-Biruni, 6(1), 1-12.
Fisika bermuatan generik sains untuk https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.
meningkatkan higher order thinking skills 581.
(HOTS) siswa. Journal of Innovative
Science Education, 5(1), 73-82.
Munandar, H., Yusrizal, Y., & Mustanir, M.
(2015). Pengembangan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Berorientasi Nilai
Islami Pada Materi Hidrolisis Garam.
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 3(1),
27-37.
Normarita, F. I., Nyeneng, I. D. P., & Ertikanto,
C. (2015). Pengembangan LKS dengan
Scientific Approach untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa.
Jurnal Pembelajaran Fisika, 3(3), 43–52.
Nuraini, S., Distrik, I. W., & Suana, W. (2018).
Pengembangan lembar kerja siswa
blended learning berorientasi higher order
thinking skills. Pascal (Journal of Physics

49

Anda mungkin juga menyukai