ISSN: 2085-6717 Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009
Sudjindro
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
Jl. Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 199, Malang
E-mail: balittas@litbang.deptan.go.id
Diterima: 15 Mei 2009 Disetujui: 3 Juli 2009
ABSTRAK
Benih merupakan cikal bakal dari suatu kehidupan tanaman yang harus memiliki mutu genetik, fisiologis,
dan fisik yang baik. Namun untuk memahami benih itu apa dan bagaimana memperoleh mutu benih yang
baik tidaklah mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses untuk memperoleh mutu benih yang baik,
yaitu faktor internal (faktor yang ada di dalam benih) dan faktor eksternal (faktor di luar benih atau ling-
kungan). Konsep perbenihan dan implementasi di lapangan pada beberapa komoditas di Indonesia belum
berjalan dengan baik, sehingga masih perlu penyempurnaan. Dalam konsep perbenihan yang menjadi fokus
utama meliputi beberapa aspek, yaitu produksi, pengolahan benih, penyimpanan benih, analisis mutu benih,
penanganan benih, distribusi, dan pemasaran benih. Permasalahan dalam usaha perbenihan mencakup ma-
salah teknis dan nonteknis. Permasalahan nonteknis antara lain kondisi lingkungan masyarakat dan kebijak-
an perbenihan pemerintah yang kurang mendukung lebih besar perannya dibanding dengan masalah teknis.
Di samping itu juga pengertian/pemahaman benih masih kurang, informasi tentang teknologi benih juga ma-
sih sangat sedikit, sosialisasi tentang tata cara permohonan ijin pemasukan dan pengeluaran benih dari dan
ke luar negeri jarang dilakukan, dan sosialisasi pentingnya sertifikasi mutu benih masih sangat kurang. De-
ngan demikian implementasi sistem perbenihan di Indonesia perlu disempurnakan. Untuk itu disarankan ke-
pada pemerintah untuk membentuk “sistem kelembagaan perbenihan” sebagai pegangan dalam setiap usa-
ha pengembangan/perluasan komoditas.
Kata kunci: Benih, mutu benih, produksi benih, teknologi benih, kelembagaan
ABSTRACT
Seeds are a set up of living plants, therefore it has to have a good genetic, physiology, and physic quality.
However, to entirely understand what and how to get a good seed is not easy. Factors influencing to get a
good quality of seed include internal and external factors. Seed production concept and implementation in
Indonesia has not been well established. The concept comprises aspects, i.e. seed production, processing,
storage, quality analysis, handling, distribution, and marketing. Problems involved in seed production include
technical and non-technical problems. Non-technical problems are more troublesome than technical problem.
These include society provision and less government-policy support for seed production system. Moreover,
the people perception about seed are insufficient, information about seed technology is also limited, sociali-
zation in seed import and export permit is rarely executed, and socialization about the importance of seed
certification is inadequate. Therefore, implementation of seed production system needs to be improved. To
92
Sudjindro: Permasalahan dalam implementasi sistem perbenihan
do this, the government is suggested to put up a “seed institution system” as a guideline for crop develop-
ment.
93
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009
yang akan digunakan harus baik dan benar. KONSEP SISTEM PERBENIHAN
Benih yang baik adalah benih yang memiliki
mutu fisik dan fisiologis yang tinggi artinya, Produksi dan distribusi benih merupakan
benih tersebut secara fisik bersih, tidak cacat, hal utama dalam konsep sistem perbenihan.
ukurannya seragam, warna seragam, dan se- Teknologi benih merupakan komponen dari
cara fisiologis memiliki viabilitas yang tinggi suatu sistem perbenihan. Sistem perbenihan
(daya berkecambah dan vigor). Benih dikata- memiliki subsistem mikro dan subsistem ma-
kan benar apabila benih tersebut memiliki mu- kro. Subsistem mikro lebih bersifat teknis la-
tu genetik tinggi, artinya benih tersebut harus pangan produksi, sedangkan subsistem makro
murni dan jelas identitasnya sesuai dengan lebih berwawasan pada kebijakan dan hu-
deskripsi varietas tersebut. bungannya dengan di luar industri perbenih-
Menurut Sadjad (1997), industri benih an. Wawasan subsistem makro meliputi sub-
dapat dibedakan dalam lima tingkatan berda- subsistem sektoral, infrastruktural, komoditas,
sarkan sistem pengelolaan benih dan perala- dan keplasmanutfahan. Wawasan subsistem
tannya. Secara umum sistem perbenihan yang mikro meliputi sub-subsistem produksi di la-
dilakukan oleh pemerintah saat ini belum se- pangan, pengolahan, penyimpanan, analisis
penuhnya mengacu pada sistem pengadaan mutu, penanganan, dan pemasaran. Dengan
atau industri benih standar, baik sistem ke- demikian teknologi benih termasuk dalam wa-
lembagaannya maupun teknologi panen dan wasan subsistem mikro dengan aspek-aspek
pascapanennya. Sementara perusahaan swas- yang meliputi: a) Produksi di lapangan; b)
ta justru lebih maju dalam sistem industri be- Pengolahan benih; c) Penyimpanan; d) Anali-
nihnya seperti pada jagung dan sayuran. Di sis mutu; e) Penanganan benih; dan f) Pema-
tingkat pemerintah, industri benih masih pada saran benih (Sadjad, 1997).
tingkat II dan III (di atas konvensional sedikit,
dan ada sentuhan teknologi peralatan seder- a. Aspek Produksi di Lapangan
hana), sedangkan swasta sudah memasuki in- Untuk memperoleh produksi dan mutu
dustri benih tingkat IV (dukungan teknologi benih yang baik maka pengadaan benih harus
dan peralatan modern). diusahakan pada lahan yang subur dan lokasi-
Untuk memperbaiki sistem perbenihan, nya mudah dijangkau agar mudah pengawas-
diperlukan evaluasi dari sistem perbenihan annya. Lebih diutamakan yang ada fasilitas
yang diimplementasikan saat ini dan kesesu- pengairannya. Sebelumnya dipilih dahulu vi-
aiannya dengan konsep-konsep perbenihan gor awal benih yang akan ditanam harus ting-
yang sudah ada. Makalah ini bertujuan untuk gi agar menghasilkan individu-individu yang te-
memberikan konsep sistem perbenihan ta- gar. Selanjutnya adalah pemeliharaan setelah
naman tembakau, serat, dan minyak industri tumbuh sampai tanaman berbuah; penentuan
dan mengevaluasi implementasinya, sehingga umur panen dan cara panen yang tepat; pera-
dapat diberikan saran-saran kebijakan dalam watan benih selama pengolahan; cara pengo-
perbenihan. lahannya sendiri; demikian pula selama benih
94
Sudjindro: Permasalahan dalam implementasi sistem perbenihan
menunggu saat-saat penanaman, semua itu nih. Karena pertanaman yang kekurangan air
merupakan unsur-unsur yang perlu diperhati- akan menghasilkan banyak benih tidak ber-
kan dalam aspek produksi benih di lapangan. nas. Selain itu pengawasan juga mencakup
Kriteria panen antara benih ortodoks kemurnian varietas tanaman. Dengan demiki-
dan rekalsitran sangat berbeda persyaratan- an prinsip pengawasan di lapangan adalah
nya, demikian pula antarspesies tanaman me- melarang tindakan panen pertanaman produk-
merlukan kriteria yang berbeda. Tingkat ke- si bukan benih dijadikan untuk benih. Atau de-
masakan benih di lapangan (masak fisiologis) ngan kata lain produksi biji akan digunakan
beberapa spesies tanaman juga sangat berbe- sebagai benih.
da. Untuk kepentingan mutu dan viabilitas be-
nih maka seyogyanya tiap spesies tanaman c. Aspek Pengolahan Benih
yang diusahakan harus ditentukan dahulu ka- Pelaksanaan pengolahan benih ditentu-
pan masak fisiologis yang tepat. Hal ini dise- kan oleh target yang ingin dicapai. Apabila
babkan saat masak fisiologis yang tepat sa- menghendaki proses dengan efisiensi tinggi
ngat menentukan kualitas benih selanjutnya. maka usaha peningkatan mutu dalam proses
Perlu diingat bahwa setiap unsur pengolahan dapat dilakukan dengan berbagai
tersebut dimensinya dapat meliputi masalah teknologi modern yang meliputi: pembijian
genetik, masalah internal, maupun eksternal (threshing), pembersihan (cleaning), penge-
benih. Unsur pemeliharaan di lapangan memi- ringan (drying), pemilahan (grading), dan pe-
liki dimensi lingkungan, baik berupa iklim, me- ngemasan (packaging). Pembijian dapat dila-
dia tumbuh, maupun status vigor tanaman in- kukan dengan menggunakan alat yang dise-
duk yang ditanam. but thresher yang biasanya dilengkapi dengan
penghembus (blower). Pembersihan dapat di-
b. Aspek Pengawasan Produksi di La- lakukan dengan blower atau secara manual de-
pangan ngan tampi (nyiru). Pemilahan dapat dilaku-
Aspek pengawasan produksi merupakan kan dengan alat seed gravity separator atau
suatu kegiatan yang sangat menentukan ter- dapat disortasi secara manual. Pengeringan
hadap kualitas benih yang dihasilkan. Penga- dapat dilakukan dengan menjemur langsung
wasan mencakup pemeliharaan tanaman khu- di bawah sinar matahari selama beberapa hari
susnya pada pemberian nutrisi dan air, yang atau dapat menggunakan mesin pengering
harus sesuai dengan persyaratan pertumbuh- (drier). Yang perlu diperhatikan pada mesin pe-
an biji dalam buah. Karena pada hakekatnya ngering adalah suhunya tidak boleh melebihi
pertanaman untuk tujuan menghasilkan benih 40C dan peningkatan suhu tidak boleh terlalu
harus memperoleh perlakuan yang prima agar cepat. Cara-cara dengan menggunakan per-
dapat menghasilkan produktivitas benih yang alatan tersebut di atas memang memerlukan
tinggi dengan mutu benih yang baik. Jadi pa- investasi yang cukup mahal, tetapi efisien da-
da prinsipnya tanaman yang tidak memenuhi lam pemanfaatan waktu dan tenaga.
persyaratan kemurnian, keserempakan tum- Namun perlu diketahui bahwa tidak se-
buh, dan banyak gangguan hama dan penya- mua spesies tanaman dapat dijemur langsung
kit tidak boleh untuk benih. Aspek pemberian di bawah sinar matahari, karena bila kontak
air merupakan kunci utama pada produksi be- langsung dengan sinar matahari dapat meru-
95
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009
sak benih. Pada umumnya jenis rekalsitran ti- hun), benih disimpan dalam seed storage yang
dak dapat dijemur langsung di bawah sinar bersuhu 5–20oC dan kelembapan nisbi ruang
matahari (misal benih karet, cokelat), sedang- 45–50%. Kadar air benih 7–8% dan dikemas
kan jenis ortodoks dapat langsung dijemur di dengan kantong plastik tebal 0,08 mm, atau
bawah sinar matahari. Demikian pula standar kantong aluminium foil tebal 0,08 mm atau
kadar air bagi spesies tanaman juga bervaria- dalam kaleng yang tertutup rapat dengan pa-
si. rafin. Penyimpanan disini biasanya untuk be-
Unsur pengolahan dapat pula disederha- nih koleksi aktif; iii) Jangka panjang (10–50
nakan dengan harapan untuk memenuhi kon- tahun), benih disimpan dalam cold storage
sumen yang relatif masih sederhana, misalnya yang bersuhu (-20C)–(-5C) dan kelembapan
dengan cara manual yang kurang efisien atau nisbi ruang 40%. Kadar air benih 6–7% dan
taraf mutunya direndahkan dengan menghi- benih dikemas dalam kantong aluminium foil
langkan unsur pemilahan. tebal 0,08–0,12 mm atau dalam botol gelas
dengan tutup berlapis karet atau semua ke-
d. Aspek Penyimpanan Benih masan yang termasuk kedap uap air. Penyim-
Penyimpanan benih sangat penting apa- panan pada ruang ini biasanya hanya diguna-
bila benih yang dikelola tidak dapat segera di- kan untuk koleksi plasma nutfah atau koleksi
tanam, atau memang masih perlu waktu cu- pasif.
kup lama untuk menggunakan benih hasil dari Perbedaan yang sangat menyolok ada-
lapangan. Dalam penyimpanan benih sangat lah bahwa benih rekalsitran tidak dapat disim-
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-fak- pan lama dan dalam penyimpanannya memer-
tor yang perlu diperhatikan dalam penyimpan- lukan kadar air tinggi (20–50%) tergantung
an benih adalah: kondisi ruang simpan (seed spesiesnya. Benih ortodoks dapat disimpan la-
storage), vigor awal benih, kadar awal benih, ma dan penyimpanannya memerlukan kadar
kelembapan nisbi dan suhu ruang simpan, ser- air rendah (5–10%) tergantung spesiesnya.
ta serangga hama dan cendawan gudang, se-
muanya akan menentukan kemampuan benih e. Aspek Analisis Mutu Benih
untuk bertahan hidup dalam penyimpanan. Analisis mutu benih merupakan salah sa-
Penyimpanan benih dapat dibedakan da- tu aspek yang sangat penting untuk mende-
lam tiga tujuan yaitu: i) Jangka pendek (sam- teksi dan menginformasikan status benih baik
pai dengan 2 tahun), benih disimpan pada ru- yang baru dipanen, yang akan disimpan, be-
ang simpan (gudang benih) pada suhu kamar nih dalam penyimpanan, maupun yang akan
(25–30C) dan kelembapan nisbi 60% de- diedarkan. Standar mutu benih yang umum-
ngan ventilasi udara yang lancar. Benih dike- nya banyak digunakan dalam analisis adalah
mas dalam karung goni berlapis plastik, kan- mutu genetik (kemurnian varietas), mutu fi-
tong plastik tebal 0,08 mm atau dalam ka- siologis yang dicerminkan oleh viabilitas po-
leng, dengan kadar air 8%. Alas tumpukan tensial (VP) dengan tolok ukur daya berke-
benih dari kayu setinggi 10–20 cm. Penyim- cambah (DB), atau berat kering kecambah
panan jangka pendek hanya untuk benih yang normal (BKK), dan mutu fisik (kerusakan be-
segera akan ditanam atau yang akan dikirim nih, kebersihan benih, kotoran benih, campur-
ke lain daerah; ii) Jangka menengah (2–10 ta- an benih gulma). Unsur-unsur yang menentu-
96
Sudjindro: Permasalahan dalam implementasi sistem perbenihan
kan nilai hasil analisis mutu benih meliputi: dilakukan promosi benih dan menjaga hubung-
metode dan prosedur yang digunakan; media an baik dengan konsumen.
pengujian; alat dan bahan pengujian; keteliti-
an, serta kejelian analis benih.
PERMASALAHAN DALAM USAHA
f. Aspek Penanganan Benih PERBENIHAN
Penanganan benih mencakup unsur pe-
nyehatan benih dan pengamanan selama Banyak permasalahan teknis dan non-
transportasi dan penyimpanan. Unsur penye- teknis yang dihadapi dalam usaha perbenihan,
hatan adalah usaha pencegahan terhadap baik pada pengusahaan benih ortodoks mau-
gangguan serangga hama atau penyebab pe- pun benih rekalsitran. Permasalahan nontek-
nyakit selama benih disimpan. Pada umumnya nis antara lain kondisi lingkungan masyarakat
perawatan benih menggunakan fungisida ter- dan kebijakan tentang perbenihan yang ku-
tentu sebagai seed treatment, untuk menghin- rang mendukung. Permasalahan teknis umum-
dari gangguan cendawan. Sedangkan fumigan nya banyak dijumpai pada faktor pemelihara-
digunakan untuk mengatasi gangguan serang- an, panen, dan pascapanen. Dalam pemeliha-
ga hama dalam gudang. Unsur pengamanan raan tanaman pada umumnya terkendala oleh
selama transportasi harus memperhatikan keterbatasan pupuk dan kelebihan atau keku-
kondisi kadar air benih, macam kemasan, dan rangan air. Sedangkan dalam hal panen dan
pengaturan faktor lingkungan selama trans- pascapanen sering terkendala oleh keterba-
portasi terutama suhu. Meningkatnya suhu se- tasan peralatan panen dan prosesing benih.
lama transportasi akan mempercepat menu- Kadangkala juga terkendala adanya hujan
runnya viabilitas benih. Sebagai contoh trans- yang tiba-tiba turun pada saat benih sudah
portasi benih kenaf menggunakan truk pada kering di lapangan atau justru pada saat pen-
siang hari selama delapan jam dapat menu- jemuran. Kasus ini sebenarnya dapat diatasi
runkan daya berkecambah 10–15% apabila dengan penggunaan mesin pengering benih
terjadi peningkatan suhu lebih dari 10C (Su- (seed drier). Selain itu informasi teknologi be-
djindro, 1994). nih untuk berbagai komoditas pertanian/per-
kebunan masih sangat terbatas, sehingga
g. Aspek Pemasaran Benih untuk menyediakan benih bermutu dalam jum-
Dalam pemasaran benih yang lebih di- lah yang cukup sering tidak terpenuhi.
perhatikan adalah unsur konservasi benih se- Beberapa faktor yang menjadi kendala
lama menunggu konsumen. Apabila pedagang dalam memasyarakatkan atau menyosialisasi-
benih teledor dalam menjaga mutu benih se- kan teknologi benih di masyarakat antara lain:
lama dalam periode konservasi tersebut maka a. Banyak yang menganggap bahwa benih
penurunan viabilitas benih akan terjadi secara itu sama dengan biji, sehingga tidak per-
cepat. Padahal benih yang akan dipasarkan nah ada perhatian terhadap menurunnya
harus memenuhi standar sertifikasi secara le- produktivitas tanaman akibat mengguna-
gal dengan kaidah benih yang baik dan benar. kan biji.
Dengan kata lain dalam pemasaran benih ha- b. Masih rendahnya minat masyarakat untuk
rus selalu menjaga mutu benih. Untuk mem- memahami manfaat benih bermutu.
percepat proses pemasaran benih juga perlu
97
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009
98
Sudjindro: Permasalahan dalam implementasi sistem perbenihan
buat standar perbenihan secara umum (gene- 4. Pada kasus pengadaan benih sumber jarak
ralized). Meskipun demikian, perlu adanya du- pagar (Jatropha curcas), masih banyak
kungan dan kesungguhan pemerintah dalam hal-hal yang misterius yang menyelimuti
mengatur kelembagaan sistem perbenihan di mulai dari pertanaman, panen, prosesing
negara kita. Sistem perbenihan adalah sangat benih, dan penyimpanan, sehingga perlu
kompleks dengan berbagai subsistem yang penanganan lebih ekstra. Untuk mempero-
masing-masing memiliki peluang risiko yang leh mutu benih yang baik masih diperlukan
sangat besar. Sehingga dalam usaha meng- banyak penelitian budi daya dan benih.
adakan industri benih harus didukung oleh: 5. Dalam proses penangkaran benih bekerja
pendanaan, sumber daya manusia, teknologi sama dengan petani, perlu ditinjau atau
budi daya, teknologi panen dan prosesing be- dikaji ulang bagaimana mekanisme yang
nih, penyimpanan, pengemasan, transportasi, paling baik dan saling menguntungkan.
dan legalisasi (sertifikasi benih). Selain penga- 6. Sertifikasi tetap merupakan persyaratan
daan benih melalui industri perbenihan, benih sangat penting untuk menghasilkan benih
juga dapat diperoleh melalui introduksi dari bermutu. Sertifikasi bukan hanya pada ha-
luar negeri dengan izin Menteri Pertanian. sil benihnya, tetapi juga dimulai sejak awal
Beberapa implementasi yang perlu mendapat mulai dari kebenaran administrasi usulan,
perhatian: kebenaran varietas yang ditanam, kelayak-
1. Kurangnya sosialisasi tentang tata cara an lokasi, luasan, sistem tanam, kondisi
permohonan izin pemasukan dan pengelu- pertanaman, dan sekaligus taksasi produk-
aran benih/bibit/mikrobia dari dan ke luar si, harus dilakukan oleh petugas yang ber-
negeri untuk penelitian. Sosialisasi ini sa- wenang. Disini peran institusi yang berwe-
ngat perlu dilakukan kepada para pengu- nang untuk sertifikasi benih sangat me-
saha/pengelola perusahaan, instansi pe- nentukan lolos tidaknya suatu usaha pe-
merintah atau swasta, badan hukum, atau nangkaran benih.
perorangan.
2. Kurangnya sosialisasi PP No. 44 tahun 1995
Tentang Perbenihan Tanaman kepada pe- SARAN KEBIJAKAN
tugas lapang, penangkar benih, kelompok
Mengingat perbenihan dalam pertanian/
tani, dan petani.
perkebunan merupakan hal yang sangat pen-
3. Pada kasus penangkaran benih sebar ka-
ting, maka diharapkan kebijakan pemerintah
pas di Lamongan, belum nampak adanya
untuk lebih fokus dalam memperhatikan ma-
perhatian khusus dalam hal: pemilihan lo-
salah benih untuk pengembangan komoditas.
kasi, pemeliharaan tanaman (pemupukan,
Yang dimaksudkan lebih fokus adalah peme-
PHT, pengairan), dan penanganan pasca-
rintah menciptakan “sistem kelembagaan per-
panen, sehingga tidak dapat dibedakan
benihan“ yang dapat digunakan sebagai pe-
antara tanaman pembenihan dan tanaman
gangan dalam setiap langkah untuk mengada-
petani kapas untuk pengembangan. Ta-
kan pengembangan/perluasan suatu komodi-
naman perbenihan memerlukan perhatian
tas. Disadari sepenuhnya bahwa sangat sulit
ekstra, sehingga dapat menghasilkan be-
untuk membuat suatu konsep kelembagaan
nih dengan harga jual cukup tinggi.
yang dapat berlaku umum, karena banyaknya
99
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009
komoditas yang berbeda-beda spesifikasinya. Anonim. 1995. Peraturan Pemerintah No. 44 Ta-
Namun paling tidak kerangka logisnya dapat hun 1995 Tentang Perbenihan Tanaman.
Menteri Negara Sekretaris Negara Republik
mengakomodir semua komoditas. Karena se-
Indonesia, Jakarta.
lama ini selalu terjadi berulang-ulang bahwa
setiap akan memperluas/mengembangkan su- Anonim. 2003. Petunjuk teknis tata cara permo-
honan izin pemasukan dan pengeluaran be-
atu komoditas, kendala utama pasti masalah nih/bibit/mikrobia dari dan ke luar negeri
tidak tersedianya benih. Di samping itu kebi- untuk penelitian. Badan Penelitian dan Pe-
jakan subsidi harga benih rasanya tidak popu- ngembangan Pertanian. Departemen Pertani-
ler dan tidak menguntungkan petani, tetapi le- an, Jakarta.
bih menguntungkan pengusaha benih. Justru Heydecker, W. 1972. Seed ecology. In Heydecker
yang diharapkan petani adalah subsidi harga (ed) Seed ecology. Proceeding of the Nine-
produksi seperti serat kapas, serat kenaf, se- teenth Easter School In Agricultural Science,
rat rami, serat abaka, biji jarak pagar, dll. Ka- University of Nottingham, London, Butter-
worths.
rena dalam era kompetisi dengan tanaman
padi dan palawija, harga komoditas Balittas Roberts, E.H. 1972. Cytological, genetical, and me-
tabolic changes associated with loss of viabili-
sangat berat menandingi tanaman jagung, ka-
ty. p. 253–306. In Roberts, EH (ed.) Viability
cang tanah, kedelai, dan padi. of seeds. Chapman and Hill, LTD. London. pp
448.
Sadjad, S. 1989. Konsepsi Steinbauer-Sadjad seba-
DAFTAR PUSTAKA gai landasan pengembangan matematika be-
nih di Indonesia. IPB. 41 hal.
Agrawal, B.L. 1980. Seed tecnology. Oxford and Sadjad, S. 1997. Membangun industri benih dalam
IBH Publishing, Co. New Delhi, Bombay, Cal- era agribisnis Indonesia. PT Gramedia Widia-
cutta. sarana Indonesia, Jakarta.
Anonim. 1992. Undang-Undang Nomor 12 Tahun Sudjindro. 1994. Indikasi kemunduran viabilitas
1992 Tentang Sistem Budi Daya Tanaman. oleh dampak guncangan pada benih kenaf
Menteri Negara Sekretaris Negara Republik (Hibiscus cannabinus L.). Disertasi IPB. 176
Indonesia, Jakarta. hal.
100