Anda di halaman 1dari 33

Apriza_44

Capailah mimpi yang selalu terlintas didalam tidurmu


TUESDAY, NOVEMBER 29, 2016

Makalah ASKEP PREEKLAMSIA dan EKLAMPSIA


(HIPERTENSI KEHAMILAN)
KEPERAWATAN MATERNITAS I

“ASKEP PREEKLAMSIA dan EKLAMPSIA (HIPERTENSI KEHAMILAN)”

Oleh :

TINGKAT IIA

1. Apriza (20136111038)

2. Aryo Aprianda (20136111041)

3. Septiansah Probo Pambudi (20136111116)


POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, dalam mata
kuliah Keperawatan Maternitas 1. Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, kami banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Marsia, SST, M.kes sebagai dosen pembimbing
dan teman–teman semua yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa hasil penyusunan makalah kami ini masih jauh dari
kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.
Untuk itu kami memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
tugas makalah kami ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca semua dalam mempelajari serta
memahami tentang materi dalam makalah ini.
Singkawang, 7 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Preeklamsia

B. Eklampsia

C. Asuhan Keperawatan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah “pre-eklamsi” telah menggantikan istilah “toksemia”. Terdapat 5 % pada


semua kehamilan sebagai komplikasi, 20% pada kehamilan nullipara, 40% pada
wanita dengan penyakit ginjal kronik. Keterlambatan diagnosis dan ketidakpastian
pengobatan bisa berakhir dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang
signifikan.

Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang kejadiannya


senantiasa tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh
masyarakat merupakan penyebab keterlambatan mengambil tindakan yang dapat
berakibat buruk bagi ibu maupun janin.

Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus
preeklampsi atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada
semua kehamilan, 12 % terjadi pada primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya
angka kejadian dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil
dan tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya.

Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap


tingginya tingkat kematian bumil dan janin, sudah selayaknya dilakukan suatu upaya
untuk mencegah dan menangani kasus preeklampsi. Keperawatan bumil dengan
preeklampsi merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut dari preeklampsi tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penyakit pre-eklamsia dan eklamsia?

2. Bagaimana Asuhan keperawatan pre-eklamsia dan eklamsia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep penyakit pre-eklamsia dan eklamsia

a. Pengertian pre-eklamsia dan eklamsia

b. Etiologi pre-eklamsia dan eklamsia

c. Patofisiologi pre-eklamsia dan eklamsia

d. Manifestasi pre-eklamsia dan eklamsia

e. Pemeriksaan penunjang pre-eklamsia dan eklamsia

f. Penatalaksanaan pre-eklamsia dan eklamsia

g. Komplikasi pre-eklamsia dan eklamsia

2. Asuhan keperawatan pre-eklamsia dan eklamsia

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Preeklamsia

B. Eklampsia

C. Asuhan keperawatan

BAB III : KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB II PEMBAHASAN

A. Preeklamsia

1. Pengertian

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
(Rustam Muctar, 1998).

Pre–eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable/usia


kehamilan > 20 minggu dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan
hypertensi, protein urine dan oedema.

Pada pre–eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai


protein urine akibat kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi
setelah usia 20–40 minggu kecuali jika terjadi penyakit trofoblastik.

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus. Pada bulan-bulan
pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng. Pada
kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali
seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89).

Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :

1) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba.

2) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus


uteri berada di belakang simfisis.

3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2
jari di atas simfisis pubis.

4) Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis


dengan pusat.

5) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.

6) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.

7) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.

8) Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus


xypoideus.

9) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus


xypoideus.

10) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah
prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati,
G. A. 2008. Hal. 90).

b. Vagina

Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen


sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut
tanda Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95).

c. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis


sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Namun
akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan
hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih
oleh plasenta. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95).

d. Payudara

Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang


akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)

e. Sistem Sirkulasi

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi


ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang
membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara
fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume
darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu,
diikuti dengancardiac output yang meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H.
2006. Hal. 96).

f. Sistem Respirasi

Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh


rasa sesak nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena
usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga
diafragma kurang leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).

g. Traktus Digestivus

Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea)


karena hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot traktus digestivus juga
menurun. Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala
muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila
terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97).

h. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh


uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang
dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan
karena bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97).

i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit
pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.
Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang
disebut striae livide. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97).

j. Metabolisme dalam Kehamilan

Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-
20 %. Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada
kehamilan trimester akhir. Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari
untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta
disimpan pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk
pembentukan tulang terutama pada trimester ketiga. Dengan demikian
makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr
perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk
keperluan janin sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita
hamil juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk
pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar tidak terjadi
perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98).

k. Kenaikan Berat Badan

Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi


ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4
kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4
kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006.
Hal.60-61).

3. Etiologi

Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti, tapi


pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang
khas pada berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah
spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.

Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer


penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang
menyertai preeklamsi.
a. Vasospasmus menyebabkan :

1) Hypertensi

2) Pada otak (sakit kepala, kejang)

3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)

4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)

5) Pada hati (icterus)

6) Pada retina (amourose)

b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia


yaitu :

1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,


dan molahidatidosa.

2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.

3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin


dalam uterus.

4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

c. Factor Perdisposisi Preeklamsi

1) Molahidatidosa

2) Diabetes melitus

3) Kehamilan ganda

4) Hidrocepalus

5) Obesitas

6) Umur yang lebih dari 35 tahun

4. Klasifikasi

Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Preeklamsi Ringan :

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik
30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.

2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat).

3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ &
2+ pada urine kateter atau midstream.

b. Preeklamsi Berat

1) TD 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter.

3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam).

4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada


efigastrium.

5) Terdapat edema paru dan sianosis.

5. Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini


menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik
yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik
menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi
/ agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan
terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun
dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan
faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal
hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai
organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan
selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol
menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat
dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupi kebutuha sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain
menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal
untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi
organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak,


darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,
sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan
terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan
pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah
jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada
ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan
menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga
dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan
permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi
dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis
menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri
akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas
terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos
dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi
spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina.

6. Komplikasi

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk


komplikasi antara lain :

a. Pada Ibu

1) Eklapmsia

2) Solusio plasenta
3) Pendarahan subkapsula hepar

4) Kelainan pembekuan darah ( DIC )

5) Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet


count )

6) Ablasio retina

7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.

b. Pada Janin

1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

2) Prematur

3) Asfiksia neonatorum

4) Kematian dalam uterus

5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

7. Manifestasi klinis

Tanda dan Gejala

a. Sakit Kepala terutama daerah frontalis

b. Rasa nyeri di daerah epigastrium

c. Penglihatan menjadi kabur

d. Terdapat mual sampai muntah

e. Gangguan pernafasan sampai cianosis

f. Terjadi gangguan kesadaran

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah

- Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin


untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

- Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)

2) Urinalisis

- Ditemukan protein dalam urine

3) Pemeriksaan Fungsi hati

- Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

- LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

- Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul

- Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45


u/ml)

- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31


u/l)

- Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4) Tes kimia darah

- Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

5) Ultrasonografi

- Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan


intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.

6) Kardiotografi

- Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

9. Penatalaksaan

a. Pencegahan

1) Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda


sedini mungkin (PER) supaya tidak menjadi berat.

2) Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada


faktor –faktor predisposisi.

3) Berikan penjelasan tentang :


- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah
PER menjadi PEB.

- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein,


kurangi garam karena garam dapat mencegah terjadinya oedema dan
dapat menurunkan berat badan.

- Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis


pre – eklampsi dan persalinan pre term, juga dapat menjaga kenaikan
berat badan yang berlebihan.

- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil


meningkatkan resiko pre – eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu
lama akan menyebabkan. dikeluarkannya kalsium dari jaringan otot
pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan
tekanan darah.

b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :

- Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi

- Hendaknya janin lahir hidup

- Trauma pada janin seminimal mungkin

Penanganan menurut klasifikasi :

1) Pre eklampsi ringan

- Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap maka


penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang sering
misalnya 2x seminggu.

- Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat
di tempat tidur, diit rendah garam dan berikan obat – obatan seperti
valium tablet 5 mg dosis 3x sehari atau fenilbarbitol tablet 30 mg
dengan dosis 3x sehari.

- Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak
begitu bermanfaat bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre
eklampsi.

- Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan
hilang. Ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering
dari biasanya.
- Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor
keadaan janin. Bila keadaan mengijinkan barulah dilakukan induksi
persalinan pada kehamilan > 37 minggu.

2) Pre eklampsi berat

Pada usia kehamilan < 37 minggu, Jika janin menunjukkan


maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :

- Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan


disusul 4 gram im tiap 4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada
perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat magnicus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi
ringan (kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan
keadaan janin dimonitor serta berat badan ditimbang seperti pada pre
eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika dengan induksi
persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.

- Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru


janin makan penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas
37 minggu.

Pada usia kehamilan > 37 minggu :

- Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi,


berikan diit rendah garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram /
Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri, suntikan dapat diulang tiap
4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah reflek patela
positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus
tersedia antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus
dekstrose 5% dan RL.

- Berikan obat antihipertensi

- Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan


jantung kogestif.

- Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan


dengan atau tanpa amniotomi.

- Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu
dilarang mengejan.

- Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia


uteri.
- Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan
dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.

- Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria.

c. Diet

1) Tujuan Diet :

- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

- Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

- Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air

- Mencapai keseimbangan nitrogen

- Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal

- Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit


baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.

2) Syarat Diet

- Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan
diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien
menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari
makanan atau diet sebelum hamil.

- Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam


atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau
dibawah 1 Kg/minggu.

- Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan).

- Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan
lemak tdk jenuh ganda.

- Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi.

- Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.

- Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.

- Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi


dan disesuaikan dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah,
keringat dan pernafasan.
B. Eklampsia

1. Pengertian

Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems,
proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).

Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia


memburuk menjadi kejang (helen varney;2007).

Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu


kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan,
menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2001).

Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi
pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006).

2. Klasifikasi

Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :

a. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini


paling sering terjadi),

1) kejadian 15% sampai 60 %

2) serangan terjadi dalam keadaan hamil

b. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan

1) Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %

2) Saat sedang inpartu

3) Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan

c. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan

1) Kejadian jarang

2) Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir


3. Etiologi

Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini


masih belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah
sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini
hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya
Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester
satu dan dua.

4. Patofisiologi

Pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi


prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.

Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta


mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenasi.

Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi
garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam
perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali
oleh tubulus.

Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh


pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran
kehamilan. Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari samapai
2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan
akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.


Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak
bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan
lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen
pada eklampsia akan menurun.

Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic
dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam
karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat
pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu
pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.

5. Manifestasi klinis

Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-


kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :

a. Tingkat awal atau aura ( invasi )

Berlangsung 30–35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat


(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke
kanan dan ke kiri.

b. Stadium kejang tonik

Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan


kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan
sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira–kira 20–30 detik.

c. Stadium kejang klonik

Semua otot berkontraksi dan berulang–ulang dalam waktu yang cepat,


mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.
Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2
menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas, seperti
mendengkur.

d. Stadium koma

Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam–jam.


Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap
dalam keadaan koma.
6. Komplikasi

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama
adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan
eklampsia.

a. Terhadap janin dan bayi.

1) Solution plasenta

Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat


mudah pecah sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan
sebagian plasenta dapat terlepas.

2) Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.

3) Hemolisis

Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan


integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena
ikterus.

b. Terhadap ibu

1) Hiprofibrinogenemia

Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah,


biasanya dibawah 100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen
harus secara berkala.

2) Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal


pada penderita eklampsia.

3) Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung


sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

4) Edema paru – paru

5) Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

6) Sindroma HELLP

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :


hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan
disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada
pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah
melahirkan.

7) Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan


sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

8) Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.

9) Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Darah rutin

2) Pemeriksaan darah lengkap

b. Pemeriksaan diagnostik

1) Ultrasonografi

2) Elektrokardiograf

8. Penatalaksanaan

a. Penanganan Kejang :

1) Beri obat anti konvulsan.

2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan,


masker O2 dan tabung O2).
3) Lindungi pasien dengan keadaan trauma.

4) Aspirasi mulut dan tonggorokkan.

5) Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko


aspirasi.

6) Beri oksigen 4-6 liter / menit.

b. Penanganan Umum :

1) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.

2) Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih).

3) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload.

4) Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric.

5) Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam.

6) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam.

7) Pantau kemungkinan oedema paru.

8) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat


mengakibatkan kematian ibu dan janin.

9) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam.

10) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema
paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic.

11) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside.

12) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5
menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2%
(dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu
pemberian MgSO4.

13) Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4


jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang
terakhir.

14) Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 /


menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir.

15) Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >


16) Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri
kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.

C. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia dan eklampsia adalah :

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun.

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang

Terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual


muntah, penglihatan kabur.

c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya

Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.

d. Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat


kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya.

e. Riwayat penyakit

Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau
saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.

f. Pola nutrisi

Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun


selingan.

g. Psiko sosial spiritual

Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh


karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

h. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan pernafasan minimal setiap 2
sampai 4 jam untuk menetapkan nilai dasar dan memantau perubahan
kecil sepanjang masa hamil.

- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.

- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.

- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal


distress.

- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian


SM (jika refleks +).

- Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas dan sacrum setiap 4 jam ;


kedalaman ditentukan dengan melakukan penekanan pada area di
atas tulang.

- Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah
baring ketat.

- Refleks tendon dalam dievaluasi setiap 4 jam terhadap hiperaktivitas


dari tendon bisep, trisep atau achiles.

- Edema pulmoner ditentukan setiap 4 jam sekali dengan melakukan


auskultasi.

- Pelepasan plasenta dikaji setiap jam dengan memeriksa perdarahan


vagina atau rigiditas uterus.

- Breathing : Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk


dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

i. Pemeriksaan penunjang

- Protein urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil +3


menandakan kehilangan 5 mg protein dalam 24 jam).

- Berat jenis urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil yang
didapat 1,040 berhubungan dengan oliguria dan proteinuria).

- Hitung sel darah lengkap (termasuk hitung trombosis).

- Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu perdarahan, PT, PTT, dan


fibrinogen).
- Enzim hati (Laktat Dehidrogenase (LDH), Aspartat aminotransferase
(AST) (SGOT), Alanin aminotransferase (ALT) (SGPT).

- Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam urat).

- Pemeriksaan silang darah.

- Hematokrit, Hemoglobin, trombosis.

- Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya


meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif.

- USG : untuk mengetahui keadaan janin

- NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

j. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

DS :

Klien mengatakan kalau ia


merasa nyei pada kepala,
kadang-kadang mual dan
muntah, kakinya bengkak.
Hipertensi,
1. Perfusi jaringan
Vasospasme
DO :

TD : 140/90 mmHg

Udem pada kedua ekstremitas

Hb :11 gr %

2. DS :

Klien mengatakan sempat


minum obat dan jamu peluntur
kehamilan tetapi tidak berhasil. Fetal distress
Cidera pada janin

DO :

TD : 140/90 mmHg
kehamilan 39-40 mg,

Hb : 11 gr %

Reduksi urine (-)

Gerakan janin < 10x/jam.

DS :

Klien mengatakan merasa


cemas menjelang persalinan.
3.
DO :

Klien tampak cemas Ancaman cidera kecemasan


pada bayi
Nadi : 92x/menit

RR : 22x/menit

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan b/d Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema


serebral.

b. Resiko tinggi cedera pada janin b/d fetal distress.

c. Kecemasan b/d ancaman cedera pada bayi sebelum lahir.

3. Rencana keperawatan

Diagnose
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

Perubahan `1. Monitor intake


1. perfusi Tidak terjadi dan outout setiap 1.Dengan memonitor
jaringan b.d. vasospasme dan hari. intake dan output maka
Hipertensi,
Vasospasme perfusi jaringan 2. Kontrol tetesan akan dapt diketahui tingkat
siklik, Edema dengan infus MgSO4. toleransi/ fungsi tubuh.
serebral.
k/h: 3. Monitor oedema 2. Cairan MgSO4 berguna
yang tampak. untuk mengurangi
- klien
vasospasme, dengan
akan mengalami 4. Anjuran klien
menurunnya vasospasme
vasodilatasi untuk istirahat atau
akan membantu
ditandai dengan tidur dengan posisi
meningkatkan perfusi
diuresis, berbaring pada
ginjal, mobilisasi cairan
penurunan salah satu sisi
ekstravaskuler dan
tekanan darah, tubuhnya.
diuresis sehingga oedema
edema.
5. Kontrol Vital dapat dikurangi.
Sign secara
3. Dengan memonitor
Berkala.
oedema yang tampak
dapat diketahui keadaan
oedema merupakan
indicator keadaan cairan
tubuh.

4. Dengan istirahat tidur


dengan posisi berbaring
pada salah satu sisi
tubuhnyaakan
memaksimalkan aliran
darah dan meningkatkan
diuresis.

5. dengan mengontrol vital


sign dapat diketahui
keadaan umum klien dan
dapat menentukan
tindakan selanjutnya.

1. Monitor DJJ
Resiko tinggi Setelah sesuai indikasi. 1. Peningkatan DJJ
cedera pada dilakukan sebagai indikasi terjadinya
2.
janin b/d fetal tindakan 22. Kaji tentang hipoxia, prematur dan
distress. perawatan tidak pertumbuhan solusio plasenta.
terjadi fetal janin.
distress pada 3. Jelaskan 2. Penurunan fungsi
janin dengan adanya tanda- plasenta mungkin
tanda solutio diakibatkan karena
Kriteria hasil :
plasenta ( nyeri hipertensi sehingga timbul
- tidak terjadi perut, perdarahan, IUGR.
cedera pada rahim tegang,
3. Ibu dapat mengetahui
klien aktifitas janin turun
tanda dan gejala solutio
).
plasenta dan tahu akibat
4. Kaji respon janin hipoxia bagi janin.
pada ibu yang
4. Reaksi terapi dapat
diberi SM.
menurunkan pernafasan
5. Kolaborasi janin dan fungsi jantung
dengan medis serta aktifitas janin.
dalam
5. USG dan NST untuk
pemeriksaan USG
mengetahui keadaan atau
dan NST.
kesejahteraan janin.

3. .1. Bina hubungan 1. Dengan membina


yang hubungan yang
menyenangkan menyenangkan dan saling
dan saling percaya diharapkan akan
percaya. menimbulkan rasa percaya
Ansietas dapat
teratasi dengan 2. Berikan klien terhadap perawat
Kriteria hasil: perhatian pada sehingga akan terbentuk
Kecemasan klien dan tunjukan suatu komunikasi yang
- Tampak rileks,
b/d ancaman yang lancar dan ini akan
sikap
dapat istirahat mempermudah dalam
cedera pada bersahabat.
dengan tepat. pencapaian tujuan.
bayi sebelum
3. Kontrol vital
lahir. - Menunjukkan 2. Klien merasa
sign.
ketrampilan diperhatikan dan
pemecahan 4. Jelaskan pada
mempunyai taman yang
masalah. klien tentang
akan membantu sehingga
penyebab
menimbulkan rasa percaya
penyakitnya, hal-
terhadap perawat yang
hal yang dapat
dapat mengurangi
memperburuk
kecemasan klien.
keadaan
penyakitnya, 3. Dengan mengontrol vital
Prosedur sign akan diketahui
perawatan dan perubahan vital yang dapat
pengobatan serta menjadi gambaran tingkat
hal-hal yang harus kecemasan klien klien
dipatuhi klien sehingga dapat ditetapkan
selama mengalami intervensi selanjutnya.
perawatan.
4. penjelasan yang ringkas
5. Motivasi klien dan jelas mengenai
agar mau penyakitnya, penyebab
mengekspresikan penyakit dan prosedur
perasaannya pengobatan, memberikan
secara verbal. pengertian pada klien
sehingga persepsi yang
6. Beri terapi
keliru dan membingungkan
sentuhan.
dapat dihindari dengan
demikian kecemasan klien
dapat berkurang.

5. Dengan
mengekspresikan
perasaan diharapkan klien
merasa sedikit lega telah
mengungkapkan
masalahnya sehingga
akan mengurangi
kecemasan klien.

6. Dengan terapi sentuhan


diharapkan klien merasa
masih ada yang
memperhatikannya
sehingga klien tidak
merasa sendiri dalam
menghadapi masalahnya.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan dimana awalan kata pada intervensi ditambah dengan kata kerja
misalnya jika pada intervensi keperawatan kaji TTV maka pada implementasi
keperawatan mengkaji TTV.(Judith M.W.2007).

5. Evaluasi

- Evaluasi adalah suatu proses yang berkesinambungan. Untuk menjadi efektif,


evaluasi perlu didasarkan pada criteria yang dapat diukur yang mencerminkan
hasil akhir perawatan yang diharapkan.

- Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat per eklampsia atau
penatalaksanaannya

- Ibu tidak akan mengalami eklampsia atau komplikasi yang berat

- Janin tidak akan mengalami distress

- Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu efek akibat
penyakit maternal dan penatalaksanaannya.

- Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada kondisi dan
penatalaksanaannyaKeluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap
keadaan ibu yang beresiko tinggi, penatalaksanaan dan hasil akhirnya

- Jika hasil akhir bagi ibu atau bagi janin tidak menguntungkan, keluarga dibantu
untuk mengatasi kehilangan dan kesedihan.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan


protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post partum.

Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara
biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis,
penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit
ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . EGC


: Jakarta.
https://sp1r1tgr4zy.wordpress.com/2013/04/04/makalah-eklamsia/
Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC

Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid


Ketiga.Jakarta: Media Aesculapius

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka


Cipta

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBP

http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-preeklampsia.html

https://copoarya.wordpress.com/keprawatan/asuhan-keperawatan-preeklamsia/

Apriza Reza at 5:04 AM


Share

No comments:

Post a Comment


Home

View web version


ABOUT ME

Apriza Reza
View my complete profile
Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai