Oleh :
TINGKAT IIA
1. Apriza (20136111038)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, dalam mata
kuliah Keperawatan Maternitas 1. Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, kami banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Marsia, SST, M.kes sebagai dosen pembimbing
dan teman–teman semua yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa hasil penyusunan makalah kami ini masih jauh dari
kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.
Untuk itu kami memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
tugas makalah kami ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca semua dalam mempelajari serta
memahami tentang materi dalam makalah ini.
Singkawang, 7 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Preeklamsia
B. Eklampsia
C. Asuhan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus
preeklampsi atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada
semua kehamilan, 12 % terjadi pada primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya
angka kejadian dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil
dan tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep penyakit pre-eklamsia dan eklamsia
D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Preeklamsia
B. Eklampsia
C. Asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II PEMBAHASAN
A. Preeklamsia
1. Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih
(Rustam Muctar, 1998).
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus. Pada bulan-bulan
pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng. Pada
kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali
seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89).
3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2
jari di atas simfisis pubis.
10) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah
prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati,
G. A. 2008. Hal. 90).
b. Vagina
c. Ovarium
d. Payudara
e. Sistem Sirkulasi
f. Sistem Respirasi
g. Traktus Digestivus
h. Traktus Urinarius
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit
pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.
Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang
disebut striae livide. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97).
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-
20 %. Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada
kehamilan trimester akhir. Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari
untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta
disimpan pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk
pembentukan tulang terutama pada trimester ketiga. Dengan demikian
makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr
perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk
keperluan janin sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita
hamil juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk
pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar tidak terjadi
perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98).
3. Etiologi
1) Hypertensi
1) Molahidatidosa
2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
4. Klasifikasi
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik
30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ &
2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
a. Pada Ibu
1) Eklapmsia
2) Solusio plasenta
3) Pendarahan subkapsula hepar
6) Ablasio retina
b. Pada Janin
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
7. Manifestasi klinis
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
2) Urinalisis
5) Ultrasonografi
6) Kardiotografi
9. Penatalaksaan
a. Pencegahan
b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
- Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat
di tempat tidur, diit rendah garam dan berikan obat – obatan seperti
valium tablet 5 mg dosis 3x sehari atau fenilbarbitol tablet 30 mg
dengan dosis 3x sehari.
- Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak
begitu bermanfaat bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre
eklampsi.
- Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan
hilang. Ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering
dari biasanya.
- Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor
keadaan janin. Bila keadaan mengijinkan barulah dilakukan induksi
persalinan pada kehamilan > 37 minggu.
- Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu
dilarang mengejan.
c. Diet
1) Tujuan Diet :
2) Syarat Diet
- Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan
diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien
menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari
makanan atau diet sebelum hamil.
- Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan
lemak tdk jenuh ganda.
1. Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems,
proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi
pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006).
2. Klasifikasi
1) Kejadian jarang
4. Patofisiologi
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang
penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi
garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam
perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali
oleh tubulus.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic
dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat berekreasi dengan asam
karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat
pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu
pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.
5. Manifestasi klinis
d. Stadium koma
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama
adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan
eklampsia.
1) Solution plasenta
3) Hemolisis
b. Terhadap ibu
1) Hiprofibrinogenemia
2) Perdarahan otak
3) Kelainan mata
5) Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
6) Sindroma HELLP
7) Kelainan ginjal
8) Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah rutin
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Ultrasonografi
2) Elektrokardiograf
8. Penatalaksanaan
a. Penanganan Kejang :
b. Penanganan Umum :
1) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
10) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema
paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic.
12) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5
menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2%
(dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu
pemberian MgSO4.
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia dan eklampsia adalah :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun.
d. Riwayat kehamilan
e. Riwayat penyakit
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau
saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.
f. Pola nutrisi
h. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan pernafasan minimal setiap 2
sampai 4 jam untuk menetapkan nilai dasar dan memantau perubahan
kecil sepanjang masa hamil.
- Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah
baring ketat.
i. Pemeriksaan penunjang
- Berat jenis urine ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil yang
didapat 1,040 berhubungan dengan oliguria dan proteinuria).
j. Analisa Data
DS :
TD : 140/90 mmHg
Hb :11 gr %
2. DS :
DO :
TD : 140/90 mmHg
kehamilan 39-40 mg,
Hb : 11 gr %
DS :
RR : 22x/menit
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana keperawatan
Diagnose
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Monitor DJJ
Resiko tinggi Setelah sesuai indikasi. 1. Peningkatan DJJ
cedera pada dilakukan sebagai indikasi terjadinya
2.
janin b/d fetal tindakan 22. Kaji tentang hipoxia, prematur dan
distress. perawatan tidak pertumbuhan solusio plasenta.
terjadi fetal janin.
distress pada 3. Jelaskan 2. Penurunan fungsi
janin dengan adanya tanda- plasenta mungkin
tanda solutio diakibatkan karena
Kriteria hasil :
plasenta ( nyeri hipertensi sehingga timbul
- tidak terjadi perut, perdarahan, IUGR.
cedera pada rahim tegang,
3. Ibu dapat mengetahui
klien aktifitas janin turun
tanda dan gejala solutio
).
plasenta dan tahu akibat
4. Kaji respon janin hipoxia bagi janin.
pada ibu yang
4. Reaksi terapi dapat
diberi SM.
menurunkan pernafasan
5. Kolaborasi janin dan fungsi jantung
dengan medis serta aktifitas janin.
dalam
5. USG dan NST untuk
pemeriksaan USG
mengetahui keadaan atau
dan NST.
kesejahteraan janin.
5. Dengan
mengekspresikan
perasaan diharapkan klien
merasa sedikit lega telah
mengungkapkan
masalahnya sehingga
akan mengurangi
kecemasan klien.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan dimana awalan kata pada intervensi ditambah dengan kata kerja
misalnya jika pada intervensi keperawatan kaji TTV maka pada implementasi
keperawatan mengkaji TTV.(Judith M.W.2007).
5. Evaluasi
- Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat per eklampsia atau
penatalaksanaannya
- Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu efek akibat
penyakit maternal dan penatalaksanaannya.
- Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada kondisi dan
penatalaksanaannyaKeluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap
keadaan ibu yang beresiko tinggi, penatalaksanaan dan hasil akhirnya
- Jika hasil akhir bagi ibu atau bagi janin tidak menguntungkan, keluarga dibantu
untuk mengatasi kehilangan dan kesedihan.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
nullipara. Biasanya terdapat pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara
biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis,
penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit
ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-preeklampsia.html
https://copoarya.wordpress.com/keprawatan/asuhan-keperawatan-preeklamsia/
No comments:
Post a Comment
›
Home
Apriza Reza
View my complete profile
Powered by Blogger.