Anda di halaman 1dari 11

Perjanjian Pekerjaan

Pembangunan Perumahan Cluster

Pada hari ini, Rabu tanggal 09 Oktober 2019, bertempat di Surabaya telah dibuat
perjanjian oleh dan antara:
1. PT. Airlangga Group
Berkedudukan di Jalan Dharmawangsa Nomor 1 Surabaya yang didirikan
berdasarkan akta tanggal 05 Januari 2017 Nomor: 11, yang dibuat di hadapan RIKO
SIMANJUNTAK, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Surabaya
dan telah mendapat pengesahan sebagai badan hukum dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, tanggal 19 Pebruari 2017 Nomor: AHU-
40575.AH.01.01. Tahun 2017, dalam hal ini diwakili oleh Stefano Lilipali, Sarjana
Hukum, selaku staf bagian hukum PT. Airlangga Group berdasarkan Surat Kuasa
yang dibuat secara dibawah tangan dan bermeterai cukup, tanggal 01 Oktober 2019
Nomor SK.DIR/001/SBY/2019, yang dikeluarkan oleh Direksi PT. Airlangga
Group, oleh karena itu sah bertindak untuk dan atas nama PT. Airlangga Group.
Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. PT. Bangunan Kokoh


Berkedudukan di Jalan Mojo Nomor 17 Surabaya yang didirikan berdasarkan akta
tanggal 07 Januari 2016 Nomor: 11, yang dibuat di hadapan Fadil Sausu, Sarjana
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Surabaya dan telah mendapat
pengesahan sebagai badan hukum dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, tanggal 18 Pebruari 2016 Nomor: AHU-40575.AH.02.01.
Tahun 2016, dalam hal ini diwakili oleh Riki Fajrin, Sarjana Teknik, selaku kepala
staf bagian pembangunan PT. Bangunan Kokoh berdasarkan Surat Kuasa yang
dibuat secara dibawah tangan dan bermeterai cukup, tanggal 03 Oktober 2019
Nomor 11/X/SBY/2019, yang dikeluarkan oleh Direksi PT. Bangunan Kokoh, oleh
karena itu sah bertindak untuk dan atas nama PT. Bangunan Kokoh.
Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat untuk membuat Perjanjian Pekerjaan Pembangunan Perumahan
Cluster dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1

Halaman 1 dari 11
Definisi
Dalam perjanjian ini yang dimaksud dengan:
1. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang bersikan nama
proyek berikut penjelasaannya berupa jenis, besar dan lokasihnya, serta tata cara
pelaksnaan, syarat-syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan-
keterangan lain yang hanya dapat djelaskan dalam bentuk tulisan.
2. Subkontrak adalah pengalihan sebagian dari kontrak/pekerjaan kepada pihak lain.
3. Jaminan pelaksanaan adalah kewajiban penyedia untuk menepati janji
melaksanakan pekerjaan sampai selesai dan diserahterimakan sesuai ketentuan
perjanjian.
4. Kegagalan Konstruksi adalah suatu keadaan keruntukan bangunan sebelum
dilakukannya penyerahan akhir bangunan.
5. Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir bangunan.

Pasal 2
Tugas Pekerjaan
(1) PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA untuk
melaksanakan Pembangunan Perumahan Cluster di atas lahan seluas 50 hektar (ha)
yang berlokasi di wilayah Surabaya timur, tepatnya di Jalan Keputih.
(2) Lingkup pekerjaan secara terperinci adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Pembangunan Perumahan Cluster ini.

Pasal 3
Dasar Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan tersebut dalam pasal 1 harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA atas dasar
referensi-referensi kerja yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian ini,
yaitu:
1. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
2. Petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA baik secara lisan
maupun tertulis.
Pasal 4

Halaman 2 dari 11
Jangka Waktu Pelaksanaan
(1) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ditetapkan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja.
(2) Waktu penyelesaian tersebut dalam ayat 1 tidak dapat dirubah oleh PIHAK KEDUA
kecuali adanya Keadaan Kahar seperti yang diatur dalam pasal 21 perjanjian ini atau
adanya perintah penambahan pekerjaan sesuai dengan pasal 12 dari perjanjian ini.
Selanjutnya hal-hal lain yang tak terduga seperti hujan terus menerus sehingga tidak
memungkinkan lagi untuk bekerja. Semua ini harus disetujui oleh PIHAK
PERTAMA secara tertulis bahwa waktu penyelesaiannya ditambah.

Pasal 5
Subkontrak
Keseluruhan pekerjaan merupakan tanggung jawab PIHAK KEDUA seluruhnya, oleh
karena itu tidak diperkenankan memberikan pekerjaan tersebut kepada pihak lain di luar
Perjanjian Pekerjaan Pembangunan Perumahan Cluster ini.

Pasal 6
Tenaga Kerja dan Upah
(1) Agar pekerjaan berjalan seperti yang telah ditetapkan, PIHAK KEDUA harus
menyediakan tenaga kerja yang cukup jumlah, keahlian dan keterampilannya.
(2) Ongkos dan upah kerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut ditanggung PIHAK
KEDUA.
Pasal 7
Pengawasan
(1) Untuk melakukan pengendalian pekerjaan yang terjadi atas pengawasan dan tindakan
pengoreksian, PIHAK PERTAMA menunjuk CV. Bangunan Abadi Konsultan sebagai
pengawas Pekerjaan yang bertindak untuk dan atas nama PIHAK PERTAMA dan
akan diberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA.
(2) Apabila petugas yang ditunjuk dalam ayat (1) berhalangan atau tidak dapat
menjalankan kewajibannya maka PIHAK PERTAMA akan menunjuk penggantinya
secara tertulis dan disampaikan kepada PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK KEDUA harus memenuhi segala petunjuk (dalam pelaksanaan teknis atau
perintah pengawas pekerjaan/PIHAK PERTAMA).

Halaman 3 dari 11
Pasal 8
Jaminan Pelaksanaan
(1) PIHAK KEDUA diwajibkan memberikan jaminan pelaksanaan dalam bentuk Bank
Garansi sebesar 5% dari nilai proyek yaitu Rp 4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).
(2) Jaminan pelaksanaan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) berlaku selama 6
(enam) bulan dan harus diberikan sebelum atau pada saat perjanjian ini ditandatangani.
(3) Jaminan pelaksanaan menjadi milik PIHAK PERTAMA apabila :
a. Dalam hal PIHAK KEDUA dalam waktu yang telah ditetapkan tidak
melaksanakan pekerjaan.
b. Dalam hal PIHAK KEDUA mengundurkan diri setelah menandatangani
perjanjian.

Pasal 9
Biaya Pelaksanaan
Biaya pelaksanaan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah sebesar
Rp. 80.000.000.000,- (dua puluh miliar rupiah).

Pasal 10
Pajak
(1) Biaya pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%.
(2) Bea meterai atas perjanjian ini adalah sebesar Rp 6.000,- dibebankan kepada PIHAK
PERTAMA.

Pasal 11
Prosedur Pembayaran
(1) Pembayaran oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dilakukan secara
bertahap dan dibagi dalam 6 (enam) termin, yaitu :
a. Termin I (satu)
Dibayarkan sebagai uang muka saat penandatanganan perjanjian ini, yaitu sebesar
20% dari biaya pelaksanaan.
20% x Rp 80.000.000.000,- = Rp. 16.000.000.000,-

Halaman 4 dari 11
b. Termin II (dua)
Dibayarkan setelah seluruh pekerjaan fondasi selesai dan sudah memulai pekerjaan
pemasangan dinding batu bata dan urugan lantai, yaitu sebesar 20% dari biaya
pelaksanaan.
20% x Rp 80.000.000.000,- = Rp. 16.000.000.000,00
c. Termin III (tiga)
Dibayarkan setelah pemasangan dinding batu bata dan plesteran dinding selesai lalu
atap sedang dikerjakan, yaitu sebesar 20% dari biaya pelaksanaan.
20% x Rp. 80.000.000.000,- = Rp. 16.000.000.000,00
d. Termin IV (empat)
Dibayarkan setelah pekerjaan atap selesai dan mulai mengerjakan pekerjaan
pemasangan plafon, dan acian dinding mulai dikerjakan, yaitu sebesar 20% dari
biaya pelaksanaan.
20% x Rp. 80.000.000.000,- = Rp. 16.000.000.000,00
e. Termin V (lima)
Dibayarkan setelah pekerjaan pemasangan lantai dan pengecatan sedang dilakukan,
yaitu sebesar 15% dari biaya pelaksanaan.
15% x Rp. 80.000.000.000,- = Rp. 12.000.000.000,00
f. Termin VI (enam)
Dibayarkan pada saat seluruh pekerjaan selesai 100%, setelah habis masa
pemeliharaan selama 6 (enam) bulan sesuai dengan Pasal 4, sebesar 5% dari biaya
pelaksanaan.
5% x Rp. 80.000.000.000,-= Rp. 4.000.000.000,00
(2) Pembayaran dilakukan melalui transfer ke rekening nomor 123456789 atas nama PT.
Bangunan Kokoh pada Bank Jawa Timur.

Pasal 12
Pekerjaan Tambah Kurang
(1) Penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-perubahan yang merupakan
penambahan pengurangan-pengurangan pekerjaan dianggap sah sesudah mendapat
perintah tertulis dari pengawas/ PIHAK PERTAMA dengan menyebutkan jenis dan
perincian pekerjaan secara jelas.

Halaman 5 dari 11
(2) Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar yang
disetujui oleh kedua belah pihak.
(3) Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk merubah
waktu penyelesaian pekerjaan, kecuali persetujuan tertuli dari PIHAK PERTAMA/
pengawas pekerjaan.
(4) Untuk pekerjaan tersebut diatas dibuat perjanjian tambahan (addendum).

Pasal 13
Kenaikan Harga
(1) Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama masa pelaksanaan pekerjaan
borongan pekerjaan ini ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.
(2) Pada dasarnya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan klien atas kenaikan
harga bahan-bahan, alat-alat dan upah terkecuali apabila terjadi tindakan/kebijakan
pemerintah Indonesia dalam bidang moneter, yang secara syah diumumkan dan diatur
dalam peraturan pemerintah khusus tentang pekerjaan pemborongan.

Pasal 14
Pengamanan Tempat Kerja dan tenaga Kerja
(1) PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja, tenaga kerja,
kebersihan halaman, bangunan-bangunan, gedung alat-alat dan bahan bangunan
selama pekerjaan berlangsung.
(2) PIHAK KEDUA bertanggung jawab/wajib menyediakan sarana untuk menjaga
keselamatan para tenaga kerjanya guna menghindari bahaya yang mungkin terjadi
pada saat melaksanakan pekerjaan
(3) Jika terjadi kecelakaan pada saat pelaksanaan pekerjaan maka PIHAK KEDUA
diwajibkan memberikan pertolongan kepada korban dan segala biaya yang
dikeluarkan sebagai akibatnya menjadi tanggung jawab/ beban PIHAK KEDUA.
(4) PIHAK KEDUA wajib menyediakan tempat tinggal yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan ketertiban, dalam hal para tenaga kerja tinggal sementara di lokasi
pekerjaan.
(5) Hubungan antara tenaga kerja dengan PIHAK KEDUA sepanjang tidak diatur secara
khusus, tunduk pada peraturan yang berlaku.

Halaman 6 dari 11
Pasal 15
Aspek Lingkungan
(1) Pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada standar pengelolaan lingkungan hidup
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas lingkungan disekitar area pembangunan.

Pasal 16
Penyerahan Pekerjaan
(1) Sebelum pekerjaan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA
berkewajiban untuk memberitahukan terlebih dahulu kepada PIHAK PERTAMA
paling lambat 1 bulan sebelum penyerahan dilakukan.
(2) Penyerahan pekerjaan harus dilakukan dan dinyatakan dalam Berita Acara Penyerahan
Pekerjaan, apabila PIHAK KEDUA sudah menyelesaikan seluruh pekerjaan (100 %)
sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang berlaku.

Pasal 17
Masa Pemeliharaan
(1) Masa Pemeliharaan atau hasil pekerjaan ditetapkan selama 6 (enam) bulan terhitung
sejak tanggal setelah selesainya pekerjaan dan diterima oleh PIHAK PERTAMA
dalam keadaan baik, yang dinyatakan dalam Berita Acara serah terima.
(2) Dalam hal adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan melampaui jangka waktu
tersebut dalam ayat (1), maka masa pemeliharaannya dihitung sampai berakhirnya
perbaikan yang dilakukan tersebut.
(3) Semua biaya perbaikan yang dilakukan dalam masa pemeliharaan ditanggung oleh
PIHAK KEDUA.

Pasal 18
Kegagalan Konstruksi dan Risiko
(1) Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun sebelum
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab
sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul, kecuali jika PIHAK PERTAMA telah
lalai untuk menerimanya hasil pekerjaan tersebut.

Halaman 7 dari 11
(2) Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebahagian atau seluruhnya musnah diluar
kesalahan kedua belah pihak (akibat Keadaan Kahar tersebut dalam pasal 9) sebelum
pekerjaan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA tidak
lalai untuk menerima / menyetujui hasil pekerjaan tersebut maka segala kerugian yang
timbul akibat keadaan itu akan ditanggung oleh kedua belah pihak secara musyawarah
dan mufakat.
(3) Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebahagian atau seluruhnya musnah disebabkan
pekerjaannya tidak sesuai dengan bestek, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab
sepenuhnya atas segala kerugiannya.
(4) Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebahagian atau seluruhnya musnah disebabkan
karena kesalahan karena perubahan penggunaan / fungsi maka segala kerugian yang
timbul ditanggung PIHAK KEDUA.
(5) Jika waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang diakibatkan
tidak masuknya atau tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat karena semata-mata
kesalahan dari PIHAK KEDUA maka segala resiko akibat kemacetan pekerjaan
tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.
(6) Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja maupun kontraktor menjadi beban dan
tanggung jawab sepenuhnya PIHAK KEDUA.
(7) Bilamana selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan pemborongan ini
menimbulkan kerugian bagi PIHAK KETIGA (orang-orang yang tidak ada sangkut
pautnya dalam perjanjian ini), maka segala kerugian ditanggung sepenuhnya oleh
PIHAK KEDUA.

Pasal 19
Kegagalan Pembangunan
Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah diserahkan kepada PIHAK PERTAMA maka PIHAK
KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul akibat musnah
dan/atau tidak berfungsinya bangunan.

Pasal 20
Sanksi

Halaman 8 dari 11
(1) Apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA setelah
mendapat peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut tidak mengindahkan dari tugas
kewajibannya sebagaimana tercantum dalam pasal 2, pasal 5, pasal 6, pasal 8 pasal 12,
pasal 14 dan pasal 15 surat perjanjian ini, maka untuk setiap kali melakukan kelalaian
PIHAK KEDUA wajib membayar “denda kelalaian” sebesar 1‰ (satu permil) dari
harga pelaksanaan, sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima persen) dari
harga pelaksanaan, dengan ketentuan bahwa PIHAK KEDUA tetap berkewajiban
untuk memenuhi ketentuan termasuk dalam ayat ini.
(2) Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai dengan
jangka waktu pelaksanaan yang tercantum pada pasal 4, maka untuk setiap hari
keterlambatan PIHAK KEDUA wajib membayar denda kelalaian 1‰ (satu permil)
dari harga pelaksanaan, sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima
persen).
(3) Denda-denda tersebut dalam ayat 1 dan 2, akan diperhitungkan dengan kewajiban
pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.

Pasal 21
Keadaan Kahar
(1) Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar adalah peristiwa-peristiwa sebagai berikut :
a. Bencana Alam;
b. Bencana Non Alam;
c. Bencana Sosial;
d. Pemogokan;
e. Kebakaran dan/atau;
f. Gangguan industry lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama
Menteri Keuangan dan Menteri Teknis terkait.
(2) Apabila terjadi Keadaan Kahar, PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara
tertulis kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat
belas) hari sejak terjadinya Keadaan Kahar dengan menyertakan salinan pernyataan
keadaan kahar yang dikeluarkan oleh pihak/instansi berwenang sesuai ketentuan
peraturan perundangan-undangan.

Halaman 9 dari 11
(3) Atas Pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat menyetujui atau
menolak secara tertulis Keadaan Kahar tersebut itu dalam jangka waktu 3 x 24 jam
sejak pemberitahuan tersebut.
(4) Jika dalam 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA tentang Keadaan Kahar tersebut PIHAK PERTAMA tidak
memberi jawaban maka PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui adanya Keadaan
Kahar tersebut.
Pasal 22
Pemutusan Perjanjian
(1) PIHAK PERTAMA berhak memutuskan perjanjian secra sepihak, dengan
pemberitahuan secara tertulis 7 (tujuh) hari sebelumnya setelah melakukan
peringatan/teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dalam hal PIHAK KEDUA:
a. Dalam waktu 1 bulan berturut-turut terhitung tanggal surat perjanjian ini tidak atau
belum memulai pekerjaan pembangunan perumahan sebagaimana diatur dalam
pasal 1.
b. Dalam waktu 1 bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaan pembangunan
perumahan yang telah dimulai.
c. Secara langsung ataupun tidak langsung sengaja memperlambat penyelesaian
pekerjaan pembangunan perumahan.
d. Memberikan keterangan tidak benar yang merugikan atau dapat merugikan PIHAK
PERTAMA sehubungan dengan pekerjaan pembangunan perumahan.
e. Jika pekerjaan ini dilaksanakan PIHAK KEDUA tidak sesuai dengan jadwal waktu
yang dibuat PIHAK KEDUA dan telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA dan
atau pengawas pekerjaan.
f. Telah dikenakan denda keterlambatan sebesar 5% dari harga pelaksanaan.
(2) Jika terjadi pemutusan perjanjian PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud ayat 1
pasal ini PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pekerja lain atas kehendak dan
berdasarkan pilihannya sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Pasal 23
Penyelesaian Perselisihan
(1) Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan
diselesaikan secara musyawarah.

Halaman 10 dari 11
(2) Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka perselisihan
akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Surabaya.

Pasal 24
Lain-lain
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan-perubahan
yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak akan diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian
Tambahan (addendum) dan merupakan perjanjian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian
ini.

Perjanjian ini dinyatakan sah dan mulai berlaku sejak ditandatangani oleh kedua
belah pihak hari ini Pada tanggal tersebut diatas.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT. Airlangga Group PT. Bangunan Kokoh

Meterai
Rp. 6.000

Stefano Lilipali Riki Fajrin

Halaman 11 dari 11

Anda mungkin juga menyukai