Anda di halaman 1dari 13

SULUK

Disusun Oleh :
Siti Mahmudah (1830208049)

Dosen pengampuh :
Kemas A.R. Panji, S.Pd. M.Si

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH (UIN)
PALEMBANG 2019

1
SULUK1
Oleh : Siti Mahmudah (1830208049 )2

A. Pendahuluan
Di dunia islam, termasuk di Indonesia, suluk berarti jalan atau cara, bisa juga
diartikan kelakuan atau tingkah laku, sehingga husnul-suluk berarti kelakuan yang
baik. Kata suluk adalah bentuk masdar yang diturunkan dari bentuk verbal "salaka
yasluku" yang secara harfiah mengandung beberapa arti yaitu "Memasuki, melalui
jalan, bertindak dan memasukkan" Secara garis besar suluk merupakan kegiatan
seseorang untuk menuju kedekatan diri kepada Allah, suluk hampir sama dengan
tarekat, yakni cara mendekakan diri kepada Tuhan. Hanya saja, kalau tarekat masih
bersifat konseptual, sedangkan suluk sudah dalam bentuk teknis oprasional.
Sebagian masyarakat islam yang di dalam kunci memahami tasawuf, suluk
diartikan sebagai perjalanan spiritual menuju Sang Sumber yang hakiki. Hal ini adalah
metode perjalanan melalui berbagai keadaan dan kedudukan. Seseorang yang
menempuh jalan ini disebut salik Sang hamba yang telah jauh berjalan menuju Allah
adalah yang telah sungguh-sungguh menunjukkan penghambaannya kepada Allah.
Asal usul suluk sudah sejak masa rasulullah SAW, hanya nama dan penyebutanya
saja yang berbeda. Di masa Rasulullah SAW, hal ini diberi nama berdiam dan
mengikat kesalahan, budaya suluk sudah tersebar di berbagai Daerah Indinesia,
Misalnya Di Perkampungan Suluk, Kecamatan Padang Tulang, Desa Basilam,
Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Kampung suluk ini terletak 65 km dar kota
medan. Keadaanya yang bersih, damai, dan jauh dari keramaian kota, menjadi alasan
masyarakat umtuk menjadikanya tempat bersuluk yang efesien.

1 Ashubli muhammad, 2018, Islam dan Kebudayaan Melayu Nusantara, Jakarta : Oleh Dewan Islamiyah
Indonesia.
2 Nama Siti Mahmudah, NIM (1830208049), Saya dari prodi pendidikan Kimia 2018, Saya Mendapatkan
Materi Tentang Suluk.

2
B. Pengertian Suluk
Suluk secara harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam kaitannya dengan agama
Islam dan sufisme, kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah.
Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam
melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan
esoteris agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup hasrat untuk Mengenal Diri,
Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati
(ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup dengan melakukan syariat lahiriah
sekaligus syariat batiniah demi mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan.
Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69,
Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah
dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1995 ).
Secara etimologis, kata suluk berarti jalan atau cara, bisa juga diartikan kelakuan
atau tingkah laku, sehingga husnul-suluk berarti kelakuan yang baik. Kata suluk adalah
bentuk masdar yang diturunkan dari bentuk verbal "salaka yasluku" yang secara harfiah
mengandung beberapa arti yaitu "Memasuki, melalui jalan, bertindak dan memasukkan"
Secara garis besar suluk merupakan kegiatan seseorang untuk menuju kedekatan diri
kepada Allah, suluk hampir sama dengan tarekat, yakni cara mendekakan diri kepada
Tuhan. Hanya saja, kalau tarekat masih bersifat konseptual, sedangkan suluk sudah dalam
bentuk teknis oprasional. Oprasional dalam arti yang sesungguhnya, bukan hanya sekedar
teori melainkan langsung dipraktikkan dalam tingkah laku keseharian, kata suluk berasal
dari ungkapan terminologi dalam al-Qur’an yakni Fasluki dalam surat An-Nahl (16) Ayat
69.3 yang artinya : Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dan dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, yang mana di dalamnya

3
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. ”Kata
Fasluki disini adalah kata perintah (Amr) dari Allah Swt untuk selalu berjalan di jalan-Nya
jalan yang lurus. Suluk di dalam istilah tasawuf adalah jalan atau cara mendekatkan diri
kepada Allah SWT atau cara memperoleh ma'rifat. Dalam istilah selanjutnya istilah ini
digunakan untuk sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar ia dapat mencapai
suatu ikhwal (keadaan mental) atau maqam tertentu ( Ichtiar Baru van Hoeve, 1993).
Di dalam kunci memahami tasawuf, suluk diartikan sebagai perjalanan spiritual
menuju Sang Sumber yang hakiki. Hal ini adalah metode perjalanan melalui berbagai
keadaan dan kedudukan. Seseorang yang menempuh jalan ini disebut salik Sang hamba
yang telah jauh berjalan menuju Allah adalah yang telah sungguh-sungguh menunjukkan
penghambaannya kepada Allah (Armstrong, 1996 ).
Khan Sahib Kahja Khan (pakar bidang tasawuf dari India) mangatakan bahwa salik
ialah orang yang tengah menempuh perjalan rohani (suluk).
Menurut Imam al-Gazali, suluk berarti menjernihkan akhlaq, amal pengetahuan.
Suluk dilakukan dengan cara aktif berkecimpung dengan amal lahir dan amal bathin.
Semua kesibukan hamba dicurahkan kepada Tuhannya, dengan membersihkan bathinnya
untuk persiapan wushul kepada-Nya (Gusti, Surabaya, 1994 ). Adapun hakekat suluk, ialah
mengosongkan diri dari sifat-sifat madzmumah atau buruk (dari maksiat lahir dan dari
maksiat bathin) dan mengisinya dari sifat-sifat yang terpuji atau mahmudah (dengan taat
lahir dan bathin) (Mustafa, 1979 ).
Phase-phase yang harus ditempuh ke arah mencapai hakikat suluk adalah:
a. Marhalah Amal Lahir yaitu melakukan amal ibadah yang bersifat lahir atau nyata.
b. Marhalah Amal Bathin atau muroqobah (mendekatkan diri kepada Allah) dengan jalan
membersihkan diri dari maksiat lahir dan batin.
c. Marhalah Riyadlah atau melatih diri dan mujahadah atau mendorong diri untuk selau
berusaha lebih dekat dengan Allah. Seperti dalam firman-Nya dalam surat Al-Ankabut
ayat 69: "Dan mereka yang mujahadah atau bersungguh-sungguh mencari Allah,
sungguh kami (Allah) akan menunjukkan jalan tarekat kepada kami dan sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang berbuat kebajikan.

C. Sejarah Suluk
Ketika melihat jejak yang terjadi di melayu. Maka ada pandangan yang sangat
terkesan yang dilakukan masyarakat mealyu, yaitu pemandang suluk berarti memperbaiki

4
akhlak mensucikan amal, dan menjernihkan pengetahuan.suluk merupakan aktvitas rutin
dalam memakmuran lahr dan batin. Segenap kesibukan hamba hanya ditujukan kepada
sang rabb. Bahkan ia selalu disibukan dengan usaha-usaha menjernihkan hati sebagai
persiapan untuk sampai kepadanya ( wusul ).
Indonesia tetapnya diprovinsi sumatra utara terdapat salah satu desa yang unik dan
memliki ciri khas, masyarakat sekitar biasanya menyebut desa tersebut dengan nama Desa
Babusalam atau Basilam. Desa ini terletak dikecamatan padang tulang, kabupatean langkat
sumatra utara. Untuk samoai didesa ini, harus menempuh perjalanan darat sekitar 1-2 jam
dari kota medan. Untuk akses pejalanan cukup mudah karena tidak hanya bisa
menggunakan sepeda motor, banyak juga angkotan umum yang melewati desa tersebut.
Ada beberapa ciri khas dari desa ini, salah satunya adalah budaya suluk, yaitu
aktivitas dimana sesorang berdiam diri di dalam kamar untuk berzikir dan merenungi
kesalahanya selama di dunia. Di desa ini sudah lama menjadi tempat persulukan, sejak
tahun 196 M yang pada saat itu dipimpin oleh guru besar Syekh Abdul Wahab Rokan Al-
Kholid Naqsyahbandi, beliau orang pertama kali yang membudayakan budaya suluk di
desa tersebut. ( Ahmad Zawir Batubara, 2016 )
Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Kholid Naqsyahbandi lahir pada tanggal 28
september 1811 ( 19 Rabiul Akhir 1230 H ) di danau runda. Desa Rantau Binuang Sakti,
Kecamatan Rohul, Riau. Tokoh suluk dikabupaten rohul ini wafat di kampung Basilam
Kabupaten Langkat, Sumut, pada 27 desember 1926 ( 21 Jumadil Awal 1345 H ). Desa ini
cukup memberikan dampak positif bagi wisatawan yang ingin berwisata rohani, selama
mendapat ilmi pengetahuan mengenai sejarah penting di indonesia, kita jiga bisa
mendapatkan ketenangan dan ketentraman jiwa jika berwisata kedesa in. Menarik untuk di
ulik, salah satunya adalah budaya suluk. Suluk memiliki makna memperbaiki akhlak,
mensucikan diri dari kesalan yang pernah diperbuat, dan menjernihkan hati. Selain itu
sebagai rasa syukur sang hamba atas semua anugeah yang diberikan dan hanya ditunjukan
kepda sang khalik.
Asal usul suluk sudah sejak masa rasulullah SAW, hanya nama dan penyebutanya
saja yang berbeda. Di masa Rasulullah SAW, hal ini diberi nama berdiam dan mengikat
kesalahan, budaya suluk sudah tersebar di berbagai Daerah Indinesia, Misalnya Di
Perkampungan Suluk, Kecamatan Padang Tulang, Desa Basilam, Kabupaten Langkat,
Sumatra Utara. Kampung suluk ini terletak 65 km dar kota medan. Keadaanya yang bersih,
damai, dan jauh dari keramaian kota, menjadi alasan masyarakat umtuk menjadikanya
tempat bersuluk yang efesien.

5
Tempat persulukan dibagi menjadi dua tempat, yaitu tempat persulukan laki-laki
yang terletak di depan, dengan ruangan paling besar. Sedangkan persulukan wanita berda
di belakang, berjarak 100 m dari persulukan laki-laki. Susunan rumah penduduk yang masi
asli suku melayu semakin menambah keadaan kedamaian kampung suluk. Syekh Abdul
Wahab Rokan Al-Kholid Naqsyahbandi adalah tuan besar yang pertama kali mengajarkan
dan menerapkan suluk kepada masyarakat Basilam. Bermula dari banyaknya masyarakat
sekitar yang melakukan perbuatan yang dilarang, kemudian beliau perlahan masuk dan
mengajarkan suluk untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada saat itu beliau melakukan suluk lebih dari 40 hari, maka dari ini ajaran budaya
beliau diterapkan sampai generasi berikutnya. Generasi pertama dipimpin oleh Syekh
Abdul Wahab Rokan Al-Kholid Naqsyahbandi sebagai Tuan guru besar, yang yang telah
tutup usia pada tanggal 27 Desember 1926 M. Saat ini budaya suluk dipimpin oleh syeh
H.Hasyim Al Syarwani sebagai Tuan Guru generasi ke 11. Sebelum memulai persulukan,
harus melakukan terekat terlebih dahulu agar bisa mengikuti suluk selama 10 hari berturu-
turut. Kegiatan yang dilakukan dalam persulukan ini yaitu berdiam di dalam ruang tertutup
kelambu yang sengaja dipasang untuk menjaga kekhusukan.
Tetapi tidak hanya berdiam diri, malainkan bezikir dan merenungi kesalahan yang
sudah diperbuat. Setelah melalui proses terekat selama 10 hari dan mampu melewatnya,
boleh melanjutkan persulukan yang kedua selama 20 hari. Apabila ingin lebih taat dan
meningkatkan pemahaman tentang agama, maka boleh melakukanya secara bertahap
sampai 40 hari berturut-turut. Rahma adalah salah satu masyarakat yang ingin bersuluk
mengatakan keseriusannya untuk bersuluk, menghabiskan waktu tua dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah STW, menjadi alasanya. Hj. Khadijah sebagai penanggung
jawab persulikan wanita, menuturkan manfaat dari melakukan suluk, “suluk sangat
bermanfaat untuk membersihkan semua kesalahan yang dilakukan lahir dan batin”,
kemudian tujuan dari suluk adalah untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Kebanyakn dari kalangan tua yang datang untuk bersuluk, lebih bagus pula dia
diam berzikir dan tak boleh banyak berbicara.
Pada umumnya jika mendengar kata suluk bukanlah merupakan hal yanng luar
bias, namun ketahuilah bahwa persulukan merupakan salah satu jalan untuk membersihkan
hati dan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Hampir seluruh masyarakat yang
mengikuti persulukan berasal dari usia tua. Jadi ada baiknya bagi yang memilik orang tua,
kakek, maupun nenek, yang sudah tidak bisa melakukan aktivitas, sarankan agar mereka

6
mengikuti sulk sebagai jalan tuk mensucikan dari guna untuk mengumpulkan pahala yang
akan dibawa ke akhirat kelak.

Gambar: Aktivitas Suluk

D. Macam-Macam Suluk
Ada tiga macam suluk yang terdapat dalam ajaran thariqat (Abubakar, 1992),
diantaranya adalah :
a. Suluk dalam Bentuk Ibadah
Suluk dalam bentuk ibadah ini caranya ialah memperbanyak bentuk syari’at serta
prosesi yang dimulai dari wudhu, shalat sampai dengan dzikir.
b. Suluk dalam bentuk Riyadhah
Bentuk suluk atau latihan riyadhah ini bentuknya dan pengamalannya ialah
meliputi meditasi, betapa, berpuasa, menyepikan diri, menjauhkan dari pergaulan
kehidupan sehari-hari, mengurangi tidur, mengurangi berbicara, mengurangi
segala yang berhubungan dengan kepentingan duniawi, termasuk memisahkan diri
dengan anak istri.
c. Suluk Penderitaan
Suluk yang ketiga dalam ajaran thariqat ialah latihan untuk hidup menderita.
Alasan yang dijadikan dasar bahwa orang yang tidak pernah merasakan
penderitaan dalam hidup dan kesengsaraan, maka ia akan lupa diri dan timbul
perasaan tinggi hati, sombong yang kemudian melupakan siapa dan bagaimana
peranan Tuhan dalam alam maya ini. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
ada bermacam macam suluk dalam ajaran thariqat yaitu ada dalam bentuk ibadah,
riyadhah, dan penderitaan.

7
E. Kewajiban Murid dalam Menjalankan Latihan (Suluk)
Ada beberapa perkara yang harus diperhatikan dan dikerjakan salik (murid yang
menjalankan latihan). Disamping melepaskan hawa nafsu yang bersifat keduniaan, maka
salik atau murid dalam tarekat harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut (Albanar,
1990):
a. Bertaubat di depan mursyidnya
Sebelum melaksanakan latihan atau suluk, seorang murid harus menyatakan
taubat di depan gurunya atau muridnya. Bersama-sama dengan murid lain, mereka
melakukan amalan penyerahan diri di depan mursyidnya dan menyatakan
taubatnya, yang oleh mereka disebut tahkim.
b. Berbekal taqwa
Seorang murid yang melaksanakan atau mengamalkan latihan/suluk, harus
membekali dirinya dengan perasaan taqwa terhadap Tuhan sedalam-dalamnya. Jadi
setelah melaksanakan pembersihan jiwa dan berjanji dengan pengakuan dua
kalimah syahadat ditambah pengakuan bahwa gurunya adalah satu-satunya mursyid
yang ada, maka selanjutnya ia membekali diri dengan ketaqwaan.
c. Melakukan amalan-amalan dalam bentuk dzikir
Masalah yang harus dilakukan oleh murid dalam menempuh latihan atau
suluk, disamping yang telah disebutkan diatas ialah memperbanyak dzikir. Dzikir
memang banyak memberikan kebaikan bagi jiwa-jiwa beragama. Dzikir akan
menendang jauh-jauh nafsu-nafsu yang merusak kehidupan jiwa beragama.
d. Berniat melaksanakan amalan sepenuh hati
Seorang murid yang sedang dalam latihan atau menjelang melaksanakan
suluk, maka diperintahkan oleh gurunya untuk berniat sepenuh hati. Dengan niat
sepenuh hati maka segala yang dilakukan dalam rangkaian suluk akan menjadi
mantap. Dengan berniat yang sungguh-sungguh dalam hati, segala godaan yang
berupa nafsu-nafsu keduniaan tak akan menggoyahkan amalannya.
e. Mengurangi makan dan menahan lapar
Seorang salik dalam melaksanakan amalan untuk mencapai kesempurnaan
ajaran tarekat perlulah kiranya menekan nafsu makan dan menahan lapar.
Sesungguhnya menahan lapar akan mengurangi nafsu-nafsu keduniaan. Nafsu-
nafsu yang diredam itu misalnya nafsu syahwat, sifat dengki, iri dan keinginan

8
dunia lainnya. Yang mana semua itu harus dilenyapkan atau ditekan seminimal
mungkin dalam ajaran tarekat.
f. Mengurangi tidur dan memperbanyak ibadah islam
Ajaran islam, bahkan sudah ditegaskan oleh Rasulullah bahwa shalat malam
dikala orang lain tidur itu banyak sekali hikmah serta keistimewaannya. Hal ini
diajarkan pula pada murid yang sedang bersuluk, berlatih menekuni tarekat. Mereka
oleh gurunya diperintahkan untuk mengurangi tidur. Pada malam hari harus
digunakan untuk melakukan ibadah sunnat dan dzikir-dzikir. Menurut para mursyid
dalam tarekat, ia mengajarkan pada murid muridnya, khususnya buat mereka yang
salik, bahwa hidup dengan banyak tidur akan mempertebal debu hati dan
mempertumpulkan akal pikiran. Oleh sebab itu agar hati terang menderang, dan
alam pikiran senantiasa bisa berpikir secara hakiki, maka diperintahkan kepada
salik-salik untuk mengurangi tidur, yang selanjutnya dalam keadaan terjaga itu diisi
oleh doa dan dzikir-dzikir.
g. Belajar untuk mengurangi banyak bicara
Salik atau murid yang sedang melaksanakan latihan diperintahkan oleh
gurunya untuk membetasi pembicaraan, menjaga dan menekan perasaan untuk
berbicara yang tidak ada artinya. Perintah ini diturunkan kepada sang murid sebagai
suatu perkara yang harus ditaati, bertujuan agar salik tidak keluar dari jalur-jalur
ajaran tarekat. Sebab menurut mursyid bahwa dengan mengumbar pembicaraan
dikhawatirkan akan menimbulkan dosa. Pembicaraan yang tak ada artinya
seringkali hanya menimbulkan suatu penyakit hati.
h. Melaksanakan prosesi berkhalwat
Berkhalwat merupakan kewajiban salik yang paling tinggi tingkatannya.
Berkhalwat ini tampaknya hampir mempunyai pengertian yang sama dengan uzla.
Berkhalwat artinya menjauhkan diri, atau memisahkan diri dengan pergaulan
sehari-hari. Murid yang berkhalwat harus memisahkan diri dari hubungan sosial.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada bermacam macam kewajiban
murid dalam menjalankan suluk. dan kewajiban ini harus di penuhi bagi para salik saat
melaksanakan suluk.
E. Bentuk-Bentuk Suluk
Bersuluk adalah melakukan berbagi laku yang tujuannya untuk mendekakan diri
kepada Allah seperti berikut ini:
a. ‘Uzlah

9
‘Uzlah secara epistimologis berasal dari kata ‘azala, ya’zilu, azlan yang
artinya menjauhkan diri atau memisahkan dari masyarakat.15 Dalam istilah
tasawuf uzlah berarti mengasingkan atau memisahkan diri dari masyarakat,
terutama yang di dalamnya terdapat banyak terjadi maksiat dan kejahatan, karena
(masyarakat yang demikian) dianggap dapat mengganggu dzikir kepada Allah
bahkan lebih dari itu dapat menyeret pada kejahatan dan kehancuran pribadi.
Imam al-Gazali menegaskan bahwa uzlah adalah jalan memusatkan diri untuk
beribadah, bertafakur, dan menjalankan hati dengan bermunajat kepada Allah
SWT sekaligus untuk menghindarkan diri dari pergaulan dengan makhluk
b. Khalwat
Khalwat,26 jama’nya khalawat secara etimologi adalah tempat yang sunyi,
atau tersembunyi,27 sedangakan menurut terminologi tasawuf khalwat dilihat
secara dzohir dan batin. Khalwat zahir ialah apabila seseorang mengambil
keputusan untuk memisahkan dirinya daripada dunia, memencilkan dirinya di
dalam satu ruangan yang terpisah daripada orang ramai supaya manusia dan
makhluk di dalam dunia selamat daripada kelakuan dan kewujudannya yang tidak
diingini. Dia juga berharap pengasingan itu akan mendidik egonya.
c. Zuhud
Secara etimologis zuhud[34] berarti “raghaba’an syai’in wa tara kahu” yang
artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. “Zahada Fi al dun-
ya” berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Orang yang
melakukan zuhud dinamakan zahid, zuhad atau zahidun. Zahidin jamaknya
Zuhdan, artinya kecil atau sedikit. Dan zuhud di sini berupaya menjauhkan diri
dari kelezatan dunia, dan mengingkari kelezatan itu meskipun halal.
d. Tawakal
Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT
untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut
urusan dunia maupun akhirat.89 Allah SWT berfirman: “…Barangsiapa bertaqwa
kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan memberi rizqi
dari arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya …” (QS: Ath Tholaq: 2-3)43
Secara harfiah tawakal berasal dari kata wakala 44 yang artinya menyerahkan,
mempercayakan, atau mewakili urusan kepada orang lain. Tawakal adalah

10
menyerahkan dan berserah diri sepenuhnya atas segala perkara dan usaha yang
dilakukan kepada Allah SWT. Tawakal merupakan ciri orang yang beriman.

e. Sabar
Sabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa
Indonesia. Asal katanya adalah shabara, yang membentuk infinitif (masdar)
menjadi shabran. Atau Secara etimolgi sabar berasal dari kata shabara-yasbiru-
shabran yang artinya tabah hati berani (atas sesuatu)50 sabar adalah menahan diri
dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan yang
diperintahan oleh Allah SWT. Menguatkan makna seperti ini sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Qur’an: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-
orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keada annya itu melewati batas.” (QS.Al-Kahfi: 28)

F. Kesimpulan
Secara etimologis, kata suluk berarti jalan atau cara, bisa juga diartikan kelakuan
atau tingkah laku, sehingga husnul-suluk berarti kelakuan yang baik. Kata suluk
adalah bentuk masdar yang diturunkan dari bentuk verbal "salaka yasluku" yang
secara harfiah mengandung beberapa arti yaitu "Memasuki, melalui jalan, bertindak
dan memasukkan" Secara garis besar suluk merupakan kegiatan seseorang untuk
menuju kedekatan diri kepada Allah, suluk hampir sama dengan tarekat, yakni cara
mendekakan diri kepada Tuhan. Hanya saja, kalau tarekat masih bersifat konseptual,
sedangkan suluk sudah dalam bentuk teknis oprasional.
Tetapi tidak hanya berdiam diri, malainkan bezikir dan merenungi kesalahan yang
sudah diperbuat. Setelah melalui proses terekat selama 10 hari dan mampu
melewatnya, boleh melanjutkan persulukan yang kedua selama 20 hari. Apabila ingin
lebih taat dan meningkatkan pemahaman tentang agama, maka boleh melakukanya
secara bertahap sampai 40 hari berturut-turut. Rahma adalah salah satu masyarakat
yang ingin bersuluk mengatakan keseriusannya untuk bersuluk, menghabiskan waktu
tua dan lebih mendekatkan diri kepada Allah STW, menjadi alasanya.

11
G. Daftar Pustaka

Ichtiar Baru van Hoeve, 1993,Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,
Cet.1, jilid IV, Jakarta
Amatullah Armstrong, 1996, Kunci Memasuki Dunia Tasawwuf: Khasanah Istilah
Sufi, Mizan, Bandung.
Imam Al-Gazali, 1994, Taman Jiwa Kaum Sufi, Surabaya
Abubakar Aljeh, 19992, Pengantar Ilmu Tarekat , Solo
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Kedua, Jakarta (1995): Balai Pustaka

12
13

Anda mungkin juga menyukai