OLEH :
KELOMPOK IV
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Perdarahan saluran cerna atas adalah perdarahan yang berasal dari bagian
proksimal ligamentum Treitz dengan manifestasi klinik berupa hematemesis dan
melena. Hematemesis adalah muntah yang mengandung darah berwarna merah
terang atau kehitaman akibat proses denaturasi, sedangkan melena adalah
pendarahan saluran cerna atas yang keluar melalui rektum dan berwarna
kehitaman Pada perdarahan saluran cerna atas masif, darah yang keluar melalui
rektum dapat berwarna merah terang (hematokesia) akibat waktu singgah yang
cepat di dalam saluran cernapengeluaran feses yang berwarna hitam seperti yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran cerna bagian atas Hilangnya darah
yang bisa dari berbagai tempat di intralumen dari orofaring sampai anus.
(Brunner and Suddart, 2002).
2. Etiologi
Penyebab-penyebab perdarahan gastrointestinal, antara lain :
a. Perdarahan Gastrointestinal Bagian Atas
Esofageal
- Varises
- Inflamasi
- Ulkus
- Tumor
- Perlukaan Mallory-Weiss
Gaster
- Ulkus
- Gastritis
- Tumor
- Angiodisplasia
Usus halus
- Ulkus peptikum
- Angiodisplasia
- Penyakit Crohn
- Divertikulum Meckel
b. Perdarahan Gastrointestinal Bagian Bawah
- Tumor ganas
- Polip
- Kolitis ulserativa
- Penyakit Crohn
- Angiodisplasia
- Divertikula
- Hemorhoid
- Fistula rectal
- Hemorage massif gastrointestinal bagian atas.
3. Manifestasi klinik
a. Perdarahan Gastrointestinal Bagian Atas
1) Hematemesis
Pasien yang memuntahkan darah biasanya mengalami perdarahan yang
bersumber di atas ligament Treitz (pada jungsi denojejunal). Peristaltik
balik jarang sampai mengakibatkan hematemesis jika tempat
perdarahan berada di bawah area ini. Muntah dapat berwarna meraha
terang atau seperti kopi, tergantung dari jumlah kandungan lambung
pada saat perdarahan dan lamanya darah telah berhubungan dengan
sekresi lambung.Asam lambung mengubah hemoglobin mengarah
terang menjadi hematin coklat dan dikeluarkan. Cairan lambung yang
berwarna merah tua atau merah terang diakibatkan dari perdarahan
hebat dan sedikit kontak dengan asam lambung.
2) Darah lewat pipa nasogastrik
Tetapi, aspirat nasogastrik dari pasien dengan perdarahan saluran cerna
bagian atas tidak berisi darah kalau perdarahan telah berhenti dan
lambung telah membersihkannya.Atau kalau duodenum-lah sumbernya
dan pylorus yang tertutup mencegah kembalinya darah ke dalam
lambung. Selain itu aspirat hem yang positif dapat disebabkan oleh
cedera oleh pipa atau dapat positif semu sebagai akibat penggunaan
simetidin.
3) Melena
Feses seperti ter secara konsisten terjadi pada semua orang yang
mengakumulasi 500 ml darah dalam lambungnya.Feses ter dapat
dikeluarkan bila sedikitnya 60 ml darah telah memasuki traktus
intestinal.Hemoragi massif dari traktus gastrointestinal atas, sejalan
dengan peningkatan motilitas intestinal yang terjadi, dapat
mengakibatkan feses yang mengandung darah merah
terang.Diperlukan beberapa hari setelah perdarahan berhenti untuk
feses melena menjadi hilang warna darahnya.Kehilangan darah
gastrointestinal dapat tersembunyi, dideteksi dengan pemeriksaan
sekresi (drainase nasogastrik atau fase) dengan bahan reaksi kimia
(guaiac).
4) Tinja yang berwarna merah gelap
Dapat menggambarkan perdarahan cepat yang bersumber dari
gastrointestinal bagian atas, dan kalau demikian halnya, keadaan ini
biasanya disertai dengan hipotensi, bising usus aktif dan peningkatan
BUN mencapai 30-40 mg/dL sebagai akibat dari penurunan aliran
darah ke hepar.( Brunner and Suddart, 2002 )
b. Perdarahan Gastrointestinal Bagian Bawah
1). Darah merah segar lewat rectum. Menunjukkan adanya bahwa sumber
perdarahan berasal dari saluran gastrointestinal bagian bawah.
2). Laju perdarahan yang lebih lambat atau perdarahan berkala terutama
bagian kolon yang lebih proksimal, dapat memperlihatkan tinja
berwarna merah tua atau tinja “jeli kismis” atau bahkan melena.
Selain tanda dan gejala tersebut di atas, antara lain yaitu :
a. Peningkatan Suhu tubuh karena perdarahan yang hebat.
b. Peningkatan bising usus karena sensitivitas usus besar terhadap darah.
c. Nausea
d. Pucat
e. Akral dingin sebagai akibat dari kontraksi pembuluh darah yang ada di
kulit, paru-paru, intestine, hepar dan ginjal karena pelepasan katekolamin.
Sehingga akan meningkatkan aliran volume darah ke jantung dan otak.
Karena penurunan aliran darah pada kulit, maka kulit pasien akan dingin
saat disentuh.
f. Syok disertai tachicardiyang dan hipotensi yang nyata
4. Patofisiologi
Penyakit ulkus peptikum adalah penyebab yang paling utama dari
perdarahan gastrointestinal bagian atas.Ulkus ini ditandai oleh rusaknya mukosa
sampai mencapai mukosa muskularis. Ulkus ini biasanya dikelilingi oleh sel-sel
yang meradang yang akan menjadi granulasi dan akhirnya menjadi jaringan parut.
Sekresi asam yang berlebihan adalah penting untuk pathogenesis penyakit
ulkus.Kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi mucus sebagai pelindung
juga telah diduga sebagai penyebab terjadinya ulkus.Faktor-faktor risiko untuk
terjadinya penyakit ulkus peptikum yang telah dikenal, termasuk aspirin dan obat
anti-inflamasi nonsteroid, keduanya dapat mengakibatkan kerusakan
mukosa.Riwayat keluarga yang berhubungan dengan ulkus juga diketahui sebagai
faktor risiko.
Ulkus akibat stress juga ditemukan pada pasien yang mengalami sakit kritis
dan ditandai dengan erosi mukosa. Lesi berkaitan dengan pasien yang
mengalami trauma hebat secara terus menerus, pasien yang mengalami sepsis,
luka bakar yang parah, penyakit pada sistem saraf pusat atau cranial; dan pasien
yang menggunakan dukungan ventilator untuk jangka lama. Rentang abnormalitas
adalah hemoragi pada permukaan yang kecil sampai ulserari dalam dengan
perdarahan yang massif.Hipoperfusi mukosa lambung diduga sebagai mekanisme
utama. Penurunan perfusi diperkirakan memiliki andil dalam merusak sekresi
mucus, penurunan pH mukosa dan penurunan tingkat regenerasi sel mukosa.
Semua faktor ini turut andil dalam terjadinya ulkus.
Dalam gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta.Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esofagus dan rektum serta pada dinding abdominal anterior
untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splanknik menjauhi hepar.Dengan
meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang
oleh darah dan membesar. Pembuluh darah yang berdilatasi ini disebut Varises
dan dapat pecah, mengakibatkan hemoragi gastrointestinal massif.Hemoragi
gastrointestinal bagian atas mengakibatkan kehilangan volume darah tiba-tiba,
penurunan arus balik vena ke jantung dan penurunan curah jantung. Jika
perdarahan menjadi berlebihan maka akan mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan. Dalam berespons terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.Mekanisme ini
menerangkan tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada pasien saat
pengkajian awal.Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfungsi
jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolisme anaerob, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi sistem itu akan mengalami kegagalan.
5. Patways
Bakteri ,virus
2. Penyimpangan KDM
Bakteri ( Salmonella Thpi ),virus
4. Rencana Tindakan
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan darah akut.
Tujuan : Pasien akan tetap stabil secara hemodinamik
Intervensi Keperawatan :
1. Pantau tanda-tanda vital setiap jam atau prn
2. Pantau nilai-nilai hemodinamik
3. Ukur haluaran urin tiap 1 jam
4. Ukur masukan dan haluaran dan kaji keseimbangan.
5. Berikan cairan pengganti dan produk darah sesuai pesanan medic.
Pantau adanya reaksi-reaksi yang merugikan terhadap komponen terapi
(mis: reaksi tranfusi)
6. Tirah baring total, baringkan pasien pada posisi terlentang dengan kaki
yang ditinggikan untuk meningkatkan preload jika pasien mengalami
hipotensif, Jika terjadi normotensif tempatkan tinggi bagian kepala
tempat pada 45o untuk mencegah aspirasi lambung.
7. Perkecil jumlah darah yang diambil untuk analisis laboratorium.
8. Pantau hemoglobin dan hematokrit.
9. Pantau elektrolit yang mungkin hilang bersama cairan atau berubah
karena kehilangan atau perpindahan cairan.
10. Periksa feses terhadap darah untuk 72 jam setelah masa akut.
b. Perfusi Periefer tidak efektif tidak efektif
1. Monitor TTV
2. Monitor elektrolit
3. Monitor irama jantung
4. Catat intake dan output secara akurat
5. Kelola pemberian suplemen elektrolit
6. Pasang NGT jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart, 2003. Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 ,vol 2
jakarta
Kusuma, 2015 . Aplikasi Asuhan keperawatan Nanda NIC NOC edisi revisi1,
Jogyakarta
Nurarif, 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan Nanda NIC NOC edisi revisi 2,
jogyakarta
Nanda, 2016 . Diagnosa Keperawatan Defenisi dan klarifikasi , jakarta : EGC
Perdarahan saluran cerna bagian atas. Availale form :
http://jukeKedokteran.unila.ac.id/index./article php/medul. september 2013
PPNI, 2016 .Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1, Jakarta Selatan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK S.S. DENGAN
GANGGUAN SIRKULASI PENDARAHAN SALURAN CERNA
DEMAM TIPOID DI RUANG ANAK
No RM : 352111
Tanggal : 24/09/2018
Tempat : Ruang
Anak
I. DATA UMUM
1. Identitas klien
Nama : An.S.S Umur : 7 tahun
Tempat/tanggal lahir : Gorontalo, 30/08/2011 Jenis Kelamin : ♀
Agama : Islam Suku : Gorontalo
Pendidikan : SD Dx Medis : Demam Tifoid + Anemia ec
Pendarahan
Alamat : Anggrek Telepon : 08225902866
Tanggal Masuk RS : 18/09/2018 Ruangan : Anak
Golongan Darah :A Sumber Info : Ibu
2. Identitas Keluarga
No Nama Umur (Thn) Hubungan Status Kesehatan
1 Tn. A.R 36 Ayah Sehat
2 Ny. S.D. 33 Ibu Sehat
3 An. J.R 13 Anak 1 Sehat
4 An. A.R 9 Anak 2 Sehat
5 An. A.R 4 Anak 4 Sehat
Genogram
? ? ? ? ? 52 41 38 36 ? 33
h h h h
Keterangan :
Laki –laki :
Perempuan :
Meninggal :×
Klien :↑
Hidup bersama : --------------
G1 : Nenek dan kakek baik dari ibu dan bapak an. S telah
meninggal karena penyakit keturunan
G2 : Saudara – saudara dari bapak klien masih hidup, dan saat
ini menderita sakit jelas saudara 1 dan saudara ke 2
menderita hipertensi dan rajin kontrol ke puskesmas,
saudara lain hanya sering menderita penyakit karena
kelelahan karena bekerja, saudara ibu sehat dan tidak
menderita sakit
G3 : saudara saudara An. S.S. semuanya dalam keadaan sehat
dan tidak menderita penyakit kecuali klien yang saat ini
sakit.
2. Tanda Vital
a. Suhu Tubuh : 37,5oC
b. Frekuensi Jantung : 98 x/menit
c. Frekuensi Pernapasan : 24 x/menit
d. Tekanan Darah : 90/60 mmHg
3. Head to toe
a. Kulit/Intergument : kulit Nampak kering, warna kulit merata
dan Nampak pucat, klien nampak bersih,
tidak ada petting edema
b. Kepala dan Rambut : Kepala mesosephal, ketombe tidak ada,
rambut tidak mudah rontok, warna rambut
agak kecoklatan, tidak ada kutu, tidak ada
nyeri tekan di kepala, tidak ada luka.
c. Kuku : Kuku Nampak bersih, pendek, tidak ada
clabing pinjer, tidak ada sianosis, CRT < 3
detik, agak lembab dan Nampak pucat
pada kuku
d. Mata / Penglihatan : Kedua mata simetris kiri dan kanan, pupil
isokor, tidak ada tanda – tanda strabismus,
padangan jelas, sclera putih, konjungtiva
pucat.
e. Hidung / Penciuman : hidung tidak ada deviasi, tidak ada
rhinore, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
polip, tidak ada luka
f. Telinga / Pendengaran : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada
nyeri tekan, serumen (+), otoroe (-)
g. Mulut dan Gigi : mulut bersih, tidak ada sariawan, gigi
graham tanggal, lidah Nampak kotor, bibir
kering, tidak ada pendarahan gusi dan
pendarahan di langit-lagit
h. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada peningkatan
vena jugularis
i. Dada : dada kiri dan kanan simetris, ekpansi paru
seirama, tidak ada bunyi napas tambahan,
klien tidak batuk, tidak ada nyeri tekan,
perkusi paru sonor, frekuensi respirasi 24
x/menit
j. Abdomen : warna abdomen merata, nyeri tekan pada
semua region abdomen, tidak teraba
pembesaran hepar dan lien, bising usus
30 x/menit, lingkar perut 45 cm, tidak
defans, datar dan lemas
k. Perineum dan Genitalia : tidak Nampak luka atau lesi, dubur tidak
ada pendarahan, tidak ada benjolan,
genetalia bersih
l. Ekstremitas atas dan bawah : klien mampu melawan tekanan, dapat
miring kesemua posisi dengan sendirinya
tidak ada edema di tungkai, akral tangan
dan kaki teraba hangat.
4. Tindakan Keperawatan
a. Monitor tanda – tanda vital
b. Monitor tanda-tanda pendarahan
c. Observasi lingkar perut
d. Catat intake dan output secara akurat
e. Pemberian nutrisi makanan cair
f. Tirah baring
5. Pemeriksaan Diagnostik
Labolatorium : 18/09/2018 Labolatorium : 20/09/2018
Hb : 3,0 gr/dl Hb : 7,9 gr/dl
Wbc : 13,9 103/m2 Wbc : 11,4 103/m2
Plt : 230 103/m2 Plt : 310 103/m2
Hct : 9,6 % Hct : 23,3 %
Eritrosit : 1,15 106/m2 Eritrosit : 2,8 106/m2
SGOT : 25 u/l SGOT : 28 u/l
SGPT : 30 u/l SGPT : 35 u/l
6. Penatalaksanaan Medis
𝑛𝑒𝑢𝑟𝑜𝑠𝑎𝑚𝑏𝑒 1 𝑎𝑚𝑝𝑢𝑙
a. IVFD DSi/4NS + = 20 tts/menit (makro)
𝑣𝑖𝑡.𝑐 1 𝑎𝑚𝑝𝑢𝑙
Bakteri (salmonella
Thypi), Virus
Masuk ke saluran
pencernaan
Intervensi Keperawatan
1. Memonitor tanda-tanda vital
2. Monitor Status Bising Usus
3. Pantau tanda-tanda dan gejala pendarahan yang
persistem (perhatikan seluruh sekresi darah yang
dapat terlihat atau tidak terlihat)
4. Memantau peningkatan tetesan cairan, termasuk
asupan dan output
5. Pantau tanda-tanda syok hipovolemik
(penurunan TD, Denyut Nadi Cepat, akral terasa
dingin
6. Ukur lingkat perut
7. Anjurkan keluarga untuk menghindari
pemasangan obat inflamasi
2 Senin, 24/09/2018 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam,
masalah termoregulasi tidak efektif teratasi dengan
hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi Keperawatan
1. Memonitor suhu tubuh klien / 2 jam
2. Memonitor TTV
3. Memonitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
4. Meningkatkan lebih cairan dan minum
5. Menganjurkan pada keluarga untuk melakukan
kompres hangan apabila klien panas
6. Menyelimuti klien pada keadaan hilangnya
kehangatan
7. Penatalaksanaan pemberian antiseptic dan
antipiretik