Anda di halaman 1dari 12

BAB II

DAFTAR PUSTAKA

A. Definisi kista keratosis Odontogenik

Odontogenic keratocyst atau keratokista pertama kali diperkenalkan oleh

Philipsen. Istilah keratokista dipergunakan untuk menggambarkan setiap kista di

rongga mulut di mana di dalamnya didapatkan jaringan keratin dalam bentuk yang

besar (Neville, 2007). Browne, Forssell dan Sainio berpendapat lain, bahwa kista

jenis dentigerous, radikuler, dan residual masuk dalam kategori keratokista, akan

tetapi dinyatakan bahwa walaupun dapat terjadi keratinisasi yang metaplastik pada

dinding suatu kista radikuler atau residual, dinding kista tersebut sebenarnya tetap

berbeda dengan dinding epitelium suatu keratokista sejati (Pogrel, 2003).

Odontogenik keratokista berasal dari pertumbuhan sisa-sisa dental lamina atau

sel-sel basal epitel rongga mulut sekitar 60% dan 40% sisanya berasal dari

pertumbuhan reduced enamel dental follicle (Sudiono, 2003). Kista ini lebih

cenderung terjadi pada pria dibandingkan wanita, sering tumbuh di mandibula

terutama di bagian posterior mandibula. Odontogenik keratokista juga sering tumbuh

di sekitar gigi yang tidak erupsi. Kista ini dapat tumbuh dengan ukuran besar dan

mengakibatkan destruksi pada tulang rahang. Odontogenik keratokista mempunyai

kecenderungan rekuren yang tinggi, sekitar 30% - 60%, hampir sama dengan

ameloblastoma (Rivera, 2000).


B. Etiopathogenesis

Kista keratosis odontogenik merupakan kelainan perkembangan yang berasal

dari epitel odontogenik. Kista keratosis odontogenik dapat terjadi selama proses

pembentukan gigi belum sempurna, yaitu pada tahap bell stage. Kista keratosis

odontogenik dapat berasal dari proliferasi sel basal dari epitel mulut. Terdapat

akumulasi pulau-pulau epitel di dalam mukosa superfisial kista keratosis odontogenik

yang telah dieksisi, terutama pada ramus asendens (Neville, 2007).

Dari hasil penelitian terlihat bahwa ada dua sumber epitel tempat asal kista

keratosis odontogenik, yaitu pertama, lamina dentis pada rahang atas maupun rahang

bawah atau sisa-sisanya sebelum pembentukan gigi sempurna dan kedua adalah

proliferasi sel basal dari epitel mukosa mulut yang menutupinya (Neville, 2007).

C. Histopatologi Odontogenik Keratokista

Secara mikroskopis odontogenik keratokista menunjukkan gambaran yang

khas yaitu (El-hajj G, 2000) :

1. Bentuk lapisan epitel skuamosa yang mengalami parakeratinisasi dan

mempunyai ketebalan antara 6 sampai 10 lapis sel.

2. Lapisan sel basal yang terdiri atas sel-sel berbentuk kolumner atau kuboid

yang tersusun secara palisade.

3. Pembesaran mikroskopik yang menunjukkan lumen yang dilapisi oleh lapisan

epitel yang mengalami keratinisasi.

4. Lumen yang berisi sejumlah disquamated parakeratin


Gambar 1: Lumen yang dilapisi oleh epitel yang
mengalami keratinisasi

Gambar 2: Dinding kista yang mengalami keratinisasi

D. Gambaran Klinis odontogenik Keratokista

Odontogenik keratokista kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan

pada gambaran radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Odontogenik keratokista

besar mungkin dapat menyebabkan pembengkakan, dan drainase pada daerah kista.

Pada kasus yang ekstrem, bahkan kista yang sangat besar bisa tanpa rasa sakit

(Rensburg, 2003).

Apabila terjadi di daerah ramus, bisa menyebabkan ketidaknyamanan

pergerakan sendi TMJ. Pada saat kista membesar dapat menyebabkan malposisi gigi,

ekspansi tulang rahang dan resorpsi akar gigi serta pada kasus yang cukup ekstrem

dapat juga terjadi resorbsi tulang rahang (Dowson, 2000).

Odontogenik keratokista memiliki gambaran klinis yang hampir sama dengan

gambaran klinis kista - kista lainnya di rongga mulut, sehingga tidak dapat di jadikan
sebagai petunjuk diagnosis. Walaupun gambaran radiografi dapat memberikan

gambaran yang jelas adanya odontogenik keratokista, namun untuk diagnosis pasti

melalui pemeriksaan histopatologis dan rontgenologis (Danudiningrat, 2006).

E. Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista


Odontogenik keratokista dapat muncul sebagai lesi unilocular, lesi lobulated

dan lesi multilocular. Pada gambaran radiogarafi, paling sering muncul dalam bentuk

lesi unilocular dengan gambaran radiolusen dikelilingi lapisan sklerotik berupa

radioopak yang sangat tipis. Pada lesi lobulated dan lesi multilocular, adanya tulang

kortikal yang irregular dengan bentuk scalloping. Odontogenik keratokista pada

maksila lebih kecil ukurannya dari pada pada mandibula. Ketika membesar, kista ini

cenderung untuk memperluas tulang sehingga pada gambaran radiografi adanya

ekspansi tulang rahang (Rensburg, 2003).

Gambar 3: Odontogenik keratokista bentuk unilocular


pada regio molar tiga impact
Gambar 4: Odontogenik keratokista dengan bentuk lesi
lobulated pada gambaran panoramik radiografi

Gambar 5: Odontogenik keratokista dengan bentuk lesi


lobulated pada gambaran MRI radiograf

Gambar 6: Odontogenik keratokista multilokuler pada


mandibula
F. Diagnosa Banding Odontogenik Keratokista

1. Odontogenik Keratokista Dengan Kista Dentigerous


Pada gambaran radiografis, kista dentigerous menunjukkan radiolusen

unilokuler yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi.

Gambaran radiolusen tersebut berbatas jelas dengan batas yang sklerotik,

sama seperti odontogenik keratokista unilokuler (Regezi, 2003).

Odontogenik keratokista berasal dari pertumbuhan sisa-sisa dental lamina

atau sel-sel basal epitel rongga mulut (60%) dan sisanya berasal dari

pertumbuhan reduced enamel dental follicle (40%). Sedangkan kista

dentigerous tumbuh dari dental follicle pada gigi yang tidak erupsi atau gigi

yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga kista ini selalu di jumpai

pada gigi yang impacted atau dalam masa pertumbuhan.

Gambar 7: Kista dentigerous pada rahang bawah


2. Odontogenik Keratokista Dengan Ameloblastoma
Ameloblastoma berkembang dari sel ameloblast yang merupakan

epitel odontogenik yang bertanggung jawab pada pembentukan enamel. Pada

kasus-kasus tertentu odontogenik keratokista dapat menimbulkan rasa sakit

sedangkan ameloblastoma tidak menimbulkan rasa sakit dan

pertumbuhannya lambat. Ameloblastoma memiliki tingkat kekambuhan

yang lebih tinggi (45-90%) dari pada odontogenik keratokista (30-60%).

Sama seperti odontogenik keratokista, ameloblastoma juga sering terjadi

pada ramus mandibular. Pada gambaran radiografis, ameloblastoma sering

tampak multilokular dengan lobus yang jelas. Jika unilokular, sulit

dibedakan dengan kista dentigerous atau kelainan-kelainan tulang rahang

yang memberikan gambaran radiolusensi (White, 2004).

Gambar 8: Ameloblastoma multilokuler


pada mandibula
3. Odontogenik Keratokista Dengan Kista Odontogenik Berkalsifikasi

Calcifying odontogenic cyst merupakan jenis kista yang menyerupai

odontogenic keratocysts tetapi tidak seagresif odontogenik keratokista dan

tidak mudah rekuren. Kista ini dilapisi oleh lapisan kalsifikasi, berbeda

dengan odontogenik keratokista yang dinding kistanya dilapisi oleh keratin.

Odontogenik keratokista sering terjadi pada posterior mandibula sedangkan

kista odontogenik berkalsifikasi sering terjadi pada maksila. Odontogenik

keratokista lebih sering terjadi pada laki-laki sedangkan odontogenik

berkalsifikasi lebih sering terjadi pada wanita (Sudiono, 2003). Pada awal

pertumbuhan odontogenik berkalsifikasi mempunyai gambaran yang

sepenuhnya radiolusen. Pada saat mengalami maturasi, akan tumbuh suatu

proses kalsifikasi yang akan ditunjukkan dengan gambaran berbatas jelas

dan gambaran campuran radiolusen dan radiopak. Pada gambaran

odontogenik berkalsifikasi dalam bentuk unilokuler, maka diagnosis dapat

mengarah pada odontogenik keratokista dan ameloblastoma (White, 2004).

Gambar 9 : Odontogenik berkalsifikasi pada maksila disertai gigi kaninus kiri atas
impaksi. Adanya gambaran radiolusen dan radiopak didalam luen kista
G. Penatalaksanaan Odontogenek Keratokista

Odontogenik keratokista merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah

rekuren. Prinsip terapi odontogenik keratokista adalah enukleasi. Dikarenakan tingkat

rekuren yang tinggi dari odontogenik keratokista, maka setelah tindakan enukleasi

harus selalu disertai dengan tindakan kuretase (Ghali, 2003).

Rekurensi dapat timbul akibat adanya dinding kita yang masih melekat pada

jaringan mukosa, terutama pada regio molar ketiga rahang bawah, sering terdapat

perlekatan yang kuat antara kista dan jaringan mukosa di atasnya, maka sebaiknya

dilakukan juga eksisi pada mukosa tempat perlekatannya dengan jarigan ikat untuk

mencegah kekambuhan akibat tertinggalnya sisa-sisa sel basal. Odontogenik

keratokista mempunyai kecenderungan meluas sepanjang komponen tulang

spongiosa dan tidak banyak berekspansi ke arah tulang korteks (pogrel, 2003).

Pada kasus odontogenik keratokista yang telah meluas, di mana telah terjadi

perforasi pada tepi atau margin mandibula, maka perawatannya adalah melakukan

reseksi tulang rahang. Odontogenik keratokista mempunyai kecenderungan untuk

kambuh sangat tinggi, sehingga perlu dilakukannya pemeriksaan ulang dengan

interval-interval waktu tertentu. Pada umumnya pemeriksaan ulang dilakukan pada

kurun waktu 5 tahun pertama setelah operasi dan diikuti dengan pemeriksaan

selanjutnya 10 tahun kemudian. Kista ini mempunyai kecenderungan kambuh yang

tinggi. Selain kecenderungan untuk rekuren, prognosis keseluruhan untuk sebagian

besar odontogenik keratokista adalah baik (Ghali, 2003).


BAB III

KESIMPULAN

Odontogenik keratokista adalah kista yang berasal dari gigi (primordial

odontogenic epithelium) dan memiliki lapisan keratin serta mempunyai gambaran

histopatologis yang khas yaitu epitelnya parakeratotik dengan sel basal tersusun

seperti pagar atau kuboid yang memperlihatkan gambaran jelas parakeratotik dan

kadangkadang ortokeratotik. Kista ini berasal dari pertumbuhan sisa-sisa dental

lamina atau sel-sel basal epitel rongga mulut sekitar 60% dan 40% sisanya berasal

dari pertumbuhan reduced enamel dental follicle.

Pada gambaran radiografi kista ini dapat muncul sebagai lesi unilocular, lesi

lobulated dan lesi multilocular. Kista ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan

wanita dan sering tumbuh di mandibula terutama di bagian posterior mandibula. Pada

odontogenik keratokista yang kecil biasanya asimptomatik dan hanya tampak pada

gambaran radiografi saja. Pada odontogenik keratokista yang lebih besar biasanya

menimbulkan rasa sakit, pembengkakan dan muncul fistel.

Pada kasus yang ekstrem, bahkan kista yang besar bisa tanpa rasa sakit. Kista

ini merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah rekuren. Prinsip terapi

odontogenik keratokista adalah enukleasi. Dikarenakan tingkat rekuren yang tinggi

dari kista ini, maka setelah tindakan enukleasi harus selalu disertai dengan tindakan

kuretase. Selain kecenderungan untuk rekuren, prognosis keseluruhan untuk sebagian

besar kista ini adalah baik.


DAFTAR PUSTAKA

Danudiningrat CP. Kista Odontogen dan Nonodontogen. Surabaya:

Airlangga University Press, 2006: 14-24, 32-34

Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral&Maxillofacial

Pathology. Second Edition . An imprint of Elseiver: Saunders, 2007:

594-597

Pogrel MA. The History of The Odontogenic Keratocyst. WB Saunders

2003 : 311- 315

Rivera V, Ghanee N, Kenny EA, Dawson KH. Odontogenic Keratocyst :

Northwestern USA Experience. The Journal Contemporary Dental

Practice. 2000

El-hajj G, Anneroth G. Odontogenic keratocysts – a retrospective clinical

and histologic study. Journal Oral maxillofacial Surgery. 1996: 124-

129

Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan A. Djimantoro B. Ilmu Patologi.

Jakarta : EGC, 2003 : 153-155, 171-175

White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. Fifth

Edition. An imprint of elseiver: Saunders 2004: 388-419

Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology Clinical Pathology

Correlations. Fourth Edition. W.B. saunders Company, 2003 : 53-59


Rensburg LJ, paquette M, Nortje CJ. Correlative MRI and CT imaging of

odontogenic keratocyst : a review of twenty-one case. WB Saunders :

Elsevier. 2003: 363-382

Ghali GE, Connor MS. Surgical Management of The Odontogenic

Keratocyst. Division of Oral surgery, Lousiana State University School

of Medicines : Elseiver, 2003: 383-392

Anda mungkin juga menyukai