Tugas Kelompok Hupernot Ke-4-1
Tugas Kelompok Hupernot Ke-4-1
AVICEENA PRATIKTO
1906326983
Pertanyaan:
Dapatkah mereka merealisasikan rencana tersebut? Berikan pendapat hukum saudara!
Jawab:
Menurut pendapat kami Doni, Rico dan Beth Gates Pte. Ltd, dapat merealisasikan rencana
mereka untuk membangun perusahaan yang bernama PT. RNGates Indonesia dengan bidang
usaha hospital services sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (“UUPM”) dan Pasal 13 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman
Modal, modal asing hanya boleh ditanamkan dalam bentuk Perseroan Terbatas dan wajib
melaksanakan ketentuan dan persyaratan nilai investasi dan permodalan dalam rangka
memperoleh Izin Prinsip, yakni izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai atau
melanjutkan usaha.
Oleh karenanya apabila Doni, Rico beserta Beth Gates Pte. Ltd, ingin mendirikan suatu
perusahaan di Indonesia yang notabene terdapat modal asing yang dimiliki oleh badan usaha
dari Singapura haruslah dibuat dalam bentuk Perseroan Terbatas.
Di Indonesia telah terdapat Undang-undang yang mengatur tentang penanaman modal asing
yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UUPM”).
Undang-undang ini bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan untuk
mempercepat peningkatan penanaman modal.1
Penanaman modal asing menurut pasal 1 ayat 3 UUPM adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri.2
Yang dimaksud dengan penanam modal asing dalam hal ini adalah perseorangan warga
negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia.3
1 Pasal 4 ayat (1) huruf a dan b Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
2 Pasal 1 ayat (3) Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
3 Pasal 1 ayat (6) Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Diketahui bahwa direncanakan PT. RNGates Indonesia akan dimiliki oleh pemegang saham
dengan komposisi sebagai berikut: Doni = 35%, Rico = 15%, dan Beth Gates Pte. Ltd. =
55%. Dengan adanya Beth Gates Pte. Ltd. sebagai pemegang saham PT. RNGates Indonesia,
menyebabkan PT. RNGates Indonesia menjadi Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing
(“PT. PMA”). Hal ini tidak bertentangan dengan hukum karena telah sesuai dengan Pasal 5
ayat (2) UUPM, yang selengkapnya terkutip sebagai berikut:
Sehubungan dengan rencana bisnis PT. RNGates Indonesia, terdapat ketentuan yang harus
diperhatikan yaitu Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal, atau biasa disebut dengan Daftar Negatif Investasi / DNI (“Perpres DNI”).
Menurut Pasal 2 ayat (1) huruf c Perpres DNI ada beberapa bidang usaha yang harus
memenuhi beberapa persyaratan tertentu, dan apabila kita melihat ke Pasal 6 maka
persyaratan-persyaratan tersebut terdapat dalam Lampiran III Perpres DNI ini yang notabene
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perpres DNI ini.
Pada halaman 39 Lampiran III Perpres DNI terdapat persyaratan dalam bidang usaha sektor
kesehatan sebagai berikut:
331. Industri Farmasi Obat Jadi 21012 Penanaman Modal Asing Maksimal
85%
341. Apotek, Toko Obat, Toko Alat 47722 Modal dalam negeri 100%
Kesehatan, dan Optik 47723
47733
347. lndustri Alat Kesehatan: Kelas 21012 Izin Khusus dari Kement erian
B (Masker bedah, jarum Kesehatan.
suntik, pasien monitor,
kondom, surgical gloves,
cairan hemodialisa, PACS,
surgical knives)
349. Kelas D (CTScan, MRJ, 21012 Izin Khusus dari Kementerian Keseh
Catheter Jantung, Stent atan
Jantung, HIV Test,
Pacemaker, Dormal Filler,
Ablation Catheter)
PT. Cipta Tunggal Mandiri (“CTM”) adalah pemegang 15% saham dalam PT. Suara
Bersama Indonesia (“SBI”). Tuan Nurdin, satu-satu Direktur CTM yang baru saja
diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris CTM, mendapatkan penawaran dari PT.
Buana Korporindo (“BK”) yang sangat berminat untuk membeli seluruh penyertaan saham
CTI dalam SBI. Menanggapi minat BK, Tuan Nurdin segera menandatangani perjanjian jual
beli saham CTI dalam SBI, dengan mendapatkan persetujuan dari pemegang saham
mayoritas CTM, sebagaimana disyaratkan dalam anggaran dasar CTM.
Pertanyaan:
Apakah perbuatan hukum tersebut mengikat CTM?
Jawab:
Seorang anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara waktu oleh Dewan Komisaris
dengan menyebutkan alasannya. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tersebut
tidak berwenang melakukan tugas Direksi menjalankan pengurusan perseoran untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Dalam jangka waktu
paling lambat 30 hari setelah tanggal pemberhentian, harus diselenggarakan RUPS dimana
anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela dirinya4.
Saham pada SBI sebesar 15% yang dimiliki CTM adalah kekayaan yang termasuk benda
bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Apabila CTM ingin menjual
saham yang dimilikinya dalam SBI, sesuai dengan Pasal 102 ayat (1) huruf a UUPT,
disebutkan bahwa Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan
Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih
Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun
tidak.
Dalam hal ini tidak disebutkan apakah jumlah saham milik CTM pada SBI kurang atau lebih
dari 50% kekayaan milik CTM, namun apabila saham tersebut melebihi 50% dari kekayaan
Perseroan, Pasal 102 ayat (3) UUPT menyebutkan bahwa Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), tidak berlaku terhadap tindakan pengalihan atau penjaminan kekayaan
Perseroan yang dilakukan oleh Direksi sebagai pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan
sesuai dengana nggaran dasarnya.
Dalam hal satu-satunya direksi diberhentikan sementara, sedangkan Perseroan perlu untuk
melakukan perbuatan hukum yang mengikat, disebutkan dalam Pasal 107 UUPT bahwa
Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai tata cara pengunduran diri anggota Direksi;
tata cara pengisian jabatan anggota Direksi yang lowong; dan pihak yang berwenang
menjalankan pengurusan dan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi
4
Sujud Margono, Hukum Perusahaan Indonesia: Catatan atas UU Perseroan Terbatas, (Jakarta:
Novindo Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 82
berhalangan atau diberhentikan untuk sementara. Sehingga agar CTM dapat menjual saham
miliknya yang ada pada SBI, haruslah melihat kepada anggaran dasar siapa yang berwenang
untuk melakukan tindakan hukum mewakili Perseroan untuk kepentingan Perseroan.
Dalam hal anggaran dasar tidak mengatur, ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 118 ayat (1)
dan (2) UUPT, bahwa Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Dewan
Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu; Dewan Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap
Perseroan dan pihak ketiga.
Oleh karenanya, apabila CTM ingin menjual saham yang ada pada SBI kepada BK dengan
keadaan tidak ada aturan dalam Anggaran Dasar mengenai pihak yang berwenang
menjalankan pengurusan dan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi
berhalangan atau diberhentikan untuk sementara, haruslah diadakan RUPS dan menunjuk
Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan Perseroan5.
Sehingga perjanjian jual beli saham tersebut haruslah ditandatangani oleh Dewan Komisaris
agar memiliki kekuatan hukum. Dalam hal perjanjian jual beli ditandatangani oleh Direksi
yang sementara waktu diberhentikan oleh Dewan Komisaris, maka perbuatan hukum
tersebut tidak mengikat karena berdasarkan Pasal 106 ayat (3) UUPT, Direksi yang
diberhentikan sementara tidak berwenang menjalankan pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
5
Ibid. hlm.87