Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

HUKUM PERUSAHAAN BERKAITAN


DENGAN KENOTARIATAN

AVICEENA PRATIKTO
1906326983

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK 2019
Soal No. 1
Doni dan Rico, dua sahabat sejak SD, berencana melakukan kegiatan usaha bersama di
bidang Hospital Service. Doni dan Rico bermaksud mengajak Beth Gates, Pte. Ltd,
Singapore dari Singapura, sebuah perusahaan yang telah berpengalaman di bidang Hospital
Service. Disepakati pembagian komposisi kepemilikan saham Doni = 35%, Rico = 15%, dan
Beth Gates Pte Ltd = 55%. Perusahaan akan dinamakan PT. RNGates Indonesia.

Pertanyaan:
Dapatkah mereka merealisasikan rencana tersebut? Berikan pendapat hukum saudara!

Jawab:
Menurut pendapat kami Doni, Rico dan Beth Gates Pte. Ltd, dapat merealisasikan rencana
mereka untuk membangun perusahaan yang bernama PT. RNGates Indonesia dengan bidang
usaha hospital services sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum
yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (“UUPM”) dan Pasal 13 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman
Modal, modal asing hanya boleh ditanamkan dalam bentuk Perseroan Terbatas dan wajib
melaksanakan ketentuan dan persyaratan nilai investasi dan permodalan dalam rangka
memperoleh Izin Prinsip, yakni izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai atau
melanjutkan usaha.
Oleh karenanya apabila Doni, Rico beserta Beth Gates Pte. Ltd, ingin mendirikan suatu
perusahaan di Indonesia yang notabene terdapat modal asing yang dimiliki oleh badan usaha
dari Singapura haruslah dibuat dalam bentuk Perseroan Terbatas.

Di Indonesia telah terdapat Undang-undang yang mengatur tentang penanaman modal asing
yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UUPM”).
Undang-undang ini bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan untuk
mempercepat peningkatan penanaman modal.1

Penanaman modal asing menurut pasal 1 ayat 3 UUPM adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri.2

Yang dimaksud dengan penanam modal asing dalam hal ini adalah perseorangan warga
negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia.3
1 Pasal 4 ayat (1) huruf a dan b Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
2 Pasal 1 ayat (3) Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
3 Pasal 1 ayat (6) Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Diketahui bahwa direncanakan PT. RNGates Indonesia akan dimiliki oleh pemegang saham
dengan komposisi sebagai berikut: Doni = 35%, Rico = 15%, dan Beth Gates Pte. Ltd. =
55%. Dengan adanya Beth Gates Pte. Ltd. sebagai pemegang saham PT. RNGates Indonesia,
menyebabkan PT. RNGates Indonesia menjadi Perseroan Terbatas Penanaman Modal Asing
(“PT. PMA”). Hal ini tidak bertentangan dengan hukum karena telah sesuai dengan Pasal 5
ayat (2) UUPM, yang selengkapnya terkutip sebagai berikut:

“Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan


hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”

Sehubungan dengan rencana bisnis PT. RNGates Indonesia, terdapat ketentuan yang harus
diperhatikan yaitu Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal, atau biasa disebut dengan Daftar Negatif Investasi / DNI (“Perpres DNI”).

Menurut Pasal 2 ayat (1) huruf c Perpres DNI ada beberapa bidang usaha yang harus
memenuhi beberapa persyaratan tertentu, dan apabila kita melihat ke Pasal 6 maka
persyaratan-persyaratan tersebut terdapat dalam Lampiran III Perpres DNI ini yang notabene
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perpres DNI ini.

Pada halaman 39 Lampiran III Perpres DNI terdapat persyaratan dalam bidang usaha sektor
kesehatan sebagai berikut:

No Bidang Usaha KBLI Persyaratan

331. Industri Farmasi Obat Jadi 21012 Penanaman Modal Asing Maksimal
85%

332. Institusi Pengujian Alat 71205 Penanaman Modal Asing Maksimal


Kesehatan 67%

333. Fasilitas Pelayanan 86901 Penanaman Modal Asing Maksimal


Akupuntur 49%

334. Pelayanan Pest Control / 86903 Penanaman Modal Asing Mak:simal


Fungisasi 67%

335. Pelayanan Evakuasi Medik 86904 Penanaman Modal Asing Maksimal


dan Ambulantory 67%
336. Produsen Narkotika (lndustri 21012 lzin Khusus dari Kementerian
Farmasi) Kesehatan

337. Pedagang Besar Farmasi 46693 Izin Khusus dari Kementerian


Narkotika Kesebatan

338. Pengolahan Obat Tradisional 21022 Modal dalam negeri 100%

339. Industri/Usaha Obat 21022 Modal dalam negeri 100%


Tradisional/ Ekstrak Bahan
Alam

340. Perdagangan Besar Bahan 46693 Modal dalam negeri 100%


Baku Farmasi

341. Apotek, Toko Obat, Toko Alat 47722 Modal dalam negeri 100%
Kesehatan, dan Optik 47723
47733

342. Klinik Pratama: Rumah 86103 Modal dalam negeri 100%


Bersalin Swasta, Clinic 86104
General Medical, 86109
Seruices/Klinik Pengobatan
Umum, Jasa Kesehatan
Pemukiman (Residential
Health Services), dan Sarana
Pelayanan Kesehatan Dasar

343. Rumah Sakit 86103 a. Penanaman Modal Asing


Maksimal 67%;
b.Maksimal 70% bagi penanam
modal dari negara-negara
ASEAN; dan
c. Dapat dilakukan diselurub
Ibukota Provinsi Indonesia
Timur, kecuali Makassar dan
Manado.
344. Klinik Utama: Klinik 86109 a. Penanaman Modal Asing
Kedokteran Spesialis (Clinic 86202 Maksimal 67%;
Specialised Medical Services) 86203 b. Maksimal 70% bagi penanam
(CPC 9312), Klinik 86901 modal dari negara-negara
Kedokteran Gigi Spesialis ASEAN; dan
(CPC 9312), Jasa c. Dapat dilakukan diseluruh
Keperawatan Spesialis Ibukota Provinsi Indonesia
(Nursing Services dengan Timur kecuali Makassar dan
CPC 93191), dan Jasa Rumah Manado.
Sakit Lainnya (klinik
rehabilitasi medik)

345. Penyalur Alat Kesehatan 46693 a. Penanaman Modal Asing


Maksimal 49% ;
b. Izin Khu sus dari Kementerian
Kesehatan.

346. lndustri Alat Kesehatan: Kelas 21012 a. Penanaman Modal Asing


A (Kapas, pembalut, kasa, Maksimal 33% ;
toogkat, tiang infus, pembalut b. lzin Khusus dari Kementerian
wanita, popok dewasa, tempat Kesehatan.
tidur pasien, kursi roda)

347. lndustri Alat Kesehatan: Kelas 21012 Izin Khusus dari Kement erian
B (Masker bedah, jarum Kesehatan.
suntik, pasien monitor,
kondom, surgical gloves,
cairan hemodialisa, PACS,
surgical knives)

348. Industri Alat Kesehatan: 21012 Izin Khusus dari Kementerian


Kelas C (IV Catheter, X Ray, Kesehatan
ECG, Patient Monitor, Inplan
Orthopedy, Contact Lens,
Oxymeter, Densitometer)

349. Kelas D (CTScan, MRJ, 21012 Izin Khusus dari Kementerian Keseh
Catheter Jantung, Stent atan
Jantung, HIV Test,
Pacemaker, Dormal Filler,
Ablation Catheter)

350. Bank dan Laboratorium 86903 Izin Khusus dari Kementerian


Jaringan dan Sel Kesehatan
Berdasarkan tabel di atas terlihat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan
suatu bidang usaha tertentu. Dengan demikian PT. RNGates Indonesia sebagai PT dengan
penanaman modal asing sebesar 55% dapat melakukan usaha di bidang hospital service
sepanjang tidak bertentangan dengan persyaratan tersebut di atas.
Soal No. 2

PT. Cipta Tunggal Mandiri (“CTM”) adalah pemegang 15% saham dalam PT. Suara
Bersama Indonesia (“SBI”). Tuan Nurdin, satu-satu Direktur CTM yang baru saja
diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris CTM, mendapatkan penawaran dari PT.
Buana Korporindo (“BK”) yang sangat berminat untuk membeli seluruh penyertaan saham
CTI dalam SBI. Menanggapi minat BK, Tuan Nurdin segera menandatangani perjanjian jual
beli saham CTI dalam SBI, dengan mendapatkan persetujuan dari pemegang saham
mayoritas CTM, sebagaimana disyaratkan dalam anggaran dasar CTM.

Pertanyaan:
Apakah perbuatan hukum tersebut mengikat CTM?

Jawab:
Seorang anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara waktu oleh Dewan Komisaris
dengan menyebutkan alasannya. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tersebut
tidak berwenang melakukan tugas Direksi menjalankan pengurusan perseoran untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Dalam jangka waktu
paling lambat 30 hari setelah tanggal pemberhentian, harus diselenggarakan RUPS dimana
anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela dirinya4.

Saham pada SBI sebesar 15% yang dimiliki CTM adalah kekayaan yang termasuk benda
bergerak yang memberikan hak kebendaan bagi pemiliknya. Apabila CTM ingin menjual
saham yang dimilikinya dalam SBI, sesuai dengan Pasal 102 ayat (1) huruf a UUPT,
disebutkan bahwa Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan
Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih
Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun
tidak.

Dalam hal ini tidak disebutkan apakah jumlah saham milik CTM pada SBI kurang atau lebih
dari 50% kekayaan milik CTM, namun apabila saham tersebut melebihi 50% dari kekayaan
Perseroan, Pasal 102 ayat (3) UUPT menyebutkan bahwa Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), tidak berlaku terhadap tindakan pengalihan atau penjaminan kekayaan
Perseroan yang dilakukan oleh Direksi sebagai pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan
sesuai dengana nggaran dasarnya.

Dalam hal satu-satunya direksi diberhentikan sementara, sedangkan Perseroan perlu untuk
melakukan perbuatan hukum yang mengikat, disebutkan dalam Pasal 107 UUPT bahwa
Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai tata cara pengunduran diri anggota Direksi;
tata cara pengisian jabatan anggota Direksi yang lowong; dan pihak yang berwenang
menjalankan pengurusan dan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi

4
Sujud Margono, Hukum Perusahaan Indonesia: Catatan atas UU Perseroan Terbatas, (Jakarta:
Novindo Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 82
berhalangan atau diberhentikan untuk sementara. Sehingga agar CTM dapat menjual saham
miliknya yang ada pada SBI, haruslah melihat kepada anggaran dasar siapa yang berwenang
untuk melakukan tindakan hukum mewakili Perseroan untuk kepentingan Perseroan.

Dalam hal anggaran dasar tidak mengatur, ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 118 ayat (1)
dan (2) UUPT, bahwa Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Dewan
Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu; Dewan Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap
Perseroan dan pihak ketiga.

Oleh karenanya, apabila CTM ingin menjual saham yang ada pada SBI kepada BK dengan
keadaan tidak ada aturan dalam Anggaran Dasar mengenai pihak yang berwenang
menjalankan pengurusan dan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi
berhalangan atau diberhentikan untuk sementara, haruslah diadakan RUPS dan menunjuk
Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan Perseroan5.

Sehingga perjanjian jual beli saham tersebut haruslah ditandatangani oleh Dewan Komisaris
agar memiliki kekuatan hukum. Dalam hal perjanjian jual beli ditandatangani oleh Direksi
yang sementara waktu diberhentikan oleh Dewan Komisaris, maka perbuatan hukum
tersebut tidak mengikat karena berdasarkan Pasal 106 ayat (3) UUPT, Direksi yang
diberhentikan sementara tidak berwenang menjalankan pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

5
Ibid. hlm.87

Anda mungkin juga menyukai