Anda di halaman 1dari 90

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas mahasiswa
1. Nama : Ika Agnes Nainggolan
2. Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Balai Karimun, 24 Agustus 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku/Kebangsaan : Batak/Indonesia
5. Status : Belum Menikah
6. Agama : Kristen Protestan
7. Anak Ke : 1 Dari 3 Bersaudara
8. Nama Ayah : Laos Maruli Nainggolan
9. Nama Ibu : Elisabeth Alfrida Siahaan
10. Alamat : Jalan Telaga Riau, RT 05 RW 05
Kabupaten Karimun, KEPRI
11. No HP : 085272767817
12. Alamat Email : Ikakeropii@Gmail.Com

II. Riwayat Pendidikan


1. Tahun 2000-2006 : SD Swasta Vidiya Sasana Kabupaten Karimun
2. Tahun 2006-2009 : SMP Negeri 2 Karimun
3. Tahun 2009-2012 : SMA Negeri 2 Karimun
4. Tahun 2012-2016 : Strata I Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sari Mutiara Indonesia
ABSTRAK

Lalat merupakan vektor pembawa penyakit sehingga perlu diukur kepadatannya untuk tujuan
pengendalian. Lalat juga merupakan serangga yang memiliki mata majemuk yakni dapat membedakan
beberapa frekuensi warna. Fly grill adalah salah satu alat untuk mengukur kepadatan lalat. Fly grill ini
terbuat dari bilah-bilah kayu dengan divariasikan warnanya. Fly grill yang digunakan diberi cat kuning
, biru, hijau dan satu fly grill tanpa diberi cat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
warna pada media fly grill terhadap densitas lalat pemukiman (Domestic flies) di Kelurahan Dwikora
Kecamatan Medan Helvetia. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan
model post test only design. Penelitian ini dilakukan di halaman rumah warga yang letak nya di Gang
Buntu Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia selama 7 hari. Pada titik yang telah ditentukan
dilakukan pengukuran sebanyak 10 kali pengukuran dengan perhitungan rata-rata data 5 kali
pengukuran tertinggi. Rata-rata kepadatan lalat pada fly grill warna kuning 14,29, biru 7,71, hijau
10,29 dan warna asli kayu 10,57. Variabel bebas adalah warna fly grill, variabel terikatnya densitas
lalat. Analisis data secara deskriptif dan analitik menggunakan uji kolmogorov smirnov dan one-way
anova dengan taraf signifikan 0,05. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh warna kuning, biru, hijau
dan warna asli kayu pada fly grill terhadap densitas lalat (p= 0,000). Kesimpulan hasil penelitian ini
yaitu disarankan untuk menggunakan fly grill warna kuning dalam mengukur kepadatan lalat serta
perlu adanya pengendalian lalat di pemukiman gang Buntu Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan
Helvetia karena dari hasil penelitian didapatkan lalat telah melebihi 5 ekor per block grill.

Kata Kunci : Densitas Lalat, Warna Fly Grill

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan

Rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat Pemukiman

(Domestic flies) Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun

2016”. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah di

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan

Universitas Sari Mutiara.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu peneliti mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca skripsi

ini yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan

datang.

Terlaksananya keberhasilan peneliti dalam menyusun skripsi ini tidak lepas

dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka dengan

kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.

2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Medan

Indonesia.

3. Taruli Rohana Sinaga, SP.MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

4. Vierto Irrenius Girsang, SKM, M.Epid, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat.

iii
5. Koesman Wisoehoediono, M.sc, selaku ketua penguji peneliti yang tidak kenal

lelah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ahadi Kurniawan, S.Si, DAPE, MScPH, selaku penguji I peneliti dalam seminar

proposal dan pada sidang skripsi yang telah banyak memberikan masukan yang

berarti bagi kesempurnaan penulisan ini.

7. Seri Asnawati Munthe, SKM, M.Kes,selaku penguji II peneliti dalam seminar

proposal dan pada sidang skripsi yang telah banyak memberikan masukan yang

berarti bagi kesempurnaan penulisan ini.

8. Mido Ester Sitorus, SKM, M.KM, selaku penguji III peneliti yang tidak kenal

lelah dalam membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi

ini

9. Seluruh dosen dan staf pegawai Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

10. Irfan Abdilla, S.STP. Selaku Bapak Lurah Dwikora Kecamatan Medan Helvetia

yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di Gang Buntu

Jalan Budi Luhur Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia tahun 2016

11. Terkhusus kepada kedua orang tua peneliti. Ayah L.M Nainggolan dan ibu E.

Siahaan yang telah banyak memberikan kasih sayangnya serta dukungan baik

secara moril ataupun materil, dan atas segala jerih payah dan pengorbanan dalam

kebutuhan peneliti, semoga Tuhan senatiasa memberikan hikmat dan kesehatan.

Amin

iv
12. Kepada adik-adik peneliti Netha Yuni Nainggolan, Jodi Naek Nainggolan yang

telah memberikan dukungan dan semangat selama peneliti menjalan pendidikan

dan penyusunan skripsi ini.

13. Kepada teman-teman peneliti dan terkhusus kepada Yohana Manik, Regain Brigt

Wer, Rosmala Sari Sihombing, Porman Tiurmaida Sihombing dan rekan

sepembimbingan, dan lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

14. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi yang telah memberikan motivasi dan

saran-saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan yang telah banyak memberikan

bantuan kepada peneliti.

Akhir kata penullis banyak mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan selama penyelesaian skripsi ini.

Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Sebelum dan sesudahnya

peneliti mengucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2016

Penulis

(Ika Agnes Nainggolan)

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACK ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3.Tujuan ............................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
1.4.1 Bagi Pemeritah/ Instansi Terkait ............................................ 3
1.4.2 Bagi Masyarakat .................................................................... 3
1.4.3 Bagi Peneliti .......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Lalat ................................................................................................ 5
2.2. Siklus Hidup ................................................................................... 6
2.2.1 Siklus Telur ........................................................................... 6
2.2.2 Larva/ Tempayak ................................................................... 6
2.2.3 Pupa/ Kepompong ................................................................. 7
2.2.4 Dewasa .................................................................................. 7
2.3. Pola Hidup Lalat ............................................................................. 7
2.3.1 Termpat Perindukan/ berbiak ................................................ 8
2.3.2 Jarak Terbang ......................................................................... 8
2.3.3 Kebiasaan Makan .................................................................. 8
2.3.4 Tempat Istirahat ..................................................................... 8
2.3.5 Lama Hidup ........................................................................... 9
2.3.6 Temperatur dan Kelembaban ................................................ 9
2.3.7 Sinar/ Cahaya ......................................................................... 9
2.3.8 Aroma .................................................................................... 10
2.3.9 Kecepatan angin .................................................................... 10
2.4. Jenis- jenis Lalat ............................................................................. 10
2.4.1 Lalat Rumah .......................................................................... 10
2.4.2 Lalat Rumah Kecil .................................................................. 13
2.4.3 Lalat Hijau ............................................................................. 14
2.2.4 Lalat Daging .......................................................................... 14

vi
2.4.5 Lalat Kandang ........................................................................ 15
2.5.Penyakit Yang Disebabkan Oleh Lalat ............................................. 16
2.6. Fly Grill ........................................................................................... 17
2.7.Warna ............................................................................................... 19
2.8. Cara Pengendalian Lalat Rumah ..................................................... 19
2.8.1 Non kimiawi .......................................................................... 19
2.8.2 Kimiawi ................................................................................. 21
2.9. Kerangka Konsep ........................................................................... 22
2.10 Hipotesa ......................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ............................................................................... 24
3.2. Lokasi dan Waktu Peenelitian ........................................................ 24
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 24
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................... 25
3.3. Objek Penelitian ............................................................................. 25
3.4. Defenisi Operasional ...................................................................... 25
3.5 Aspek pengukuran .......................................................................... 26
3.6. Alat dan Bahan ............................................................................... 26
3.7. Jalan Penelitian ............................................................................... 26
3.7.1 Tahap Persiapan ..................................................................... 26
3.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................... 27
3.8. Teknik Analisa Data ....................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................... 29
4.2. Hasil Penelitian ............................................................................... 30
4.2.1 Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap
Densitas Lalat Pemukiman ................................................. 30
4.3. Pembahasan .................................................................................... 45
4.3.1 Warna .................................................................................... 45
2.3.2 Suhu ....................................................................................... 48
2.3.3 Kelembaban ........................................................................... 49
2.3.4 Kecepatan Angin ................................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 50
5.2. Saran ............................................................................................. 51
5.2.1 Bagi Pemerintah .................................................................... 51
5.2.2 Bagi Masayarakat ................................................................... 51
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.4 Defenisi Operasional ....................................................................... 26


Tabel 4.1 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari pertama dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 30
Tabel 4.2 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari pertama dengan variasi warna fly grill di halaman rumah
yang berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di
Jalan Budi Luhur Gang Buntu ........................................................ 31
Tabel 4.3 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari kedua dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 32
Tabel 4.4 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari kedua dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan
Budi Luhur Gang Buntu ................................................................. 33
Tabel 4.5 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari ketiga dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 34
Tabel 4.6 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari ketiga dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan
Budi Luhur Gang Buntu ................................................................. 35
Tabel 4.7 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari keempat dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 36
Tabel 4.8 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari keempat dengan variasi warna fly grill di halaman rumah
yang berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di
Jalan Budi Luhur Gang Buntu ........................................................ 37

viii
Tabel 4.9 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari kelima dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 38
Tabel 4.10 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari kelima dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan
Budi Luhur Gang Buntu ................................................................. 39
Tabel 4.11 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari keenam dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 40
Tabel 4.12 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari keenam dengan variasi warna fly grill di halaman rumah
yang berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di
Jalan Budi Luhur Gang Buntu ......................................................... 41
Tabel 4.13 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari ketujuh dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 42
Tabel 4.14 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari ketujuh dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan
Budi Luhur Gang Buntu ................................................................. 43
Tabel 4.15 Pengukuran rerata suhu, kelembaban udara, kecepatan angin di
halaman rumah yang berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan
Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu ..................................... 44
Tabel 4.16 Hasil Uji Anova .............................................................................. 45

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat ........................................................................... 6


Gambar 2.2 Lalat Rumah .................................................................................... 13
Gambar 2.3 Lalat Rumah Kecil ......................................................................... 13
Gambar 2.4 Lalat Hijau ....................................................................................... 14
Gambar 2.5 Lalat Daging .................................................................................... 15
Gambar 2.6 Lalat Kandang ................................................................................. 16
Gambar 2.7 Fly Girll ........................................................................................... 17
Gambar 4.1 Spektrum Warna ............................................................................. 47

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Kelurahan Dwikora

Kecamatan Medan Helvetia

Lampiran 4 Master Data

Lampiran 5 Output SPSS

Lampiran 6 Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Dokumentasi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan lalat rumah di sekitar lingkungan pemukiman dapat menjadi media

perantara penularan berbagai penyakit pada manusia misalnya ialah Disentri basiler,

Disentri amuba, Kolera, Salmonellosis, dan sebagainya (Sumantri, 2010).

Pengendalian terhadap lalat dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,

baik secara fisik, kimia, biologis, maupun kultural. Untuk meminimalisir dampak

negatif penggunaan insektisida, maka perlu dikembangkan metode pengendalian lalat

berdasarkan faktor yang mempengaruhi kepadatan dan distribusinya. Cara paling

mudah, murah dan cepat mengukur tingkat kepadatan lalat yakni dengan

menggunakan fly grill (Sayono dkk, 2005).

Rozendaal (dalam Sayono dkk, 2005) menyatakan bahwa : “Kepadatan dan

penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh reaksi terhadap cahaya, suhu dan

kelembaban udara, serta warna dan tekstur permukaan tempat”. Lalat merupakan

serangga yang memiliki mata majemuk yakni dapat membedakan beberapa frekuensi

warna. Lalat juga merupakan serangga yang bersifat fototrofik (tertarik pada cahaya).

Oleh karena itu, dalam pengukuran kepadatan lalat dalam penelitian ini digunakan fly

grill dengan variasi warna yang bermacam-macam.

Adapun penggunaan fly grill ini dipilih karena Fly grill merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill ini juga mudah

1
2

dalam pembuatan, relatif murah juga tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat

serta tidak perlu pengawasan dari tenaga ahli.

Berdasarkan hasil penelitian Dewi Agustina (2015) di Tempat Pelelangan

Ikan Tambak Lorok Kota Semarang. Pada titik yang telah ditentukan dilakukan

pengukuran sebanyak 10 kali pengukuran dengan perhitungan rata-rata data 5 kali

pengukuran tertinggi. Rata-rata kepadatan lalat pada fly grill warna asli kayu 8,5

ekor, warna putih 9,5 ekor, warna kuning tua 16 ekor. Dengan demikian terdapat

perbedaan kepadatan lalat pada fly grill dengan menggunakan variasi warna yang

berbeda, dengan urutan dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu kuning tua,

putih dan asli kayu.

Ada pun hasil penelitian Sri Elen Husain (2014) di Tempat Pelelangan Ikan

(Tpi) Kota Gorontalo. Pengukuran dilakukan dengan serangkaian pengukuran pada 4

buah fly grill dengan 10 kali pengulangan pengukuran. Warna coklat dengan jumlah

rerata kepadatan lalat 7, warna merah dengan jumlah rerata kepadatan lalat 6,44,

warna hitam dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,67 dan warna biru dengan jumlah

rerata kepadatan lalat 5,33.

Survei awal peneilitian pada tanggal 21 Maret 2016 di Jalan Budi Luhur Gang

Buntu Kelurahan Dwikora Kecamata Medan Helvetia, yang lokasi Tempat

Pembuangan Sampah yang jarak nya kurang lebih 10 meter dari pemukiman, pada

lokasi tersebut masih banyak di temukan lalat dalam jumlah yang cukup. Sehubungan

dengan keberadaan Tempat pembuangan sampah yang dekat dengan pemukiman

perlu diadakan pengukuran untuk mengetahui jumlah lalat rumah di sekitar


3

pemukiman untuk selanjutnya dapat di lakukan pengendalian yang sesuai di

pemukiman tersebut.

Maka dari itu peneliti pada kesempatan ini juga berminat melakukan

penelitian dengan menggunakan Fly grill dengan menguji Pengaruh Warna Pada

Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat pemukiman (Domestic flies) Di Kelurahan

Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka perumusan masalah adalah “ apakah ada

pengaruh warna pada media fly grill terhadap densitas lalat pemukiman (Domestic

flies) di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas

Lalat pemukiman (Domestic flies) Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Pemerintah/Intansi Terkait

Dapat menjadi bahan informasi dalam rangka meningkatkan upaya pengendalian lalat

yang ramah lingkungan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi dalam pembuatan fly grill dan kegiatan

pengendalian lalat serta untuk mencegah penyebar luasan penyakit menular.


4

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khusus di bidang pengendalian

lalat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lalat

Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diptera,

mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan spesies yang

berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan

penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain( Muliawan,

2011).

Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000 sampai 100.000 species

lalat. Namun tidak semua species ini perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak

berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan (Depkes RI, 1991). Menurut

Sigit dan Hadi (2006) menjelaskan bahwa: “Yang tergolong lalat pengganggu

kesehatan adalah Ordo Diptera, Subordo Cyclorrhapha, dan anggotanya terdiri atas

lebih dari 116.000 spesies lebih di seluruh dunia”.

Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil

yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara

manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut

penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat yang hinggap di suatu

tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut (Sucipto, 2011).

5
6

2.2 Siklus Hidup

Depkes (1991) menerangkan bahwa: “Lalat adalah insekta yang mengalami

meta-morfosa yang sempurna, dengan stadium telur, larva/tempayak, kepompong dan

stadium dewasa”. Hal ini menunjukkan semua lalat mengalami metamorfosis

sempurna dalam perkembangannya (Sigit & Hadi, 2006).

Gambar 2.1 Siklus hidup lalat.

2.2.1 Siklus Telur

Stadium ini memerlukan waktu 12-24 jam. Bentuk telur lonjong bulat

berwarna putih, besarnya telur 1-2 mm, dikeluarkan oleh lalat betina sekaligus

sebanyak 150-200 butir. Faktor temperatur tempat sarang telur ini (kotoran) sangat

berpengaruh, semakin hangat semakin cepat proses pematangannya (Suyono dan

Budiman, 2011).

2.2.2. Larva/tempayak

Larva lalat berbentuk bulat panjang ±8 mm, warna putih kekuning-kuningan

agak keabuan bersegman 13, di kalangan masyarakat biasa disebut belatung. Larva
7

dewasa selalu bergerak untuk mencari makanan sekitar sarangnya berupa bahan

organik. Pada tingkat akhir larva mencari tempat kering untuk kemudian tidak

bergerak dan berubah menjadi kepompong/pupa. Lamanya stadium ini 2-8 hari

tergantung dari pengaruh setempat. Larva mudah terbunuh pada temperatur 73oC. Ada

tiga tingkatan stadium larva lalat:

a. Setelah keluar dari telur, belum banyak gerakan

b. Setelah larva menjadi dewasa, banyak gerakan

c. Tingkat terakhir tidak banyak gerakan (Suyono dan Budiman, 2011)

2.2.3. Pupa/kepompong

Lamanya stadium ini 2-8 hari bergantung pada temperatur setempat. Bentuk

lalat lonjong dengan warna coklat hitam panjang 8-10 mm. Pada stadium ini jarang

ada pergerakan, mempunyai selaput luar yang keras disebut chitine, di bagian depan

terdapat spiracle (lubang nafas) disebut posterior spiracle. (Suyono dan Budiman,

2011)

2.2.4. Dewasa

Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan setelah itu

siap untuk mengadakan perkawinan. Dari pupa ini akhirnya terwujud lalat dewasa.

Dari stadium telur sampai dewasa memerlukan waktu selama 7-14 hari. (Suyono dan

Budiman, 2011)

2.3 Pola Hidup Lalat

Pola hidup lalat terbagi menjadi beberapa bagian. Adapun pola hidup lalat

adalah sebagai berikut.


8

2.3.1 Tempat perindukan/berbiak

Sucipto (2011) menyatakan bahwa : “Tempat yang disenangi lalat adalah

tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan yang

busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif”. Secara umum tempat perindukan

bagi lalat adalah tempat yang kotor dan basah.

2.3.2 Jarak Terbang

Lalat terbang tidak terus-menerus, setiap saat selalu hinggap. Jarak terbang

lalat antara 0,5-20 km. Umumnya daya terbang lalat tidak lebih dari 50 meter dari

tempat perindukannya, kecuali kalau keadaan memaksa maka dapat terbang beberapa

kilometer. Selain ketersediaan makanan, kelembaban dan adanya tempat bertelur

yang aman, kecepatan angin, bau, cahaya juga banyak mempengaruhhi daya terbang

lalat. (Suyono dan Budiman, 2011)

2.3.3 Kebiasaan makan

Makanan utama lalat adalah benda-benda cair terutama yang mengandung

gula dan yang berbau amis. Benda yang keras dicairkan menggunakan liurnya, setiap

makan seringkali memuntahkan makananya. Oleh sebab itu kemungkinan terjadinya

penularan penyakit dapat melalui aktivitas memuntahkan makanan ini disamping

bulu-bulu kakinya yang sanggup membawa jutaan kuman berbahaya (Suyono dan

budiman, 2011)

2.3.4 Tempat istirahat

Pada siang hari lalat tidak makan tetapi istirahat di lantai dinding, langit-langit,

rumput-rumput dan tempat sejuk. Lalat juga menyukai tempat yang berdekatan
9

dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari

yang terik. Di dalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat

listrik. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 meter

(Sucipto, 2011)

2.3.5 Lama hidup

Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada

musim panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin biasanya

mencapai 70 hari (Depkes, 1992)

2.3.6 Temperatur dan Kelembaban

Lalat mulai terbang pada temperatur 150C dan aktivitas optimalnya pada

temperatur 210C. Pada temperatur dibawah 7,50C tidak aktif dan diatas 450C terjadi

kematian pada lalat. Sedangkan Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur

setempat. Kelembaban berbanding terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada

musih hujan lebih banyak dari pada musim panas. Bila kelembaban tinggi maka

kelembaban rendah dan bila temperatur rendah maka kelembaban akan semakin

tinggi. Kelembaban yang di sukai lalat adalah 90%. Lalat sangat sensitif terhadap

angin yang kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makanan pada waktu

kecepatan angin tinggi (Sucipto, 2011).

2.3.7 Sinar/Cahaya

Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya.

Pada malam hari lalat tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan.
10

Jumlah lalat akan meningkat pada suhu 200C-250C dan akan berkurang jumlahnya

pada suhu < 100C atau > 490C serta kelembapan yang optimum 90% (Sucipto, 2011).

2.3.8 Aroma

Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu, termasuk bau busuk. Dimana bau

merupakan stimulus utama yang menuntun lalat dalam mencari makanannya,

terutama bau yang menyengat (Sucipto, 2011)

2.3.9 Kecepatan angin

Lalat sangat aktif mencari makanan pada angin yang tenang dan sepoi-sepoi

menurut skala Beufort yaitu berkisar 0,3-1,5 m/d, tetapi lalat dewasa akan

mengurangi aktifitasnya pada angin kencang. Angin juga akan mempengaruhi

istirahat lalat, lalat akan menghindarkan diri dari tempat-tempat angin kencang

(Depkes, 1992)

2.4 Jenis - Jenis Lalat

Sebagai makhluk hidup, tentunya lalat memiliki banyak spesies. Berdasarkan

pembagian spesiesnya, lalat memiliki beberapa spesis yang terpenting dari sudut

kesehatan yaitu : lalat rumah (Musca domestica), lalat kandang (Stomoxys calcitrans),

lalat hijau (Calliphora sp), lalat daging (Sarchopaga sp), dan lalat kecil (Fannia sp)

(Depkes RI, 1991).

2.4.1 Lalat rumah (Musca domestica)

Musca domestica atau lalat rumah atau sering disebut housefly merupakan

salah satu spesies serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sebagian besar

(95%) dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar rumah dan kandang,
11

adalah lalat jenis ini. Di bidang kesehatan lalat rumah dianggap sebagai serangga

pengganggu, karena merupakan vektor mekanis beberapa penyakit dan penyebab

myiasis pada manusia dan hewan. Lalat ini juga mengganggu dari segi kebersihan

dan ketenangan.

Lalat rumah termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Diptera,

famili Muscidae dan Genus Musca. Lalat rumah dimasukkan dalam filum Arthropoda

atau binatang beruas, karena memiliki kerangka luar atau eksoskeleton yang

mengandung khitin yang dapat mengelupas apabila tubuh berkembang. Lalat rumah

berukuran sebesar biji kacang tanah, berwarna hitam kekuningan. Lalat rumah

jantan berukuran panjang tubuh 5,8 - 6,5 mm dan lalat betina berukuran panjang

tubuh 6,5 - 7,5 mm. Lalat ini secara umum mempunyai ciri berwarna kelabu (Poedji

dkk, 2007).

Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah

bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.

Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Telur lalat biasanya diletakkkan dalam

retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar

matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-

larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah

3-24 hari biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa.

Larva-larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-

350 0C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang

lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna
12

merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau

didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 35 0C

atau beberapa minggu pada suhu rendah.

Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah,

kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras.

Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang.

Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu

4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup

lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.

Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang

lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan

yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang

disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang

terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga

mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling

berbahaya.

Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung

zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah

bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian

terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi

beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim

panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan
13

akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering)

sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung

seperti kandang ternak dan gudang-gudang (Santi,2001).

Gambar 2.2 Lalat Rumah (Musca domestica)

2.4.2 Lalat Rumah Kecil (Fannia sp)

Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh

lebih kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan dan juga dibagian-

bagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk.

(Santi,2001).

Gambar 2.3 Lalat Kecil (Fannia sp)


14

2.4.3 Lalat hijau (Calliphora sp)

Menurut Sucipto (2011) bahwa “Lalat hijau termasuk kedalam family

Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang sampai

besar dengan ciri-ciri sebagai berikut : Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau

abdomen gelap. Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang

berasal dari hewan dan jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan buah-

buahan. Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar. Lalat ini

dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides, Trichuris trichiura

dan cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada lambung lalat.

Gambar 2.4 lalat hijau (Callipora sp)

2.4.4 Lalat Daging (Sarchopaga sp)

Menurut Sucipto (2011) bahwa “Lalat daging termasuk dalam family

Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut : Berwarna abu-abu tua, berukuran

sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya. Lalat ini mempunyai tiga garis

gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur.

Bersifat viviparous dan mengeluarkan larva hidup. pada tempat


15

perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang

membusuk. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung

telur cacing Ascaris lumbricoides dan cacing cambuk”.

Gambar 2.5 lalat daging (Sarchopaga sp)

2.4.5. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)

Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur

mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah. Lalat ini jarang dijumpai di

permukiman, tetapi sangat umum pada peternakan sapi perah, atau sapi yang selalu di

kandang. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan

produksi susu. Lalat dewasa menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar

rumah di tempat yang terpapar sinar matahari. Lalat kandang termasuk penerbang

yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukannya (Sucipto,

2011).
16

Gambar 2.6 lalat kandang (Stomoxys calcitrans)

2.5 Penyakit Yang Disebabkan Oleh Lalat

Lalat tersebar merata diberbagai penjuru dunia. Sucipto (2011)

mengemukakan bahwa: “lalat merupakan vektor mekanis jasad-jasad patogen

terutama penyebab penyakit usus, dan bahkan beberapa spesies khususnya lalat

rumah dianggap sebagai vektor thypus abdominalis, salmonellosis, cholera, disentri

tuberculosis, penyakit sapar dan trypanosominasi serta lalat Chrysops dihubungkan

dengan penularan parasit flaria loa loa dan pasteurella tularensis penyebab tularemia

pada manusia dan hewan”. Penyakit tersebut disebabkan karena sanitasi lingkungan

yang buruk. Penularan ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kakinya

yang kotor tadi merupakan tempat menempelnya microorganisme penyakit perut

kemudian hinggap pada makanan. Lalat rumah merupakan pemakan yang berbau

busuk, biasanya juga memakan bahan berbentuk cairan seperti sirup, susu, buah-

buahan, sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran dan air. Lalat memakan

makanan yang kering dengan bantuan air liurnya kemudian dihisap kembali. Satu
17

lalat rumah dapat membawa lebih dari 1 juta bakteri pada tubuhnya dan semua organ

tubuh dari lalat (kaki, sayap, badan dan muntahan) bisa menjadi sumber pencemaran.

2.6 Fly grill

Kepadatan lalat ialah angka yang menggambarkan populasi lalat di suatu

tempat yang dinyatakan dalam indeks kepadatan. Alat yang digunakan untuk

mengukur indeks kepadatan lalat adalah Fly Grill. Fly grill memiliki cara kerja yang

sederhana dalam mengukur tingkat kepadatan lalat. Keunggulan fly grill ini adalah

terbuat dari bahan yang mudah ditemukan, cara membuatnya sederhana dan murah

yang terbuat dari bilah-bilah dengan ukuran 80 cm x 2 cm. Bilah-bilah ini dibuat

berjejer dengan spasi 1-2 cm sebanyak 16-24 deret. Fly grill yang digunakan dibuat

dengan teknik tertentu. Pengukuran kepadatan lalat menggunakan alat ini akan lebih

akurat karena dalam penghitungannya diperhatikan per blok grill (Sri Elen dkk,2014).

Gambar 2.7 Fly grill

Pada fly grill yang telah diletakkan pada tempat yang telah ditentukan,

banyaknya jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik, dihitung. Pengukuran ini
18

dilakukan 10 kali pengukuran atau 10 kali per 30 detik. 5 perhitungan tertinggi dibuat

rata-ratanya dan dicatat dalam kartu pencatatan. Hasil perhitungan rata-rata ini

merupakan petunjuk (indeks) populasi dalam suatu lokasi tertentu (Kemenkes RI,

2014).

Hasil rata-rata pengukuran ini, kemudian di interpretasi dengan satuan block

grill. Berdasarkan Depkes RI (1991), interpretasi hasil pengukuran dengan satuan

block grill adalah sebagai berikut.

0-2 : tidak menjadi masalah (rendah) .

3-5 : perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berbiaknya

lalat (tumpukan sampah, kotoran binatang, dll) (sedang).

6-20 : populasinya padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-

tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan upaya

pengendaliannya (tinggi/padat).

>21 : populasinya sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan

terhadap ttempat-tempat berbiaknya lalat dan tindakan

pengendalian (sangat tinggi/sangat padat).

Secara khusus, sesuai dengan SK Dirjen PPM & PLP No. 281-11/ PD.03.04.

LP Ph 1989, bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah melebihi 2 ekor, perlu

dilakukan pengendalian dan perbaikan pengolahan sampahnya. Sedangkan tempat-

tempat khusus seperti indoor/seluruh ruangan bangunan, ruang tunggu,

kantin/restoran/ruang makan, kantor, dapur, toilet, kapal, gudang bahan makanan, dan

lain-lain, disarankan agar tidak di jumpai adanya lalat.


19

2.7 Warna

Depkes RI, 1991, Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu

menyukai sinar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sinar adalah cahaya. Menurut

Sadili dkk dalam Gamma (2008) warna dalam ilmu fisika adalah gejala yang timbul

karena suatu benda memantulkan cahaya dan mempunyai sifat cahaya bergantung

pada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Lalat yang

merupakan salah satu serangga yang memiliki mata majemuk yang dapat

berkontraksi terhadap warna sehingga preferensinya berbeda pula terhadap warna.

Lalat mempunyai sistem penglihatan yang sangat baik, yaitu mata majemuk

yang tersusun atas ribuan lensa optik sehingga lalat mempunyai sudut pandang lebar

dibandingkan manusia. Selain itu, mata lalat juga mengindera frekuensi-frekuensi

ultraviolet spektrum cahaya yang tak telihat oleh manusia. Berdasarkan berbagai

macam percobaan, dapat di buktikan bahwa serangga terutama lalat rumah dapat

mengenal dan membedakan jenis warna. Serangga dapat melihat sinar ultraviolet

dengan jelas.

2.8 Cara pengendalian lalat rumah

Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan cara non kimiawi dan kimiawi.

2.8.1 Non kimiawi

Pengendalian non kimiawi anatara lain meliputi : sanitasi, penghalang fisik,

perangkap lem, perangkap umpan dan perangkap cahaya.


20

2.8.1.1. Sanitasi

Pengendalian dengan menggunakan cara ini dapat ditujukan terhadap larva

dan lalat dewasa antara lain :

1. Menciptakan lingkungan yang tidak memberikan suatu bentuk

kehidupan larva lalat yaitu keadaan yang kering, udara sejuk dan

bersih

2. Membuat tempat-tempat lingkungan kerja yang bersih sehingga tidak

memungkinkan pupa lalat untuk hidup dan hinggap.

3. Mencegah adanya bau yang dapat merangsang lalat dewasa datang,

dengan menutup sampah/bagian yang bau dengan penutup plastik,

yang langsung di buang seperti sisa makanan, ikan, kepala udang dan

sebagainya.

4. Membut tempat/alat yang tidak disenangi lalat untuk istirahat misalnya

dinding vertikal yang bebas dari barang yang bergelantung.

5. Perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat yang potensial

sebagai tempat perkembangbiakan terutama tempat pembuangan

sampah.

6. Sampah terutama sampah dapur di tampung pada tempat yang baik

dan tertutup.

7. Pengangkutan dan pembuangan sampah dari setiap kamar dilakukan

setiap hari dengan cara yang baik.


21

2.8.1.2 Penghalang fisik

Pengendalian lalat dengan menggunakan penghalang fisik dapat dilakukan

antara lain dengan:

1. Pemasangan kawat kassa pada pintu dan jendela serta lobang angin.

2. Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua

merupakan pintu kassa yang dapat membuka dan menutup sendiri.

3. Mengaliran angin yang kencang pada dinding atas sampai bawah pintu

sehingga lalat/serangga terjatuh bila masuk kedalam rumah.

2.8.1.3 Perangkap lem

Pengendalian ini dengan menggunakan sticky tapes yaitu umpan kertas

lengket berbentuk pita/lembaran.

2.8.1.4 Perangkap umpan

Umpan ynag diberikan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat.

Bahan-bahan yang dipakai sebagai umpan berupa tepung jangung, air yang di campu

gula dan lain-lain.

2.8.2 Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi meliputi :

2.8.2.1 Umpan beracun

Umpan beracun diaplikasikan ditempat-tempat dimana lalat dewasa

berkumpul mencari makanan seperti tempat pengolahan makanan dan sekitar

peternakan unggas.
22

2.8.2.2 Penyemprotan residu

Peyemprotan insektsida untuk memberantas lalat dapat dilakukan dengan alat

: spraycan, mist blower dan fogging machine. Jika tujuan penyemprotan adalah untuk

memberi efek residu, alat yang dipergunakan adalah spraycan atau mist blower dan

insektisida dapat berbentuk EC dan WP sedeangkan bahan pelarutnya adalah air.

2.9 Kerangka konsep

Untuk lebih memperjelas langkah-langkah dalam penelitian , penulis mencoba

menggambarkan hubungan variabel-variabel sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

Warna Fly grill


- Kuning
- Hijau Kepadatan lalat
- biru
- Warna asli
kayu

- Temperatur
- Kelembaban
- Kecepatan angin
23

2.10 Hipotesa

Berdasarkan kerangka sistematis tersebut diatas, dapat diajukan hipotesa

sebagai berikut:

Ada Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat

Pemukiman (Domestic flies) Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia

Tahun 2016.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini bersifat eksperimen semu (Quasi Ekperimen). Design

penelitian ini menggunakan model Post Test Only Control Group (rancangan post

test dengan kelompok kontrol), dimana subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok

yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebagai pembanding.

X1 Xi

X0 Xi

Keterangan :

X1 = fly grill yang di beri warna

R = Pengulangan a/ replikasi 10 kali

X0 = fly grill yang tidak di beri warna atau warna asli kayu

Xi = Pengamatan lalat rumah yang masuk kedalam Fly grill

3.2 Lokasi penelitian dan waktu penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah dilaksanakan di Jalan Budi Luhur Gang Buntu

Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia. Alasan dipilihnya lokasi penelitian

ini adalah :

24
25

1. Di Gang Buntu tersebut terdapat tempat pembuangan sampah yang

populasi lalat padat.

2. Gang Buntu terletak di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia

sehingga mudah dijangkau peneliti.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Februari – bulan juli.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah lalat pemukiman (Domestic flies)

3.4 Defenisi Operasional


Tabel 3.4 Defenisi Operasional
No. Variabel Defenisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur
1 WarnaFly grill Alat yang digunakan untuk 1. Hinggap Ordinal
mengukur kepadatan lalat 2. Tidak
yang berbentuk persegi hinggap
panjang terbuat dari kayu.
Dengan ukuran lebar 2 cm,
tebal 0,64 cm, panjang 80
cm, jarak antara kayu 2
cm.Fly grill diberi warna denga
ncat kayu berwarna kuning,
hijau,biru, dan asli kayu.
2 Kepadatan lalat Untuk mengetahui 1. Padat Ordinal
Banyaknya lalat yang Jika ≥ 5 ekor
hinggap pada Fly grill yang 2. Tidak padat
telah beri warna. Jika 0- 4 ekor

3 Pendukung Keadaan suhu udara yang ada OC Rasio


1. Temperatur disekitar penelitian. Temperatur

2. Kelembaban Keadaan uap air yang ada diseki % Rasio


tar lokasi penelitian. Hygrometer
3. Kecepatan Keadaan angin disekitar lokasi m/d Rasio
angin peneliian. Anemometer
26

3.5 Aspek pengukuran

3.5.1 Kepadatan lalat

Menurut Depkes RI (1991) dari 10 pengukuran di ambil 5 rata-rata tertinggi

dan dibagi 5 jika hasil nya:

- 0 - 4 ekor : Tidak padat

- ≥5 ekor : Padat

3.6 Alat dan bahan

3.6.1 Alat

a. Fly grill

b. Termometer

c. Hygrometer

d. Anemometer

e. alat tulis menulis

f. stopwatch

g. hand counter

3.6.2 Bahan

a. Kuas

b. Cat semprot berwarna kuning,biru, hijau

3.7 Jalannya penelitian

3.7.1 Tahap persiapan

1. Mengecat fly grill dengan cat semprot berwarna kuning, biru, hijau.
27

2. Menyiapkan daftar isian pengukuran kepadatan lalat dan daftar isian

warna Fly grill.

3. Menyiapkan termometer, hygrometer, Anemometer untuk mengukur suhu,

kelembaban dan kecepatan angin.

4. Menyiapkan stopwatch untuk menghitung waktu.

5. Menyiapkan hand counter untuk menghitung jumlah lalat yang hinggap.

3.7.2 Tahap pelaksanaan penelitian

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data di peroleh dengan cara fly grill di letakkan pada daerah

yang akan dilakukan penelitian, Pada titik yang telah ditentukan

dilakukan pengukuran sebanyak 10 kali per 30 detik dalam rentang waktu

15 menit. 5perhitungan tertinggi dibuat rata-ratanya dan dicatat dalam

kartu pencatatan. Angka rata-rata dari hasil pengukuran tingkat kepadatan

lalat ini merupakan petunjuk (indek) populasi dalam satu lokasi tertentu.

b. Cara penelitian

Cara penggunaan fly grill

1. Fly grill yang sudah di beri warna di letakkan di halaman rumah

warga yang berjarak ±10 meter dari tempat pembuangan sampah

sementara.

2. jarak masing-masing fly grill 1 meter.

3. Fly grill di pasang jam07.00-10.00 WIB (Pagi) selama 7 hari

4. Pengukuran variabel penganggu sebelum peletakan


28

5. Jumlah lalat yang hinggap pada fly grill di hitung selama 30 detik

dalam rentang waktu 15 menit sebanyak 10 kali pengukuran

3.8 Teknik analisa data

Analisa data dilakukan dengan cara berikut :

a. Analisa Univariat

Untuk memperoleh informasi tentang kategori dari masing-masing variabel

dependen dan variabel independen.

b. Analisa Bivariat

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk menguji data yang akan dianalisis

berdistribusi normal maupun tidak normal menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov.

2. Uji one way anova untuk membuktikan ada tidak nya perbedaan warna

pada fly grill


29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota

Medan Sumatera Utara Indonesia. Kecamatan Medan Helvetia berbatasan dengan

Medan Sunggal di sebelah barat, Medan Barat di timur, Medan Petisah di selatan dan

Medan Marelan di utara. Luasnya adalah adalah 15,44 km2. Kecamatan Medan

Helvetia mempunyai 7 kelurahan, yaitu Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur,

Cinta Damai, Tanjung Gusta, Dwikora, Sei Sikambing C2.

Perbatasan lokasi kelurahan Dwikora yaitu sebelah utara berbatasan dengan

Helvetia Tengah, selatan berbatasan dengan Sei Sikambing C2, timur berbatasan

dengan kecamatan Medan Petisah dan barat berbatasan dengan kelurahan Cinta

Damai. Kelurahan Dwikora terdapat ada 12 kepling, luas lokasi kelurahan Dwikora.

Lokasi penelitian dilakukan di jalan Setia Luhur Gang Buntu 1 Kelurahan

Dwikora Kecamtan Medan Helvetia. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari pada hari

rabu 17 Agustus 2016 – 27 Agustus 2016 mulai dari pukul 07.15 WIB – 10. 00 WIB

untuk melihat pengaruh warna terhadap kepadatan lalat pada media fly grill. Sebelum

percobaan dilakukan pengukuran variabel penganggu, adapun variabel penganggu

yang diamati peneliti adalah suhu, kelembaban, dan kecepatan angin.


30

4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat

Pemukiman ( DOMESTIC FLIES )

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 7 hari berturut-turut diperoleh

data kepadatan lalat ke empat jenis warna fly grill pada waktu pagi pukul 07.15 WIB

– 10.00 WIB, Serta rerata kepadatan lalat perwarna. Data tersebut dapat dilihat pada

tabel-tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari pertama dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
kuning biru hijau kayu
1 13 7 11 11
2 16 8 8 10
3 Pagi 15 9 12 9
07.00 wib 9 5 11 14
4 Hari

5 pertama 15 5 6 9
10.00 wib
6 20 5 11 12
7 21 4 7 15
8 15 5 11 14
9 17 4 9 13
10 13 8 5 13

Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari pertama (07.00-

10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 13 ekor, biru 7 ekor, hijau dan

asli kayu 11 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 16 ekor, asli kayu 10 ekor, biru

dan hijau 8 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 15 ekor, hijau 12 ekor, biru dan

asli kayu 9 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 9 ekor, biru 5 ekor, hijau 11
31

ekor dan asli kayu 14 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 15 ekor, biru 5 ekor,

hijau 6 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran keenam warna kuning 20 ekor, biru 5

ekor, hijau 11 ekor, dan asli kayu 12. Pengukuran ketujuh warna kuning 21 ekor, biru

4 ekor, hijau 7 ekor dan asli kayu 15 ekor. Pengukuran ke delapan warna kuning 15

ekor, biru 5 ekor, hijau 11 ekor dan asli kayu 14 ekor. Pengukuran kesembilan warna

kuning 17 ekor, biru 4 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran

kesepuluh warna kuning 13 ekor, biru 8 ekor, hiaju 5 ekor dan asli kayu 13 ekor.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari pertama dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu.

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
Pagi kuning biru hijau kayu
1 07.00 wib 21 9 12 15
Hari
2 – 20 8 11 14
pertama
3 10.00 wib 17 8 11 14
4 16 7 11 13
5 15 5 11 13
Rerata 18 7 11 14

Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari pertama

dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 18 ekor, warna asli kayu 14

ekor, warna hijau 11ekor dan warna biru 7 ekor. Dimana pada hari pertama jumlah

lalat yang hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5

ekor.
32

Tabel 4.3 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari kedua dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
kuning biru hijau kayu
1 12 8 8 7
2 11 7 6 6
3 Pagi 13 10 10 7
4 07.00 wib 13 7 10 10
Hari

5 kedua 10 9 12 10
10.00 wib
6 14 9 12 2
7 15 8 12 7
8 12 9 5 8
9 17 8 8 7
10 10 6 9 7

Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari kedua (07.00-

10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 12 ekor, biru dan hijau 8 ekor,

dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 11 ekor,biru 7 ekor, hijau 6

ekor dan asli kayu 6 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 13 ekor, biru 10 ekor,

hijau 10 ekor dana sli kayu 7 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 13 ekor,

biru 7 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 10

ekor, biru 9 ekor, hijau 12 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran keenam warna

kuning 14 ekor, biru 9 ekor, hijau 12 ekor, dan asli kayu 2. Pengukuran ketujuh

warna kuning 15 ekor, biru 8 ekor, hijau 12 ekor dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran ke

delapan warna kuning 12 ekor, biru 9 ekor, hijau 5 ekor dan asli kayu 8 ekor.

Pengukuran kesembilan warna kuning 17 ekor, biru 8 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu
33

7 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 10 ekor, biru 6 ekor, hiaju 9 ekor dan

asli kayu 7 ekor.

Tabel 4.4 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari kedua dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
Pagi kuning biru hijau kayu
1 07.00 wib 17 10 10 10
Hari
2 – 15 9 10 10
kedua
3 10.00 wib 14 9 12 8
4 13 9 12 7
5 13 8 12 7
Rerata 14 9 11 8

Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari kedua

dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 14 ekor, warna hijau 11ekor,

warna biru 9 ekor dan warna asli kayu 8 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang

hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
34

Tabel 4.5 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari ketiga dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
kuning biru hijau kayu
1 12 3 12 8
2 10 4 7 4
3 Pagi 13 4 5 5
4 07.00 wib 11 3 8 8
Hari
– 13 4 10 5
5 ketiga
10.00 wib
6 15 5 12 7
7 13 5 10 9
8 7 4 6 8
9 9 8 5 6
10 11 7 7 4

Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari ketiga (07.00-

10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 12 ekor, biru 3 ekor, hijau 12

ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 10 ekor,biru 4 ekor, hijau

5 ekor dan asli kayu 4 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 13 ekor, biru 4 ekor,

hijau 5 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 11 ekor,

biru 3 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 13

ekor, biru 4 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran keenam warna

kuning 15 ekor, biru 5 ekor, hijau 12 ekor, dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran ketujuh

warna kuning 13 ekor, biru 5 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ke

delapan warna kuning 7 ekor, biru 4 ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu 8 ekor.

Pengukuran kesembilan warna kuning 9 ekor, biru 8 ekor, hijau 5 ekor dan asli kayu
35

6 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 11 ekor, biru 7 ekor, hiaju 7 ekor dan

asli kayu 4 ekor.

Tabel 4.6 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari ketiga dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Pagi Warna Warna Warna Warna asli
07.00 wib kuning biru hijau kayu
1 – 15 8 12 9
Hari
2 10.00 wib 13 7 12 8
ketiga
3 13 5 10 8
4 13 5 10 8
5 12 4 8 7
Rerata 13 6 10 8

Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari ketiga

dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 13 ekor, warna hijau 10 ekor,

warna asli kayu 8 ekor dan biru 6 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang

hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
36

Tabel 4.7 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari keempat dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
kuning biru hijau kayu
1 11 4 10 8
2 15 5 6 5
3 Pagi 8 3 8 4
4 07.00 wib 9 2 10 9
Hari
– 13 5 6 7
5 keempat
10.00 wib
6 11 7 7 4
7 10 9 8 6
8 8 4 5 5
9 7 6 8 8
10 9 2 11 4

Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari keempat (07.00-

10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 11 ekor, biru 4 ekor, hijau 10

ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 15 ekor,biru 5 ekor, hijau

6 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 8 ekor, biru 3 ekor,

hijau 8 ekor dan asli kayu 4 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 9 ekor, biru

2 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 13 ekor,

biru 5 ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran keenam warna kuning 11

ekor, biru 7ekor, hijau 7 ekor, dan asli kayu 4 ekor. Pengukuran ketujuh warna

kuning 10ekor, biru 9 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 6 ekor. Pengukuran ke delapan

warna kuning 8 ekor, biru 4 ekor, hijau 5 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran

kesembilan warna kuning 7 ekor, biru 6 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 8 ekor.
37

Pengukuran kesepuluh warna kuning 9 ekor, biru 2 ekor, hiaju 11 ekor dan asli kayu

4 ekor.

Tabel 4.8 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari keempat dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
Pagi kuning biru hijau kayu
1 07.00 wib 15 9 11 9
Hari
2 – 13 7 10 8
keempat
3 10.00 wib 11 6 10 8
4 11 5 8 7
5 10 5 8 6
Rerata 12 6 9 8

Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari keempat

dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 12 ekor, warna hijau 9 ekor,

warna asli kayu 8 ekor dan warna biru 6 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang

hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
38

Tabel 4.9 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari kelima dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
kuning biru hijau kayu
1 18 6 10 8
2 10 4 8 10
3 Pagi 13 8 9 13
4 07.00 wib 11 8 10 13
Hari
– 9 10 8 11
5 kelima
10.00 wib
6 13 10 8 9
7 10 11 7 8
8 8 4 9 10
9 7 6 6 7
10 9 5 6 8

Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari kelima (07.00-

10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 18 ekor, biru 6 ekor, hijau 10

ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 10 ekor,biru 4 ekor, hijau

8 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 13 ekor, biru 8 ekor,

hijau 10 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 11 ekor,

biru 8 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 9

ekor, biru 10 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 11 ekor. Pengukuran keenam warna

kuning 13 ekor, biru 10 ekor, hijau 8 ekor, dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ketujuh

warna kuning 10 ekor, biru 11 ekor, hijau 7 ekor dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran ke

delapan warna kuning 8 ekor, biru 4 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 10 ekor.

Pengukuran kesembilan warna kuning 7 ekor, biru 6 ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu
39

7 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 9 ekor, biru 5 ekor, hiaju 6 ekor dan asli

kayu 8 ekor.

Tabel 4.10 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari kelima dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
Pagi kuning biru hijau kayu
1 07.00 wib 18 11 10 13
Hari
2 – 13 10 10 13
kelima
3 10.00 wib 13 10 9 11
4 11 8 9 10
5 10 8 8 10
Rerata 13 9 9 11

Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari kelima

dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 13 ekor, warna asli kayu 11

ekor, warna biru dan hijau 9 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang hinggap

dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
40

Tabel 4.11 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari keenam dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
kuning biru hijau kayu
1 14 5 10 8
2 10 7 13 7
3 Pagi 11 4 7 11
4 07.00 wib 15 4 9 13
Hari

5 keenam 13 7 11 10
10.00 wib
6 9 9 12 6
7 7 10 10 9
8 8 12 8 12
9 8 6 7 10
10 7 7 7 9

Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari keenam (07.00-

10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 14 ekor, biru 5 ekor, hijau 10

ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 10 ekor,biru 7 ekor, hijau

13 ekor dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 11 ekor, biru 4 ekor,

hijau 7 ekor dan asli kayu 11 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 15 ekor,

biru 4 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 13

ekor, biru 7 ekor, hijau 11 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran keenam warna

kuning 9 ekor, biru 9 ekor, hijau 12 ekor, dan asli kayu 6 ekor. Pengukuran ketujuh

warna kuning 7 ekor, biru 10 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ke

delapan warna kuning 8 ekor, biru 12 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 12 ekor.

Pengukuran kesembilan warna kuning 8 ekor, biru 6 ekor, hijau 7 ekor dan asli kayu
41

10 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 7 ekor, biru 7 ekor, hiaju 7 ekor dan

asli kayu 9 ekor.

Tabel 4.12 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari keenam dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
Pagi kuning biru hijau kayu
1 07.00 wib 15 12 14 13
Hari
2 – 14 10 13 12
keenam
3 10.00 wib 13 9 11 11
4 11 7 10 10
5 10 7 10 10
Rerata 13 9 12 11

Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari keenam

dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 13 ekor, warna hijau 12 ekor,

warna asli kayu 11 ekor dan warna biru 9 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat

yang hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
42

Tabel 4.13 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari ketujuh dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
kuning biru hijau kayu
1 13 9 11 10
2 15 8 9 9
3 Pagi 20 5 6 14
4 07.00 wib 21 5 11 12
Hari

5 ketujuh 16 7 9 15
10.00 wib
6 13 4 5 11
7 9 8 8 13
8 7 7 9 13
9 10 5 7 14
10 8 4 5 9

Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari ketujuh (07.00-

10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 13 ekor, biru 9 ekor, hijau 11

ekor, dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 15 ekor,biru 8 ekor,

hijau 9 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 20 ekor, biru 5

ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu 14 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 21

ekor, biru 5 ekor, hijau 11 ekor dan asli kayu 12 ekor. Pengukuran kelima warna

kuning 16 ekor, biru 7 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 15 ekor. Pengukuran keenam

warna kuning 13 ekor, biru 4 ekor, hijau 5 ekor, dan asli kayu 11 ekor. Pengukuran

ketujuh warna kuning 9 ekor, biru 8 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 13 ekor.

Pengukuran ke delapan warna kuning 7 ekor, biru 7 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu

13 ekor. Pengukuran kesembilan warna kuning 10 ekor, biru 5 ekor, hijau 7 ekor dan
43

asli kayu 14 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 8 ekor, biru 4 ekor, hijau 5

ekor dan asli kayu 9 ekor.

Tabel 4.14 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari ketujuh dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu

No Waktu Kepadatan lalat


Pengukuran Warna Warna Warna Warna asli
Pagi kuning biru hijau kayu
1 07.00 wib 21 9 11 15
Hari
2 – 20 8 11 14
ketujuh
3 10.00 wib 16 8 9 14
4 15 7 9 13
5 13 7 9 13
Rerata 17 8 10 14

Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari ketujuh

dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 17 ekor, warna asli kayu 14

ekor, warna hijau 10 ekor dan warna biru 8 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat

yang hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran suhu,kelembaban dan

kecepatan angin di Kelurahan Dwikora Kecematan Medan Helvetia. Hasilnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini :


44

Tabel 4.15 Pengukuran rerata suhu, kelembaban udara, kecepatan angin di


halaman rumah yang berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan
Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu

Hari Suhu Kelembaban Kecepatan angin


1 28,6 oC 66,6 % 0,6 m/d
2 29,6 oC 69,3 % 0,53 m/d
3 28,6 oC 67,3 % 0,63 m/d
4 28,6 oC 68 % 0,67 m/d
5 29,6 oC 69,3 % 0,52 m/d
6 29,3 oC 68,6 % 0,52 m/d
7 28,6 oC 67,3 % 0,51 m/d
Rerata 28,98oC 68,05 % 0,57 m/d

Dari tabel di atas dapat di lihat rerata suhu dari hari pertama sampai hari

ketujuh adalah 28,98 oC, rerata kelembaban 68,05 % dan rerata kecepatan angin 0,57

m/d. Pengukuran suhu, kelembaban dan kecepatan angin di lakukan beberapa kali,

lalu jumlah dari semua pengukuran tersebut di rata-rata kan menjadi hari pertama

sampai seterusnya.

Berdasarkan hasil pengujian data dengan uji nomalitas menggunakan uji

kolmogorov-smirnov diketahui bahwa jumlah lalat yang hinggap pada fly gril yang

telah di beri warna dan warna asli kayu terdistribusi normal dengan (p) = 0,617 p >

0,05.
45

Tabel 4.16 Hasil Uji Anova

Jumlah rata-rata lalat yang hinggap pada fly grill

Std.
Warna Mean Std. Error Sig
Deviation
Kuning 14,29 2,289 ,865
Biru 7,71 1,380 ,522
0.001
Hijau 10,29 1,113 ,421
Asli kayu 10,57 2,699 1,020

Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat selama tujuh hari dari

urutan tertinggi sampai terendah adalah kuning 14,29 ekor dengan std deviation 2,299

dan std error 0,865, asli kayu 10,57 ekor dengan std deviation 1,380 dan std error

0,522, hijau 10,29 ekor dengan std 1,113 dan std error 0,421, biru 7,71 ekor dengan

std deviation 2,699 dan std error 1,020. Hasil uji one way anova diperoleh nilai

(p)=0.001 p( < 0.05) arti nya ada pengaruh warna pada media fly grill terhadap

jumlah lalat yang hinggap.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Warna

Pengukuran kepadatan lalat yang dilakukan di halaman rumah warga di gang

buntu 1 kelurahan dwikora kecamatan medan helvetia ini dilakukan dengan

serangkaian pengukuran pada 4 buah fly grill dengan 10 kali pengulangan

pengukuran untuk ke 4 warna fly grill. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa

rata-rata kepadatan lalat untuk masing-masing warna fly grill disimpulkan bahwa

warna fly grill yang paling disukai jika diurutkan adalah warna Kuning 1429 ekor,
46

Asli kayu10,57 ekor, Hijau 10,29 ekor dan Biru 7,71 ekor. Hal ini menunjukkan

bahwa warna fly grill yang paling disukai lalat adalah warna kuning kemudian warna

asli kayu dan selanjutnya warna hijau, sedangkan untuk fly grill yang memiliki

kepadatan lalat yang rendah menujukkan bahwa lalat kurang tertarik pada warna biru.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Kusnaedi (dalam Sayono

dkk, 2005), yang menyatakan bahwa “lalat lebih tertarik pada warna kuning. Menurut

Bennet (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa “lalat lebih tertarik pada warna putih” serta

menurut Azwar (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa “lalat kurang tertarik (takut) pada

warna biru”. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Alfa (2010), rata-rata kepadatan lalat dari yang tertinggi sampai

dengan terendah yaitu dimulai dengan warna asli kayu, warna putih, warna kuning,

warna merah, warna biru, warna hitam, dan warna coklat. Hal ini hampir sama

dimana rata-rata kepadatan lalat yang tertinggi pada warna kuning dan warna asli

kayu serta kapadatan lalat terendah pada warna biru. Jika dilihat dari perolehan data

secara langsung dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan

lalat.

Lalat merupakan hewan diurnal yaitu yang aktif pada siang hari, dimana

cahaya sangat mempengaruhi aktivitas lalat tersebut. Sehingga lalat sangat aktif pada

pagi dan siang hari, hal ini lah yang menyebabkan lalat sangat menyukai warna yang

terang atau cerah karena hal tersebut sangat mempengaruhi keaktifan nya saat

mencari makan dan kawin.


47

Metclaf (dalam Bagun, 2009), menyatakan bahwa Serangga lebih tertarik

pada spektrum warna kuning-hijau dengan panjang gelombang 500-600 nm. Adapun

warna yang berada pada rentang panjang gelombang tersebut dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Spektrum warna

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lalat sangat menyukai warna kuning.

Sehingga warna kuning yang menarik perhatian lalat sering dijadikan alat perangkap

lalat atau alat untuk mengukur kepadatan lalat.

Tidak hanya diinterpretasi seperti di atas berdasarkan rerata hasil pengukuran

yang diperoleh langsung, data tersebut di uji statistik menggunakan uji one way

anova untuk mengetahui pengaruh warna fly grill terhadap jumlah lalat yang hinggap

. Hasil uji one way Anova yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas

0.001 = (P < 0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna kuning, biru, hijau dan asli

kayu. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang dibuat
48

diterima yaitu terdapat pengaruh tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill

warna kuning, biru,hijau dan asli kayu.

Hal ini jika dihubungkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Depkes RI,

1991, Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai sinar.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sinar adalah cahaya. Menurut Sadili dkk dalam

Gamma (2008) warna dalam ilmu fisika adalah gejala yang timbul karena suatu

benda memantulkan cahaya dan mempunyai sifat cahaya bergantung pada panjang

gelombang cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Lalat yang merupakan

salah satu serangga yang memiliki mata majemuk yang dapat berkontraksi terhadap

warna sehingga preferensinya berbeda pula terhadap warna.

4.3.2 Suhu

Pada saat penelitian dilakukan pengukuran temperatur selama tiga kali yaitu

dari jam 07.00 wib, 08.00wib, dan jam 09.00 wib. Penelitian dilakukan selama 7 hari

dengan menggunakan hygrometer, dinyatakan dalam derajat celcius (oC). Dimana

pada hari pertama suhu 28,6 oC, hari kedua 29,6 oC, hari ketiga 28,6 oC, hari keempat

28,6 oC, hari kelima 29,6 oC, hari keenam 29,3 oC, hari ketujuh 28,6 oC dan rerata

suhu dalam 7 hari adalah 28,98 oC, keadaan ini dapat dikatakan masih dalam kategori

suhu normal pada lalat untuk melakukan aktifitas, karenaDepkes (1991) menjelaskan

bahwa lalat mulai terbang pada temperatur 15 oC dan aktifitas optimumnya pada

temperatur 21 oC. Pada temperatur di bawah 7,5 oC tidak aktif dan di atas 45 oC

terjadi kematian pada lalat.


49

4.3.3 Kelembaban

Pengukuran kelembaban selama 7 hari, pengukuran dilakukan menggunakan

hygrometer, dan dinyatakan dalam persen (%). Dimana di peroleh kelembaban pada

hari pertama 66,6 %, hari kedua 69,3 %, hari ketiga 67,3 %, hari keempat 68 %, hari

kelima 69,3 %, hari keenam 68,6 %, hari ketujuh 67,3 % dan rerata kelembaban

selama 7 hari adalah 68,05 %. Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban

yang dilakukan dapat dikatakan bahwa kelembaban udara sangat berpengaruh bagi

kepadatan lalat, hal ini dijelaskan bahwa jika suhu udara dibawah atau dingin maka

kelembaban udara tinggi yang juga diikuti oleh perubahan tingkat kepadatan lalat

yang menunjukkan tingkat kepadatan lalat meningkat. Dengan bertambahnya

kelembaban suatu lokasi maka kepadatan lalat meningkat.

4.3.4 Kecepatan Angin

Pengukuran kecepatan angin selama 7 hari, pengukuran dilakukan

menggunakan anemometer, dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d). Dimana

pada hari pertama kecepatan angin 0,6 m/d, hari kedua 0,53 m/d, hari ketiga 0,63 m/d

, hari keempat 0,67 m/d , hari kelima 0,52 m/d , hari keenam 0,52 m/d , hari ketujuh

0,51 m/d dan Di peroleh rerata kecepatan angin 0,57 m/d,. Menurut skala Beufort

yang dikatakan angin tenang yaitu berkisar 0,3-1,5 m/d, tetapi lalat dewasa akan

mengurangi aktifitasnya pada angin kencang 5-61 m/d. Angin juga akan

mempengaruhi istirahat lalat, lalat akan menghindarkan diri dari tempat-tempat angin

kencang (Depkes, 1992)


50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dalam 7 hari di kelurahan Dwikora Kecamatan

Medan Helvetia dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang

menggunakan fly grill warna kuning, biru, hijau, dan asli kayu. Yang berarti

bahwa terdapat pengaruh antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly

grill warna kuning, biru, hijau dan asli kayu.

2. Lalat merupakan hewan Diurnal yaitu yang aktif pada siang hari, dimana

cahaya sangat mempengaruhi aktivitas lalat tersebut. Sehingga lalat sangat

aktif pada pagi dan siang hari, hal ini lah yang menyebabkan lalat sangat

menyukai warna yang terang atau cerah karena hal tersebut sangat

mempengaruhi keaktifan nya saat mencari makan dan kawin. Metclaf (dalam

Bagun, 2009), menyatakan bahwa Serangga lebih tertarik pada spektrum

warna kuning-hijau dengan panjang gelombang 500-600 nm. Sehingga warna

kuning yang menarik perhatian lalat sering dijadikan alat perangkap lalat atau

alat untuk mengukur kepadatan lalat.

3. Hasil uji dengan Post Hoc Test dengan pilihan Tukey menunjukkan warna fly

grill yang paling efektif untuk mengukur tingkat kepadatan lalat adalah warna

kuning.
51

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pemerintah

Di harapkan pada pemerintah kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia untuk

melakukan pengendalian lalat di pemukiman gang Buntu Kelurahan Dwikora

Kecamatan Medan Helvetia karena dari hasil penelitian didapatkan lalat telah

melebihi 5 ekor per block grill.Disaran kan juga dalam menggunakan perangkap lalat

atau fly trap dengan memakai warna cerah seperti warna kuning untuk mendapatkan

hasil yang efektif.

5.2.2 Bagi Masyarakat.

1. Untuk menurunkan tingkat kepadatan populasi lalat perlu kesadaran

masyarakat dalam memperbaiki keadaan sanitasi lingkungan

2. Membuat sticky tapes sendiri di rumah dengan cara menggunakan kertas

berwarna kuning dengan mengoleskan madu di atas nya agar ketika lalat yang

tertarik dengan warna kuning tersebut hinggap, lalat akan lengket di kertas

tersebut.

3. Membuat perangkap lalat sederhana dengan menggunakan botol minuman

bekas, di dalam botol di isi air dengan campuran deterjen dan di beri umpan

yang berwarna kuning, seperti jagung rebus agar lalat yang tertarik dengan

warna kuning tersebut bisa terperangkap di dalam botol tersebut

4. Membuat tempat sampah atau tong sampah berwarna kuning atau cerah agar

lalat tertarik berkembang biak di satu tempat saja sehingga mudah dilakukan

pengendalian.
52

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu diteliti pula efektivitas alat ini pada populasi lalat yang lebih rendah lagi

seperti warung makan, rumah sakit, dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Departement Of Health and Human Services. 1999. Pictorial Keys To Anthropods,


Reptiles, Birds, And Mammals Of Public Health Significance. Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) Atlanta, Georgia 30333

Depkes RI, Dit.Jen.PPM dan PLP, “Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat”.
Jakarta, 1992

Ditjen PP dan PL Kemenkes RI. 2014. “Pedoman pengendalian lalat”.

Luhulima, Z.B.Bahang. 2013. “Biologi Lalat Dan Kecoa”. Jurnal Kesehatan


Masyarakat. Universitas Indonesia

Notoadmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Poedji Hastutiek, LoekiEnggarFitri, “Potensi Musca Domestica Linn. Sebagai Vektor


Beberapa Penyakit”, Jurnal, Laboratorium Entomologi dan Protozoologi
Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang.

Prasetya dkk, 2015. “Pengaruh variasi warna lampu pada alat perekat lalatterhadap
jumlah lalat rumah (Musca Domestica) yang terperangkap”. Jurnal Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

Santi, Devi Nuraini, 2001, “Manajemen Pengendalian Lalat” Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sayono dkk. 2005. “Pengaruh Aroma Umpan Dan Warna Kertas Perangkap
Terhadap Jumlah Lalat Yang Terperangkap”. Jurnal Litbang Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Sembiring, Sariaman. 2000. “Efektifitas Perangkap Lalat Red-Top Terhadap Tingkat


Kepadatan Lalat Pada Pajak Daging Pasar Baru Kota Administratif
Padangsidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan”. Skripsi Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan

Sri Elen Husain dkk. 2014. “Pengaruh Variasi Warna Fly Grill Terhadap Kepadatan
Lalat Di Tempat Pelelangan Ikan (Tpi)”. Jurnal Universitas Negeri
Gorontalo.

Sucipto D.C. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Jatirejo: Penerbit Gosyen


Suprapto, 2003, “Efektifitas Pengendalian Lalat Rumah (Musca Domestica) Dengan
Menggunakan Fly Trap Pada Parameter Kantor Pelabuhan Dumai”, Skripsi,
Kesehatan Masyarakat,Universitas Sumatera Utara, Medan.

Supriyadi, M.K,Himawati dan Agustina. 2002. “Efisiensi Penangkapan “Sticky


Trap” Kuning Pada lalat Penggorok Daun Liriomyza sp di Pertanaman
Bawang Putih”.

Suyono dan budiman. 2011. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Masyarakat Dalam


Konteks Kesehatan Lingkungan”. Jakarta EGC 2010

Ungguh, Jasa Muliawan, 2011. “Buku Pintar Binatang”, Cetakan Pertama, Harmoni
Diva Group, Jakarta.
Master Data

Hari Warna Rata-Rata Kepadatan Suhu Kelembaban Kecepatan


Lalat Angin
1 1 18 28,6 66,6 0,60
2 1 14 29,6 69,3 0,53
3 1 13 28,6 67,3 0,63
4 1 12 28,6 68,0 0,67
5 1 13 29,6 69,3 0,52
6 1 13 29,3 68,6 0,52
7 1 17 28,6 67,3 0,51
1 2 7 28,6 66,6 0,60
2 2 9 29,6 69,3 0,53
3 2 6 28,6 67,3 0,63
4 2 6 28,6 68,0 0,67
5 2 9 29,6 69,3 0,52
6 2 9 29,3 68,6 0,52
7 2 8 28,6 67,3 0,51
1 3 11 28,6 66,6 0,60
2 3 11 29,6 69,3 0 ,53
3 3 10 28,6 67,3 0,63
4 3 9 28,6 68,0 0,67
5 3 9 29,6 69,3 0,52
6 3 12 29,3 68,6 0,52
7 3 10 28,6 67,3 0,51
1 4 14 28,6 66,6 0,60
2 4 8 29,6 69,3 0,53
3 4 8 28,6 67,3 0,63
4 4 8 28,6 68,0 0,67
5 4 11 29,6 69,3 0,52
6 4 11 29,3 68,6 0,52
7 4 14 28,6 67,3 0,51

Keterangan :
Warna :
1. Warna kuning
2. Warna biru
3. Warna hijau
4. Warna asli kayu
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

rara-rata jumlah lalat yang hinggap


N 28
Normal Parameters(a,b) Mean 10,71
Std. Deviation 3,029
Most Extreme Differences Absolute ,143
Positive ,143
Negative -,078
Kolmogorov-Smirnov Z ,756
Asymp. Sig. (2-tailed) ,617
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Descriptives

rara-rata jumlah lalat yang hinggap


95% Confidence Interval for
N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum
Mean
Lower Upper Upper Lower
Lower Bound Lower Bound Upper Bound Upper Bound
Bound Bound Bound Bound
kuning 7 14,29 2,289 ,865 12,17 16,40 12 18
biru 7 7,71 1,380 ,522 6,44 8,99 6 9
hijau 7 10,29 1,113 ,421 9,26 11,31 9 12
asli kayu 7 10,57 2,699 1,020 8,08 13,07 8 14
Total 28 10,71 3,029 ,572 9,54 11,89 6 18

Test of Homogeneity of Variances

rara-rata jumlah lalat yang hinggap

Levene Statistic df1 df2 Sig.


2,858 3 24 ,058

ANOVA

rara-rata jumlah lalat yang hinggap

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 153,714 3 51,238 13,082 ,000
Within Groups 94,000 24 3,917
Total 247,714 27
Multiple Comparisons

Dependent Variable: rara-rata jumlah lalat yang hinggap


Tukey HSD
Mean
Difference
(I) warna (J) warna (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower
Lower Bound Upper Bound Bound Upper Bound Lower Bound
kuning biru 6,571(*) 1,058 ,000 3,65 9,49
hijau 4,000(*) 1,058 ,005 1,08 6,92
asli kayu 3,714(*) 1,058 ,009 ,80 6,63
biru kuning -6,571(*) 1,058 ,000 -9,49 -3,65
hijau -2,571 1,058 ,098 -5,49 ,35
asli kayu -2,857 1,058 ,057 -5,78 ,06
hijau kuning -4,000(*) 1,058 ,005 -6,92 -1,08
biru 2,571 1,058 ,098 -,35 5,49
asli kayu -,286 1,058 ,993 -3,20 2,63
asli kayu kuning -3,714(*) 1,058 ,009 -6,63 -,80
biru 2,857 1,058 ,057 -,06 5,78
hijau ,286 1,058 ,993 -2,63 3,20
* The mean difference is significant at the .05 level.

Rara-rata jumlah lalat yang hinggap

Tukey HSD
warna N Subset for alpha = .05
1 2 1
biru 7 7,71
hijau 7 10,29
asli kayu 7 10,57
kuning 7 14,29
Sig. ,057 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
suhu 28 100,0% 0 ,0% 28 100,0%
kelembaban 28 100,0% 0 ,0% 28 100,0%
kecepatanAngin 28 100,0% 0 ,0% 28 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
suhu Mean 28,986 ,0875
95% Confidence Lower Bound 28,806
Interval for Mean
Upper Bound 29,165
5% Trimmed Mean 28,973
Median 28,600
Variance ,215
Std. Deviation ,4633
Minimum 28,6
Maximum 29,6
Range 1,0
Interquartile Range 1,0
Skewness ,425 ,441
Kurtosis -1,825 ,858
kelembaban Mean 68,057 ,1877
95% Confidence Lower Bound 67,672
Interval for Mean Upper Bound 68,442
5% Trimmed Mean 68,069
Median 68,000
Variance ,986
Std. Deviation ,9931
Minimum 66,6
Maximum 69,3
Range 2,7
Interquartile Range 2,0
Skewness ,006 ,441
Kurtosis -1,457 ,858
kecepatanAngin Mean ,5686 ,01143
95% Confidence Lower Bound ,5451
Interval for Mean
Upper Bound ,5920
% Trimmed Mean ,5662
Median ,5300
Variance ,004
Std. Deviation ,06047
Minimum ,51
Maximum ,67
Range ,16
Interquartile Range ,11
Skewness ,591 ,441
Kurtosis -1,342 ,858

Anda mungkin juga menyukai