I. Identitas mahasiswa
1. Nama : Ika Agnes Nainggolan
2. Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Balai Karimun, 24 Agustus 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku/Kebangsaan : Batak/Indonesia
5. Status : Belum Menikah
6. Agama : Kristen Protestan
7. Anak Ke : 1 Dari 3 Bersaudara
8. Nama Ayah : Laos Maruli Nainggolan
9. Nama Ibu : Elisabeth Alfrida Siahaan
10. Alamat : Jalan Telaga Riau, RT 05 RW 05
Kabupaten Karimun, KEPRI
11. No HP : 085272767817
12. Alamat Email : Ikakeropii@Gmail.Com
Lalat merupakan vektor pembawa penyakit sehingga perlu diukur kepadatannya untuk tujuan
pengendalian. Lalat juga merupakan serangga yang memiliki mata majemuk yakni dapat membedakan
beberapa frekuensi warna. Fly grill adalah salah satu alat untuk mengukur kepadatan lalat. Fly grill ini
terbuat dari bilah-bilah kayu dengan divariasikan warnanya. Fly grill yang digunakan diberi cat kuning
, biru, hijau dan satu fly grill tanpa diberi cat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
warna pada media fly grill terhadap densitas lalat pemukiman (Domestic flies) di Kelurahan Dwikora
Kecamatan Medan Helvetia. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan
model post test only design. Penelitian ini dilakukan di halaman rumah warga yang letak nya di Gang
Buntu Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia selama 7 hari. Pada titik yang telah ditentukan
dilakukan pengukuran sebanyak 10 kali pengukuran dengan perhitungan rata-rata data 5 kali
pengukuran tertinggi. Rata-rata kepadatan lalat pada fly grill warna kuning 14,29, biru 7,71, hijau
10,29 dan warna asli kayu 10,57. Variabel bebas adalah warna fly grill, variabel terikatnya densitas
lalat. Analisis data secara deskriptif dan analitik menggunakan uji kolmogorov smirnov dan one-way
anova dengan taraf signifikan 0,05. Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh warna kuning, biru, hijau
dan warna asli kayu pada fly grill terhadap densitas lalat (p= 0,000). Kesimpulan hasil penelitian ini
yaitu disarankan untuk menggunakan fly grill warna kuning dalam mengukur kepadatan lalat serta
perlu adanya pengendalian lalat di pemukiman gang Buntu Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan
Helvetia karena dari hasil penelitian didapatkan lalat telah melebihi 5 ekor per block grill.
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan
Rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat Pemukiman
2016”. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah di
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu peneliti mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca skripsi
ini yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan
datang.
dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka dengan
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Medan
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP.MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
4. Vierto Irrenius Girsang, SKM, M.Epid, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
iii
5. Koesman Wisoehoediono, M.sc, selaku ketua penguji peneliti yang tidak kenal
6. Ahadi Kurniawan, S.Si, DAPE, MScPH, selaku penguji I peneliti dalam seminar
proposal dan pada sidang skripsi yang telah banyak memberikan masukan yang
proposal dan pada sidang skripsi yang telah banyak memberikan masukan yang
8. Mido Ester Sitorus, SKM, M.KM, selaku penguji III peneliti yang tidak kenal
ini
9. Seluruh dosen dan staf pegawai Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
10. Irfan Abdilla, S.STP. Selaku Bapak Lurah Dwikora Kecamatan Medan Helvetia
yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di Gang Buntu
Jalan Budi Luhur Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia tahun 2016
11. Terkhusus kepada kedua orang tua peneliti. Ayah L.M Nainggolan dan ibu E.
Siahaan yang telah banyak memberikan kasih sayangnya serta dukungan baik
secara moril ataupun materil, dan atas segala jerih payah dan pengorbanan dalam
Amin
iv
12. Kepada adik-adik peneliti Netha Yuni Nainggolan, Jodi Naek Nainggolan yang
13. Kepada teman-teman peneliti dan terkhusus kepada Yohana Manik, Regain Brigt
pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan selama penyelesaian skripsi ini.
Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Sebelum dan sesudahnya
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACK ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3.Tujuan ............................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
1.4.1 Bagi Pemeritah/ Instansi Terkait ............................................ 3
1.4.2 Bagi Masyarakat .................................................................... 3
1.4.3 Bagi Peneliti .......................................................................... 4
vi
2.4.5 Lalat Kandang ........................................................................ 15
2.5.Penyakit Yang Disebabkan Oleh Lalat ............................................. 16
2.6. Fly Grill ........................................................................................... 17
2.7.Warna ............................................................................................... 19
2.8. Cara Pengendalian Lalat Rumah ..................................................... 19
2.8.1 Non kimiawi .......................................................................... 19
2.8.2 Kimiawi ................................................................................. 21
2.9. Kerangka Konsep ........................................................................... 22
2.10 Hipotesa ......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 4.9 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari kelima dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 38
Tabel 4.10 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari kelima dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan
Budi Luhur Gang Buntu ................................................................. 39
Tabel 4.11 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari keenam dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 40
Tabel 4.12 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari keenam dengan variasi warna fly grill di halaman rumah
yang berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di
Jalan Budi Luhur Gang Buntu ......................................................... 41
Tabel 4.13 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari ketujuh dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu ............................................................................................... 42
Tabel 4.14 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari ketujuh dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan
Budi Luhur Gang Buntu ................................................................. 43
Tabel 4.15 Pengukuran rerata suhu, kelembaban udara, kecepatan angin di
halaman rumah yang berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan
Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu ..................................... 44
Tabel 4.16 Hasil Uji Anova .............................................................................. 45
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 Dokumentasi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
perantara penularan berbagai penyakit pada manusia misalnya ialah Disentri basiler,
baik secara fisik, kimia, biologis, maupun kultural. Untuk meminimalisir dampak
mudah, murah dan cepat mengukur tingkat kepadatan lalat yakni dengan
penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh reaksi terhadap cahaya, suhu dan
kelembaban udara, serta warna dan tekstur permukaan tempat”. Lalat merupakan
serangga yang memiliki mata majemuk yakni dapat membedakan beberapa frekuensi
warna. Lalat juga merupakan serangga yang bersifat fototrofik (tertarik pada cahaya).
Oleh karena itu, dalam pengukuran kepadatan lalat dalam penelitian ini digunakan fly
Adapun penggunaan fly grill ini dipilih karena Fly grill merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill ini juga mudah
1
2
dalam pembuatan, relatif murah juga tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat
Ikan Tambak Lorok Kota Semarang. Pada titik yang telah ditentukan dilakukan
pengukuran tertinggi. Rata-rata kepadatan lalat pada fly grill warna asli kayu 8,5
ekor, warna putih 9,5 ekor, warna kuning tua 16 ekor. Dengan demikian terdapat
perbedaan kepadatan lalat pada fly grill dengan menggunakan variasi warna yang
berbeda, dengan urutan dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu kuning tua,
Ada pun hasil penelitian Sri Elen Husain (2014) di Tempat Pelelangan Ikan
buah fly grill dengan 10 kali pengulangan pengukuran. Warna coklat dengan jumlah
rerata kepadatan lalat 7, warna merah dengan jumlah rerata kepadatan lalat 6,44,
warna hitam dengan jumlah rerata kepadatan lalat 5,67 dan warna biru dengan jumlah
Survei awal peneilitian pada tanggal 21 Maret 2016 di Jalan Budi Luhur Gang
Pembuangan Sampah yang jarak nya kurang lebih 10 meter dari pemukiman, pada
lokasi tersebut masih banyak di temukan lalat dalam jumlah yang cukup. Sehubungan
pemukiman tersebut.
Maka dari itu peneliti pada kesempatan ini juga berminat melakukan
penelitian dengan menggunakan Fly grill dengan menguji Pengaruh Warna Pada
Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat pemukiman (Domestic flies) Di Kelurahan
pengaruh warna pada media fly grill terhadap densitas lalat pemukiman (Domestic
Untuk mengetahui Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas
Dapat menjadi bahan informasi dalam rangka meningkatkan upaya pengendalian lalat
lalat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diptera,
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan spesies yang
penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain( Muliawan,
2011).
Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000 sampai 100.000 species
lalat. Namun tidak semua species ini perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak
berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan (Depkes RI, 1991). Menurut
Sigit dan Hadi (2006) menjelaskan bahwa: “Yang tergolong lalat pengganggu
kesehatan adalah Ordo Diptera, Subordo Cyclorrhapha, dan anggotanya terdiri atas
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil
yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara
manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut
penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat yang hinggap di suatu
tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut (Sucipto, 2011).
5
6
Stadium ini memerlukan waktu 12-24 jam. Bentuk telur lonjong bulat
berwarna putih, besarnya telur 1-2 mm, dikeluarkan oleh lalat betina sekaligus
sebanyak 150-200 butir. Faktor temperatur tempat sarang telur ini (kotoran) sangat
Budiman, 2011).
2.2.2. Larva/tempayak
agak keabuan bersegman 13, di kalangan masyarakat biasa disebut belatung. Larva
7
dewasa selalu bergerak untuk mencari makanan sekitar sarangnya berupa bahan
organik. Pada tingkat akhir larva mencari tempat kering untuk kemudian tidak
bergerak dan berubah menjadi kepompong/pupa. Lamanya stadium ini 2-8 hari
tergantung dari pengaruh setempat. Larva mudah terbunuh pada temperatur 73oC. Ada
2.2.3. Pupa/kepompong
Lamanya stadium ini 2-8 hari bergantung pada temperatur setempat. Bentuk
lalat lonjong dengan warna coklat hitam panjang 8-10 mm. Pada stadium ini jarang
ada pergerakan, mempunyai selaput luar yang keras disebut chitine, di bagian depan
terdapat spiracle (lubang nafas) disebut posterior spiracle. (Suyono dan Budiman,
2011)
2.2.4. Dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan setelah itu
siap untuk mengadakan perkawinan. Dari pupa ini akhirnya terwujud lalat dewasa.
Dari stadium telur sampai dewasa memerlukan waktu selama 7-14 hari. (Suyono dan
Budiman, 2011)
Pola hidup lalat terbagi menjadi beberapa bagian. Adapun pola hidup lalat
tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan yang
busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif”. Secara umum tempat perindukan
Lalat terbang tidak terus-menerus, setiap saat selalu hinggap. Jarak terbang
lalat antara 0,5-20 km. Umumnya daya terbang lalat tidak lebih dari 50 meter dari
tempat perindukannya, kecuali kalau keadaan memaksa maka dapat terbang beberapa
yang aman, kecepatan angin, bau, cahaya juga banyak mempengaruhhi daya terbang
gula dan yang berbau amis. Benda yang keras dicairkan menggunakan liurnya, setiap
bulu-bulu kakinya yang sanggup membawa jutaan kuman berbahaya (Suyono dan
budiman, 2011)
Pada siang hari lalat tidak makan tetapi istirahat di lantai dinding, langit-langit,
rumput-rumput dan tempat sejuk. Lalat juga menyukai tempat yang berdekatan
9
dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari
yang terik. Di dalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat
listrik. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 meter
(Sucipto, 2011)
Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada
musim panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin biasanya
Lalat mulai terbang pada temperatur 150C dan aktivitas optimalnya pada
temperatur 210C. Pada temperatur dibawah 7,50C tidak aktif dan diatas 450C terjadi
musih hujan lebih banyak dari pada musim panas. Bila kelembaban tinggi maka
kelembaban rendah dan bila temperatur rendah maka kelembaban akan semakin
tinggi. Kelembaban yang di sukai lalat adalah 90%. Lalat sangat sensitif terhadap
angin yang kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makanan pada waktu
2.3.7 Sinar/Cahaya
Pada malam hari lalat tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan.
10
Jumlah lalat akan meningkat pada suhu 200C-250C dan akan berkurang jumlahnya
pada suhu < 100C atau > 490C serta kelembapan yang optimum 90% (Sucipto, 2011).
2.3.8 Aroma
Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu, termasuk bau busuk. Dimana bau
Lalat sangat aktif mencari makanan pada angin yang tenang dan sepoi-sepoi
menurut skala Beufort yaitu berkisar 0,3-1,5 m/d, tetapi lalat dewasa akan
istirahat lalat, lalat akan menghindarkan diri dari tempat-tempat angin kencang
(Depkes, 1992)
pembagian spesiesnya, lalat memiliki beberapa spesis yang terpenting dari sudut
kesehatan yaitu : lalat rumah (Musca domestica), lalat kandang (Stomoxys calcitrans),
lalat hijau (Calliphora sp), lalat daging (Sarchopaga sp), dan lalat kecil (Fannia sp)
Musca domestica atau lalat rumah atau sering disebut housefly merupakan
salah satu spesies serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sebagian besar
(95%) dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar rumah dan kandang,
11
adalah lalat jenis ini. Di bidang kesehatan lalat rumah dianggap sebagai serangga
myiasis pada manusia dan hewan. Lalat ini juga mengganggu dari segi kebersihan
dan ketenangan.
Lalat rumah termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Diptera,
famili Muscidae dan Genus Musca. Lalat rumah dimasukkan dalam filum Arthropoda
atau binatang beruas, karena memiliki kerangka luar atau eksoskeleton yang
mengandung khitin yang dapat mengelupas apabila tubuh berkembang. Lalat rumah
berukuran sebesar biji kacang tanah, berwarna hitam kekuningan. Lalat rumah
jantan berukuran panjang tubuh 5,8 - 6,5 mm dan lalat betina berukuran panjang
tubuh 6,5 - 7,5 mm. Lalat ini secara umum mempunyai ciri berwarna kelabu (Poedji
dkk, 2007).
Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah
bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm.
Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Telur lalat biasanya diletakkkan dalam
retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar
matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-
larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah
3-24 hari biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa.
Larva-larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-
350 0C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang
lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna
12
merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau
didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 35 0C
Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah,
Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang.
Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu
4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup
Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang
lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan
yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang
disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang
terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga
berbahaya.
zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah
bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian
terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi
beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim
panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan
13
akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering)
sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh
lebih kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan dan juga dibagian-
(Santi,2001).
Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang sampai
besar dengan ciri-ciri sebagai berikut : Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau
abdomen gelap. Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang
berasal dari hewan dan jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan buah-
buahan. Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar. Lalat ini
dan cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada lambung lalat.
sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya. Lalat ini mempunyai tiga garis
gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur.
membusuk. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung
Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur
mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah. Lalat ini jarang dijumpai di
permukiman, tetapi sangat umum pada peternakan sapi perah, atau sapi yang selalu di
kandang. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan
produksi susu. Lalat dewasa menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar
rumah di tempat yang terpapar sinar matahari. Lalat kandang termasuk penerbang
yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukannya (Sucipto,
2011).
16
terutama penyebab penyakit usus, dan bahkan beberapa spesies khususnya lalat
dengan penularan parasit flaria loa loa dan pasteurella tularensis penyebab tularemia
pada manusia dan hewan”. Penyakit tersebut disebabkan karena sanitasi lingkungan
yang buruk. Penularan ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kakinya
kemudian hinggap pada makanan. Lalat rumah merupakan pemakan yang berbau
busuk, biasanya juga memakan bahan berbentuk cairan seperti sirup, susu, buah-
buahan, sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran dan air. Lalat memakan
makanan yang kering dengan bantuan air liurnya kemudian dihisap kembali. Satu
17
lalat rumah dapat membawa lebih dari 1 juta bakteri pada tubuhnya dan semua organ
tubuh dari lalat (kaki, sayap, badan dan muntahan) bisa menjadi sumber pencemaran.
tempat yang dinyatakan dalam indeks kepadatan. Alat yang digunakan untuk
mengukur indeks kepadatan lalat adalah Fly Grill. Fly grill memiliki cara kerja yang
sederhana dalam mengukur tingkat kepadatan lalat. Keunggulan fly grill ini adalah
terbuat dari bahan yang mudah ditemukan, cara membuatnya sederhana dan murah
yang terbuat dari bilah-bilah dengan ukuran 80 cm x 2 cm. Bilah-bilah ini dibuat
berjejer dengan spasi 1-2 cm sebanyak 16-24 deret. Fly grill yang digunakan dibuat
dengan teknik tertentu. Pengukuran kepadatan lalat menggunakan alat ini akan lebih
akurat karena dalam penghitungannya diperhatikan per blok grill (Sri Elen dkk,2014).
Pada fly grill yang telah diletakkan pada tempat yang telah ditentukan,
banyaknya jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik, dihitung. Pengukuran ini
18
dilakukan 10 kali pengukuran atau 10 kali per 30 detik. 5 perhitungan tertinggi dibuat
rata-ratanya dan dicatat dalam kartu pencatatan. Hasil perhitungan rata-rata ini
merupakan petunjuk (indeks) populasi dalam suatu lokasi tertentu (Kemenkes RI,
2014).
pengendaliannya (tinggi/padat).
Secara khusus, sesuai dengan SK Dirjen PPM & PLP No. 281-11/ PD.03.04.
LP Ph 1989, bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah melebihi 2 ekor, perlu
kantin/restoran/ruang makan, kantor, dapur, toilet, kapal, gudang bahan makanan, dan
2.7 Warna
Depkes RI, 1991, Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu
menyukai sinar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sinar adalah cahaya. Menurut
Sadili dkk dalam Gamma (2008) warna dalam ilmu fisika adalah gejala yang timbul
karena suatu benda memantulkan cahaya dan mempunyai sifat cahaya bergantung
pada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Lalat yang
merupakan salah satu serangga yang memiliki mata majemuk yang dapat
Lalat mempunyai sistem penglihatan yang sangat baik, yaitu mata majemuk
yang tersusun atas ribuan lensa optik sehingga lalat mempunyai sudut pandang lebar
ultraviolet spektrum cahaya yang tak telihat oleh manusia. Berdasarkan berbagai
macam percobaan, dapat di buktikan bahwa serangga terutama lalat rumah dapat
mengenal dan membedakan jenis warna. Serangga dapat melihat sinar ultraviolet
dengan jelas.
Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan cara non kimiawi dan kimiawi.
2.8.1.1. Sanitasi
kehidupan larva lalat yaitu keadaan yang kering, udara sejuk dan
bersih
yang langsung di buang seperti sisa makanan, ikan, kepala udang dan
sebagainya.
sampah.
dan tertutup.
1. Pemasangan kawat kassa pada pintu dan jendela serta lobang angin.
2. Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua
3. Mengaliran angin yang kencang pada dinding atas sampai bawah pintu
Umpan ynag diberikan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat.
Bahan-bahan yang dipakai sebagai umpan berupa tepung jangung, air yang di campu
2.8.2 Kimiawi
peternakan unggas.
22
: spraycan, mist blower dan fogging machine. Jika tujuan penyemprotan adalah untuk
memberi efek residu, alat yang dipergunakan adalah spraycan atau mist blower dan
- Temperatur
- Kelembaban
- Kecepatan angin
23
2.10 Hipotesa
sebagai berikut:
Ada Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat
Tahun 2016.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian ini menggunakan model Post Test Only Control Group (rancangan post
test dengan kelompok kontrol), dimana subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok
X1 Xi
X0 Xi
Keterangan :
X0 = fly grill yang tidak di beri warna atau warna asli kayu
ini adalah :
24
25
- ≥5 ekor : Padat
3.6.1 Alat
a. Fly grill
b. Termometer
c. Hygrometer
d. Anemometer
f. stopwatch
g. hand counter
3.6.2 Bahan
a. Kuas
1. Mengecat fly grill dengan cat semprot berwarna kuning, biru, hijau.
27
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data di peroleh dengan cara fly grill di letakkan pada daerah
lalat ini merupakan petunjuk (indek) populasi dalam satu lokasi tertentu.
b. Cara penelitian
sementara.
5. Jumlah lalat yang hinggap pada fly grill di hitung selama 30 detik
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji data yang akan dianalisis
Smirnov.
2. Uji one way anova untuk membuktikan ada tidak nya perbedaan warna
BAB IV
Medan Sunggal di sebelah barat, Medan Barat di timur, Medan Petisah di selatan dan
Medan Marelan di utara. Luasnya adalah adalah 15,44 km2. Kecamatan Medan
Helvetia Tengah, selatan berbatasan dengan Sei Sikambing C2, timur berbatasan
dengan kecamatan Medan Petisah dan barat berbatasan dengan kelurahan Cinta
Damai. Kelurahan Dwikora terdapat ada 12 kepling, luas lokasi kelurahan Dwikora.
Dwikora Kecamtan Medan Helvetia. Percobaan ini dilakukan selama 7 hari pada hari
rabu 17 Agustus 2016 – 27 Agustus 2016 mulai dari pukul 07.15 WIB – 10. 00 WIB
untuk melihat pengaruh warna terhadap kepadatan lalat pada media fly grill. Sebelum
4.2.1 Pengaruh Warna Pada Media Fly Grill Terhadap Densitas Lalat
data kepadatan lalat ke empat jenis warna fly grill pada waktu pagi pukul 07.15 WIB
– 10.00 WIB, Serta rerata kepadatan lalat perwarna. Data tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.1 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari pertama dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari pertama (07.00-
10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 13 ekor, biru 7 ekor, hijau dan
asli kayu 11 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 16 ekor, asli kayu 10 ekor, biru
dan hijau 8 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 15 ekor, hijau 12 ekor, biru dan
asli kayu 9 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 9 ekor, biru 5 ekor, hijau 11
31
ekor dan asli kayu 14 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 15 ekor, biru 5 ekor,
hijau 6 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran keenam warna kuning 20 ekor, biru 5
ekor, hijau 11 ekor, dan asli kayu 12. Pengukuran ketujuh warna kuning 21 ekor, biru
4 ekor, hijau 7 ekor dan asli kayu 15 ekor. Pengukuran ke delapan warna kuning 15
ekor, biru 5 ekor, hijau 11 ekor dan asli kayu 14 ekor. Pengukuran kesembilan warna
kuning 17 ekor, biru 4 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran
kesepuluh warna kuning 13 ekor, biru 8 ekor, hiaju 5 ekor dan asli kayu 13 ekor.
Tabel 4.2 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari pertama dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu.
Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari pertama
dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 18 ekor, warna asli kayu 14
ekor, warna hijau 11ekor dan warna biru 7 ekor. Dimana pada hari pertama jumlah
lalat yang hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5
ekor.
32
Tabel 4.3 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari kedua dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari kedua (07.00-
10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 12 ekor, biru dan hijau 8 ekor,
dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 11 ekor,biru 7 ekor, hijau 6
ekor dan asli kayu 6 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 13 ekor, biru 10 ekor,
hijau 10 ekor dana sli kayu 7 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 13 ekor,
biru 7 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 10
ekor, biru 9 ekor, hijau 12 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran keenam warna
kuning 14 ekor, biru 9 ekor, hijau 12 ekor, dan asli kayu 2. Pengukuran ketujuh
warna kuning 15 ekor, biru 8 ekor, hijau 12 ekor dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran ke
delapan warna kuning 12 ekor, biru 9 ekor, hijau 5 ekor dan asli kayu 8 ekor.
Pengukuran kesembilan warna kuning 17 ekor, biru 8 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu
33
7 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 10 ekor, biru 6 ekor, hiaju 9 ekor dan
Tabel 4.4 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari kedua dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu
Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari kedua
dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 14 ekor, warna hijau 11ekor,
warna biru 9 ekor dan warna asli kayu 8 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang
hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
34
Tabel 4.5 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari ketiga dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari ketiga (07.00-
10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 12 ekor, biru 3 ekor, hijau 12
ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 10 ekor,biru 4 ekor, hijau
5 ekor dan asli kayu 4 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 13 ekor, biru 4 ekor,
hijau 5 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 11 ekor,
biru 3 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 13
ekor, biru 4 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran keenam warna
kuning 15 ekor, biru 5 ekor, hijau 12 ekor, dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran ketujuh
warna kuning 13 ekor, biru 5 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ke
delapan warna kuning 7 ekor, biru 4 ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu 8 ekor.
Pengukuran kesembilan warna kuning 9 ekor, biru 8 ekor, hijau 5 ekor dan asli kayu
35
6 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 11 ekor, biru 7 ekor, hiaju 7 ekor dan
Tabel 4.6 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari ketiga dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu
Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari ketiga
dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 13 ekor, warna hijau 10 ekor,
warna asli kayu 8 ekor dan biru 6 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang
hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
36
Tabel 4.7 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari keempat dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari keempat (07.00-
10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 11 ekor, biru 4 ekor, hijau 10
ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 15 ekor,biru 5 ekor, hijau
6 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 8 ekor, biru 3 ekor,
hijau 8 ekor dan asli kayu 4 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 9 ekor, biru
2 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 13 ekor,
biru 5 ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran keenam warna kuning 11
ekor, biru 7ekor, hijau 7 ekor, dan asli kayu 4 ekor. Pengukuran ketujuh warna
kuning 10ekor, biru 9 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 6 ekor. Pengukuran ke delapan
warna kuning 8 ekor, biru 4 ekor, hijau 5 ekor dan asli kayu 5 ekor. Pengukuran
kesembilan warna kuning 7 ekor, biru 6 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 8 ekor.
37
Pengukuran kesepuluh warna kuning 9 ekor, biru 2 ekor, hiaju 11 ekor dan asli kayu
4 ekor.
Tabel 4.8 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari keempat dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu
Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari keempat
dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 12 ekor, warna hijau 9 ekor,
warna asli kayu 8 ekor dan warna biru 6 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang
hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
38
Tabel 4.9 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari kelima dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter dari
Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang Buntu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari kelima (07.00-
10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 18 ekor, biru 6 ekor, hijau 10
ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 10 ekor,biru 4 ekor, hijau
8 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 13 ekor, biru 8 ekor,
hijau 10 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 11 ekor,
biru 8 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 9
ekor, biru 10 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 11 ekor. Pengukuran keenam warna
kuning 13 ekor, biru 10 ekor, hijau 8 ekor, dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ketujuh
warna kuning 10 ekor, biru 11 ekor, hijau 7 ekor dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran ke
delapan warna kuning 8 ekor, biru 4 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 10 ekor.
Pengukuran kesembilan warna kuning 7 ekor, biru 6 ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu
39
7 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 9 ekor, biru 5 ekor, hiaju 6 ekor dan asli
kayu 8 ekor.
Tabel 4.10 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari kelima dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu
Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari kelima
dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 13 ekor, warna asli kayu 11
ekor, warna biru dan hijau 9 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat yang hinggap
dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
40
Tabel 4.11 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari keenam dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari keenam (07.00-
10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 14 ekor, biru 5 ekor, hijau 10
ekor, dan asli kayu 8 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 10 ekor,biru 7 ekor, hijau
13 ekor dan asli kayu 7 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 11 ekor, biru 4 ekor,
hijau 7 ekor dan asli kayu 11 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 15 ekor,
biru 4 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 13 ekor. Pengukuran kelima warna kuning 13
ekor, biru 7 ekor, hijau 11 ekor dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran keenam warna
kuning 9 ekor, biru 9 ekor, hijau 12 ekor, dan asli kayu 6 ekor. Pengukuran ketujuh
warna kuning 7 ekor, biru 10 ekor, hijau 10 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ke
delapan warna kuning 8 ekor, biru 12 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 12 ekor.
Pengukuran kesembilan warna kuning 8 ekor, biru 6 ekor, hijau 7 ekor dan asli kayu
41
10 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 7 ekor, biru 7 ekor, hiaju 7 ekor dan
Tabel 4.12 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari keenam dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu
Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari keenam
dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 13 ekor, warna hijau 12 ekor,
warna asli kayu 11 ekor dan warna biru 9 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat
yang hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
42
Tabel 4.13 Hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap hari ketujuh dengan
variasi warna fly grill di halaman rumah yang berjarak 10 meter
dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi Luhur Gang
Buntu
Dari tabel diatas dapat dilihat pengukuran pertama pada hari ketujuh (07.00-
10.00) jumlah lalat yang hinggap pada warna kuning 13 ekor, biru 9 ekor, hijau 11
ekor, dan asli kayu 10 ekor. Pengukuran kedua warna kuning 15 ekor,biru 8 ekor,
hijau 9 ekor dan asli kayu 9 ekor. Pengukuran ketiga warna kuning 20 ekor, biru 5
ekor, hijau 6 ekor dan asli kayu 14 ekor. Pengukuran hari keempat warna kuning 21
ekor, biru 5 ekor, hijau 11 ekor dan asli kayu 12 ekor. Pengukuran kelima warna
kuning 16 ekor, biru 7 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu 15 ekor. Pengukuran keenam
warna kuning 13 ekor, biru 4 ekor, hijau 5 ekor, dan asli kayu 11 ekor. Pengukuran
ketujuh warna kuning 9 ekor, biru 8 ekor, hijau 8 ekor dan asli kayu 13 ekor.
Pengukuran ke delapan warna kuning 7 ekor, biru 7 ekor, hijau 9 ekor dan asli kayu
13 ekor. Pengukuran kesembilan warna kuning 10 ekor, biru 5 ekor, hijau 7 ekor dan
43
asli kayu 14 ekor. Pengukuran kesepuluh warna kuning 8 ekor, biru 4 ekor, hijau 5
Tabel 4.14 Hasil pengukuran 5 rata-rata tertinggi jumlah lalat yang hinggap
hari ketujuh dengan variasi warna fly grill di halaman rumah yang
berjarak 10 meter dari Tempat Pembuangan Sampah Di Jalan Budi
Luhur Gang Buntu
Dari tabel dari di atas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat pada hari ketujuh
dari yang tinggi sampai terendah adalah warna kuning 17 ekor, warna asli kayu 14
ekor, warna hijau 10 ekor dan warna biru 8 ekor. Dimana pada hari ini jumlah lalat
yang hinggap dapat dikategorikan padat karena lalat yang hinggap lebih dari 5 ekor.
Dari tabel di atas dapat di lihat rerata suhu dari hari pertama sampai hari
ketujuh adalah 28,98 oC, rerata kelembaban 68,05 % dan rerata kecepatan angin 0,57
m/d. Pengukuran suhu, kelembaban dan kecepatan angin di lakukan beberapa kali,
lalu jumlah dari semua pengukuran tersebut di rata-rata kan menjadi hari pertama
sampai seterusnya.
kolmogorov-smirnov diketahui bahwa jumlah lalat yang hinggap pada fly gril yang
telah di beri warna dan warna asli kayu terdistribusi normal dengan (p) = 0,617 p >
0,05.
45
Std.
Warna Mean Std. Error Sig
Deviation
Kuning 14,29 2,289 ,865
Biru 7,71 1,380 ,522
0.001
Hijau 10,29 1,113 ,421
Asli kayu 10,57 2,699 1,020
Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kepadatan lalat selama tujuh hari dari
urutan tertinggi sampai terendah adalah kuning 14,29 ekor dengan std deviation 2,299
dan std error 0,865, asli kayu 10,57 ekor dengan std deviation 1,380 dan std error
0,522, hijau 10,29 ekor dengan std 1,113 dan std error 0,421, biru 7,71 ekor dengan
std deviation 2,699 dan std error 1,020. Hasil uji one way anova diperoleh nilai
(p)=0.001 p( < 0.05) arti nya ada pengaruh warna pada media fly grill terhadap
4.3 Pembahasan
4.3.1 Warna
pengukuran untuk ke 4 warna fly grill. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa
rata-rata kepadatan lalat untuk masing-masing warna fly grill disimpulkan bahwa
warna fly grill yang paling disukai jika diurutkan adalah warna Kuning 1429 ekor,
46
Asli kayu10,57 ekor, Hijau 10,29 ekor dan Biru 7,71 ekor. Hal ini menunjukkan
bahwa warna fly grill yang paling disukai lalat adalah warna kuning kemudian warna
asli kayu dan selanjutnya warna hijau, sedangkan untuk fly grill yang memiliki
kepadatan lalat yang rendah menujukkan bahwa lalat kurang tertarik pada warna biru.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Kusnaedi (dalam Sayono
dkk, 2005), yang menyatakan bahwa “lalat lebih tertarik pada warna kuning. Menurut
Bennet (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa “lalat lebih tertarik pada warna putih” serta
menurut Azwar (dalam Sayono dkk, 2005) bahwa “lalat kurang tertarik (takut) pada
warna biru”. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Alfa (2010), rata-rata kepadatan lalat dari yang tertinggi sampai
dengan terendah yaitu dimulai dengan warna asli kayu, warna putih, warna kuning,
warna merah, warna biru, warna hitam, dan warna coklat. Hal ini hampir sama
dimana rata-rata kepadatan lalat yang tertinggi pada warna kuning dan warna asli
kayu serta kapadatan lalat terendah pada warna biru. Jika dilihat dari perolehan data
secara langsung dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pada penggunaan variasi warna fly grill terhadap tingkat kepadatan
lalat.
Lalat merupakan hewan diurnal yaitu yang aktif pada siang hari, dimana
cahaya sangat mempengaruhi aktivitas lalat tersebut. Sehingga lalat sangat aktif pada
pagi dan siang hari, hal ini lah yang menyebabkan lalat sangat menyukai warna yang
terang atau cerah karena hal tersebut sangat mempengaruhi keaktifan nya saat
pada spektrum warna kuning-hijau dengan panjang gelombang 500-600 nm. Adapun
warna yang berada pada rentang panjang gelombang tersebut dapat dilihat pada
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lalat sangat menyukai warna kuning.
Sehingga warna kuning yang menarik perhatian lalat sering dijadikan alat perangkap
yang diperoleh langsung, data tersebut di uji statistik menggunakan uji one way
anova untuk mengetahui pengaruh warna fly grill terhadap jumlah lalat yang hinggap
. Hasil uji one way Anova yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
0.001 = (P < 0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill warna kuning, biru, hijau dan asli
kayu. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang dibuat
48
diterima yaitu terdapat pengaruh tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly grill
Hal ini jika dihubungkan dengan apa yang telah dijelaskan dalam Depkes RI,
1991, Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik, yaitu menyukai sinar.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sinar adalah cahaya. Menurut Sadili dkk dalam
Gamma (2008) warna dalam ilmu fisika adalah gejala yang timbul karena suatu
benda memantulkan cahaya dan mempunyai sifat cahaya bergantung pada panjang
gelombang cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Lalat yang merupakan
salah satu serangga yang memiliki mata majemuk yang dapat berkontraksi terhadap
4.3.2 Suhu
Pada saat penelitian dilakukan pengukuran temperatur selama tiga kali yaitu
dari jam 07.00 wib, 08.00wib, dan jam 09.00 wib. Penelitian dilakukan selama 7 hari
pada hari pertama suhu 28,6 oC, hari kedua 29,6 oC, hari ketiga 28,6 oC, hari keempat
28,6 oC, hari kelima 29,6 oC, hari keenam 29,3 oC, hari ketujuh 28,6 oC dan rerata
suhu dalam 7 hari adalah 28,98 oC, keadaan ini dapat dikatakan masih dalam kategori
suhu normal pada lalat untuk melakukan aktifitas, karenaDepkes (1991) menjelaskan
bahwa lalat mulai terbang pada temperatur 15 oC dan aktifitas optimumnya pada
temperatur 21 oC. Pada temperatur di bawah 7,5 oC tidak aktif dan di atas 45 oC
4.3.3 Kelembaban
hygrometer, dan dinyatakan dalam persen (%). Dimana di peroleh kelembaban pada
hari pertama 66,6 %, hari kedua 69,3 %, hari ketiga 67,3 %, hari keempat 68 %, hari
kelima 69,3 %, hari keenam 68,6 %, hari ketujuh 67,3 % dan rerata kelembaban
selama 7 hari adalah 68,05 %. Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban
yang dilakukan dapat dikatakan bahwa kelembaban udara sangat berpengaruh bagi
kepadatan lalat, hal ini dijelaskan bahwa jika suhu udara dibawah atau dingin maka
kelembaban udara tinggi yang juga diikuti oleh perubahan tingkat kepadatan lalat
menggunakan anemometer, dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d). Dimana
pada hari pertama kecepatan angin 0,6 m/d, hari kedua 0,53 m/d, hari ketiga 0,63 m/d
, hari keempat 0,67 m/d , hari kelima 0,52 m/d , hari keenam 0,52 m/d , hari ketujuh
0,51 m/d dan Di peroleh rerata kecepatan angin 0,57 m/d,. Menurut skala Beufort
yang dikatakan angin tenang yaitu berkisar 0,3-1,5 m/d, tetapi lalat dewasa akan
mengurangi aktifitasnya pada angin kencang 5-61 m/d. Angin juga akan
mempengaruhi istirahat lalat, lalat akan menghindarkan diri dari tempat-tempat angin
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepadatan lalat yang
menggunakan fly grill warna kuning, biru, hijau, dan asli kayu. Yang berarti
bahwa terdapat pengaruh antara tingkat kepadatan lalat yang menggunakan fly
2. Lalat merupakan hewan Diurnal yaitu yang aktif pada siang hari, dimana
aktif pada pagi dan siang hari, hal ini lah yang menyebabkan lalat sangat
menyukai warna yang terang atau cerah karena hal tersebut sangat
mempengaruhi keaktifan nya saat mencari makan dan kawin. Metclaf (dalam
kuning yang menarik perhatian lalat sering dijadikan alat perangkap lalat atau
3. Hasil uji dengan Post Hoc Test dengan pilihan Tukey menunjukkan warna fly
grill yang paling efektif untuk mengukur tingkat kepadatan lalat adalah warna
kuning.
51
5.2 Saran
Kecamatan Medan Helvetia karena dari hasil penelitian didapatkan lalat telah
melebihi 5 ekor per block grill.Disaran kan juga dalam menggunakan perangkap lalat
atau fly trap dengan memakai warna cerah seperti warna kuning untuk mendapatkan
berwarna kuning dengan mengoleskan madu di atas nya agar ketika lalat yang
tertarik dengan warna kuning tersebut hinggap, lalat akan lengket di kertas
tersebut.
bekas, di dalam botol di isi air dengan campuran deterjen dan di beri umpan
yang berwarna kuning, seperti jagung rebus agar lalat yang tertarik dengan
4. Membuat tempat sampah atau tong sampah berwarna kuning atau cerah agar
lalat tertarik berkembang biak di satu tempat saja sehingga mudah dilakukan
pengendalian.
52
Perlu diteliti pula efektivitas alat ini pada populasi lalat yang lebih rendah lagi
Depkes RI, Dit.Jen.PPM dan PLP, “Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat”.
Jakarta, 1992
Prasetya dkk, 2015. “Pengaruh variasi warna lampu pada alat perekat lalatterhadap
jumlah lalat rumah (Musca Domestica) yang terperangkap”. Jurnal Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
Sayono dkk. 2005. “Pengaruh Aroma Umpan Dan Warna Kertas Perangkap
Terhadap Jumlah Lalat Yang Terperangkap”. Jurnal Litbang Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Sri Elen Husain dkk. 2014. “Pengaruh Variasi Warna Fly Grill Terhadap Kepadatan
Lalat Di Tempat Pelelangan Ikan (Tpi)”. Jurnal Universitas Negeri
Gorontalo.
Ungguh, Jasa Muliawan, 2011. “Buku Pintar Binatang”, Cetakan Pertama, Harmoni
Diva Group, Jakarta.
Master Data
Keterangan :
Warna :
1. Warna kuning
2. Warna biru
3. Warna hijau
4. Warna asli kayu
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Descriptives
ANOVA
Tukey HSD
warna N Subset for alpha = .05
1 2 1
biru 7 7,71
hijau 7 10,29
asli kayu 7 10,57
kuning 7 14,29
Sig. ,057 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
suhu 28 100,0% 0 ,0% 28 100,0%
kelembaban 28 100,0% 0 ,0% 28 100,0%
kecepatanAngin 28 100,0% 0 ,0% 28 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
suhu Mean 28,986 ,0875
95% Confidence Lower Bound 28,806
Interval for Mean
Upper Bound 29,165
5% Trimmed Mean 28,973
Median 28,600
Variance ,215
Std. Deviation ,4633
Minimum 28,6
Maximum 29,6
Range 1,0
Interquartile Range 1,0
Skewness ,425 ,441
Kurtosis -1,825 ,858
kelembaban Mean 68,057 ,1877
95% Confidence Lower Bound 67,672
Interval for Mean Upper Bound 68,442
5% Trimmed Mean 68,069
Median 68,000
Variance ,986
Std. Deviation ,9931
Minimum 66,6
Maximum 69,3
Range 2,7
Interquartile Range 2,0
Skewness ,006 ,441
Kurtosis -1,457 ,858
kecepatanAngin Mean ,5686 ,01143
95% Confidence Lower Bound ,5451
Interval for Mean
Upper Bound ,5920
% Trimmed Mean ,5662
Median ,5300
Variance ,004
Std. Deviation ,06047
Minimum ,51
Maximum ,67
Range ,16
Interquartile Range ,11
Skewness ,591 ,441
Kurtosis -1,342 ,858