BAB I
PENDAHULUAN
telah menyelesaikan studinya, maka tidak merasa canggung lagi untuk mencari
pekerjaan dan siap untuk terjun ke lapangan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tempat pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan pada ’’ Proyek Desain dan
Konstruksi jalan Tol layang Ujung pandang Seksi 3 ” ( Pettarani Elevated Toll
Road ), Pettarani Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Proyek ini akan dikelola
dengan keputusan Tender yang di serahkan ke Marga Utama Nusantara PT
Bosowa Marga Nusantara ( Owner ),dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya
Beton,Tbk ( Kontraktor Pelaksana )yang bekerja sama dengan PT. Cipta Graha
Abadi ( Konsultan Perencana ) mengerjakan perancangan metode terapan serta
desain gambar Teknik, dan diawasi oleh PT. Nippon Koei ( Konsultan
Pengawas ) , Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek dan kuliah kerja profesi
selama 91 hari terhitung mulai tanggal 1 September 2018 sampai 30 November
2018.
Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 2
Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “
Sistematika dalam penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, dengan
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang kerja praktek, maksud dan
tujuan kerja praktik, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktik, metode
laporan kerja praktik. Bab ini sebagai pengantar untuk masuk pada bagian
uraian berikutnya.
BAB II Tinjauan Proyek
Bab ini menguraikan tentang teori-teori dan informasi yang
diperoleh dari literatur sebagai bahan analisis untuk masuk dalam bab
selanjutnya.
BAB III Gambaran Umum Proyek
Bab ini membahas tentang latar belakang proyek, tujuan proyek,
proyek.
BAB VI Penutup
Bab ini merupakan bagian penutup dari laporan kerja praktek ini
BAB II
TINJAUAN PROYEK
sangat erat agar tercapai kerja sama yang baik untuk menyelesaikan proyek
2.1.1 Owner
berupa perseorangan atau instansi baik dari pemerintah maupun dari swasta.
1. Hak
a. Meminta pertanggung jawaban dari konsultan pengawas
b. Menerima hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh kontraktor
pelaksana.
c. Menerima atau menolak perubahan pekerjaan yang telah dikerjakan
d. Memutuskan hubungan kerja, jika pekerjaan berjalan tidak sesuai
perencana adalah :
dan syarat-syarat
3. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan
2.1.3 Konsultan Pengawas
pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran.
lancer.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sendiri sedini mungkin
direncanakan
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
yang berlaku
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah.
2.1.4 Kontraktor
1. Project Manager
pada proyek
2. Site Manager
maupun Biaya.
diinginkan.
2. Melakukan koordinasi dengan Site Manager mengenai
mengenai :
a. Pemakaian bahan
b. Absen pekerja
c. Kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan
d. Mengumpulkan bukti/nota penerimaan dan pengeluaran
4. Drafter
sebelumnya
2. Menyesuaikan gambar dari konsultan perencana dengan
struktur.
3. Menjelaskan kepada supervisor tentang shop drawing jika ada
di lapangan.
5. Logistik
pekerjaan konstruksi.
dalam gudang
4. Mengajukan permintaan barang/material yang sudah habis
2.2 Hubungan Kerja Antara Pihak-Pihak yang Terlibat
Dalam sebuah proyek perlu dijalin hubungan kerja yang baik. hubungan
sehingga proyek dapat selesai tepat pada waktunya. Pengerjaan suatu proyek
OWNER
KONSULTAN KONTRAKTOR
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Pertanggungjawaban
: Garis Koordinasi
pekerjaan.
2.2.3 Hubungan Kerja antara Owner dengan Kontraktor
Owner mengadakan suatu tender yang diikuti beberapa kontraktor
akan digunakan.
atau staf yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
BAB III
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel ( Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 ).
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat
dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat
( Clarkson H. Oglesby,1999 ).
3.2 Latar Belakang Proyek
Proyek pembangunan jalan Elevated Toll Road A.P Pettarani Section 3
adalah Proyek pembangunan sarana transportasi berupa jalan Tol layang dengan
jalur A.P Pettarani sampai di jalan Alauddin yang berada di Kota Makassar
Sulawesi-Selatan.
Pembangunan Jalan Tol Layang A.P Pettarani dimaksudkan untuk
Pembangunan ini juga ditujukkan sebagai penambahan lingkup Jalan Tol Ujung
Pandang Seksi I & II ( PT BMN ), Jalan Tol Layang A.P. Pettarani ( Seksi III )
– Selatan.
3. Kontraktor : PT. WIJAYA KARYA BETON, Tbk
4. Konsultan Pengawas : PT. NIPPON KOEI, INDOKOEI
5. Konsultan Perencana : PT. CIPTA GRAHA ABADI
6. Alamat : Jl. Kima Raya II No. Kav.S 4,5,6, Daya,
Selatan 90242.
7. Nilai Kontrak : Rp. 1,623.814.821.677.36,-
8. Masa Pelaksanaan : - Jangka Waktu 660 Hari
- Waktu Pemeliharaan 365 hari
9. Pemilik / Owner : PT. BOSOWA MARGA NUSANTARA
10. Sumber Dana : Berasal dari Owner selaku pemilik Proyek
11. Luas area Proyek : ± 4.900 x 40 m2
3.3.2 Jenis Konstruksi
- Panjang Jalan Layang : ± 4.389 m
- Lebar Jalan Main Road : 2 x 10,3 m
- Lebar Jalan Ramp : 7,8 m
- Main Ramp : Precast Concrete Double Box Girder
Precast Slab on Pile
- Tipe Pondasi : Bored Pile Ø 1,2 m
Bored Pile Ø 1,0 m
Bored Pile Ø 0,8 m
- Tipe Pier : Single Pier
- Tinggi Pier : 3,5 – 16 m
- Pedoman Perencanaan : ASTM, SNI, AASHTO
Pihak penyedia jasa PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. Yang bekerja sama dengan
Konsultan Pengawas PT. NIPPON KOEI, beserta jajaran Subkon yang telah
Pier dari , yang sedianya akan di mulai dari Sta. ± 0.000 m dari sebagian ruas
Jalan Tol Reformasi melintasi jalan A.P. Pettarani, hingga jalan Alauddin yang
berakhir di Sta. ± 4.924 m. Maka dari itu Progress pekerjaan konstruksi ini akan
mencakup luas area sejauh kurang lebih 5 Km. Adapun pembagian segmen dalam
tahapan pengerjaan ini di bagi menjadi 2 segmen yaitu bagian sisi Barat hingga
bagian sisi Timur, pada bagian sisi Barat akan di mulai dari Sta. ± 0.00 km hingga
staf yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek
tersebut.
Untuk kelancaran pembangunan proyek diperlukan struktur organisasi
yang baik dan saling mendukung. Adapun bentuk bagian organisasi yang dipakai
PT. BAUER
Sub Kontraktor
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 9 : Auger
1.4 Pengeboran
Sebelum pengeboran dilakukan, kelurusan posisi casing akan di
cek kembali dan dicatat apabila terjadi penyimpangan. Penggalian
tanah didalam casing tergantung kedalaman lubang yang akan dibor.
1.6 Pembesian
Tim pembesian yang telah di percayakan oleh PT. BAUER
menyiapkan terlebih dahulu Tulangan bored pile yang akan di rangkai
di area fabrikasi berdekatan dengan tempat pengeboran. Area
penyimpanan besi tulangan berada di area direksi keet PT. Wijaya
Karya Beton,Tbk Dengan luasan total area workshop dan raw material
sekitar 300 m2 seperti yang ditunjukkan pada lampiran 2. Jumlah, tipe
dan ukuran dari besi akan disesuaikan berdasarkan gambar dan
spesifikasi. Besi tulangan akan di angkut dari tempat penyimpanan
menuju lokasi proyek menggunakan truk dan crane sebagai alat
memindahkan. seperti pada gambar di bawah ini :
menggunakan besi wire dan kemudian dilas pada titik — titik yang
ditentukan. Tulangan hams dibuat sebelumnya dengan panjang tidak
melebihi 12 meter. Sama halnya untuk mengarahkan tulangan arah
vertikal, tulangan dapat diangkat menggunakan forklift. Minimum
cover beton untuk semua tuIangan harus kurang dari 75 mm atau
ditentukan lain. Beton tahu diikat ditulangan dan akan memberikan
dukungan arah lateral dan memastikan terjaganya ukuran selimut
beton. Beton tahu harus dipasang setiap interval 3 m. Ukuran yang di
gunakan dalam proyek tersebut yaitu besi pokok atau induk dipakai
diameter 25 mm dan besi pembaginya diameter 16 mm. Besi di
potong menggunakan mesin gerinda seperti gambar di bawah ini :
Gambar 26 : Sketsa
Proses
Gambar
27 :
Pipa Tremie
1.8 Pengecoran
Truck mixer yang datang biasannya 4 truck tergantung kedalam
lubang dan dalam 1 truck volumenya bervariasi ada paling tinggi 7
kubik. Truck yang tiba di lokasi proyek akan langsung di Slump Test
untuk memastikan mutu beton apakah sesuai rencana ataupun tidak.
0
Pengecekan pertama yaitu sushunya rangenya antara 30-35 C,
selanjutnya di slump test keruntuhannya yang direncanakan antara 16-
20 cm dan setelah dimasukkan kedalam silinder yang telah di
sediakan. Mutu beton harus mencapai fc ’ 29.05 dengan toleransi
kekuatan maksimal lebih 3 MPa
pada umur 28 hari. Benda uji
disediakan masing-masing 3
sampel uji silinder untuk umnr 7
kontraktor yaitu PT. Wika Beton tbk serta pihak yang melakukan
perancangan yaitu PT. Cipta Graha Abadi.Penentuan jenis bekisting
proyek terlebih dahulu dilakukan uji Slump Test dengan nilai uji ±16
0
dan suhu 28-35 C,setelah dilakukan uji slump test Truck mixer
diarahkan ke titik pengecoran dan pengecoran dilakukan secara
perlahan agar campuran dapat merata di semua dimensi pile cap.
Gambar 57 : Pengecoran
Gambar 57 : Pengecoran
BAB V
Penyelesaian Masalah :
Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang cuaca
buruk maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi
kepada pihak MK atau Owner untuk mengajukan perubahan rencana pekerjaan.
Dimana nanti ketika cuaca sudah membaik akan dilakukan penambahan pekerja
dan pekerjaan atau lembur. Agar rencana pekerjaan dapat kembali berjalan dengan
baik dan ketertinggalan pekerjaan dapat kembali dikejar sesuai rencana.
tersebut bisa terjadi secara disengaja ataupun tidak disengaja. Dan apabila terjadi
kesalahan dalam pekerjaan maka akan hasil yang ada akan tidak memuaskan.
Salah satu contohnya adalah Pemindahan Pipa PDAM dan Kabel Optik PT
Telkom yang menghambat pelaksanaan dan harus dipindahkan menjauhi titik
konstruksi.
Solusi Penyelesaian Masalah :
Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
kesalahan teknis dalam pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak
kontraktor meminta toleransi kepada pihak Owner untuk mengajukan perbaikan
dan pemindahan, agar pihak kontraktor sebisa mungkin langsung memperbaiki,
sehingga hasil yang sudah diperbaiki sebisa mungkin dilaksanakan sesuai dengan
hasil perencanaan
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Apabila terjadi keterlambatan pekerjaan maka pihak pelaksana harus
melakukan crash program untuk mengejar keterlambatan.
2. Sebaiknya pihak pengawas (MK) lebih tegas lagi dalam hal
pengawasan, monitoring, penilaian dan evaluasi pekerjaan agar hasil
dari pekerjaan nantinya sesuai dengan rencana.