Anda di halaman 1dari 53

Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P.

Pettarani Seksi 3 Makassar “

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan nasional merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu
proses pembangunan daerah. Tujuannya pun jelas, yaitu meningkatkan derajat dan
harkat serta martabat, kualitas daerah agar dapat bersaing dalam era globalisasi.
Salah satu factor untuk meningkatkan perkembangan di atas adalah tersedianya
sarana dan prasarana perhubungan yang baik. Salah satu prasarana yang dimaksud
adalah jalan raya. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang dapat
langsung menunjang perkembangan suatu wilayah baik wilayah perkotaan
maupun pedesaan. Untuk itu perencanaan jalan raya harus disesuaikan dengan
volume lalu lintas yang akan dilayani, serta memenuhi syarat-syarat teknis dalam
pelaksanaannya.
Mengingat semakin pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia
Pemerintah sedang gencarnya mengadakan usaha pembangunan di segala bidang
pekerjaan konstruksi khususnya Pemerintah Sulawesi Selatan. Dalam rangka
menanggulangi angka kemacetan di area perkotaan serta meningkatkan
aksesibilitas transportasi darat dengan baik di Kota Makassar, maka Dinas
pekerjaan Umum beserta Dikertorat Jendral Bina Marga Kota Makassar,
Mengizinkan Proyek Mendesain dan Membangun jalan Tol layang di sepanjang
jalur lalu-lintas A.P. Pettarani Makassar.
Lembaga perguruan tinggi Universitas Kristen Indonesia Paulus sebagai
salah satu pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga
merupakan penunjang profesionalisme dalam bidang teknik sipil, menyadari
sepenuhnya bahwa teori-teori yang diberikan pada saat perkuliahan jika tidak
ditunjang dengan praktek di lapangan tentu tidak dapat menghasilkan tenaga-
tenaga yang mampu dan berkualitas seperti yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pihak UKI-Paulus memasukkan program
Kerja Praktek (KP) dan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang sangat penting
manfaatnya pada kurikulum sebagai syarat yang wajib diikuti oleh setiap
mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi. Yang nantinya jika mahasiswa
Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 1
Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

telah menyelesaikan studinya, maka tidak merasa canggung lagi untuk mencari
pekerjaan dan siap untuk terjun ke lapangan.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pada Kerja Praktek tersebut adalah :


a. Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan,
serta membandingkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah
dengan metode pelaksanaan di lapangan.
Tujuan dari pada Kerja Praktek tersebut adalah :
a. Untuk mengetahui dan memahami secara langsung mekanisme
pekerjaan/proyek di lapangan.
b. Menambah wawasan dan pengalaman di lapangan dengan terlibat
langsung dalam pekerjaan proyek.

1.3 Metode Pelaksanan Kerja Praktek

Metode yang diterapkan dalam sistem kegiatan praktek ini adalah :


1. Melakukan Observasi langsung di lapangan.
2. Konsultasi pada pihak-pihak terkait pada pekerjaan proyek.
3. Pemeriksaan laporan hasil pekerjaan mingguan.
4. Membandingkan data perencanaan dengan pelaksanaan di lapangan.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan pada ’’ Proyek Desain dan
Konstruksi jalan Tol layang Ujung pandang Seksi 3 ” ( Pettarani Elevated Toll
Road ), Pettarani Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Proyek ini akan dikelola
dengan keputusan Tender yang di serahkan ke Marga Utama Nusantara PT
Bosowa Marga Nusantara ( Owner ),dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya
Beton,Tbk ( Kontraktor Pelaksana )yang bekerja sama dengan PT. Cipta Graha
Abadi ( Konsultan Perencana ) mengerjakan perancangan metode terapan serta
desain gambar Teknik, dan diawasi oleh PT. Nippon Koei ( Konsultan
Pengawas ) , Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek dan kuliah kerja profesi
selama 91 hari terhitung mulai tanggal 1 September 2018 sampai 30 November
2018.
Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 2
Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

1.5 Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktik

Sistematika dalam penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, dengan

perincian tiap – tiap bab sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang kerja praktek, maksud dan

tujuan kerja praktik, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktik, metode

pelaksanaan kerja praktik, batasan masalah, dan sistematika penulisan

laporan kerja praktik. Bab ini sebagai pengantar untuk masuk pada bagian

uraian berikutnya.
BAB II Tinjauan Proyek
Bab ini menguraikan tentang teori-teori dan informasi yang

diperoleh dari literatur sebagai bahan analisis untuk masuk dalam bab

selanjutnya.
BAB III Gambaran Umum Proyek
Bab ini membahas tentang latar belakang proyek, tujuan proyek,

organisasi proyek, struktur organisasi proyek, dan pihak – pihak yang

terlibat dalam proyek yaitu Owner, Konsultan, dan Kontraktor, serta

informasi dan data proyek.


BAB IV Pelaksanaan Pekerjaan
Bab ini membahas tentang ruang lingkup pekerjaan yang dikendalikan

dalam proyek selama masa Kerja Praktik berlangsung dan metode –

metode pelaksanaan pekerjaan proyek.

BAB V Permasalahan dan Pembahasan


Bab ini membahas mengenai pengawasan manajemen, manajemen

konstruksi, masalah – masalah yang timbul di proyek dan pengendalian

proyek.
BAB VI Penutup

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 3


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Bab ini merupakan bagian penutup dari laporan kerja praktek ini

yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PROYEK

2.1 Pihak-pihak yang Berperan dalam Proses Pembangunan

Pihak-pihak yang berperan dalam Proyek Pembangunan Gedung Lilin

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar memiliki hubungan yang

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 4


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

sangat erat agar tercapai kerja sama yang baik untuk menyelesaikan proyek

yang dikerjakan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

2.1.1 Owner

Owner adalah sebuah badan / perseorangan yang memiliki proyek dan

memberikan pekerjaan kepada penyedia jasa konstruksi. Pengguna jasa dapat

berupa perseorangan atau instansi baik dari pemerintah maupun dari swasta.

Adapun kewajiban dan hak dari owner adalah :

1. Hak
a. Meminta pertanggung jawaban dari konsultan pengawas
b. Menerima hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh kontraktor

pelaksana.
c. Menerima atau menolak perubahan pekerjaan yang telah dikerjakan
d. Memutuskan hubungan kerja, jika pekerjaan berjalan tidak sesuai

dengan kontrak yang disepakati.


2. Kewajiban
a. Menyelesaikan urusan administrasi pengurusan IMB
b. Membuat surat perintah kerja (SPK).
c. Menyediakan dana yang dibutuhkan sesuai dengan RAB.
2.1.2 Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh owner untuk

melaksanakan pekerjaan perancangan seperti desain dan hitungan

anggaran. Konsultan perencana dapat berupa badan atau perseorangan baik

dari pemerintah maupun swasta. Adapun hak dan kewajiban konsultan

perencana adalah :

1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar

rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur,

rencana anggaran biaya

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 5


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

2. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang

hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja,

dan syarat-syarat
3. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan
2.1.3 Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas merupakan badan yang ditunjuk owner untuk

mengawasi pelaksanaan proyek oleh kontraktor di lapangan. Pengawas

berarti mewakili pemberi tugas dalam tahap pelaksanaan pekerjaan

konstruksi tetapi bukan sebagai pimpinan harian melainkan hanya mewakili

pemberi tugas dalam hal-hal yang menyangkut teknik pelaksanaan pekerjaan

konstruksi fisik. Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk

pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan

pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.

Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah :

1. Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.


2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic dalam.

pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran.

informasi antara berbagai bidang agar pelaksana pekerjaan berjalan

lancer.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sendiri sedini mungkin

serta menghindari pembengkakan biaya

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 6


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar

dicapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas, dan waktu yang

direncanakan
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan

kontraktor yang dianggap tidak memenuhi standar yang direncanakan


8. Menghentikan sementara pekerjaan yang dianggap sudah diluar dari

yang berlaku
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah.

2.1.4 Kontraktor

Kontraktor adalah perseorangan atau badan usaha yang ditunjuk

untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya.

Kontraktor bertanggung jawab langsung terhadap Owner dan dalam

pelaksanaan pekerjaan diawasi oleh konsultan pengawas dan berkonsultasi

langsung tentang masalah yang dihadapi di lapangan. Adapun pihak-pihak

yang terlibat di dalamnya adalah :

1. Project Manager

Tugas dari Project Manager adalah :

a. Bertanggung jawab dalam berjalannya pekerjaan


b. Mengorganisir staff yang berada di bawahnya

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 7


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

c. Memastikan bahwa keinginan owner terpenuhi, proyek

selesai tepat waktu dan sesuai anggaran.


d. Bertanggung jawab penuh terhadap kontrol keuangan,

seperti seluruh kegiatan akuntansi, biaya dan penagihan

pada proyek
2. Site Manager

Site Manager mempunyai tugas dan tanggung jawab

terhadap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan konstruksi

secara menyeluruh baik pengendalian terhadap Mutu, Waktu,

maupun Biaya.

Site Manager mempunyai tugas, dan wewenang sebagai berikut :

a. Membuat Time Schedule sesuai dengan kewajiban dari

perusahaan terhadap pemilik proyek.


b. Mengontrol penuh berjalannya pekerjaan di lapangan.
c. Merencanakan pemakaian bahan dan alat konstruksi

sesuai dengan volume dan waktu pekerjaan.


3. Pelaksana

Tugas dari Supervisor adalah :

1. Melaksanakan pekerjaan harian lapangan sesuai dengan

spesifikasi dan gambar kerja dengan mengarahkan mandor

agar pekerjaan dapat mencapai mutu, waktu dan biaya yang

diinginkan.
2. Melakukan koordinasi dengan Site Manager mengenai

kemajuan ataupun kendala yang dihadapi di lokasi proyek.


Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 8
Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

3. Mencatat semua pekerjaan yang telah dikerjakan baik

qualitatif maupun quantitatif agar dapat membuat laporan

mengenai :
a. Pemakaian bahan
b. Absen pekerja
c. Kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan
d. Mengumpulkan bukti/nota penerimaan dan pengeluaran

bahan/material, alat, dan keperluan lain.

4. Drafter

Tugas dari drafter adalah :

1. Membuat gambar detail yang disertai ukuran dan bentuk (Shop

Drawing) sebagai acuan pelaksanaan dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan gambar perencanaan yang dibuat

sebelumnya
2. Menyesuaikan gambar dari konsultan perencana dengan

keadaan nyata di lapangan atau adanya perubahan pekerjaan

struktur.
3. Menjelaskan kepada supervisor tentang shop drawing jika ada

gambar yang kurang dimengerti.


4. Membuat gambar akhir pekerjaan (Asbuilt Drawing) yang

merupakan gambar laporan hasil pelaksanaan yang sudah dibuat

di lapangan.
5. Logistik

Tugas dari logistik adalah :

1. Mengelola ketersediaan alat-alat yang dibutuhkan dalam

pekerjaan konstruksi.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 9


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

2. Menerima pengiriman barang-barang/material dari supplier

untuk masuk stok gudang


3. Mencatat penerimaan dan pengeluaran barang dari dan ke

dalam gudang
4. Mengajukan permintaan barang/material yang sudah habis
2.2 Hubungan Kerja Antara Pihak-Pihak yang Terlibat

Dalam sebuah proyek perlu dijalin hubungan kerja yang baik. hubungan

kerja adalah hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai tanggung jawab

terhadap pelaksanaan dan wewenang untuk menjamin kelancaran jalannya proyek,

sehingga proyek dapat selesai tepat pada waktunya. Pengerjaan suatu proyek

konstruksi diharuskan untuk berpedoman pada suatu peraturan pemerintah. Secara

garis besar pola hubungan kerja, diatur sebagai berikut :

OWNER

KONSULTAN KONTRAKTOR

Gambar 2.1 Bagan hubungan kerja owner, konsultan dan kontraktor

Keterangan :

: Garis Komando

: Garis Pertanggungjawaban

: Garis Koordinasi

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 10


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

2.2.1 Hubungan Kerja antara Owner dengan Konsultan

Owner dalam mewujudkan keinginannya, untuk mendirikan suatu


bangunan, akan menunjuk konsultan perencana dan konsultan
pengawas. Apabila konsultan terbentuk maka terjadi hubungan kerja

antara owner dan konsultan yang diwujudkan dalam surat perjanjian

pekerjaan.
2.2.3 Hubungan Kerja antara Owner dengan Kontraktor
Owner mengadakan suatu tender yang diikuti beberapa kontraktor

dimana pemenangnya yaitu kontraktor dengan jumlah penawaran

terendah. Setelah kontraktor terpilih maka owner akan mengeluarkan

surat perintah kerja (SPK).


2.2.2 Hubungan Kerja antara Kontraktor dan Konsultan
Hubungan kerja antara kontraktor dan perencana merupakan

ikatan secara tidak langsung.


1. Membuat atau menghitung bobot kemajuan pekerjaan.
2. Menyetujui atau menolak material sesuai gambar rencana yang

akan digunakan.

2.3 Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan suatu proyek diperlukan juga adanya suatu struktur

organisasi, guna memudahkan pembagian pekerjaan masing-masing personil

atau staf yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan

proyek tersebut.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 11


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

BAB III

GAMBARAN UMUM PROYEK

3.1 Tujuan Pembangunan Proyek


Jalan adalah Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta

api, jalan lori, dan jalan kabel ( Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 ).
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat

oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga

dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang

mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat

( Clarkson H. Oglesby,1999 ).
3.2 Latar Belakang Proyek
Proyek pembangunan jalan Elevated Toll Road A.P Pettarani Section 3

adalah Proyek pembangunan sarana transportasi berupa jalan Tol layang dengan

prasarana pendukungnya, yang menghubungkan jalan Tol Reformasi sepanjang

jalur A.P Pettarani sampai di jalan Alauddin yang berada di Kota Makassar

Sulawesi-Selatan.
Pembangunan Jalan Tol Layang A.P Pettarani dimaksudkan untuk

mengatasi kemacetan, mengurangi kepadatan kendaraan di Makassar dan

Pembangunan ini juga ditujukkan sebagai penambahan lingkup Jalan Tol Ujung

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 12


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Pandang Seksi I & II ( PT BMN ), Jalan Tol Layang A.P. Pettarani ( Seksi III )

yang dibangun di atas jalan nasional A.P. Pettarani.


3.3 Data Proyek
3.3.1 Data Administrasi
1. Nama Proyek : Perencanaan dan Konstruksi Jalan Tol

Ujung Pandang Seksi 3 ( Jl. Tol Layang

AP.Pettarani ) Makassar Sulawesi- selatan.


2. Lokasi : Jalan Tol Reformasi, Jalan A.P Pettarani,

sampai Jalan Alauddin Makassar Sulawesi

– Selatan.
3. Kontraktor : PT. WIJAYA KARYA BETON, Tbk
4. Konsultan Pengawas : PT. NIPPON KOEI, INDOKOEI
5. Konsultan Perencana : PT. CIPTA GRAHA ABADI
6. Alamat : Jl. Kima Raya II No. Kav.S 4,5,6, Daya,

Biring Kanaya, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan 90242.
7. Nilai Kontrak : Rp. 1,623.814.821.677.36,-
8. Masa Pelaksanaan : - Jangka Waktu 660 Hari
- Waktu Pemeliharaan 365 hari
9. Pemilik / Owner : PT. BOSOWA MARGA NUSANTARA
10. Sumber Dana : Berasal dari Owner selaku pemilik Proyek
11. Luas area Proyek : ± 4.900 x 40 m2
3.3.2 Jenis Konstruksi
- Panjang Jalan Layang : ± 4.389 m
- Lebar Jalan Main Road : 2 x 10,3 m
- Lebar Jalan Ramp : 7,8 m
- Main Ramp : Precast Concrete Double Box Girder
Precast Slab on Pile
- Tipe Pondasi : Bored Pile Ø 1,2 m
Bored Pile Ø 1,0 m
Bored Pile Ø 0,8 m
- Tipe Pier : Single Pier
- Tinggi Pier : 3,5 – 16 m
- Pedoman Perencanaan : ASTM, SNI, AASHTO

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 13


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

3.4 Lokasi Proyek


Dalam Proyek Pembangunan Tol Layang A.P Pettarani Seksi 3 Makassar ini ,

Pihak penyedia jasa PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. Yang bekerja sama dengan

Konsultan Pengawas PT. NIPPON KOEI, beserta jajaran Subkon yang telah

dipercayakan untuk merenecanakan dan melaksanakan konstruksi sebanyak 77

Pier dari , yang sedianya akan di mulai dari Sta. ± 0.000 m dari sebagian ruas

Jalan Tol Reformasi melintasi jalan A.P. Pettarani, hingga jalan Alauddin yang

berakhir di Sta. ± 4.924 m. Maka dari itu Progress pekerjaan konstruksi ini akan

mencakup luas area sejauh kurang lebih 5 Km. Adapun pembagian segmen dalam

tahapan pengerjaan ini di bagi menjadi 2 segmen yaitu bagian sisi Barat hingga

bagian sisi Timur, pada bagian sisi Barat akan di mulai dari Sta. ± 0.00 km hingga

Sta. 4+500 km.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 14


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 1 : Lokasi Proyek Jalan Tol Reformasi ( Sisi Barat )

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 15


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 2 : Lokasi Proyek Jalan A.P Pettarani ( Sisi Timur)

3.5 Lingkup Pekerjaan


Adapun lingkup pekerjaan yang dilaksanakan di proyek ini meliputi:
1. Pekerjaan Proyek meliputi :
A. Pengadaan Direksi Keet

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 16


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

B. Pengadaan Gudang Material dan Peralatan Konstruksi


C. Pembuatan laporan As built Drawing
D. Pengendalian Schedule ( Jadwal Kerja )
E. Pengendalian Mutu dan Kualitas ( Quality Control )
F. Pekerjaan Saluran Drainage ( Drainase )
G. Pekerjaan Widening ( Pelebaran Jalan )
H. Pemindahan Pipa PDAM
I. Pemindahan Kabel Optik Telkom
J. Pengaturan Rekayasa Lalu lintas
K. Pengadaan sumber air dan listrik kerja
L. Pabrikasi Besi Tulangan ( Fabrication Rebar )
M. Pembuatan Box Girder
N. Pembersihan akhir lokasi proyek

2. Pekerjaan Struktur meliputi:


Pekerjaan struktur terbagi dalam dua bagian,yaitu :
A. Pekerjaan struktur bawah
i. Pekerjaan bored pile
ii. Pekerjaan pile cap
iii. Pekerjaan pier coulomn
B. Pekerjaan struktur atas
i. Pekerjaan pier head
ii. Pekerjaan box girder
iii. Pekerjaan Jalan

3.6 Struktur Organisasi

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 17


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Dalam pelaksanaan suatu proyek diperlukan juga adanya suatu struktur

organisasi guna memudahkan pembagian pekerjaan masing-masing personil atau

staf yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek

tersebut.
Untuk kelancaran pembangunan proyek diperlukan struktur organisasi

yang baik dan saling mendukung. Adapun bentuk bagian organisasi yang dipakai

di proyek dapat dilihat pada gambar berikut :

STRUKTUR ORGANISASI UMUM

PT. BOSOWA MARGA NUSANTARA


Owner

PT. WIJAYA KARYA BETON, Tbk PT. NIPPON KOEI


Kontraktor Konsultan Pengawas

PT. CIPTA GRAHA ABADI


Konsultan Perencana

PT. BAUER
Sub Kontraktor

Gambar 3 : Struktur Organisasi Umum Proyek Pembangunan Jalan Tol Layang

A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 18


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Spesifikasi Teknis


Dalam pelaksaan dan pengawasan proyek Tol Layang A.P pettarani seksi
3 Makassar ada 2 pekerjaan konstruksi yang kami ikuti dan amati selama 3
bulan. Adapun pekerjaan tersebut yaitu:
1. Bore pile
2. Pile cap
Berikut tahapan serta peralatan yang di gunakan dalam konstruksi tersebut.
1. Bored pile
Dalam pekerjaan bored pile ada tahapan dan peralatan yang digunakan
yaitu :

1.1 Pengukuran titik koordinat lokasi pengeboran


Sebelum kita melakukan pekerjaan bored pile team pelaksana
dalam hal ini team Surveroy dari pihak penyediaan jasa (Kontraktor)
melakukan dan menentukan pengukuran titik-titik koordinat
pengeboran dan pengecoran yang sesuai dengan rencana, batas area
proyek ini diperlukan untuk pembuatan alur pagar proyek dan alat
digunakan ialah total station yang berfungsi dalam pemetaan dan
konstruksi bangunan atau konstruksi lainnya. Total station merupakan
theodolit terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik
(electronic distance meter (EDM)) untuk membaca jarak dan
kemiringan dari instrumen ke titik tertentu.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 19


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 4 : Total Station

1.2 Pembongkaran dan pembersihan area proyek


Setelah selesai pengukuran maka lokasi proyek dibersihan dari
tumbuhan dan kabel-kabel listrik yang berada dibawah tanah serta
membongkar dan membersihan median jalan, alat yang digunakan
yaitu excavator, grader, dump truck dan vibration roller. Excavator
berfungsi untuk mengali akar pepohonan di lokasi proyek dan sisa-
sisa galian akan diangkut oleh dump truck. Selanjtnya Dump truck
akan membuang galian ke tempat penimbuanan yang telah di
sediakan. Setelah itu Grader meratakan sisa-sisa galian tanah di lokasi
proyek. Setelah diratakan kemudian alat yang digunakan selajutnya
ialah vibration roller yang berfungsi untuk memadatkan tanah yang
telah diratakan.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 20


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 4 : Excavator Gambar 5 : Dump Truck

Gambar 6 : Grader Gambar 7 : Vibration Roller

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 21


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

1.3 Pengecekan Verticality Drilling Rig


Setelah titik bore yang ditentukan telah sesuai dengan rencana dan
alat pengeboran telah siap pihak keamanan maupun pekerja juga telah
siap dalam membantu melaksanakan dan melancarkan pekerjaan ini
Pengeboran menggunakan Drilling Rig akan segera dimulai, yang
pertama dilakukan oleh operator Drilling Rig ialah memasang mata
Bore yang terdiri dari 3 macam masing-masing mata bore ini akan di
gunakan dalam satu kali pengeboran, mata bore itu antara lain :
Single Corn, Auger, & Drill Bucket/ Cleanning Bucket.

Gambar 8 : Single Corn

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 22


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 9 : Auger

Gambar 10 : Cleanning Bucket

1.4 Pengeboran
Sebelum pengeboran dilakukan, kelurusan posisi casing akan di
cek kembali dan dicatat apabila terjadi penyimpangan. Penggalian
tanah didalam casing tergantung kedalaman lubang yang akan dibor.

Gambar 11 : Pemasangan Top Casing

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 23


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 12 : Sketsa Proses pengeboran


Untuk Pengeboran tahap Pertama dimana dimulai dari lapisan
tanah dasar berupa bebatuan atau aspal di area titik pengeboran ini
operator Drilling Rig menggunakan mata bore Single Corn,
pemasangan Single Corn dilakukan dengan menggunakan alat
Drilling Rig itu sendiri serta di bantu oleh Excavator untuk
menyatukan bukaan dan kuncian mata Bore dan Tiang Hydraulic
mesin Drilling, mengapa digunakan mata bore ini karena ruang
galiannya cukup besar sehingga mampu menahan dan menghancurkan
bebatuan yang ada di lapisan tanah namun Single Corn hanya dipakai
sampai kedalaman 0,5 m saja sampai lapisan aspal benar-benar lepas
di permukaan dimana mesin Drilling melakukan penetrasi kedalam
lapisan tanah dan memutarkan mata bore searah 360 derajat hal itu
dilakukan sampai lapisan bebatuan menempel di sela mata Bor
kemudian diangkat, lalu tanah maupun aspal serta bebatuan tadi di
pindahkan dari lokasi pengeboran hal ini terlihat pada gambar di
bawah ini :

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 24


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 13 : Pengeboran pertama menggunakan Single Corn


Langkah selanjutnya setelah pengeboran menggunakan mata bore
Single Corn selesai, maka mata bore di ganti ke mata bore Auger,
dimana mata bore ini digunakan sampai kedalaman pengeboran
kurang-lebih 4 m. proses pemasangan mata bore Auger hampir sama
dengan mata bore sebelumnya dengan dibantu oleh operator
Excavator dan proses pengeboran menggunakan Auger inipun hampir
sama dengan mata bore sebelumnya seperti pada gambar di bawah
ini :

Gambar 14 : Pengeboran menggunakan Auger

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 25


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Setelah pengeboran dirasa cukup dan telah mencapai kedalaman


rencana maka Top casing siap di pasang di atas permukaan tanah dasar
guna sebagai penampungan polimer dan proses pengeboran
berikutnya siap di kerjakan menggunakan mata bore Cleanning
Bucket adapun proses pemasangan dan penggunaannya pun hampir
sama juga yaitu mengebor dan mengeluarkan hasil tanah pengeboran
kemudian di tampung di bak penampungan besi yang telah disiapkan
di lokasi pengeboran. Berbeda dengan mata bore sebelumnya
Cleanning Bucket difungsikan terakhir karena mata bore ini mampu
menembus kedalaman tanah yang relatif dalam lebih sampai ia
menjangkau tanah keras dan bebatuan-bebatuan keras yang ada di
dalam lapisan tanah paling dalam dan pengerjaannyapun dilakukan
sesuai kedalaman yang diinginkan, dalam hal ini kedalaman yang
ingin di capai ialah sedalam 10,5 m dengan total kedalaman dari
pengeboran awal 0,5 m untuk mata bore Single Corn dan 4 m untuk
mata bore Auger.Pengeboran ini juga tak luput dengan tahap
memasukkan cairan Polimer kedalam lubang bor untuk menstabilkan
lubang, elevasi dari polimer akan dijaga konstan pada kedalaman 1 m
di bawah elevasi tanah dan akan di monitor selama proses
pengeboran. Tanah akan di keluarkan terus-menerus hingga batas
kedalaman telah di capai kemudian Tanah hasil pengeboran ini di
masukkan kedalam bak penampungan dimana Excavator akan
mengeruk tanah hasil pengeboran dari bak penampungan dan di
pindahkan kedalam bak dump truck. Lalu tanah ini akan dibawah oleh
dump truck menuju lokasi tempat penampungan tanah hasil
pengeboran yang jika sewaktu-waktu dapat digunakan untuk bahan
timbunan. Proses tersebut bisa dilihat pada gambar dibawah ini :

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 26


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 15 : Pengeboran menggunakan Cleanning Bucket

1.5 Pemasangan Casing


Setelah pengeboran selesai maka Casing Temporari siap di
masukkan kedalam lubang bore dengan mencabut mata bore Cleaning
Bucket. dan operator Drilling Rig kembali mengoperasikan mesin
bore untuk memasang Temporari casing tak lupa dengan bantuan
Clawler Crane dan Excavator seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 16 : Sketsa Pemasangan Casing

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 27


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 17 : Pemasangan Casing Temporary

Setelah Casing Temporari terpasang maka tahap selanjutnya ialah


pengecekan Sedimen dan pengukuran kedalam lubang bore.

Gambar 18 : Lubang bore diisi oleh cairan Polimer

Gambar 19 : Pengecekan endapan sedimen dan pengukuran kedalaman


Selain dari kita juga memerlukan platform, cut off levels,
validasi dari gambar dll. Setelah menentukan koordinat lokasi pile
secara akurat oleh tim surveyor maka temporary casing akan
dipasang sesuai lokasi. Keakuratan posisi casing akan diperiksa
selama proses instalisasi dengan spirit level. Akurasi dari
Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 28
Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

pengukuran dilakukan dengan menggunakan waterpass dan di


kontrol pada alat bor. Lubang bor kemudian diisi menggunakan
polimer sebelum pengeboran mencapai ujung casing. Elevasi dari
cairan polimer dijaga sehingga memastikan kestabilan yang cukup
di area yang tidak terkena casing.

1.6 Pembesian
Tim pembesian yang telah di percayakan oleh PT. BAUER
menyiapkan terlebih dahulu Tulangan bored pile yang akan di rangkai
di area fabrikasi berdekatan dengan tempat pengeboran. Area
penyimpanan besi tulangan berada di area direksi keet PT. Wijaya
Karya Beton,Tbk Dengan luasan total area workshop dan raw material
sekitar 300 m2 seperti yang ditunjukkan pada lampiran 2. Jumlah, tipe
dan ukuran dari besi akan disesuaikan berdasarkan gambar dan
spesifikasi. Besi tulangan akan di angkut dari tempat penyimpanan
menuju lokasi proyek menggunakan truk dan crane sebagai alat
memindahkan. seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 20 : Pengangkutan besi menuju lokasi Fabrikasi


Setelah besi tulangan telah sampai pada lokasi maka perakitan
segera dimulai.Tulangan akan dilengkapi dengan perkuatan cincin
(apabila diperlukan) dan aksesoris lainnya agar dapat diangkat dan
dipasang tanpa terjadi deformasi. Tulangan akan dipastikan terikat
Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 29
Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

menggunakan besi wire dan kemudian dilas pada titik — titik yang
ditentukan. Tulangan hams dibuat sebelumnya dengan panjang tidak
melebihi 12 meter. Sama halnya untuk mengarahkan tulangan arah
vertikal, tulangan dapat diangkat menggunakan forklift. Minimum
cover beton untuk semua tuIangan harus kurang dari 75 mm atau
ditentukan lain. Beton tahu diikat ditulangan dan akan memberikan
dukungan arah lateral dan memastikan terjaganya ukuran selimut
beton. Beton tahu harus dipasang setiap interval 3 m. Ukuran yang di
gunakan dalam proyek tersebut yaitu besi pokok atau induk dipakai
diameter 25 mm dan besi pembaginya diameter 16 mm. Besi di
potong menggunakan mesin gerinda seperti gambar di bawah ini :

Gambar 21 : Mesin gerinda pemotong besi


kemudian di bentuk menggunakan Bar Bender Cara kerja alat ini
adalah baja tulangan diletakkan diantara pokok-pokok baja kemudian
ujung baja yang berdekatan dengan baja pokok dipeganag dengan
menggunakan pembengkok dan diputar sesuai dengan sudut yang
diinginkan Sehingga di berbentuk bulat sesuai ukuran rencana.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 30


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 22 : Bar Bender


Berik ut hasil dari
Perakitan Tulangan Bore pile
yang akan siap di pasang pada
saat nnati proses pengeboran
telah selesai dan
Tulangan siap dimasukkan.
Tulangan hams dibuat
sebelumnnya
dengan panjang tidak melebihi 12 meter, tulangan dapat diangkat
menggunakan Clawler Crane. Sama halnya untuk mengarahkan
tulangan arah vertikal,
tulangan dapat diangkat
menggunakan
Clawler Crane. Minimum
cover beton untuk semua
tuIangan harus kurang dari 75
mm atau ditentukan Iain.
Berikut gambar rakitan
Tulangan yang telah jadi.

Gambar 23 : Pemasangan Besi Induk Ø 25

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 31


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 24: Pemasangan Besi Pembagi Ø 16

Gambar 25 : Tulangan yang telah dirakit dan siap di pakai


Setelah besi selesai di fabrikasi maka yang di lakuakan yaitu
memasukkan besi yang di rakit tersebut kedalam lubang bore pile
yang sudah di bor sebelumnya. Besi diangkat dari area fabrikasi
menggunakan clawler crane dan meletakkannya tepat diatas bore pile,
namun sebelum dimasukkan besi terlebih dahulu dipasangi beton tahu
dan ikat di kaki ayam (ceker) dan nantinnya akan di las, hal tersebut
bertujuan untuk memberikan dukungan arah lateral dan untuk
memastikan terjaganya ukuran selimut beton. Kaki ayam (ceker)
dipasang setiap interval 3 m. Setelah semua terpasang maka clawler
crane akan menurunkan sepenuhnya besi kedalam bore pile.

Gambar 26 : Sketsa
Proses

Pemasangan tulangan kedalam lubang bore pile

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 32


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar
27 :

Pengangkatan Besi Gambar 28 : Memasukkan Besi

Gambar 29 : Proses Pengelasan Gambar 30 : Besi


yang telah
Kaki ayam (ceker) terpasang dan siap
untuk pengecoran

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 33


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

1.7 Pemasangan Pipa Tremie


Setelah besi sudah terpasang dilubang bore pile maka selanjutnya
yaitu pengecoran namun sebelum mengecor yang harus dilakukan
ialah pemasangan pipa tremie. Dalam pemasangan pipa tremie maka
yang harus diketahui adalah ukuran kedalaman lubang yang akan di
cor. Panjang pipa tremie yang berada di proyek paling panjang yaitu 3
m dan yang pendek 1m jadi dipasang sesuai rencana. Misalnya

kedalaman lubang 16 m tidak langsung semua di turunkan tetapi


setengah dulu jadi ada 2 segmen yang di lakukan jadi pertama di
pasang 3, 2, 2, 1. Pipa tremie dan concrate bucket diangkat
menggunakan clawler crane.

Gambar 31 : Paket Pipa Tremie Gambar 32 : Pengangkatan


Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 34
Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Pipa Tremie

Gambar 33 : Penyambungan Gambar 34 : Pipa tremie sudah


Pipa tremie terpasang dan siap
untuk pengecoran

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 35


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

1.8 Pengecoran
Truck mixer yang datang biasannya 4 truck tergantung kedalam
lubang dan dalam 1 truck volumenya bervariasi ada paling tinggi 7
kubik. Truck yang tiba di lokasi proyek akan langsung di Slump Test
untuk memastikan mutu beton apakah sesuai rencana ataupun tidak.
0
Pengecekan pertama yaitu sushunya rangenya antara 30-35 C,
selanjutnya di slump test keruntuhannya yang direncanakan antara 16-
20 cm dan setelah dimasukkan kedalam silinder yang telah di
sediakan. Mutu beton harus mencapai fc ’ 29.05 dengan toleransi
kekuatan maksimal lebih 3 MPa
pada umur 28 hari. Benda uji
disediakan masing-masing 3
sampel uji silinder untuk umnr 7

dan 28 hari. Tes kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium KIMA


20 untuk semua benda uji.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 36


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 35 : Sketsa proses pengecoran lubang bore pile

Gambar 36 : Truck Mixer Gambar 37 : Pengecekan suhu

Gambar 38 : Slump Test Gambar 39 : campuran beton


dimasukkan kedalam silinder

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 37


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Beton akan dipasok menggunakan truk mixer dan dituang kedalam


concrete bucket dan melewati pipa tremie. Concrete bucket berfungsi
tempat pengangkuatn dati truck mixer sampai ketempat pengecoran
sehingga beton yang di tuang di berserakan. Sedanngkan pipa tremie
ini berfungsi untuk mengatur tinggi jatuh beton saat pengecoran. Pipa
tremie dipasang pada ujung bawah concrete bucket sehingga beton
yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh. Hal ini
dilakukan untuk menghindari agregat kasar terlepas dari adukan
beton. Volume yang diakui sebagai dasar pembayaran adalah volume
beton tertuang di dalam bore pile. Pipa tremie akan diturunkan segaris
menuju dasar dari lubang bor untuk dapat melakukan pengecoran.
Gabus penyumbat atau yang sejenis dapat diletakan kedalam hopper
sebelum penuangan pertama dilakukan untuk memastikan
keseragaman beton didalam pipa tremie.

Gambar 40 : Campuran beton Gambar 41 : Proses pengecoran


dimasukkan kedalam concrete bucket

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 38


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 42 : Pengngkatan Gambar 43 : Pengecoran


Temporary casing Selesai

Dan setelah pengecoran selesai temporary casing diangkat


menggunakan crawler crane dan sisanya diratakan oleh pekerja
dengan cara manual dan beton pile ditunggu selama 28 hari, setelah 28
hari maka dilakukan pengujian Test PIT ( Pile Integrity Tester ) dan
PDA Test ( Pile Driving Analyzer ) untuk mengetahui daya dukung
tanah terhadap pondasi.

2. Pekerjaan Pile Cap


Pile Cap adalah Suatu elemen struktur yang berfungsi untuk menyebarkan
beban dari kolom ke tiang-tiang pier . Berikut ini adalah langkah-langkah
pekerjaan pile cap.
2.1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Pile Cap yang dilakukan pertama-tama adalah pekerjaan
persiapan yaitu mempersiapkan gambarkan,menentukan jenis
bekisting dan alat-alat yang akan digunakan .gambar yang digunakan
adalah gambar yang telah disetujui oleh pihak owner yaitu PT.Bosowa
Marga Utama,Pihak pengawas yaitu Nippon Koei dan Pihak

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 39


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

kontraktor yaitu PT. Wika Beton tbk serta pihak yang melakukan
perancangan yaitu PT. Cipta Graha Abadi.Penentuan jenis bekisting

yang digunakan adalah bekisting yang terbuat dari baja memiliki


penampang yang berbentuk U,mobilisasi alat juga diperlukan untuk
membantu lancarnya pekerjaan dan alat-alat yang disiapkan yaitu
seperti excavibro,excavator ,dump truck dll.

Gambar 44 :Gambar Tampak Atas

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 40


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 45 : Gambar Potongan Melintang

2.2. Pemasangan Sheet Pile Driving


Pekerjaan yang dilakukan pertama kali di lapangan adalah
pemancangan sheet pile untuk menahan tekanan tanah di kedua sisi
Jalan Tol Reformasi menggunakan alat excavibro untuk mencegah
terjadinya longsor yang disebabkan aktifitas lalu lintas disekitar lokasi
proyek .Pemasangann sheet pile diperlukan tenaga ahli yang
berpengalaman sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat
mengganggu jalannya proyek maka dari itu pihak kontraktor bekerja

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 41


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

dengan PT.Bauer Pratama Indonesia sebagai sub kontraktor yang


menjadi tenaga lapangan ahli.

Gambar 46 : Exca Vibro

Gambar 47 : Sheet Pile

2.3. Penggalian dan


Pemotongan Kepala Beton
Pekerjaan yang dilakukan
berikutnya setelah
pemasangan sheet pile
driving adalah pekerjaan
penggalian pekerjaan penggalian dimulai dengan menggali

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 42


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

menggunakan excavator sedalam 2 meter dan pekerjaan penggalian


harus dilakukan dengan hati-hati karena terdapat pondasi bore pile
yang sudah terpasang dan jika tidak dilakukan secara hati-hati dapat
merusak pondasi bore pile yang telah terpasang.Setelah pekerjaan
penggalian selesai,pekerjaan pemotongan kepala beton
dilakukan,pemotongan kepala beton menggunakan pile cutter dengan
panjang pemotongan yaitu 1 meter,setelah dilakukanya proses
pemotongan dilakukannya pengupasan beton disisa potongan sehingga
yang terlihat hanya besi tulangan. Kemudian sisa material dibersihkan
dari lokasi proyek dan dibawa menggunakan dump truck untuk
dibuang di tempat pembuangan akhir.

Gambar 48 : Excavator Gambar 49 : Pile Cutter

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 43


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 50 : Dump Truck Gambar 51 : Pengupasan


2.4. Pekerjaan Urugan Pasir,Lantai Kerja,Pembesian
Untuk mendudukan tulangan pile cap pekerjaan yang dilakukan
adalah pekerjaan urugan pasir yang dihampar dan diratakan
menggunakan mesin perata stamper, dari urugan pasir yang telah
merata pekerjaan selanjutnya adalah membuat lantai kerja yang
berguna menjadi dudukan tulangan,,pekerjaan pembuatan lantai kerja
menggunakan mutu beton K-125.
Pekerjaan selanjutnya yang dilakukan adalah pekerjaan pembesian
tetapi sebelum pemasangan pembesian dilakukan, hal yang perlu
dilakukan terlebih dahulu yaitu membersihkan lantai kerja dari
material yang dapat menganggu dudukan seperti batu kerikil atau pun
air yang tergenang, setelah lantai kerja bersih letakkan plastik
sepanjang lantai kerja untuk menghindari keluarnya air beton pada
saat pengecoran.Setelah hal tersebut dilakukan mekarkan tulangan

yang berada di bore pile,selanjutnya pemasangan tulangan pile cap

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 44


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

yang diberikan beton decking


yang menjadi selimut dan
penyangga,kemudian tulangan
pile cap di ikat bersama dengan
tulangan bore pile dan dan
tulangan pier yang berguna
untuk menjadi pier kolom pada
nantinya,ikatan tulangan-
tulangan tersebut perlu di ikat
dengan kuat sehingga tidak
mudah lepas.

Gambar 52 : Sketsa potongan Gambar 53: Sketsa potongan


memanjang melintang

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 45


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 54 : Sketsa Struktur Pile Cap

2.5. Pekerjaan Bekisting


dan Pengecoran
Pekerjaan Bekisting dilakukan ketika pekerjaan pembesian tulangan
telah dilakukan,kegunaan dari pekerjaan bekisting ini adalah ceteakan
sementara yang menahan beton,bekisting yang digunakan di lokasi
proyek adalah papa kayu yang disambungkan membentuk dimensi
balok sebelum dilakukanya pengecoran.Ketika pekerjaan bekisting
dilakukan selanjutnya adalah pekerjaan pengecoran,pekerjaan
pengecoran ini menggunakan mutu beton fc’ 29 ,campuran beton
dibawa dari pabrik dengan menggunakan 4 truck mixer berkapasitas 7
kubik sebelum dilakukan pengecoran di titik pengecoran di lokasi

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 46


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

proyek terlebih dahulu dilakukan uji Slump Test dengan nilai uji ±16
0
dan suhu 28-35 C,setelah dilakukan uji slump test Truck mixer
diarahkan ke titik pengecoran dan pengecoran dilakukan secara
perlahan agar campuran dapat merata di semua dimensi pile cap.

Gambar 55 : Bekisting Gambar 56 : Uji Slump


Test

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 47


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

Gambar 57 : Pengecoran

Gambar 57 : Pengecoran

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 48


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

BAB V

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Uraian Umum

Dalam sebuah proyek konstruksi pasti mengaharapkan seluruh


pelaksanannya berjalan dengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang menjadi
penghambat atau menjadi permasalahan dalam sebuah proyek konstruksi
khsususnya dalam tanggung jawab pihak MK. Permasalahan yang timbul
dalam sebuah proyek konstruksi untuk pihak MK sangatlah beragam.
Permasalahan tersebut bisa kondisi alam, pelaksanaan teknis, jumlah tenaga,
keterlambatan pekerjaan dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul harus
sesegera mungkin diatasi agar pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar sesuai
rencana. Berikut ini adalah beberapa permasalahan dan pemecahannya yang
terjadi dalam proyek pembangunan Jalan Tol Layang A.P.Pettarani Makassar
yang dilakukan oleh MK sebagai Pengawas :
1. Permasalahan Cuaca
2. Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan
3. Permasalahan Jumlah Tenaga Kerja
4. Permasalahan Keterlambatan Pekerjaan

5.1.1 Permasalahan Cuaca


Cuaca adalah kondisi alam yang tidak dapat diprediksi ketepatannya.
Cuaca yang baik atau buruk dapat terjadi sewaktu-waktu. Akan tetapi dengan
terjadinya cuaca yang buruk saat proses pelaksanaan berlangsung, maka akan
menghambat jalannya pekerjaan. Permasalahan yang terjadi ketika cuaca buruk
terjadi adalah :
1. Proyek pembangunan infrastuktur terpaksa berhenti sementara menunggu
hujan reda, atau tetap melanjutkan pekerjaan dengan memasang tenda.
2. Waktu pembangunan dapat mundur dari jadwal rencana apabila hujan terus
menerus diluar perkiraan sehingga menghambat berjalannya proyek.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 49


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

3. Pengecoran terpaksa dihentikan jika hujan mengguyur deras, maka pihak


kontraktor akan menanggung biaya ready mix yang sudah terkirim ke
proyek.
4. Memungkinkan terjadinya banjir pada lokasi proyek jika hujan dalam
intensitas tinggi, sehingga menghambat berjalannya proyek.

Solusi Gambar 58 : Air yang tergenang akibat cuaca

Penyelesaian Masalah :
Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang cuaca
buruk maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi
kepada pihak MK atau Owner untuk mengajukan perubahan rencana pekerjaan.
Dimana nanti ketika cuaca sudah membaik akan dilakukan penambahan pekerja
dan pekerjaan atau lembur. Agar rencana pekerjaan dapat kembali berjalan dengan
baik dan ketertinggalan pekerjaan dapat kembali dikejar sesuai rencana.

5.1.2 Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan


Pelaksanaan teknis adalah pekerjaan yang dilaksanakan atau dilakukan
sesuai teknis yang sudah ada. Pelaksanaan dari setiap pekerjaan menggunakan
metode kerja yang berbeda-beda. Dalam setiap proyek pembangunan tidak semua
pekerjaan dilaksanakan sesuai teknis atau metode yang ada (kesalahan).
Terkadang ada hal-hal dilapangan yang membuat itu terjadi. Biasanya kesalahan

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 50


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

tersebut bisa terjadi secara disengaja ataupun tidak disengaja. Dan apabila terjadi
kesalahan dalam pekerjaan maka akan hasil yang ada akan tidak memuaskan.
Salah satu contohnya adalah Pemindahan Pipa PDAM dan Kabel Optik PT
Telkom yang menghambat pelaksanaan dan harus dipindahkan menjauhi titik
konstruksi.
Solusi Penyelesaian Masalah :
Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
kesalahan teknis dalam pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak
kontraktor meminta toleransi kepada pihak Owner untuk mengajukan perbaikan
dan pemindahan, agar pihak kontraktor sebisa mungkin langsung memperbaiki,
sehingga hasil yang sudah diperbaiki sebisa mungkin dilaksanakan sesuai dengan
hasil perencanaan

5.1.3 Permasalahan Jumlah Tenaga Kerja


Pekerja adalah seseorang yang ikut andil dalam pembangunan sebuah
proyek. Tanpa adanya pekerja maka sebuah proyek pembangunan tidak dapat
berjalan. Akan tetapi dalam setiap proyek pembangunan tidak selalu sesuai
rencana, terkadang ada hal-hal yang dapat menghambat dalam proses
pelaksanaan pekerjaan. Seperti halnya yang lain,terkadang permasalahan
dalam hal jumlah tenaga kerja juga dapat menjadi hambatan dalam pekerjaan.
Apabila tidak ada pekerja yang bekerja maka proyek pembangunan akan
terhenti. Biasanya permasalahan yang dihadapi adalah berkurangnya jumlah
pekerja atau para pekerja sedang pulang ke tempat asal untuk urusan lain. Hal
ini juga akan berdampak terhadap waktu pekerjaan.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
jumlah tenaga kerja maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor
mencari tambahan pekerja apabila kekurangan pekerja dan mecari pengganti
sementara apabila banyak pekerja yang pulang ke tempat asal untuk sementara
waktu.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 51


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

5.1.4 Permasalahan Keterlambatan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu akan menghasilkan proyek
konstruksi yang baik pula. Dalam setiap proyek konstruksi pasti ada permasalahan
yang dihadapi. Salah satunya adalah permasalahan keterlambatan dalam pekerjaan
konstruksi. Keterlambatan pekerjaan ini bisa dipicu oleh beberapa faktor, antara
lain :
a. Cuaca yang buruk
b. Kurangnya jumlah tenaga kerja
c. Keterlambatan pengiriman bahan material
d. Rusaknya peralatan pekerjaan
Bila permasalahan keterlambatan pekerjaan terjadi maka akan berpengaruh
terhadap waktu dan biaya yang dibutuhkan
Solusi Penyelesaian Masalah :
Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang
keterlambatan pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor
mencari tambahan pekerja apabila kekurangan pekerja dan mecari alternatif
supliyer lain untuk bahan material dan menambah jumlah jam kerja (lembur) agar
keterlambatan pekerjaan dapat dikejar. Akan tetapi semua itu harus atas seijin dari
pihak MK atau pengawas, karena pihak MK adalah yang berwenang terhadap
pelaksanaan pekerjaan pada proyek setelah owner.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Proyek pembangunan Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 dibuat


untuk memberikan referensi akses lalu-lintas yang nyaman mudah di
akses, serta memenuhi standart dari kebutuhan masyarakat.
2. Proyek pembangunan Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 sedikit

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 52


Laporan Kerja Praktek “ Proyek Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3 Makassar “

terlambat karena beberapa faktor yang dapat ditoleransi dan masih


dapat dikejar pelaksanaannya.
3. Proyek pembangunan Jalan Tol Layang A.P. Pettarani Seksi 3
melakukan pengecekan setiap hari yang dilakukan oleh pihak
Manajemen Konstruksi untuk mengontrol kemajuan proyek.
4. Dalam pembangunan suatu proyek diperlukan keahlian dari tim
menejemen konstruksi untuk dapat mengendalikan mutu, waktu dan
biaya agar dapat mencapai target yang owner inginkan.
5. Diperhatikannya setiap tahap berjalannya proyek dari pihak MK
(pengawas) sehingga mengurangi kesalahan proyek yang tidak sesuai
rencana.
6. Pemberi tugas adalah PT. Bosowa Marga Nusantara ; MK dan
konsultan Pengawas adalah PT. NIPPON KOEI, INDOKOEI ;
kontraktor pelaksana sekaligus penyedia jasa adalah PT. Wijaya Karya
Beton, Tbk yang telah bekerja sama dengan Konsultan Perencana yaitu
PT. Cipta Graha Abadi beserta Sub Kontraktor yang telah di
percayakan oleh penyedia jasa.

6.2 Saran
1. Apabila terjadi keterlambatan pekerjaan maka pihak pelaksana harus
melakukan crash program untuk mengejar keterlambatan.
2. Sebaiknya pihak pengawas (MK) lebih tegas lagi dalam hal
pengawasan, monitoring, penilaian dan evaluasi pekerjaan agar hasil
dari pekerjaan nantinya sesuai dengan rencana.

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar 53

Anda mungkin juga menyukai