Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu dari sekian
banyak penyakit daerah tropis yang diakibatkan oleh virus yang banyak
terjadi di Indonesia. Kasus ini meningkat terutama dalam musim
pancaroba, tetapi dengan berjalannya waktu terjadi perbedaan dalam
tingkat kejadian demam berdarah dengue dimana kasus dapat dijumpai
hampir setiap saat tidak mengenal musim. Virus dengue ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegepty yang dapat menyerang manusia baik
dewasa maupun anak-anak.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di
permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan
program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah
kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata
(incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut
jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan
kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup
sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,
menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk
memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurmal. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan
timbul kembali.
Pada pasien anak, perawat memiliki peran yang sangat vital dalam
perawatan pasien yang menderita DBD, karena anak merupakan masa
yang paling erntan dalam masa pertumbuhan. Usia secara jelas
mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang
dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh
beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak
sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The
Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai
orang yang berusia di bawah 18 tahun. (Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dua proses penting dalam kehidupan seorang anak secara kontinu,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Proses ini berlangsung secara
interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain, tidak bisa
dipisahkan akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas
penggunaannya. Dalam proses tumbuh dan berkembang seorang anak
memerlukan aktifitas yang dapat membantunya secara optimal
memaksimalkan kemampuan yang ada melalui proses bermain, oleh
karena itu proses hospitalisasi anak misalnya akibat DBD pun perlu
diberikan therapy bermain untuk membantu proses penyembuhan dan juga
tetap memfasilitasi proses tumbuh dan berkembang seorang anak yang tak
dapat dicegah dengan alasan sakit. Berdasarkan hal tersebut maka penulis
membuat “Asuhan Keperawatan Anak Usia Toddler Dengan DHF”
dengan memperhatikan aspek tumbuh kembang dan therapy bermain
selama proses hospitalisasi.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF

2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat menjelaskan penyakit DHF dan
penatalaksanaannya.
b) Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
c) Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep tumbuh
kembang anak usia toddler dan dampak hospitalisasi pada anak
d) Mahasiswa dapat memahami dalam melakukan asuhan
keperawatan DHF
BAB II

KONSEP TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
DHF adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue, terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-
ciri : demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan
dan bertendensi menimbulkan syok (DSS) dan kematian.
Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, yang
membawa virus dengue (anthropad borne viruses) atau disebut
arbovirus (Wijayaningsih, 2013).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut
dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian
(Arief Mansjoer, 2000).
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh arbovirus (Arthropadborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan
Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
dapat disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat
menyebabkan kematian.

2. Anatomi Fisiologi
Penyakit demam berdarah berubungan dengan system
hematologi yang terdiri dari pembuluh darah dan komponen
darah.
1. Sistem Pembuluh Darah.

Dikenal dua sistem sirkulasi, dimana pembuluh


darah memegang peranan utama yaitu: sistem sirkulasi
sistemik dan sistem sirkulasi paru – paru ( Guyton, 2000 ).
Dalam setiap sistem, masing – masing dikelompokkan
menjadi 3 sistem yaitu : arterial, sistem kapiler dan sistem
venosa.
Aorta adalah pembuluh darah besar bagian dari
sistem sirkulasi sistemik, yang keluar dari jantung dan
berfungsi untuk membawa darah jantung yang penuh berisi
oksigen kepembuluh arteri. Dari pembuluh aorta yang besar
kemudian bercabang menjadi beberapa pembuluh darah
arteri yang ukurannya lebih kecil dan membawa darah dari
percabangan aorta keseluruh tubuh, kecuali arteri paru –
paru yang berfungsi sebaliknya ( Guyton, 2000 ; High beam
encyclopedia, 2008 ; Farlex, 2008 ).
Ditarget organ, pembuluh artei bercabang – cabang
dan berakhir menjadi pembuluh darah yang lebih kecil yang
disebut arteriol. Arteriol bekerja sebagai katub pengatur
dimana darah dilepaskan ke dalam kapiler. Kapiler adalah
pembuluh darah terkecil yang berfungsi untuk menukar
cairan dan bahan gizi di antara pembuluh darah dan ruang
interstitial ( Guyton, 2000 ). Venula mengumpulkan darah
dari kapiler – kapiler. Secara berangsur – angsur mereka
bergabung menjadi vena – vena yang makin lama makin
besar. Vena adalah pembuluh darah yang berfungsi sebagai
penyalur yang membawa darah dari jaringan kembali
kejantung ( Guyton, 2000 ).
2. Struktur Dinding Pembuluh Darah
Dinding pembuluh darah terdiri dari 3 ( tiga )
lapisan , yaitu :
 Lapisan terdalam yang disebut dengan tunika intima.
Tunika intima terdiri dari selapis sel endotel yang
bersentuhan langsung dengan darah yang mengalir
dalam lumen, dan selapis jaringan elastin yang berpori –
pori yang disebut memban basalis. Lapisan terdalam dari
tunika intima, terdiri dari selapis sel yang disebut sel
endotel. Sel ini berbentuk pipih, poligonal dengan
ukuran sekitar 10 x 50 um dan tebalnya 1 – 3 um,
dengan sumbu panjang sel sejajar dengan aliran darah
( Baraas F, 2006 ). Sel ini berada disemua struktur
pembuluh darah mulai dari jantung sampai dengan
kalpiler dan berhubungan langsung dengan aliran darah (
guyton, 2000, Bruce A, et all , 2002, Baraas F, 2006 ).
Lapisan endotel berfungsi untuk mengatur
aliran tekanan darah yang dipompa oleh jantung menuju
k seluruh tubuh, begitu juga sebaliknya ( Baraas F , 2006
), memiliki kemampuan yang luar biasa dalam
mengadaptasi dirinya, baik secara jumlah maupun
kemampuan mengatur untuk tujuan memenuhi
kebutuhan lokal ( Bruce A, t al, 2002 ). Disamping itu sel
ini , bilamana rusak akan mudah diganti oleh adanya
Vacular Endothelial Growth Factor ( VEGF ), hanya saja
diperlukan waktu untuk proses regenerasi tersebut
( Reidy etal, 1986 )
 Lapisan tengah yang disebut dengan tunika media.
Tunika media terdiri dari sel – sel otot polos, jaringan
elastin, proteoglikan, glikoprotein dan jaringan kolagen.
Dalam keadaan biasa, jumlah jaringan elastin yang
membentuk tunika media aorta dan pembuluh darah
besar lainnya, lebih menonjol dibandingkan dengan otot
polosnya. Sebaliknya di pembuluh darah arteri lebih
banyak dijumpai sel otot polos yang membentuk tunika
medianya. Perbedaan sel dalam tunika media menjadi
tidak jelas ( tidak bisa dibedakan ) bila memasuki
arteriol, bahkan tampaknya, dapat dikatakan bahwa di
dalam arteriol jaringan ikat dari tunika adventisia
menjadi dominan (Guyton, 2000 ; Baraas F , 2006 ).
 Lapisan terluar yang disebut sebagai tunika adventisia.
Elastin yang bersifat hydrofobik berperan dalam
mempertahankan elastisitas dinding pembuluh darah,
sedangkan jaringan kolagen berperan dalam
mempertahankan struktur dan bentuk pembuluh darah.
Jaringan kolagen pada tunika media yang terdiri dari tiga
tipe yaitu : tipe I dan tipe II mengandung sel – sel fibril
dengan diameter 20 – 90 nm, dan tipe III bersifat lebih
elastik. Jaringan ikat kolagen yang ada dalam tunika
intima adalah jaringan kolagen tipe IV, sedangkan yang
tipe V ada di membran basal. Tunika advesntisia yang
merupakan lapisan terluar bertindak sebagai pelindung
dan terdiri dari banyak jaringan ikat, saraf otonom,
pembuluh linfe dan vasa vasorum ( guyton, 2000 ;
Baraas F , 2006 ).

Gambar Arteri dan Vena

3. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan
kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting:
1) Arteri koronaria : Arteri koronaria adalah arteri
yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula : Arteri subklafikula adalah
bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher
dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis : Arteri brachialis adalah arteri
yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis : Arteri radialis adalah arteri yang
teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis : Arteri karotis adalah arteri yang
mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis : Arteri temporalis adalah arteri
yang teraba denyutnya di depan telinga
7) Arteri facialis : Teraba facialis adalah arteri yang
denyutan disudut kanan bawah
8) Arteri femoralis : Arteri femorais adalah arteri yang
berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke
belakang lutut 8
9) Arteri Tibia : Arteri tibia adalah arteri yang terdapat
pada kaki
10 Arteri Pulmonalis : Arteri pulmonalis adalah arteri
yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang
teraba dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak
tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler
membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler
selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi
darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting:
1) Vena Cava Superior : Vena balik yang memasuki
atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior : Vena yang mengembalikan
darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh
bagian bawah.
3) Vena jugularis : Vena yang mengembalikan darah
kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis : Vena yang mengembalikan darah
kotor ke jantung dari paru-paru.
d. Darah
1) Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua
bagian : bagian cair yang disebut plasma dan
bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P,
2002).
2) Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat
didalam pembuluh darah yang berwarna merah
(Syaifudin, 1997). Darah adalah suatu cairan kental
yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).
3) Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa
terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau
kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada
tiap orang tidak sama tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah
lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat
jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur 380C dan PH
7.37 – 1.45
Fungsi darah secara umum terdiri dari:
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru
untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk
diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan/alat
tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit
dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit
penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh
dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti
racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis)
terdapat tiga tempat, yaitu: sumsum tulang, hepar dan
limpa.
e. Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis
adalah:
1) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang
tidak teratur bentuknya dan saling berhubungan,
sehingga tulang belakang mampu melaksanakan
fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh.
Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap
vertebrae mempunyai korpus (badan ruas tulang
belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan
menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di
belakang disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral)
yang dilewati medulla spinalis, yang membawa
serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada arkus
terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan
dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang
belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
2) Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai
pelekat tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri
dari manubrium sterni, corpus sterni, dan processus
xipoideus.
3) Costa (Tulang Iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio
sterno, 3 pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang
costa fluktuantes. Costa dibagian posterior tubuh
melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior
melekat pada tulang sternum, baik secara langsung
maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali
tidak melekat.
f. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa
kelenjar pada tubuh manusia. Organ ini terletak di
bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma,
kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan
ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu
membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus
hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus
membentuk ductus coledakus.

g. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa
terbentuk setengah bulan berwarna kemerahan, limpa
adalah organ berkapsula dengan berat normal 100 – 150
gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed
dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah.
Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah merah
yang rusak. 12

3. ETIOLOGI
Virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti
masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Adapun ciri-
ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam,
2008) adalah :
1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam
kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan
sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

4. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti
masuk ke tubuh manusia, infeksi yang pertama kali dapat
memberikan gejala sebagai demam dengue. Jika orang tersebut
dapat infeksi berulang oleh infeksi virus dengue yang berlainan
maka akan menimbulkan reaksi yang berbeda terutama
konsistensi retikoloindotel dan kulit secara hemogen, tubuh
akan membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah
sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat
dilepaskannya anapilaktoksin sehingga permebabilitas dinding
pembuluh darah meningkat dan terjadi agregasi trombosit.
Trombosit melepaskan vaso aktif yang bersifat meningkatkan
permebealitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor
hagemen dan menyebabkan pembekuan intraveskuler dan
meningkatkan permebilitas dinding pembuluh darah. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik, renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa
terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.

5. TANDA DAN GEJALA


Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari
dengan gejala:
a. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala
tidak spesifik seperti anoreksia dan malaise
b. Mual muntah, tidak ada nafsu makan, diare
c. Nyeri otot, tulang dan sendi
d. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
e. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,
tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari
dua detik, nadi cepat dan lemah).
f. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

6. DERAJAT PENYAKIT DHF


a. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan satu-
satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet positif
b. Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan
di kulit atau perdarahan lain
c. Derajat III : didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lemah, nadi menurun, hipotensi, sianosis sekitar
mulut, kulit dingin atau lembab, pasien tampak gelisah.
d. Derajat IV : syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak terukur.

7. TES DIAGNOSTIK YANG MENUNJANG


Pemeriksaan darah:
a. Demam dengue terdapat leukopenia pada hari kedua atau
hari ketiga
b. Demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi
c. Pemeriksaan kimia darah didapatkan hipoproteinemia,
hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan pH darah
meningkat.

Pemeriksaan urin ditemukan albuminuria ringan

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Isrirahat yang teratur
b. Diet makan lunak (minum banyak 2-2,5 liter/24 jam) dapat
berupa susu, teh manis, sirup)
c. Memberikan cairan intravena (RL dan Nacl)
d. Monitor TTV (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan)
tiap 3 jam
e. Periksa trombosit setiap hari

9. PENCEGAHAN
a. Pengasapan
Yang bertujuan untuk membunuh nyamuk aedes dewasa
untuk mencegah penyebaran demam berdarah.
b. Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan
mengendalikan vector nyamuk antara lain menguras bak
mandi/ penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu, menutup tempat penampungan air dengan rapat,
mengubur kaleng-kaleng bekas dan ban-ban bekas disekitar
rumah.

10. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever
menurut
(Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
perdarahan dan kemungkinan dapat disebabkan oleh
thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
dapat terjadi syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang
berlebihan dengan tanda pasien akan mengalami distress
pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Anamnesis
Identitas: anak dan orangtua
b. Keluhan utama yaitu panas atau demam
c. Riwayat penyakit sekarang ditemukan adanya keluhan
mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran
compos mentis, lemah, kadang disertai batuk pilek, nyeri
telan, mual, nyeri otot, perdarahan pada kult
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita, dikaji penyakit
yang pernah diderita klien dan pernah mengalami serangan
ulang DHF.
e. Riwayat imunisasi: jika mempunyai kekebalan yang baik
maka tidak terjadinya komplikasi
f. Riwayat gizi: mual muntah, nafsu makan menurun
g. Kondisi lingkungan: terjadi di daerah yang padat
penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang dan gantungan baju dikamar).
h. Pola ADL (Activiy Daily Life)
1) Nutrisi : mual, muntah, anoreksia, sakit saat
menelan
2) Aktivitas: nyeri pada anggota badan, punggung dan
sendi
3) Istirahat-tidur :terganggu karena panas, sakit kepala
dan nyeri
4) Eliminasi: diare, polyuria, anuria
5) Personal hygiene: meningkatnya ketergantungan
kebutuhan perawatan diri.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum:berdasarkan tingkatan derajat:
a) Derajat I: kesdaran compos mentis, keadaan
umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah
b) Derajat II: kesadaran compos mentis, keadaan
umum lemah, ada perdarahan spontan petekia,
perdarahan gusi dan telinga, nadi lemah dan
tidak teratur
c) Derajat III: keadaan umum lemah, kesdaran
apatis, somnolen, nadi lemah, kecil dan tidak
teratur, tensi menurun.
d) Derajat IV: kesadaran koma, nadi tidak teraba,
tensi tidak teratur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak
sianosis.
2) Kepala-leher
a) Wajah: kemerahan pada muka, pembengkakan
sekitar mata, lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola
mata nyeri
b) Mulut:mukosa kering, perdarahan di gusi, lidah
kotor, sianosis
c) Hidung: epitaksis
d) Tenggorokan: hyperemia
e) Leher: terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut
atas rahang daerah servikal posterior
3) Dada
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal
4) Abdomen: palpasi terjadi pembesaran hati dan limfe.
5) Anus dan genetalia: diare, melena, konstipasi
6) Ekstremitas atas dan bawah: petekie, ekimosis dikedua
ekstremitas, dingin, berkeringat dan sianosis pada jari
tangan dan jari kaki.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan pembuluh
kapiler
b. Resiko Tinggi perdarahan b.d trombositopenia
c. Nyeri b.d distensi abdomen
d. Hipertermi b.d infeksi virus dengue
e. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
distensi abdomen.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam perawatan diharapkan klien
tidak penurunan turgor kulit, membran mukosa lembab,
TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Pantau dan catat TTV
R/ mengindikasikan kekurangan volume cairan atau
ketidakseimbangan elektrolit
2) Ukur asupan dan haluaran
R/ mengetahui keberhasilan tindakan
3) Timbang berat badan
R/ Mengetahui status cairan
4) Berikan cairan parenteral sesuai anjuran dokter
R/ mengembalikan kehilangan cairan
5) Periksa membran mukosa dan turgor kulit
R/ mengetahui tanda-tanda dehidrasi
b. Resiko tinggi proses perdarahan b,d trombositopenia.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam perawatan diharapkan klien
tidak merasa lemas, peningkatan trombosit sampai pada
batas normal.
Intervensi:
1. Observasi tanda penurunan trombosit yang disertai
gejala klinis
R/ penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran
pada pembuluh darah
2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
R/ aktivitas pasien dapat tidak terkontrol dapat
menyebabkan perdarahan
3. Beri penjelasan untuk segera memberitahukan jika ada
tanda perdarahan lebih lanjut.
R/ membantu pasien untuk mendapat penanganan sedini
mungkin.
c. Nyeri b.d distensi abdomen
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam perawatan diharapkan klien
tidak mengalami nyeri pada abdomen kiri atas, tidak
tampak meringis, skala nyeri 0-1
Intervensi:
1) Observasi keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas
R/ membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen
nyeri
2) Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
R/ mengurangi dan mengatasi nyeri
3) Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
R/ posisi yang nyaman dapat membuat pasien tidak
fokus pada nyeri
4) Bantu pasien untuk lebih fokus kepada aktivitas
daripada nyeri misalnya menonton televisi atau
membaca buku
R/ Membantu pasien melupakan rasa nyeri yang
dialami.
d. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam perawatan diharapkan klien


menunjukkan peningkatan nafsu makan dan
mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :

1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.


R/ Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering


mungkin, bantu kebersihan mulut.
R/ Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan
pasien dan dapat menurunkan mual

3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam


sebelum makan.
R/ Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini

4) Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi


abdomen.
R/ Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi
berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan
udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada
saluran gastro intestinal
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan
kering atau makanan yang menarik untuk pasien.
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.


R/ Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya
responterhadap terapi

e. Hipertermi b.d infeksi virus dengue


Tujuan: dalam waktu 3x24 jam perawatan diharapkan TTV
dalam batas normal
Intervensi:
1) Beri kompres dingin
R/ menurunkan panas
2) Anjurkan untuk banyak minum air
R/ agar tidak kehilangan cairan/ dehidrasi
3) Observasi TTV
R/ mengetahui keberhasilan tindakan
4) Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan
menyerap keringat
R/ menurunkan panas.
5) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R/ menurunkan panas dan mengetahui pemberian terapi
selanjutnya

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan


tindakan keperawatan yang telah diltetapkan/ dibuat.

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan dilakukan dengan tidak teratasi,


teratasi sebagian atau telah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.


Taylor, C. M dan Sheila, S. R. 2010. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana
Asuhan. Jakarta: EGC.
Wijayaningsih, K. S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Buku
Kesehatan.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan DHF”. Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka
menyelesaikan tugas Praktek Keperawatan Klinik (PKK) di bagian
anak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kebaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca sebelumnya.

Bandung, Mei 2015

Penulis

Anda mungkin juga menyukai