Anda di halaman 1dari 5

ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
1. IRASYAHFITRI
2. LISA INDAH LESTARI
3. NIVA NEVIZAH HASIBUAN
4. NURAINA

PROGRAM STUDI APOTEKER


INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
T.A 2018-2019
JUAL OBAT KERAS ILEGAL, 8 PEDAGANG DI BEKASI
DIAMANKAN POLISI

KASUS
BEKASI, KOMPAS. Com- Polres Metro Bekasi Kota mengamankan delapan
penjual obat-obatan keras daftar G tanpa izin edar atau ilegal. Kedelapan
tersangka diamankan di enam toko obat berbeda di wilayah Pondok Gede,
Bekasi Selatan, Mustikajaya, Bekasi Timur dengan barang bukti sebanyak
16.900 obat jenis Eximer, Tramadol dan Trihexphenidyl.
"Para pelaku diamankan Satres Narkoba Polres Metro Bekasi Kota
kemarin, di enam lokasi yang berbeda," kata Wakapolrestro Bekasi Kota,
AKBP Eka Mulyana, di Bekasi, Selasa (27/8/2019), seperti dikutip Antara.
Kedelapan tersangka itu adalah Syahrullah bin Hamsyem (22), Irwan
bin Usman Abdin (24), Hibral Malasyi (27), Mulyadi alias Mul (29), Ramli
Alamsyah (22), Rasyidin alias Landin (26), Adlil Ikhwana (30), dan Ali Mahari
(21).
Semua tersangka berasal dari Aceh Utara dan sudah berjualan obat-obat
keras sejak beberapa bulan terakhir di wilayah Kota Bekasi. Mereka merupakan
penjaga toko obat dan kosmetik. Saat ini petugas masih memburu enam pemilik
toko yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO).
Pengungkapan para tersangka bermula saat adanya informasi
masyarakat di wilayah Kota Bekasi yang menyebut marak beredar obat-obatan
keras yang masuk daftar G. "Lalu kita melakukan penggeledahan di enam toko
obat dan menemukan obat-obatan keras tersebut," ucapnya.
Dari tangan para tersangka polisi menyita obat-obatan jenis Eximer
sebanyak 8.220 butir, Tramadol sebanyak 8.083 butir, Trihexphenidyl sebanyak
649 butir, serta uang tunai Rp12,9 juta hasil penjualan obat-obatan.
"Penjualan ini ilegal karena tidak boleh sembarangan menjual obat-obatan ini,
harus dengan resep dokter," tuturnya. Untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya, para pelaku dijerat Pasal 196 Juncto Pasal 98 ayat (2) dan ayat
(3) Juncto Pasal 197 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan
ancaman 10 hingga 15 tahun penjara dan denda paling banyak Rp1 miliar.(KR-
PRA).

DASAR HUKUM YANG DILANGGAR


Pasal 98
Ayat (2) setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat
dan bahan obat yang berkhasiat obat.

Ayat (3) ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi,


pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu
pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pasal 196
Pasal 196 menentukan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memproduksi
atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memenuhi standard dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan,
dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan :
Pasal 197 : Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 1,5 milliar.

DISKUSI KASUS
Pemerintah juga telah menetapkan bahwa obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika, dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan surat
izin edar. Dimana dapat kita lihat pada pasal 106 ayat (1) jo. Pasal 1 ayat (4)
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Sehingga , apabila seseorang
tersebut mengedarkan obat tanpa izin edar, seseorang tersebut melanggar pasal
197 UU 36/2009 yang menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau menegdarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000,00 ( satu miliar lima ratus juta rupiah.

1. Sebagai seorang apoteker tindakan yang harus kami lakukan adalah menyita
obat Eximer, Tramadol dan Trihexphenidyl yang terdapat di toko obat
tersebut, produk tersebut dan seharusnya tidak boleh sembarangan beredar
dikalangan masyarakat karena pembeliannya, harus dengan resep dokter.

2. Eximer adalah obat antipsikotik fenitizin yang digunakan untuk mengatasi


gangguan psikosis, suatu kondisi mental dimana penderitanya mengalami
sejumlah gejala seperti halusinasi, delusi, agitasi, dan perilaku tidak biasa
lainnya.

3. Tramadol adalah untuk membantu menguranggi rasa sakit yang sedang


hingga cukup parah. Obat tramadol adalah obat yang mirip dengan analgesic
narkotika. Ia bekerja diotak untuk menggubah bagaimana tubuh kita
merasakan dan merespon rasa sakit.
4. Trihexyphenidryl digunakan untuk mengobati gejala penyakit Parkinson serta
efek samping dari penggunaan obat-obatan psikiatri tertentu. Misalnya
antipsikotik seperto chlorpromazined atau haloperidol. Trihexyphenidryl
termasuk dalam golongan antikolinergik. Obat ini mengurangi kekakuan otot,
keringat, produksi air liur, dan membantu meningkatkan kemampuan berjalan
penderita Parkinson.

DOKUMENTASI DALAM DISKUSI

NIVA NEVIZAH HASIBUAN

LISA INDAH LESTARI

NURAINA

IRASYAHFITRI

LISA INDAH LESTARI NIVA NEVIZAH HASIBUAN

NURAINA

IRASYAHFITRI

Anda mungkin juga menyukai