Anda di halaman 1dari 21

6 LANDASAN BK

1. Landasan Filosofis, segenap aspek pelayanan konseling dilandaskan pada pemahaman akan hakikat manusia serta tujuan &
Tugas-tugas kehidupan

2. Landasan religius, segenap aspek pelayanan konseling secara kental mengacu kepada terwujudnya HMM yang seluruhnya
bersesuaian dengan kaidah-kaidah agama.

3. Landasan psikologis, konselor dipersyaratkan memahami dan menerapkan berbagai kaidah psikologi (Berbicara tentang
kondisi dan karakteristik individu, perkembangan, permasalahan, kemandirian, KES dan KES-T dengan berbagai
kontekstualnya), meskipun ia tidak perlu menjadi psikolog, karena keduanya (konselor dan psikolog) berada pada bidang
profesi yang berbeda. Konselor bukan psikolog, dan psikolog bukan konselor.

4. Landasan Pedagogis, konselor adalah pendidik, Konseling adalah pendidikan. Oleh karenanya segenap kaidah pokok
pendidikan harus dikuasai dan terapkan oleh konselor dalam pelayanan konseling.

5. Landasan Sosio-kultural (sosial budaya), adalah kenyataan bahwa individu, dalam hal ini subjek yang dilayani merupakan
bagian integral dari lingkungannya, terutama lingkungan sosio-kultural. Oleh karenanya, pelayanan terhadap subjek dalam
konseling haruslah secara cermat memperhitungkan aspek-aspek sosio-kultural yang secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi kehidupannya. KES dan KES-T subjek yang dilayani terkait secara kental dengan lingkungan sosio-kulturalnya
itu. Secara lebih mendalam akan dipelajari di mata kuliah Konseling Lintas Budaya.

6. Landasan Keilmuan –Teknologis

6. Pelayanan konseling bukanlah pelayanan seadanya; bukan pula pelayanan yang bisa dilaksanakan oleh siapa saja; melainkan
pelayanan profesional dengan ciri-ciri keilmuan dan teknologis sebagaimana diuraikan terdahulu. Dasar keilmuan dan teknologi
terwujud dalam kompetensi konselor sebagai pelaksana pelayanan profesional konseling.

1. LANDASAN FILOSOFIS : Pelayanan BK  BIJAKSANA


HAKIKAT MANUSIA
• Mns adlh makhluk  mengabdi untuk kebahagiaan mns di dunia & akhirat
• Mns sbg makhluk yg tertinggi dan termulia derajatnya  berakal, mampu berpikir rasional, punya kemampuan untuk
mengarahkan dirinya, berdaulat.
• Mns memiliki dimensi kemanusiaan yang bisa dikembangkan agar kehidupannya selaras, serasi, seimbang sehingga menjadi
manusia seutuhnya.
TUJUAN DAN TUGAS KEHIDUPAN
1. SPIRITUALITAS : Kemampuan mns memberikan arti kehidupannya.
2. PENGATURAN DIRI : mns mampu mengarahkan diri, mengendalikan diri, mengelola diri  upaya peningkatan diri
3. BEKERJA : memberikan keuntungan ekonomis dan psikologis ( Rasa PD, Pengendalian diri, Perwujudan diri, perasaan berguna)
4. PERSAHABATAN : mns sbg makhluk sosial  persahabatan memberikan dukungan emosional, dukungan keberadaan, dan
dukungan informasi
5. CINTA : menimbulkan kebahagiaan  dengan berkeluarga (adanya suami-istri-anak)

LINGKUNGAN TUGAS KEHIDUPAN MANUSIA

2. LANDASAN RELIGIUS
MNS SBG MAKHLUK TUHAN
Beriman dan Bertakwa, Hubungan horizontal sesama manusia (habluminannas) & Hubungan vertical mns dg Tuhan
(habluminallah) dengan mewujudkan keimanan dan ketakwaannya
SIKAP KEBERAGAMAAN
• Tidak merendahkan dan mengabaikan agama dalam kehidupan
• Menghayati kaidah-kaidah agama
• Meresapi dan mengamalkan kaidah-kaidah agama
• Memaknai agama sebagai petunjuk, pembimbing mns dalam bertingkahlaku
PERANAN AGAMA
Penting, diperlukan dalam kehidupan, unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dalam pelayanan konseling

3. LANDASAN RELIGIUS
IMPLIKASI BAGI KONSELOR:
 KONSELOR HENDAKNYA ORANG YANG BERAGAMA, BERIMAN DAN BERTAKWA.
 KONSELOR SEDAPAT-DAPATNYA BISA MENTRANSFER KAIDAH-KAIDAH AGAMA YANG RELEVAN DENGAN PERMASALAHAN
KLIEN.
 KONSELOR MENGHORMATI DAN MENGHARGAI AGAMA KLIEN
4. LANDASAN PSIKOLOGIS : (dalam BK, memberikan pemahaman ttg TL individu/klien)
MOTIF DAN MOTIVASI  Motif = Motor penggerak, Motivasi = kuat lemahnya motif yang sedang aktif, semua perbuatan
hendaklah diniati untuk ibadah.
PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN  Pembawaan = apa yang dibawa sejak lahir, tumbuh dan berkembang dg dipengaruhi
faktor lingkungannya, konselor perlu memandang apa2 yg terdapat di dlm pembawaan sbg aset/modal yg hrs
ditumbuhkembangkan secara maksimal, perlu pengkondisian lingkungan.
PERKEMBANGAN INDIVIDU  individu berkembang, secara bertahap dan berkesinambungan, disebut sbg tahap
perkembangan  individu memiliki tugas perkembangan.
BELAJAR, BALIKAN, DAN PENGUAT (REINFORCEMENT)  menguasai sesuatu yg baru, dalam kondisi ttt, memerlukan
sejumlah sarana (suasana hati/hub.sosio-emosional), dapat diketahui dan diukur (feedback/umpan balik), secara
berkesinambungan, memerlukan reinforcement/penguatan konselor perlu menguasai teori-teori belajar: conditioning,
gestalt, perk. kognisi., dsb.
KEPRIBADIAN  individu unik, berbeda satu dg lainnya, namun ada ciri kepribadian (kecenderungan) seperti: kepribadian
berdasar pd bentuk tubuh, cairan dlm tubuh, plegmatis-koleris-sanguine-melankolis, dsb.  namun konselor tidak boleh
terlalu terpaku pada hal ini, melainkan mengoptimalkan perkembangan dan pendayagunaan ciri kepribadian ke arah yg
positif sesuai dg tingkat perkembangan dan kebutuhannya.
5. LANDASAN SOSIAL BUDAYA

6. INDIVIDU SEBAGAI PRODUK LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA --> suku jawa, sunda, batak, minang, Bugis, Bali, Melayu, dsb.

7. BIMBINGAN DAN KONSELING ANTAR BUDAYA  KONSELING LINTAS BUDAYA  karena inti proses pelayanan BK adalah
komunikasi antara klien dan konselor, maka proses pelayanan BK yang bersifat antar budaya (antara klien dengan konselor
berasal dari latar belakang budaya yang berbeda). Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan
pola bahasa dapat menimbulkan masalah dalam proses konseling.

6. LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS


1. KEILMUAN BIMBINGAN DAN KONSELING  BK sbg ilmu, dengan ciri ilmu :
• Memiliki Objek kajiannya sendiri  upaya pemberian bantuan kepada individu yang normal agar berkembang optimal, tercapai
KES.
• Ada metode dalam menggali pengetahuan: melalui pengamatan, wawancara, analisis dokumen, dsb (Tes dan non-tes)
• Sistematis  terstruktur, menggunakan urutan tahapan yang logis.

1. PERAN ILMU LAIN DAN TEKNOLOGI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING  BK sebagai ilmu yang multireferensial (rujukan dari
berbagai ilmu lain)  ilmu psikologi,agama, filsafat, sosiologi, statistik, biologi, dsb.
2. PENGEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING MELALUI PENDIDIKAN  BK bersifat dinamis dan berkembang, seiring dengan
perkembangan ilmu lain dan perkembangan budaya manusia  hal ini melatarbelakangi perlunya pengembangan teori-teori
dan pendekatan BK.
7. LANDASAN PEDAGOGIS
Definisi Pendidikan dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1 Tentang SPN:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”
Definisi Pendidik dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 6 Tentang SPN:
“Pendidik adalah Tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, Konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lainyang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.”
1. PENDIDIKAN SBG UPAYA PENGEMBANGAN INDIVIDU : BIMBINGAN MERUPAKAN BENTUK UPAYA PENDIDIKAN  dalam BK ada
proses mendidik, konselor adalah pendidik, Konseling adalah pendidikan: merupakan usaha sadar, menyiapkan peserta didik,
untuk peranannya di masa depan (diwujudkan melalui tujuan-tujuan BK)
2. PENDIDIKAN SBG INTI PROSES BIMBINGAN KONSELING  dalam proses BK , klien menjalani proses belajar, dan setiap kegiatan
BK bersifat normatif.
3. PENDIDIKAN LEBIH LANJUT SBG INTI TUJUAN BK  BK selain memiliki tujuan jangka pendek, juga memiliki tujuan jangka
panjang. Tujuan BK mengarah pada terwujudnya tujuan pendidikan.
BK POLA 17 PLUS

7 Bidang Pengembangan BK

1) Bidang Pengembangan Pribadi, yaitu BK berupaya membantu individu/peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik. Secara umum, Bidang kehidupan pribadi mengacu kepada berkembangnya pancadaya pada diri individu:
bagaimana supaya dapat beriman dan bertakwa, dapat mencipta, dapat merasa, dapat berprakarsa, dan dapat berkarya.
Secara lebih terarah, bidang ini berorientasi pada bagaimana individu dapat melakukan sendiri berbagai hal untuk
kehidupannya sendiri; dapat melayani diri sendiri; dapat menjadi pribadi mandiri yang mampu mengembangkan KES dan
menangani KES-T pada diri sendiri
2) ) Bidang Pengembangan Sosial, yaitu BK berupaya membantu Individu/ pesdik dalam memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas. Unsur-unsur komunikasi dan kebersamaan dalam arti yang seluas-luasnya menjadi acuan
pokok dalam bidang pengembangan sosial.
3) Bidang Pengembangan Belajar, yaitu BK berupaya membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam
rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Terfokus pada bagaimana individu melakukan
kegiatan belajar. Hal ini sangat penting terutama bagi individu-individu yang sedang mengalami program pendidikan tertentu
dengan tujuan diperolehnya hasil belajar yang optimal dan dicapainya tujuan pendidikan dalam kategori sukses. Masalah yang
dialami siswa dapat menghambat aktivitas belajar pesdik.
4) Bidang Pengembangan Karier, yaitu BK berupaya membantu individu/peserta didik dalam memahami dan menilai informasi,
serta memilih dan mengambil keputusan karier. Lebih khusus lagi, terfokus pada pengenalan, pemilihan, persiapan, dan
akhirnya sukses karier. Dengan pemahaman bahwa semua orang harus bekerja, maka bidang pengembangan karier ini menjadi
sangat urgen dan perlu diselenggarakan sejak sedini mungkin.
5) Bidang Pengembangan Kehidupan Keluarga, yaitu BK berupaya membantu individu/konseli dalam memahami dan menilai
informasi, serta perencanaan perkawinan kehidupan keluarga yang akan dijalani dan/atau sudah dijalaninya. Bidang ini
terfokus secara khusus berkenaan dengan persiapan dan keberlangsungan kehidupan perkawinan beserta segenap
kontekstualnya. Peristiwa pernikahan yang selanjutnya berkembang menjadi kehidupan berkeluarga dalam arti yang luas
menjadi bagian utama kehidupan manusia dewasa pada umumnya.
6) Bidang Pengembangan Kehidupan Beragama, yaitu BK berupaya membantu individu/konseli dalam memahami dan
memantapkan dan memaksimalkan hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan keberagamaan sesuai agama yang dianutnya
.Beragama tidak hanya sekedar memberikan nuansa spiritual dan/atau ritual keagamaan dalam kehidupan, melainkan
sepenuhnya mendasari aktifitas individu dalam semua bidang, bahkan sampai menjangkau kehidupan di akhirat. Dalam hal ini
sering dipertanyakan, bagaimana posisi “kehidupan beragama” dalam pelayanan konseling untuk anak-anak pada tahap
perkembangan usia dini dan pendidikan dasar dan menengah? Sesungguhnyalah posisi yang dimaksud itu berada pada bidang
pelayanan pengembangan pribadi. Untuk ini perlu diketahui bahwa tanggung jawab atas arah dan aktifitas keagamaan anak
pada taraf perkembangan itu berada di tangan, bahkan menjadi hak, orang tua mereka. Setelah anak menjadi dewasalah
kehidupan beragama menjadi hak dan tanggung jawab individu dewasa.
7) Bidang Pengembangan Kehidupan Keberwarganegaraan, Individu dewasa memiliki kewajiban, hak dan tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dan negara. Aturan nilai, moral dan perundangan menjadi panduan hidup bersama bagi terpenuhi
kewajiban, hal dan tanggung jawab yang dimaksudkan itu dalam kehidupan kewarganegaraan individu.
8) Perlu Diingat Bahwa:
Untuk Pelayanan BK di sekolah, Bidang Pengembangan Peserta Didik hanya berfokus pada 4 Bidang yaitu:
1. Bidang Pengembangan Diri Pribadi
2. Bidang Pengembangan Sosial
3. Bidang Pengembangan Belajar, dan
4. Bidang Pengembangan Karir
KEGIATAN BK
10 ENIS LAYANAN
1. Layanan Orientasi (L. Orin) 2.Layanan Informasi (L.Info)
3.Layanan Penempatan dan Penyaluran (L.PP) 4.Layanan Penguasaan Konten (L.Pko) di sekolah dikenal dengan layanan
pembelajaran 5Layanan Konseling Perorangan (L.KP) 6.Layanan Bimbingan Kelompok (L.BKp),Layanan Konseling Kelompok (L.
KKp),Layanan Konsultasi (L.Ksi.),Layanan Mediasi (L.Med),Layanan Advokasi (L.Advo)

2. 6 KEGIATAN PENDUKUNG
3. Aplikasi Instrumentasi (AI)
4. Himpunan Data (HD)
5. Kunjungan Rumah (KR) –Home Visit
6. Konferensi Kasus (KK)
7. Alih Tangan Kasus (ATK)
8. Tampilan Kepustakaan (TKp)

10 JENIS LAYANAN BK

1. Layanan Orientasi (L1 = L. ORIN)  Merupakan layanan konseling yang berfokus pada penguasaan unsur-unsur situasi dan
kondisi objek /lapangan tertentu dengan secara langsung terlibat dengan objek yang dipelajari. Contoh Layanan: study tour
ke pabrik pembuatan susu, study tour pengenalan lingkungan sekolah pada saat MOS, dsb. (terkait dengan bidang
pengembangan)

Tujuannya: berupaya “mengantarkan” individu untuk memasuki suasana/lingkungan baru agar mampu menyesuaikan diri dengan
suasana/lingkungan baru yang akan dijalani.

Fungsi yang dominan berjalan: Fungsi Pemahaman

Format Layanan: Lapangan, Klasikal, Kelompok, Individual, dan kolaboratif.

Teknik Layanan: Penyajian, Pengamatan, Partisipasi, Studi Dokumenter, atau pemanfaatan media interaktif (komputer)

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan (penyusunan RPL), (2) Pengorganisasian unsur-unsur dan sasaran layanan, (3) Pelaksanaan
layanan, (4) Penilaian (Laiseg-Laijapen-Laijapang), (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 41-46.

2. Layanan Informasi (L2 = L. INFO)  Merupakan layanan konseling yang berfokus pada penguasaan informasi tertentu yang
diperlukan oleh sasaran layanan agar terhindar dari kondisi negatif yang disebabkan oleh ketidaktahuan/kurangnya
informasi.

Tujuan Layanan: dikuasainya informasi tertentu oleh sasaran layanan guna keperluan hidupnya sehari-hari dan pengembangan dirinya

Contoh Informasi: Perkembangan Diri, Karir, Hubungan antar pribadi-sosial, kegiatan belajar, Perbedaan individual, keunikan diri, kiat
berteman, kiat belajar, Stop Bullying, dsb. (terkait dengan bidang pengembangan)

Fungsi yang dominan: Fungsi Pemahaman

Format Layanannya: Klasikal, Kelompok, Individu, Jarak jauh, lapangan, atau strategi.

Teknik layanannya: Ceramah/Tanya jawab/diskusi, media, acara khusus, nara sumber, waktu & tempat, dan pemanfaatan media
interaktif (komputer).

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan: Penyusunan RPL, (2) Pengorganisasian unsur-unsur dan sasaran layanan,
(3) Pelaksanaan layanan, (4) Penilaian (Laiseg-Laijapen-Laijapang), (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 60-64.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran (L3 = L. PP)  Merupakan layanan konseling yang berfokus pada tercapainya
penempatan dan penyaluran (Seperti bakat dan minat) sasaran layanan agar terhindar dari kondisi mismatch (kurang serasi)
antara kondisi diri dengan lingkungannya.

Tujuan Layanan: diperolehnya tempat (lingkungan secara fisik, sosial, budaya maupun sosio-emosional) yang sesuai dengan sasaran
layanan untuk pengembangan potensi dirinya

Contoh Informasi: penempatan duduk siswa di dalam belajar, kelompok belajar, ekstrakurikuler, kursus, penjurusan, dsb.

Fungsi yang dominan: Fungsi Pencegahan

Format Layanannya: Kolaboratif, individual, dan kelompok.

Teknik layanannya: (1) studi awal, (2) bentuk penempatan, (3) Rencana bersama (konselor-klien),

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian unsur-unsur dan sasaran layanan, (3) Pelaksanaan layanan, (4)
Penilaian, (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 81-84.

4. Layanan Penguasaan Konten/ Layanan Pembelajaran (L4 = L.PKo)  Merupakan Layanan konseling yang berfokus pada
dikuasainya kemampuan untuk suatu konten/keterampilam tertentu oleh sasaran layanan melalui kegiatan belajar.

Tujuan Layanan: diperolehnya tempat (lingkungan secara fisik, sosial, budaya maupun sosio-emosional) yang sesuai dengan sasaran
layanan untuk pengembangan potensi dirinya

Contoh Konten: keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan penyusunan jadwal belajar, keterampilan bertanya, dsb. (terkait
dengan bidang pengembangan)

Fungsi yang dominan: Fungsi Pemahaman

Format Layanannya: Klasikal, kelompok, atau individual.

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan: penyusunan RPL, (2) Pengorganisasian unsur-unsur dan sasaran layanan, (3)
Pelaksanaan layanan: high touch & high tech (hal. 96), (4) Penilaian: dimensi belajar (dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mau menjadi mau, dari tidak biasa menjadi biasa, dan dari tidak ikhlas menjadi ikhlas) dan Laiseg-laijapen-
laijapang, (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 100-102.

5. Layanan Konseling Perorangan (L5 = L. KP)  Merupakan layanan konseling yang berfokus pada kondisi sasaran layanan
secara individual untuk membantunya mengentaskan masalah yang dialaminya (Kondisi KES-T) melalui pembentukan
pribadi mandiri dan kemampuan mengendalikan diri yang terwujud dalam Perpostur (Perilaku Positif Terstruktur).

Tujuan Layanan: terentaskannya masalah yang dialami klien. Masalah adalah: (a) sesuatu yang tidak disukai adanya, (b) suatu yang
ingin dihilangkan, (c) sesuatu yang dapat menghambat/merugikan.

Fungsi yang dominan: Fungsi Pengentasan

Format Layanannya: Individual (Interaksi intens antara konselor dg konseli), Jarak Jauh (cyber-counseling)

Teknik layanannya: menggunakan Teknik Umum dan Teknik Khusus (secara mendalam akan dipelajari di mata kuliah Keterampilan
Dasar Konseling), Menerapkan pendekatan/model konseling (secara mendalam akan dipelajari dalam mata kuliah model-model
konseling), berprinsip pada KTPS (Klien Tidak Pernah Salah), dilakukan penstrukturan, mengajak konseli ber-BMB3.

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan: penyusunan RPL jika konselor sudah mengetahui masalah yang dialami konseli, (2)
Pengorganisasian unsur-unsur dan sasaran layanan, (3) Pelaksanaan layanan: memperhatikan tahapan 5-an (4) Penilaian: Laiseg-
laijapen-laijapang dengan mengacu pada AKURS (Acuan-Kompetensi-Usaha-peRasaan-keSungguhan), (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 137-143)

VISUALISASI TAHAP-TAHAP DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN

Keterangan:

1. Tahap Pengantaran (Introduction)


2. Tahap Penjajakan (Investigation)

3. Tahap Penafsiran (Interpretation)

4. Tahap Pembinaan (Intervention)

5. Tahap Penilaian (Inspection)

KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN (KP)

Keterangan:

1. Klien menyadari bahwa dirinya bermasalah.

2. Klien menyadari bahwa dirinya memerlukan bantuan orang lain untuk mengentaskan masalah yang dialaminya.

3. Klien mencari sumber/ahli (dalam hal ini Konselor) yang dapat memberikan bantuan.

4. Klien terlibat secara aktif dalam proses pemberian bantuan (proses konseling)

5. Klien menerapkan hasil upaya pemberian bantuan (hasil konseling)

6. Layanan Bimbingan Kelompok (L6 = L. BKp)  Merupakan layanan BK yang berfokus pada pembahasan topik-topik tertentu
yang bersifat umum dengan memanfaatkan dinamika kelompok. (Secara mendalam akan dipelajari di mata kuliah
Bimbingan Kelompok)

Tujuan Layanan: berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan (anggota
kelompok=AK)

Fungsi yang dominan: Fungsi Pengembangan (Pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang
diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif dan bertanggung jawab (Pengembangan BMB3)

Contoh topik: isu yang sedang menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat ini yaitu: kecelakaan pesawat Lion, Siswa melakukan
perundungan terhadap Guru di Kendal, berita hoax penculikan anak, dsb.

Format Layanannya: Format Kelompok (Kelompok Bebas dan Kelompok Tugas)

Teknik layanannya: (1) Pembentukan kelompok, (2) Peralihan, (3) Kegiatan: menggunakan strategi BMB3, (4) Penyimpulan, dan (5)
Penutup

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan: penyusunan RPL (2) Pengorganisasian (3) Pelaksanaan layanan: memperhatikan tahapan
BKp Pembentukan-Peralihan-Kegiatan-Penyimpulan-Penutup (4) Penilaian: Laiseg-laijapen-laijapang dengan mengacu pada AKURS
(Acuan-Kompetensi-Usaha-peRasaan-keSungguhan), (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 190-194)

7. Layanan Konseling Kelompok (L7 = L. KKp)  Merupakan Layanan BK yang berfokus pada Pembahasan masalah pribadi
setiap anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. (Secara mendalam akan dipelajari di mata kuliah
Bimbingan Kelompok)

Tujuan Layanan: berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan (anggota
kelompok=AK), selain itu bermaksud juga mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Fungsi yang dominan: Fungsi Pengembangan (Pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang
diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif dan bertanggung jawab (Pengembangan BMB3) serta Fungsi Pengentasan

Format Layanannya: Format Kelompok (Kelompok Bebas)

Teknik layanannya: (1) Pembentukan kelompok, (2) Peralihan, (3) Kegiatan: menggunakan strategi BMB3, (4) Penyimpulan, dan (5)
Penutup

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pelaksanaan layanan: memperhatikan tahapan BKp
Pembentukan-Peralihan-Kegiatan-Penyimpulan-Penutup (4) Penilaian: Laiseg-laijapen-laijapang dengan mengacu pada AKURS (Acuan-
Kompetensi-Usaha-peRasaan-keSungguhan), (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 190-194)
8. Layanan Konsultasi (L8 = L. Kons)  Merupakan layanan BK yang berfokus pada bimbingan kepada subjek yang dilayani
(disebut konsulti) agar ia mampu menangani permasalahan pihak ketiga. (pihak ketiga adalah individu (atau individu-
individu yang kondisi atau permasalahannya dipersoalkan oleh konsulti dan konsulti merasa turut bertanggung jawab atas
pengentasaannya. Misal: orangtua pesdik yang konsultasi ttg anaknya (peserta didik), Guru yang konsultasi tentang
pesdiknya, dll.

Tujuan Layanan: agar konsulti dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi atau permasalahan yang dialami pihak
ketiga.dinamika kelompok.

Fungsi yang dominan: Fungsi Pemahaman

Format Layanannya: Format Individual atau kelompok (dua orang atau lebih)

Teknik layanannya: Teknik umum dan teknik khusus, menghendaki penguasaan teknik oleh konsulti untuk bisa membantu pihak ketiga,
penerapan strategi BMB3.

Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan dan Pengorganisasian, (2) Pelaksanaan layanan: memperhatikan tahapan 5-an, (4) Penilaian:
Laiseg-laijapen-laijapang dengan mengacu pada AKURS (Acuan-Kompetensi-Usaha-peRasaan-keSungguhan), (5) Tindak lanjut dan
laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 218-228)

9. Layanan Mediasi (L9 = L. Med)  Merupakan layanan BK yang berfokus pada kegiatan menjembatani
(mediator/penghubung) antara dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam kondisi/keadaan saling tidak menemukan
kecocokan/ bersengketa/ berselisih paham

Tujuan Layanan: agar tecapai kondisi hubungan yang positif, kondusif, dan konstruktif diantara kedua pihak(atau lebih), yaitu pihak-
pihak yang berselisih.

Contoh Mediasi: Guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik lainnya, Orangtua pesdik dengan pesdik.

Fungsi yang dominan: Fungsi Pemahaman

Format Layanannya: Format Kolaboratif

Teknik layanannya: Teknik umum dan teknik khusus, konselor tidak memihak pada salah satu pihak, konselor memihak pada
kebenaran. Konselor berlaku adil.

Operasionalisasi Layanan: : (1) Perencanaan: penyusunan RPL (2) Pengorganisasian, (3) Pelaksanaan layanan: pertemuan konselor dg
masing-masing pihak kemudian pertemuan segitiga antara konselor dg kedua pihak (4) Penilaian: Laiseg-laijapen-laijapang dengan
mengacu pada UCA (Undertanding-Comfort-Action), (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 264-269)

LAYANAN MEDIASI (L. MED)

KONDISI AWAL ANTARA KEDUA PIHAK (SEBELUM LAYANAN MEDIASI)

1. Rasa bermusuhan terhadap pihak lain 2.Adanya perbedaan/kesenjangan dibanding pihak lain

2. Sikap menjauhi pihak lain. 3.Sikap mau menang sendiri terhadap pihak lain.

3. Sikap ingin membalas. 4.Sikap kasar dan negatif.

4. Sikap mau benar sendiri. 5.Sikap bersaing. 6.Sikap destruktif terhadap pihak lain.

KONDISI YANG DIKEHENDAKI (SESUDAH LAYANAN MEDIASI)

1. Rasa damai terhadap pihak lain. 2.Adanya kebersamaan dengan pihak lain

3.Sikap mendekati pihak lain. 4.Sikap mau memberi dan menerima terhadap pihak lain.

5.Sikap memaafkan. 6.Sikap lembut dan positif. 7.Sikap mau memahami.

2. Sikap toleran. 8.Sikap konstruktif terhadap pihak lain.


3. Layanan Advokasi (L10 = L. Advo)  Merupakan layanan BK yang berfokus pada upaya memperjuangan hak-hak sasaran
layanan yang terabaikan/tercederai/teraniaya oleh pihak lain.

Tujuan Layanan: mengentaskan klien dari suasana yang menghimpit dirinya kareba hak-hak yang hendak dilaksanakan terhambat dan
terkekang sehingga keberadaannya, kehidupannya, dan perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan menjadi tidak lancar,
terganggu atau bahkan terhenti/terputus.

Contoh layanan advokasi: Peserta didik dilarang mengikuti UN karena belum melunasi pembayaran SPP.

Fungsi yang dominan: Fungsi Advokasi

Format Layanannya: Format Kolaboratif

Teknik layanannya: Teknik wawancara dan diskusi dengan seluruh pihak terkait, studi dokumentasi, dan solusi dari pihak-pihak yang
berwenang tentang pengembalian hak klien.

Operasionalisasi Layanan: : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian unsur-unsur dan sarana layanan, (3) Pelaksanaan layanan (4)
Penilaian, (5) Tindak lanjut dan laporan.

Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 285-289

Setiap layanan dapat saling terkait dan saling menunjang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien dan fungsi layanan yang
terlaksanakan. Dalam Implementasi jenis-jenis layanan, jika diperlukan data dan informasi tentang diri klien, dapat dilakukan kegiatan
pendukung guna kelancaran kegiatan layanan.

Analisis Pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah persamaan dan perbedaan Layanan Orientasi dan Layanan Informasi?

2. Layanan Konseling Perorangan sering dianggap sebagai “jantung hatinya” pelayanan konseling. Apa artinya? Berikan uraian
anda.

3. Apakah persamaan dan perbedaan Layanan Bimbingan Kelompok dan Layanan Konseling Kelompok?

Apakah persamaan dan perbedaan Layanan Konsultasi dan layanan konseling Perorangan?

6 Kegiatan Pendukung
(Satuan Pendukung = Satkung)

1. Aplikasi Instrumentasi (AI)

Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada pengumpulan data yang dilakukan dengan tes (Tes Psikologi, Tes Bakat, Tes
Minat, Tes Kepribadian, Tes Hasil Belajar) maupun Non-Tes (Observasi, Wawancara, Kuesioner, Alat Ungkap Masalah (AUM),
Sosiometri, dll.) yang diperlukan dalam kegiatan layanan guna memahami diri klien

Himpunan Data (HD)

Merupakan kegiatan pendukung yang berupa pengumpulan berbagai data dan keterangan yang terkait dengan diri klien yang sudah
menjalani layanan. Setiap data yang diperoleh, dihimpun dan disimpan untuk keperluan layanan. Data yang dihimpun dapat berupa:
Buku Pribadi (identitas diri), Hasil Tes Psikologis, Hasil Rapport siswa, dsb

Kunjungan Rumah/Home Visit (KR)

Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada pemberdayaan peran orangtua dan keluarga/ lingkungan keluarga terhadap
kondisi diri klien. Melalui kunjungan rumah, dapat diperoleh data klien tentang kondisi dan keadaan keluarga baik kondisi lingkungan
secara fisik maupun sosio-emosional.

Konferensi Kasus (KK)

Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada pembahasan kejadian atau kasus tertentu terkait dengan kondisi KES atau KES-T
klien atau siswa. Konferensi kasus dilakukan bilamana memerlukan pihak-pihak lain yang terkait dengan kondisi klien atau siswa di
dalam pengambilan keputusan sehingga konselor/ guru BK perlu melibatkan pihak-pihak tertentu. Dalam konferensi kasus, klien
diikutsertakan dalam kegiatannya

Alih Tangan Kasus/Referal (ATK)


Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada kegiatan memindahkan penanganan masalah klien/siswa kepada ahli lain yang
lebih berwenang dan sesuai dengan kebutuhan diri klien. ATK dilakukan karena permasalahan klien berada di luar kewenangan
konselor atau guru BK. Misal: siswa menurun nilainya dikarenakan mengalami gangguan mata maka guru BK hendaknya mereferal
kepada dokter, siswa yang tidak lulus mata pelajaran dikarenakan keterlambatan dalam pemahaman materi, perlu direferal kepada
guru bidang studi yang sesuai untuk diberikan remedial

Tampilan Kepustakaan (TK)

Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada pemanfaatan sumber-sumber kepustakaan tertentu sesuai dengan kebutuhan
klien. TK dilakukan dengan memberikan buku-buku bacaan/ tayangan sebagai sumber referensi yang bertujuan agar klien memperoleh
informasi yang berkenaan dengan kebutuhan dirinya.

Misal:

Klien yang mengalami masalah krisis kepercayaan diri, dapat diberikan buku-buku pengembangan diri tentang konsep diri dan
sebagainya

Pengkajian secara mendalam tentang teknis pelaksanaan kegiatan pendukung akan dibahas dalam mata kuliah Kegiatan Pendukung

SETTING PELAYANAN BK

SETTING SEKOLAH (PENDIDIKAN), meliputi jalur pendidikan formal yaitu: sekolah/madrasah dan perguruan tinggi, maupun jalur
pendidikan non-formal seperti tempat kursus, bimbel, dan sejenisnya.

SETTING LUAR SEKOLAH:

1. Setting keluarga, menjadi konselor keluarga yang bertugas menjaga kondisi KES/KES-T anggota keluarga

2. Setting lembaga kerja, konselor dapat bekerja pada kantor-kantor dinas pemerintahan, perusahaan swasta, dan lembaga
bisnis seperti pabrik, perusahaan, pasar swalayan, dll.

3. Setting kelembagaan sosial-Kemasyarakatan, konselor dapat bekerja di kelembagaan seperti RT, RW, Organisasi Pemuda,
olahraga, sosial, politik dan lainnya.

Setting praktik privat (mandiri), konselor bekerja secara mandiri dengan mendirikan praktek privat bagi masyarakat umum

PENGEMBANGAN MATERI

Penyusunan Program BK di sekolah hakikatnya didasarkan pada konsep BK Pola 17 Plus, namun dalam perkembangannya dikenal juga
konsep lain yaitu BK Komprehensif, dan yang terbaru dikenal dengan istilah POP BK (Panduan Operasional Penyelenggaran Bimbingan
dan Konseling).

Cari pembahasan tentang konsep BK Komprehensif dan POP BK melalui google dan sejenisnya.

Pelajari

Pertanyaan :

1. Sebagai pendidik / calon pendidik perlu memahami mengenai sifat hakikat manusia maupun dimensi
hakikat manusia, sehingga mampu melaksanakan tugas nya dengan sebagai pendidik, jelaskan
mengenai kedua hal ini?
2. Lingkungan pendidikan yang memberi pengaruh dan pengalaman di dalam kehidupan manusia di
kenal sebagai tripusat pendidikan. Uraikan mengenai lingkungan pendidikan ini ?
3. Sejak dulu, masa kini maupun di masa depan pendidikan mengalami perkembangan. Perkembangan
yang membawa pembaharuan di sebabkan karena ada nya aliran aliran pendidikan di antara nya
aliran klasik dan gerakan baru. Berikan contoh kedua aliran ini?
4. Kita juga mengenal aliran pendidikan di Indonesia yang menjadi tonggak pendidikan di Indonesia.
Uraikan salah satu aliran pendidikan di Indonesia yang anda ketahui ?
5. Misi pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Oleh karena itu
pendidikan selalu menghadapi berbagai masalah , demikian juga apa yang di hadapi di Indonesia.
Masalah pokok pendidikan yang di anggap sebagai masalah nasional di bidang pendidikan. Apa saja
masalah nasional yang di hadapi di Indonesia dan bagaimana cara menjelaskanya . Jelaskan ?
6. Setiap bangsa memiliki system pendidikan nasional masing masing demikian juga di Indonesia. Apa
yang di maksud dengan system pendidikan nasional Indonesia. Dan Apa juga yang di maksud dengan
pengertian system sendiri. Jelaskan ?Jawaban :

1. Sifat hakikat manusia dan dimensi hakikat manusia, tentunya memiliki hubungan yang erat antara
keduanya sebab sifat hakikat manusia tentunya membutuhkan suatu ruang dimensi untuk mencapai suatu
tujuan yang pasti ke dalam suatu dunia dimensi yang di butuhkan dalam pengembangan ilmu pendidikan dan
dalam wujud dari sfat hakikat manusia memiliki wujud kemampuan menyadari diri, kemampuan dalam
bereksistensi, kata hati, moral, tanggung jawab, rasa kebebasan, kewajiban dan hak, kemampuan menghayati
kebahagiaan dan dalam dimensi kebahagiaan pun memiliki berbagai aspek yaitu ; A. dimensi Keindividuan dan
seorang ilmuwan bernama Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan
suatu kebutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi.
(Lysen, individu dan masyarakat, Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi
berbeda dari/ yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka
bumi. Demikian kata M.J. Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di negeri Belanda)yang
mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas (M.J. Langeveld, 1995:54). Bahkan anak kembar yang
berasal dari satu telur pun, yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan satu
dari yang lain, hanya serupa tetapi tidak sama, apalagi identik. Hal ini berlaku baik dari sifat-sifat fisiknya
maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya). Karena adanya individualitas itu setiap oarang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.

B. Dimensi Kesosialan, Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M.J. Langeveld
seorang ilmuwan asal Spanyol tersebut. Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakekatnya
didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima. Bahkan menurut Langeveld, adanya kesediaan
untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai kunci sukse pergaulan. Adanyta dorongan untuk
menerima dan memberi itu sudah menggejala mulai pada masa bayi. Seorang bayi sudah dapat menyambut
atau menerima belaian ibunya dengan rasa senang kemudian sebagia balasan ia dapat memberikan senyuman
kepada lingkungannya, khususnya pada ibunya.

Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas dorongan untuk bergaul. Dengan adanya
dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya dorongan tersebut
sehingga bila dipenjarakan merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh manusia. Karena dengan
diasingkan di dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul tersebut secara mutlak. Immanuel Kant
seorang filosofis tersohor bangsa jerman menyataknan: Manusia hanya menjadi manusia jika berada di sekitar
manusia. Kiranya tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
C. Dimensi Kesusilaan, berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di
dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu pengertian susila berkembangsehingga
memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah
yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan
kebaikan). Kedua hal tersebut biasanya dikaitkan dengan persoalan hak dan kewajiban.

Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat yaitu:

a. Golongan yang menganggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya. Etiket tidak bisa dibedakan dari
etika karena sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan.

b. Golongan yang memandang bahwa etiket dan etika perlu dibedakan, karena masing-masing mengandung
kondisi yang tidak selamanya selalu berjalan. Kesopanan merupakan minyak pelincir dalam pergaulan hidup,
sedangkan etika merupakan isinya.

Di dalam uraian ini kesusialaan diartikan mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu
berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara
mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakn nilai-nilai
tersebit dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena
mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya, sehingg adapat diyakini dan dijadikan
pedoman dalam kehidupan.

D. Dimensi Keberagamaan , Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum
manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantara
alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk
dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos.

Kemudian setelah ada agama manusia mulai menganutnya. beragama merupakan kebutuhan manusia
karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan
agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Ph.
Khonstam berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua dalam lingkungan
keluaraga, karena pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata hati.

Pemerintah dengan berlandaskan GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah
mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi Di sini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama
melalui mata pelajaran agama ditingkatkan, namun harus tetap disadari bahwa pendidikan agama bukan
semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama. Jadi intinya hakikat
manusia dan dimensi hakikat manusia memiliki suatu keterikatan penting antar keduanya yang berkolaborasi
dalam satu hakikat dan dimensi kehidupan yang lebih luas serta beragam
2. Tripusat Pendidikan memiliki suatu hal dalam memberdayakan pendidikan ke dalam lingkungan
pendidikan yang lebih kompleks dan universal dalam perkembangan ilmu pendidikan Tripusat
pendidikan adalah istilah dalam bidang pendidikan yang berarti memberdayakan sinergitas lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Semua usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah membutuhkan dukungan
dari berbagai lingkungan pendidikan yang lain.

yaitu melalui pengalaman hidup sehari-hari. Di lingkungan sekolah, pendidikan dilaksanakan secara formal,
yakni dengan sengaja merencanakan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Adapun di lingkungan masyarakat,
dilakukan secara nonformal, yakni melaksanakan dengan sengaja akan tetapi tidak begitu terikat dengan
peraturan dan syarat-syarat tertentu Menurut Ki Hajar Dewantoro mengemukakan system Tri Centra dengan
menyatakan :

“Didalam hidupnya anak- anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting
baginya yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda”.2

Dari kedua pendapat tersebut itu, kini lahir istilah Tri Pusat Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, yang
meliputi :
a) Pendidikan keluarga
b) Pendidikan sekolah
c) Pendidikan masyarakat

Yang mana tiga tempat pergaulan atau lembaga pendidikan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Secara rinci pengertian dari masing – masing pusat
pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pendidikan keluarga. keluarga adalah lembaga sosial yang terbentuk setelah adanya suatu perkawinan.
Keluarga mempunyai otonom melaksanakan pendidikan, orang tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak,
berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan terhadap anak – anaknya. Pendidikan yang
terjadi di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar sehingga disebut pendidikan informal
yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari – hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan
pendidikannya dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan tanpa adanya program waktu.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk
melakukan pendidikan individu maupun social.

b) Pendidikan sekolah, Sekolah sebagai lembaga pendidikan telah ada sejak beberapa abad yang lalu, yaitu
pada zaman Yunani kuno. Kata sekolah berasal dari bahasa yunani “Schola” yang berarti waktu menganggur
atau waktu senggang dan pendidikan sekolah mencetak calon calon bibit muda terbaik masa depan
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban
pemberian pendidikan dengan organisasi yang tersusun rapi, mulai dari tujuan, penjejangan, kurikulum,
administrasi dan pengelolaannya.

1) Ditinjau dari segi mana yang mengusahakan :Sekolah Negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh
pemerintah baik dari segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar.
Sekolah Swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah, yaitu badan – badan swasta.

2) Ditinjau dari sudut tingkatan :Pendidikan Pra Sekolah, yaitu pendidikan yang diperuntukkan bagi anak
sebelum memasuki pendidikan dasar.
Pendidikan Dasar, yaitu meliputi :TK, SD, SMP, MA , MTS , Pesantren
c) Pendidikan masyarakat, d idalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat adalah
pergaulan hidup manusia atau perkumpulan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan – ikatan
aturan tertentu yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kelompok serta
saling membutuhkan kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dan bekerja sama
dibidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah merupakan sumber pendidikan bagi warga
masyarakat , seperti lembaga – lembaga sosial yang bermacam macam seperti mengikuti BEM Fakultas di
Unindra ataupun anggota ekstrakulikuler lainnya seperti menjadi anggota rohis Kamil yang tentunya nanti
berguna untuk masyarakat luas

3. Aliran Klasik dan Gerakan baru , dalam pendidikan memiliki contoh Empirisme yang mementingkan
stimulasi eksternal dan perkembangan manusia dan menyatakan perkembangan anak tergantung dari
lingkungan. Aliran Navitisme yang bertolak dalam menekankan kemampuan dalam diri anak supaya potensi
potensi dalam diri anak dapat berkembang dengan baik. Aliran Naturalisme yang dimana menurut aliran ini
semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik hingga dia mencapai dewasa asal di beri pendidikan
yang baik maka akan tetap menjadi anak yang baik. Aliran Konvegensi yang di pelopori oleh William Sterm
bahwa dia percaya anak yang lahir di dunia membawa suatu yang baik dam buruk yaitu apabila sejak lahir di
takdirkan baik maka akan jadi baik tergantung kondisi lingkungannya dan begitu pun juga sebaliknya

Gerakan baru dalam dunia pendidikan yang menggunakan pergerakan cara cara modernism sesuai dengan
perkembangan zaman yang ada di masa kini tentunya pergerakan ini efektif supaya genarasi masa kini yang
katanya disebut sebagai generasi milenial akan menjadi lebih mudah dengan metode masa kini yang mungkin
sudah ada revisi dari masa lalu menjadi teknik mendidik masa kini yang lebih kompeten dalam pendiidikan
seperti : pengajaran alam sekitar yang memiliki perintis asal Jerman yaitu Fr Finger. Pengajaran pusat
perhatian yang di rintis dari Decroly asal Belgia dengan metode Global dan Centre de internet, Sekolah kerja
dan pengajaran proyek sebagai bagian penutup untuk memecahkan persoalan secara komprehensif

4. Aliran pendidikan di Indonesia yang menjadi tonggak pendidikan di Indonesia

A. Developmentalisme merupakan perkembangan lebih lanjut Naturalisme romantic dari Rosseu yang
menganjurkan pendidikan alam dalam arti :

Pendidikan sesuai dengan alam yaitu pendidikan yang mengembangkan pembawaan atau bakat anak yang
pada dasarnya adalah baik

Pendidikan negative yaitu pendidikan yang tidak di tujukan untuk mempersiapkan hidup dalam masyarakat
yang ada, tetapi mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi kondisi masyarakat yang tak menguntungkan ,
tetapi harus berpatisipasi di dalamnya

Pendidikan yang berlangsung dalam alam, yaitu pendidikan yang di laksanakan di dalam kehidupan fisik dan
social yang wajar, tidak di buat buat

Developmentalisme adalah paham yang mencoba menerapkan prinsip prinsip naturalism romantic Rosseu
atau pendidikan alam di sekolah, dengan memberikan peranan yang lebih positif dari pendidik di dalam
mengawal dan melancarkan proses pengembangan yang wajar dari kemampuan kemampuan bawaan yang
terkandung dalam setiap individu

Karakteristik

1.pendidikan adalah pengembangan bawaan yang disertai asuhan yang baik

2. pendidikan disertai studi tentang karakteristik perkembangan anak melalui observasi ekperimen
3. perbaikan pendidikan lebih di tekankan pada metode metode mengajar , pendidikan guru dan pemahaman
tentang karakteristik pendidikan proses lebih baik

4. pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar

5. pengembangan pendidikan mengutamakan pada penegmbangan pendidikan universal

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah


berpusat pada anak atau di sebut dengan child center sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang
masih berpusat pada guru atau teacher centered atau bahan pendidikan subject centered

Factor pendorong lahirnya progresivisme di Amerika serikat

Semangat radikalisme dam reformasi yang dimulai disekolah yang awalnya di pimpin Francis w Parker

Masuknya aliran Frobeliasme yang menekankan perwujudan diri melalui kegiatan sendiri, dan penggunaan
metode motenssori yang menekankan pada pendiidkan diri sendiri

Perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah

Asosiasi pendidikan progressive

1. Bebas berkembang secara ilmiah


2. Minat adalah motif dari semua pekerjaan
3. Guru adalah pembimbing bukan pemberi tugas
4. Studi ilmiah tentang perkembangan siswa
5. Perhatian yang besar tertuju pada semua yang mengatur perkembangan fisik
6. Kerjasama antara sekolah dengan rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup anak
7. Sekolah progressive adalah pimpinan gerakan pembaharuan pendidikan
8. Sekolah sebagai sarana yang funtastic

5. Masalah pendidikan nasional di Indonesia dan cara mengatasi nya,

Masalah pendidikan nasional tentunya tidak pernah habis ceritanya sejak masa lalu, yang tentunya menjadi
pekerjaan rumah penting bagi pemerintah di Indonesia dan tentunya bagi penduduk Indonesia yang memiliki
kebudayaan pluralism, sebab Negara kita memiliki berbagai macam suku bangsa dan agama yang dimana
semua agama bisa menjadi guru, dokter, polisi dan profesi lainnya . tentunya itu tidak lepas dari peran
pendidik yang berhasil mencetak generasi emas yang luar biasa untuk kemajuan yang lebih baik

Peran peran mahasiswa dalam membentuk dan mencari karakter nya sendiri untuk menjadi calon pendidik
di masa depan tentunya menjadi tugas yang penting sebab bangsa Indonesia masa kini memang sudah mulai
banyak perubahan namun yang terjadi adalah kemerosotan moral bangsa Indonesia yang perlunya di ubah ,
sebab jika adab tanpa ilmu maka tak berguna bergitu pun sebaliknya, adab dan ilmu harus seimbang jika mau
berjalan dengan mulus

Masalah masalah pendidikan di Indonesia tentunya memiliki point point tersendiri yang di antara nya
:Pemerataan pendidikan Upaya pemerintah untuk mengadakan gedung sekolah dan unit gedung baru,
terutama jenjang pendidikan dasar menengah dapat dikatakan telah rampung. Namun pemerataan
memperoleh kesempatan pendidikan masih perlu dikembangkan secara bertahap. Banyak di daerah daerah di
luar pulau jawa seperti NTT, NTB, Papua bahkan di dalam pulau jawa sendiri di daerah daerah terpencil masih
banyak fasilitas yang kurang dank arena mungkin factor Indonesia yang alam nya luas maka tentunya tidak bisa
langsung begitu saja bisa merata tetapi perlahan lahan di bangun ke daerah terpencil
b..Relevansi pendidikan Pada awalnya, pembelajaran di lembaga sekolah dinilai tidak relevan dengan

tuntutan dalam dunia kerja. Lowongan kerja yang dibutuhkan tidak terpenuhi oleh lulusan

sekolah. Yang dimana untuk kerja di Indonesia amatlah sulit sebab kadang gaji yang diterima tidak

sesuai dengan lelahnya yang kita rasakan, pendidikan dalam kurikulum di Indonesia yang masih

berubah ubah membuat kadang siswa bingung

c.Kualitas pendidikan

Kualitas pendidikan menjadi hal yang tak dapat ditawar-tawar. Berbagai inovasi dalam teknologi pendidikan

semakin disempurnakan. Salah satu yang paling anyar adalahpendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Mengarahkan siswa pada proses bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan.sebagai contoh di masa kini mulai

banyak altelnatif dalam belajar lewat online yang memudahkan pelajar dan pendidik dalam komunikasi non

visual dan sekolah serta kampus masa kini banyak yang menggunakan system belajar dan pendaftaran melalui

online

d.Efisiensi pendidikan

Proses pendidikan yang efisien dinilai akan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh sebab itu inovasi

pendidikan harus berorientasi pada bagaimana pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran efektif

dan efisien menjadi tuntutan agar efisiensi pendidikan dapat diwujudkan. Sebagai contoh ketika kita masuk

kuliah pukul 8 pagi maka kita sebagai mahasiswa tentunya harus datang tepat waktu agar jam belajar menjadi

efiensi dan begitu pun pendidik yang hadir supaya belajar menjadi efiensi maka hadir pun tepat waktu, karena

dalam pendidikan tentunya adanya cermin sebagai kita mencotohkan kepada anak didik untuk ditiru hal hal

positif

6. Yang dimaksud dengan system pendidikan nasional dan arti dari system itu sendiri,

System pendidikan nasional tentunya tidak terdengar asing di telinga kita, sebab generasi masa kini

perlunya mengetahui dan mempelajari pendidikan nasional yang ada di Indonesia yang dimana memiliki

system yang tentunya bersifat nasional dari sabang hingga merauke dalam tanah nusantara menyebar menjadi

satu kesatuan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik yang di antara nya berikut dari tokoh tokoh yang

tentunya sudah tidak asing lagi di telinga generasi masa kini atas bisa di sebut sebagai generasi millennial yang

tentunya perubahan akan lebih di harapkan di generasi ini


Mr.Muh Yamin menteri pendidikan , pengajaran dan kebudayaan pada masa itu, mengemukakan bahwa

pendidikan nasional merupakan landasan pembangunan masyarakat nasional , yaitu masyarakat yang

kesusilaan nasional yang dimana dalam undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan

nasional diantaranya usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta secara aktif mengembangkan potensi peserta didik potensi dan spiritual agamanya , pengendalian

diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya , masyarakat dan bangsa

Pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945

yang berakar pada nilai agama , budaya nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman

keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional yang sesuai hukum dan undang undang yang ada di Indonesia

Dan tujuan tujuan system pendidikan nasional tercantum dalam UU nomor 4 tahun 1950 yaang menjadi UU

nomor 12 tahun 1954, keputusan presiden RI nomor 145 tahun 1965, ketetapan MPR sementara RI nomor

XXVII/MPRS/1966, dan nomor lainnya tercantum No.IV/MPH/1973 yang dikenal dengan nama garis garis besar

haluan Negara atau GBHN dan UU no.20 tahun 2003 bab II pasal 3. Tentunya system pendidikan nasional itu

sendiri memberikan peran untuk perubahan masa depan pendidikan bangsa Indonesia yang dulunya tertinggal

bangsa lain kini setelah reformasi hingga zaman millennial kini semakin menunjukan dan terasah semakin

tajam pendidikan di Indonesia dengan banyaknya yang ikut olimpiade internasional

Pengertian pedagogie dan tokoh tokohnya

paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan
selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar. Paedagogi juga merupakan kajian mengenai
pengajaran, khususnya pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara
mengajar di sekolah. Secara umumnya pedagogi merupakan mata pelajaran yang wajib bagi mereka yang ingin menjadi
guru di sekolah. Sebagai satu bidang kajian yang luas, pedagogi melibatkkan kajian mengenai proses pengajaran dan
pembelajaran, pengurusan bilik darjah, organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pelajar.

Berbagai defenisi paedagogi menurut para tokoh :

 Danilov (1978). Beliau mendefenisikan istilah paedagogis sebagai proses interaksi terus-menerus dan saling
berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Asimilasi yang dimaksud adalah pengetahuan
oleh siswa berkaitan dengan antusiasme mereka untuk mengetahui diverifikasi dalam proses kerja yang intensif
dan aktif. Perlu diperhatikan adanya penekanan pada aspek pengajaran terus-menerus dari proses asimilasi yang
merupakan upaya intelektual yang intensif pada diri siswa. Menjaga proses pendidikan dan pengajaran secara
keseluruhan dan bermuara pada pembentukan kepribadian siswa adalah fungsi dari paedagogi.

 Prof.Dr.J.Hoogveld(Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan
tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah
ilmu untuk mendidik anak.

 Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik“ dengan istilah “ pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu
mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran
bagaimana kita membimbing anak, dan mendididk anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang
lebih menekankan kepada praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbimg anak.

 SA.Brantanata dkk Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang
tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mecapai kedewasaannya

 Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak anak,akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa

 Ki hajar dewantara Mendidik adalah menuntunsegala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak agar mereka
sebagai manusia sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi
tingginya.

Paedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi
mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi
pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah
aliran pemikiranSocrates. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang
dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates
dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum. Kata yang berhubungan dengan
paedagogi, yaitu pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya sendiri dan masyarakat.

Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung
sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan
manusia yang terbaik dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Dari pengertian pendidikan di atas (dalam arti luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan
dilaksanakan:

1. bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari
kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat
mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan
tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.

2. bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia: tanggung jawab orang
tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.

3. bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki
kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang di sebut manusia seluruhnya.

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal
dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi
dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Sejarah

Sejarah perkembangan paedagogi sangat mungkin berbeda di masing-masing negara, meski esensi paedagogi itu sama di
semua tempat dan situasi. Dalam keragaman sejarah dan replika paedagogi sebagai cerminan dari standar kerja
pemerintahan dan penguasa birokrasi setempat, pembekalan teoritis kepaedagogian bagi guru dan calon guru merupakan
keniscayaan. Menurut N. Chacon (2002) dalam rangka pengembangan kemampuan dan keterampilan kepaedagogian juga
perlu upaya mengembangkan etika profesi guru, dengan mengemas program yang menggamit beberapa dimensi:
a. Penguasaan substansi pengajaran dan pembelajaran, meliputi ilmu pengetahuan, budaya, keterampilan, nilai dan sikap
dalam integrasi sekolah dan pendidikan.
b. Penguasaan dimensi paedagogis, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai humanistik dan etika profesi.
c. Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku dan pekerjaan kependidikan.
d. Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar-mengajar berdasarkan perspektif lintas-kurikuler secara
aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi.

Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat

Pengertian gezaq (kewibawaan) dalam pendidikan

Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti
“berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan
atau gezaq terhadap orang itu. Kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan yang ada pada
orang tua (ayah dan ibu) adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas secara natural dari Tuhan untuk mendidik
anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabut, karena terikat oleh kewajiban.
Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah
laku yang mengandung kepemimpinan dan daya tarik. Guru yang berwibawa berarti guru yang dapat membuat siswanya
terpengaruhi oleh tutur katanya, penga-jarannya, patuh kepada nasihatnya, dan mampu menjadi magnet bagi siswanya
sehingga siswanya akan terkesima dan tekun menyimak pengajarannya.
Berikut ini, beberapa definisi lain tentang kewibawaan, antara lain:
a) Menurut Weins Tanlain, dkk. (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan adalah adanya penerimaan, pengakuan,
kepercayaan siswa terhadap gurusebagai pendidik yang memberi tuntunan dan nilai-nilai manusiawi.
b) Menurut Charles Schaefer menjelaskan bahwa kewibawaan yang efektif didasarkan atas pengetahuan yang lebih
utama atau keahlian yangdilaksanakan dalam suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati.Oleh sebab itu,
seorang pendidik diharapkan memiliki sikap kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada pencapaian
tujuan belajar yang sesungguhnya ingin direalisasika
c) Muhibbin Syah (1997:221) menyatakan bahwa wibawa guru di mata murid kian jatuh. Khususnya di sekolah-
sekolah kota yang hanya menghormati guru apabila ada maksud-maksud tertentu seperti untuk mendapatkan nilai
tinggi dan dispensasi.
d) Syaiful Bahri Jamarah (1994:64) mengemukakan: Wibawa dan citra guru harus ditegakkan, namun tidaklah dapat
dipungkiri bahwa kenyataan citra guru berubah sesuai perubahan sosiokultural masyarakat, sehingga citra guru larut
dalam perubahan. Tentu yang perlu dipikirkan bahwa perubahan sosiokultural akan terus berlanjut, gurupun perlu
mengambil hikmahnya dan menerima perubahan tersebut dari segi-segi positifnya, agar citra guru berubah kearah
yang lebih baik sehingga tidak merusak citra dan wibawa guru. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kewibawaan adalah merupakan tonggak utama yang harus dimiliki seorang guru sebagai pendidik dan
pembimbing.Dengan kewibawaan yang dipunyai guru berarti memiliki kemampuan lebih, berpenampilan menarik,
mempunyai kekuatan dan keahlian yang berhubungan dengan pembelajaran yang meliputi: penguasaan materi
pelajaran, kemampuan mengelola kelas, kedekatan dengan siswa, bertanggungjawab dan sungguh-sungguh,
sehingga dengan demikian guru akan dijadikan sebagai panutan, contoh, bapak, dan teman yang disegani oleh
siswa. Maka guru yang memiliki wibawa dalam pembelajaran akan mengutamakan pembelajarannya lebih bersifat
sosial-psikologis-akademik; bukan material-ekonomis-fisik; intensitas pembela-jaran disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi peserta didik, tidak terkesan memanjakan (karena terlalu banyak) atau mengabaikan (karena terlalu
sedikit).

Sejalan dengan itu, wibawa guru (pendidik) dimata murid (peserta pendidik)kian jatuh seiring dengan adanya perubahan
sosiokultural masyarakat. Dikatakan demikian, karena khususnya di sekolah-sekolah kota yang hanya menghormati

Tujuan pedagogie
Tujuan paedagogik adalah:
Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.
Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri,
dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut memuliakan kehidupan.
Membantu murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktek-praktek yang mendominasi.
kewibawaan guru (pendidik) apabila ada maksud-maksud tertentu seperti untuk mendapatkan nilai tinggi.Kewibawaan
yang hakiki itu melekat pada karakter bukan sekedar tampilanluar yang setiap saat bisa luntur hanya karena suatu
kesalahan. Sehingga sikapkewibawaan itu sangat penting bagi seorang pendidik karena jika sampai hilang,hancurlah citra
seorang pendidik di mata peserta didik. Peserta didik akanmengacuhkan dan meragukan kemampuan integritasnya sebagai
seorang pendidik.Bila hal tersebut terjadi maka seorang pendidik harus memperbaiki diri. Dan halitu tidak mudah
dilakukan untuk mendapatkan kembali kewibaan seorang pendidik. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu dan pembuktian
yang nyata untuk mengembalikan sikap kewibawaan pendidik.

Perbedaan antara kewibawaan orang tua dan kewibawaan guru atau pendidik pendidik lainnya

a) Orang tua (ayah dan ibu )

adalah pendidik yang terutama dan yang sudah semestinya.merekalah pendidik asli,yang menerima tugas dari kodrat,dari
tuhan untuk mendidik anak anaknya,oleh karena itu sudah semstinya mereka mmempunyai wibawa terhadap
anaknya.Adapun kewibawaan orang tua memiliki dua sifat :

1)kewibawaan pendidikan

Ini berarti bahwa dengan kewibawaan orang tua bertujuan memelihara keselamatan anak anaknya agar mereka dapat
hidup terus dan selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa

2)kewibawaan keluarga

Orang tua merupakan kepala dari suatu keluarga.tiap tiap keluarga merupakan masyarakat kecil yang sudah tentu dalam
masyarakat itu harus ada peraturan yang harus di patuhi dan dijalankan.kewibawaan keluarga itu bertujuan untuk
pemeliharaan dan kesalamatan keluarga itu.soal sudah dewasa atau belum,itu bukan soal yang penting lagi.

b)Kewibawan guru atau pendidik lainnya

Guru atau pendidik lainnya (yang bukan orang tua) menerima jabatan sebagai pendidik bukan dari kodrat Tuhan,
melainkan pemerintah yang ditunjuk, ditetapkan dan diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh masyarakat. Kewibawaan
guru atau pendidik lainnya, yang karena jabatan yang memiliki dua sifat:

1) Kewibawaan Pendidikan Guru atau pendidik karena jabatan yang emenerima kewibawaannya sebagian lagi dari
pemerintah yang mengangkat mereka. Kewibawaan Pendidikan yang ada pada guru terbatas oleh banyaknya anak-anak
yang diserahkan kepadanya di setiap tahun berganti murid.

2) Kewibawaan memerintah Guru atau pendidik lainnya jabatan juga mempunyai kewibawaan memerintah. Mereka telah
dapat kekuasaan (gezag) oleh pemerintah atau instansi yang menggunakan mereka. Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Perbawa pendidikan dipergunakan sampai pada waktu si anak menjadi dewasa, dan seorang dewasa, gezag itu dihentikan.
Dalam pergaulan baru terdapat pendidikan jika di dalamnya telah terdapat kepatuhan dari si anak., yaitu sikap menuruti
atau mengikuti wibawa yang ada pada orang lain; mau menjalankan suruhannya dengan sadar. Tetepi, tidak semua
pergaulan antara orang dewasa dan anak-anak merupakan pendidikan. Ada pula pergaulan semacam itu terdapat
pengaruh jahat atau pergaulan netral saja.

Tidak setiap macam tunduk atau menurut terhadap orang lain. Dalam hal ini, Langeveld menjelaskan:

a) Sikap menurut atau mengikut (volgen) adalah mengakui kekuasaan orang lain yang lebih besar karena paksaan, takut,
jadi bukan tunduk atau menurut yang sebenarnya.

b) Sikap tunduk atau patuh (gehoorzamen) adalah dengan sadar mengikuti kewibawaan yang artinya mengakui hak orang
lain untuk memerintah dirinya, dan dirinya merasa terikat untuk memenuhi perintah itu.

Fungsi wibawa pendidikan

adalah membawa si anak ke arah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau
menjalankannya juga. Bagaimana Pendidik Seharusnya Menggunakan Kewibawaannya? Kewibawaan pendidikan, yaitu
menolong dan memimpin si anak kea rah kedewasaannya.

Penggunaan kewibawaan pada pendidikan harus berdasarkan faktor-faktor berikut:


a. Berdasarkan atas perkembangan anak itu sendiri sebagai pribadi. Pendidik hendaklah mengabdi kepada pertumbuhan
anak yang belum selesai di bawa ke arah kesanggupan memakai tenaganya dan pembawaannya yang tepat. Jadi, wibawa
pendidikan itu bukan bertugas memerintah, melainkan mengamati serta memperhatikan dan menyesuaikannya pada
perkembangan dan kepribadian masing-masing anak.

b. Memberi kesempatan anak untuk bertindak isiatif sendiri.

pergaulan pedagogie

Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu dengan individu lain, atau antara pendidik dan peserta didik.
Kesempatan bergaul wajib diadakan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya, karena kontak langsung ini menimbulkan
hubungan yang wajar antara kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik. Kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta
didik, sudah lama menjadi persoalan dalam ilmu pendidikan.

Pada beberapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa, pendidik bersikap otoriter atau despotis, peserta didik harus
menurut dan mentaati segala perintah dan atau larangan dari pendidik. Hukuman atau perintah digunakan oleh pendidik
agar peserta didik melaksanakan atau patuh dan taat terhadap peraturan dan perintah pendidik. Hal ini akan menimbulkan
rasa takut yang disertai rasa benci dan dendam.

Dengan pelaksanaan pendidikan seperti itu, akan terjadi pergaulan yang tidak wajar, peserta didik akan tertekan, tidak
berani mengeluarkan isi hatinya, merasa dirinya kecil, sehingga menimbulkan rasa minder.

Pada akhir abad ke-19, keadaan berubah. Peserta didiklah yang seakan-akan memegang dan menentukan arah. Hal ini
disebut pendidikan anak, dimana pendidik hanya membiarkan peserta didik berkembang sendiri, anak dimanjakan, dan
segala kesulitan yang dihadapi peserta didik diatasi pendidik. Sikap pendidik yang demikian dinamakan Laissez faire.
Pendidikan ini secara tidak langsung dapat menimbulkan rasa haega diri yang kurang pada anak, karena dalam pergaulan
anak yang dimanjakan dapat merasa canggung, sehingga selalu kalah dalam ketangkasan dibanding anak lain. Aliran
pendidikan ini dianut oleh M. Montessori dengan semborannya “Alles von Kunde aus” yang artinya semua keluar dari diri
anak.

Dari kedua pendidikan tersebut, pendidik harus dapat memadukan atau mengadakan konvergensi dari keduanya.
Pendidikan wajib mempunyai kekuasaan pendidik, yang dalam istilah lain kita kenal dengan sebutan kewibawaan.

a. Macam-macam pergaulan

a) Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan itu, maka dibedakan menjadi:

1. Pergaulan anak dengan anak;

2. Pergaulan anak dengan orang dewasa;

3. Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa;

b) Dipandang dari bidangnya, pergaulan dibedakan menjadi:

1. Pergaulan yang bersifat ekonomis;

2. Pergaulan yang bersifat seni;

3. Pergaulan yang bersifat paedagogis;

c) Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentang-rentang untuk membedakannya menjadi:

1. Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis;

2. Pergaulan seni dan bukan seni;

3. Pergaulan paedagogis dan bukan paedagogis;


Di dalam pergaulan yang tidak paedagogis, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pergaulan biasa dan pergaulan paedagogis.
Pergaulan biasa dapat diubah menjadi pergaulan paedagogis, walaupun secara perlahan-lahan. Situasi yang tepat untuk
mengubah pergaulan biasa menjadi pergaulan paedagogis adalah bilaman dalam situasi itu berlangsung suatu pengaruh
positif yang berasal dari orang tua yang ditujukan kepada peserta didik. Tetapi ketika pengaruh perpindahan pengaruh itu
berhenti, maka pergaulan paedagogis itu berubah kembali menjadi pergaulan biasa, dan begitu seterusnya.

b. Pentingnya pergaulan dalam pendidikan

Menurut pendapat Dr. M.J. Langeveld, pergaulan merupakan lapangan yang memungkinkan terjadinya pendidikan.
Pendidikan itu akan muncul di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan yang belum dewasa. Pergaulan antara orang
dewasa dengan orang dewasa lainnya mungkin akan menimbulkan pendidikan, namun dalam konteks yang berbeda.
Pendidikan yang timbul dipergaulan antar orang dewasa ini, letak tanggung jawab tidak di tangan orang yang memberi
nasehat atau saran, tetapi tanggung jawab itu berada di tangan orang dewasa yang menerima nasehat atau saran tersebut.

Perbedaan pergaulan antara anak dengan sesama anak adalah bahwa pergaulan antara anak dengan anak tidak dapat
berubah menjadi pergaulan pendidikan karena anak yang satu masih belum bertanggung jawab kepada anak yang lain.
pada pergaulan ini anak-anak masih saling tergantung antara satu dengan yang lain, dan anak yang satu tidak mempunyai
wibawa terhadap anak yang lain.

Kadang kala kita temukan adanya kewibawaan pada seorang anak yang lebih kuat atau lebih besar, hingga anak yang
lemah atau lebih kecil selalu menurut kepada kehendaknya. Kepatuhan ini didapatkan karena kepatuhan antara anak yang
lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah. Kewibawaan dan ketakutan kadang kala tampak bergejala sama, yaitu
keduanya menghasilkan kepatuhan. Namun kepatuhan yang dihasilkan oleh rasa takut itu berbeda dengan kepatuhan yang
dihasilkan oleh kewibawaan. Kepatuhan yang ditimbulkan oleh rasa takut adalah dengan sukarela, tanpa rasa terpaksa.

c. Faedah pergaulan

a) Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan

Lewat pergaulan ini, anak dapat untuk mengenal tentang bermacam-macam hal, baik itu secara sengaja atau tidak sengaja
yang diberikan oleh orang dewasa di sekitar peserta didik, yang kemudian ditirunya.

b) Pergaulan merupakan saran untuk mawas diri

Di dalam pergaulan setiap anak mendapatkan pengalaman yang bermacam-macam. Anak akan mulai melepaskan diri dari
lingkungannya. Setelah terlepas, anak akan mengadakan perbandingan antara dirinya sendiri dengan orang lain yang
terdapat di sekitar lingkungannya. Setiap kali menemukan adanya perbedaan, maka ia akan bertanya apakah itu ada pada
dirinya atau tidak. Di sinilah terjadi mawas diri pada anak, yaitu dengan bercermin pada lingkungan pergaulannya.

c) Pergaulan dapat menimbulkan cita-cita

Dalam ajaran Freud pada ilmu jiwa dalam, dikatakan bahwa pada tiap-tiap individu terdapat apa yag disebut Ego-Ideal,
yaitu adanya keinginan untuk menjadi dokter, polisi, pilot, dan lain-lain. hal ini terjadi karena adanya kekaguman terhadap
orang dewasa yang ada disekitarnya, yang dijumpai dalam pergaulannya.

d) Pergaulan dapat memberikan pengaruh secara diam-diam

Anak mempunyai sifat suka dan mudah meniru. Apa yang ia lihat, ia dengar, ia temukan di dalam pergaulanentah baik atau
buruk, akan secara spontan ditirukan oleh anak. Pengaruh dari pendidik akan diterima oleh peserta didik atas pilihannya
sendiri, tidak dengan cara paksaan.

Anda mungkin juga menyukai