Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN LITERATUR : EFFECTIVENESS OF THE PICTURE

EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM AS A


FUNCTIONAL COMMUNICATION FOR
INDIVIDUALS WITH DISABILITIES
Erina Novianti1, Demy Fransisca Hutagalung1, Monica Sihotang1, Due Sowan1,
Maria Marcelina1, Susanti Niman2, Winda Ratna Wulan3

1
Mahasiswa Profesi Ners STIKes Santo Borromeus
2
Dosen Keperawatan Jiwa STIKes Santo Borromeus
3
Koordinator PPN Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
email: erina.hutapea2511@gmail.com,
demyhutagalung@gmail.com, monikasihotang17@gmail.com,
duesagala46@gmail.com, marcelinamaria15@gmail.com,
susantiniman@gmail.com,winda.shafira@ymail.com

Abstrak

Disabilitas merupakan orang yang hidup dengan karakteristik khusus dan


memiliki perbedaan dengan orang pada umumnya. Mencakup orang-orang yang
memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah. Salah
satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi
anak penyandang disablitas agar potensi yang mereka miliki berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya ialah PECS (Picture Exchange
Communication System). PECS ini merupakan suatu pendekatan untuk melatih
kemampuan komunikasi dengan menggunakan symbol simbol verbal. Metode
yang digunakan dalam kajian ini adalah literature review yang bersumber dari
Google Scholar, Portal Garuda, PMC hasil dari lima literature yang didapatkan
menujukkan bahwa PECS mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
individu dengan disabilitas.
Kata Kunci : PECS, disabilities, functional communication

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang tidak dapat hidup
sendiri, oleh karena itu untuk kelangsungan hidupnya manusia membutuhkan
interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya. Bagi semua anak, tanpa
memandang tingkat perkembangannya dan jenis atau derajat kecacatannya,
interaksi dan komunikasi merupakan fondasi penting untuk belajar dan
berkembang. Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan
Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penyandang disabilitas sebanyak
6.008.661 orang dari orang tersebut sekitar 1.780.200 orang adalah penyandang
diablitias netra, 472.855 orang penyandang disablitias rungu wicara, 402.817
orang penyandang disabilitas grahita atau intelektual, 616.387 orang penyandang
disablitas tubuh, 170.120 orang penyandang disablitias yang sulit mengurus diri
sendiri, dan sekitar 2.401.592 orang mengalami disabilitas ganda.

Penyandang disablitas dipahami sebagai anak yang memiliki cacat fisik,


kemampun IQ (Inteligence Qoutient) rendah dengan gangguan perkembangan
neurobiologis yang berat sehingga gangguan tersebut mempengaruhi bagaimana
anak belajar, keberadaan anak dalam lingkungan, berkomunikasi dan
berhubungan dengan orang lain. Komunikasi sebagai bagian penting dalam
kehidupan sehari-hari dapat terjadi secara verbal maupun nonverbal. Dengan
berkomunikasi kita dapat membuat orang lain mengerti apa yang kita inginkan
atau butuhkan.

Gangguan kualitatif dalam komunikasi merupakan salah satu karakteristik


yang dimiliki oleh anak penyandang disabilitas. Dengan adanya gangguan ini,
anak penyandang disabilitas seringkali sulit mengungkapkan berbagai hal baik
tentang dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. Kemampuan bicara penting
dalam pembelajaran, namun sesungguhnya yang lebih penting adalah pemahaman
terhadap bahasa dan kemampuan untuk berkomunikasi dua arah. Kita bisa
mengembangkan kemampuan komunikasi anak penyandang disabilitas, karena
sesungguhnya mereka masih memiliki potensi untuk berkomunikasi misalnya
dengan gerak tubuh atau dengan visualnya. Terdapat suatu pendekatan atau
metode yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi anak
penyandang disablitas, agar potensi yang mereka miliki akan berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya yakni PECS (Picture Exchange
Communication System). PECS ini merupakan suatu pendekatan untuk melatih
kemampuan komunikasi dengan menggunakan symbol simbol verbal. PECS dapat
digunakan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi anak autis atau anak-
anak yang perkembangan bahasanya tidak menggembirakan dan mereka yang
tidak memiliki kemauan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

METODE

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah literature review yang bersumber
dari google scholar, portal Garuda dan PMC adapun kata kunci yang digunakan
dalam proses pencarian literature adalah PECS, disabilities, functional
communication. Pemilihan sumber literature yang digunakan sebagai bahan
kajian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
free full text, dipublikasikan minimal 5 tahun terakhir (2014-2019). Pencarian
awal dilakukan pada database Google Scholar mendapatkan 8.270 Artikel, pada
database Portal Garuda mendapatkan 13 Artikel, pada PMC mendapatkan 342
Artikel. Keseluruhan artikel tersebut adalah 8.625 artikel yang kemudian dipilah
berdasarkan tahun terbit kurang dari 2014 dibunag sehingga didapatkan artikel
berjumlah 8.471 Artikel, kemudian artikel tersebut dipilah lagi berdasarkan Full
text dan disesuaikan kembali dengan tema literature sehingga dari artikel yang
termasuk dalam daftar kajian literature menjadi 5 Artikel yang benar-benar sesuai
dengan tema kajian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis jurnal berdasarkan metode, keunggulan dan keterbatasan

SUMBER METODE KEUNGGULAN KETERBATASAN


Penggunaan Metode eksperimen Terdapat perubahan saat  Tidak dijelaskan nya
metode PECS dengan pendekatan menerapkan metode PECS step penerapan
(Picture single subject pada anak autis dengan PESC
Exchange research (SSR). hasil terjadi peningkatan  Subjek yang
Communication SSR mengacu pada kemampuan komunikasi digunakan sedikit
strategi penelitian nya. Peningkatan frekuensi hanya 2 orang
system) untuk yang dikembangkan komunikasi dari setiap fase
meningkatkan untuk semakin meningkat
kemampuan mendokumentasikan frekuensinya secara
komunikasi perubahan tentang signifikan. Hasil yang
anak autis tingkah laku subjek diperoleh pada fase
individi. baseline 1 yaitu frekuensi
Menggunakan anak dalam komunikasi
model A-B-A hanya berada pada kisaran
design. 5-7, pada fase intervensi
Menggunakan dua setelah diberikan beberapa
kondisi kali perlakuan dengan
control(baseline) menerapkan metode PECS
sebelum dan mengalami perubahan
sesudah intervensi. dengn meningkatnya
Base line A1:sesi frekuensi komunikasi anak.
pengamatan Secara keseluruhan dari
perilaku subjek data yang telah diperoleh
penelitian sebelum dan diolah hasilnya
mendapat intervensi menunjukan adanya
 Base line B: peningkatan dalam
kegiatan- kemampuan komunikasi
kegiatan pada kedua anak autis.
intervensi Penerapan metode PECS
dengan metode memberikan pengaruh yang
PECS. signifikan untuk
 BaselineA2: meningkatkan kemampuan
kemampuan komunikasi anak autis
subjek setelah
intervensi.
Subjek
penelitian 2
anak autis yang
mengalami
hambatan dalam
komunikasi.

Pengaruh PECS Pre eksperimental  Hasil penelitian  Media PECS yang


(Picture design dengan yang dilakukan digunakan dalam
Exchange menggunakan one peneliti pada anak penelitian ini kurang
Communication group pretest- autis, menggunakan bervariasi,
System) terhadap posttest. Dilakukan lembar observasi  Responden tidak
perkembangan pada 14 responden diketahui bahwa selalu hadir tepat
interaksi social anak autis mampu semua responden waktu saat
anak autis berinteraksi social (100%) anak autis pelaksanaan
dengan baik setelah yang menjadi penelitian, tidak
dilakukan 8 kali responden selalu ada
perlakuan dengan penelitian belum pendampingan dari
metode PECS. atau tidak mampu pengasuh saat
Bahan yang melakukan pelaksanaan
digunakan dalam interaksi sosial. penelitian.
penelitian ini adalah Setelah dilakukan
penyajian gambar, PESC selama 8
seperti gambar kali, 100%
puzzle untuk responden mampu
penilaian kerja berinteraksi social
sama, mewarnai dengan baik.
untuk menilai
persaingan, gambar
zombie untuk
menilai konflik, dan
gambar lucu untuk
menilai akomodasi.
Picture Penelitian ini Penelitian ini dilakukan Tidak ada kelompok
Exchange melibatkan 1 lebih khusus dan tertuju control aktif
Communication kelompok pada keolompok usia
System (PECS) eksperimen tanpa remaja tunagrahita. Pada
dan kelompok control. penelitian ini terjadi
Communication Prosedur peningkatan komunikasi
Apprehension eksperimen PECS verbal pada setiap aktivitas
(CA) pada dengan 6 tahap tahapan perlakuan PECS.
remaja dilakukan 4x Terjadi peningkatan yang
Tunagrahita pertemuan berdurasi signifikan terjadi pada
Jenjang SD di 60 menit untuk tahap 6
SLBN Salatiga sekali pertemuan.
Tingkat kecemasan
komunikasi verbal
dinilai 2x yaitu
sebelum dan
sesudah perlakuan
PECS.
Pengukuran :
Analysis Of
Covariance/ANCOV
A dengan rancangan
dasar RAK
(rancangan Aack
Kelompok) berdasar
hasil nilai pra uji (x)
dan pasca uji (y)
setiap tahapan
perlakuan PECS.
Pengaruh metode penelitian meningkatkan kemampuan tidak selalu ada
metode pre eksperimental berbicara pada anak autis, pendampingan dari
pembelajaran design bentuk dan mampu mempermudah pengasuh saat
terstruktur penelitian one group memahami dan anak pelaksanaan penelitian
dengan media pretest – post test dibantu dengan media
PECS PECS karena anak autis
meningkatkan memiliki khas dalam
komunikasi pada belajar yaitu mudah
anak autis di mengingat berbagai hal
SLB C1 Negeri yang dapat di raba ( visual
Denpasar learner atau visual thinking
), dan anak juga mampu
memahami berbagai hal
yang dialami ( hand on
learner) dan meningkatkan
komunikasi verbal pada
anak – anak.

Keempat sumber literatur yang digunakan memiliki beragam modifikasi


penelitian baik dari metode, pengukuran maupun sampel pada PECS tresebut
untuk mendapatkan peningkatan komunikasi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Heryati (2014) yang berjudul


penggunaan PECS (Picture Excahange Communication System ) untuk meningkat
komunikasi anak autis. Terdapat perubahan saat menerapkan metode PECS pada
anak autis dengan hasil terjadi peningkatan kemampuan komunikasi nya.
Peningkatan frekuensi komunikasi dari setiap fase semakin meningkat
frekuensinya secara signifikan.HAsil yang diperoleh pada fase baseline 1 yaitu
frekuensi anak dalam komunikasi hanya berada pada kisaran 5-7, pada fase
intervensi setelah diberikan beberapa kali perlakuan dengan menerapkan metode
PECS mengalami perubahan dengn meningkatnya frekuens komunikasi
anak.Peningkatan frekuensi komunikasi dari setiap fase semakin meningkat
frekuensinya secara signifikan.Secara keseluruhan dari data yang telah diperoleh
dan diolah hasilnya menunjukan adanya peningkatan dalam kemampuan
komunikasi pada kedua anak autis. Penerapan metode PECS memberikan
pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis
(Euis,2015)

Menurut jurnal Raga dkk,(2017) yang berjudul pengaruh PECS (Pictures


Exchange Communication System ) terhadap perkembangan interaksi sosial anak
autis. PECS merupakan cara yanhg sangat baik bagi anak-anak untuk
meningkatkan interaksi. Metode PECS memberikan pengaruh yang signifikan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis, hasil dalam penelitian
yang dilakukan menyatakan adanya peningkatan dalam kemampuan komunikasi
pada anak autis. PECS tidak membatasi anak untuk berinteraksi dengan siapapun
dan melatih interaksi sosial dengan menggunakan symbol-simbol seperti gambar.
Metode PECS adalah metode yang dikembangkan untuk mengajarkan bagaimana
menggunakan kemampuan interaksi sosial, kemampuan komunikasi fungsional
dan gangguan perkembangan lainnya pada anak dengan gangguan autism.

Pada Penelitian Sunusi (2018) yang berjudul


Picture Exchange
Communication System (PECS) dan Communication Apprehension (CA) pada remaja
Tunagrahita Jenjang SD di SLBN Salatiga membuktikan bahwa PECS mampu
meningkatkan keterampilan kemmapuan verbal pada tunagrahita. PECS yang
menggunakan bahan gambar memudahkan dan menyenangkan remaja melakukan
pertukaran nama hanya dengan melihat gambar saja. Rusman (2009) menyatakan
bahwa anak-anak disabilitas lebih mudah menggunakan visual learner, yaitu
merasa senang dan lebih mudah mencerna informasi yang dapat dilihat daripada
yang hanya didengar. Selain itu Anggraini (2016) juga menambahkan bahwa
media visual memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar, dapat
memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan serta dapat menumbuhkan minat
siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rehfeldt & Root (2005)
bahwa terjadi peningkatan keterampilan berkomunikasi pada tiga tunagrahita yang
mengalami gangguan komunikasi dengan metode PECS.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nyoman (2015) yang berjudul


Pengaruh metode pembelajaran terstruktur dengan media PECS meningkatkan
komunikasi pada anak autis di SLB C1 Negeri Denpasar menunjukkan bahwa
Penggunaan metode pembelajaran terstrujtur dengan media PECS sesuai dengan
kebutuhan karakteristik anak autis. Pada proses pembelajaran anak dibuat dalam
keadaan kondusif, anak juga tidak diberikan waktu luang agar anak tidak asyik
dengan dirinya sendiri selain itu anak juga diajak menyanyi, bermain dan
bercanda untuk menghilangkan kejenuhannya. Susman (2012) menyatakan bahwa
anak dibantu dengan media PECS memiliki ciri khas yaitu yang mudah mengingat
dan memahami untuk berfikir dengan gaya belajar visual learner.

Anda mungkin juga menyukai