Mini C-EX Kardio
Mini C-EX Kardio
Divisi Kardiologi
ANAMNESIS : Auto-anamnesa
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Sesak nafas
Deskripsi
Seorang pasien laki-laki usia 79 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami
sejak ± 1 minggu sebelum masuk RS dan memberat ± 2 hari sebelum masuk RS. Sesak
nafas tidak disertai dengan bunyi menciut/mengi. Sesak nafas tidak dipengaruhi cuaca atau
makanan. Sesak nafas dipengaruhi aktifitas dan tidak berkurang dengan istirahat. Riwayat
terbagun malam hari karena sesak nafas dijumpai. Pasien dapat tidur telentang dengan
menggunakan 2-3 bantal.
Batuk berdahak atau berdarah tidak dijumpai. Riwayat batuk malam hari disangkal.
Riwayat konsumsi OAT disangkal.
Demam dan riwayat demam sebelumnya tidak dijumpai. Nafsu makan baik. Penurunan
berat badan disangkal.
Riwayat jantung berdebar-debar disangkal. Riwayat nyeri dada disertai penjalaran dan
menetap disangkal. Kaki bengkak dijumpai.
Pasien juga mngeluhkan nyeri kepala hebat sejak ± 2 hari sebelum masuk RS dan memberat
sejak ± 1 hari sebelum masuk RS. nyeri kepala dirasakan menetap pada seluruh bagian
kepala, nyeri kepala seperti tertimpa benda berat dan disertai rasa kaku di leher bagian
belakang. Nyeri kepala tidak membaik atau bertambah berat dengan perubahan posisi.
Nyeri kepala tidak disertai dengan telinga berdenging. Nyeri kepala tidak disertai dengan
perdarahan spontan. Nyeri kepala tidak disertai dengan pandangan kabur. Nyeri kepala
disertai dengan rasa mual tetapi tidak disertai dengan muntah menyembur. Nyeri kepala
tidak disertai dengan kejang atau penurunan kesadaran. Nyeri kepala tidak disertai dengan
kelemahan anggota gerak. Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
Pasien juga mengeluhkan lemas yang dialami oleh pasien beberapa hari ini. Muka pucat
dijumpai. Riwayat perdarahan spontan seperti : gusi berdarah, hidung berdarah, muntah
hitam disangkal, lebam pada kulit, dan BAB hitam disangkal. Riwayat transfusi darah
sebelumnya disangkal. Riwayat kontak dengan bahan kimia disangkal. Pasien bekerja
wiraswasta (pedagang).
BAK warna kuning, jumlah ± 500 cc/ 24 jam. Riwayat BAK berdarah disangkal. Riwayat
BAK nyeri disangkal. Riwayat BAK berpasir disangkal. BAB dalam batas normal.
Riwayat merokok ± 45 tahun, dari usia 25 tahun, dengan jumlah 1,5 bungkus perhari,
terakhir merokok ± 5 tahun yang lalu, usia 70 tahun.
Riwayat hipertensi ± 1 tahun, sejak tahun 2018, dengan TDS tertinggi tidak ingat, dan
pasien tidak teratur dalam pengobatan.
Riwayat diabetes melitus dijumpai ± 1 tahun, sejak tahun 2018, dengan KGD tertinggi
tidak ingat, dan pasien tidak teratur dalam pengobatan.
Riwayat penyakit jantung, stroke, asma bronkhial disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tahun Penyakit Tempat Perawatan Pengobatan dan Operasi
2018 Hipertensi Puskesmas Tidak jelas
2018 Diabetes Melitus Puskesmas Tidak jelas
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Imunisasi
Riwayat Alergi
Tahun Bahan / obat Gejala Tahun Jenis imunisasi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak jelas Tidak jelas
DESKRIPSI UMUM
Gizi
Berat Badan : 63 kg, Tinggi Badan : 167 cm
Gizi BB : 63 kg, TB : 167 cm
IMT : 22,6 kg/m² ( kesan: normoweight )
TANDA VITAL
Kesadaran Compos Mentis Deskripsi: Sadar penuh
Nadi Frekuensi : 78 x/i, t/v cukup regular, t/v cukup
Tekanan darah Berbaring: Duduk:
Lengan kanan : 200 / 100 mmHg Lengan kanan : 200 / 100 mmHg
Lengan kiri : 200 / 100 mmHg Lengan kiri : 200 / 100 mmHg
Temperatur Aksila: 36,5° C Rektal : Tidak ada kelainan
Pernafasan Frekuensi : 26 x /menit Deskripsi: Regular
KULIT :
Kulit pucat
KEPALA DAN LEHER
TVJ R+2 CmH2O, trakea medial, pembesaran KGB(-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
TELINGA
Tidak dijumpai kelainan
HIDUNG
Tidak dijumpai kelainan, nafas cuping hidung (+)
RONGGA MULUT DAN TENGGOROKAN
Tidak dijumpai kelainan
MATA
Conjunctiva palp. inf. anemis (+)/(+), sklera ikterik (-)/(-),
Pupil isokor,ki=ka, ø 3 mm, edema palpebra superior
inferior (-/-), exopthalmus (-)/(-)
TORAKS
Depan Belakang
Inspeksi Simetris fusiformis Simetris fusiformis
Palpasi SF kanan = kiri SF kanan = kiri
Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi SP : vesikuler SP : vesikuler
ST : ronkhi (-/-), wheezing (-/-) ST : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
JANTUNG
Batas Jantung Relatif
Atas : ICS III sinistra
Kanan : Linea parasternalis dextra
Kiri : 1 cm lateral linea mid clavicula sternalis ICR V
Jantung : BJ I-II regular,HR : 78 x/i reguler,
M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2,desah (-),gallop (-).
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
PINGGANG
Tapping pain (-/-)
INGUINAL
Pembesaran KGB (-)
EKSTREMITAS:
Superior : edema (-)/(-), ptekie (-)/(-)
Inferior : edema (+/+) , ptekie (-)/(-)
ALAT KELAMIN:
Pria, dalam batas normal
NEUROLOGI:
Refleks Fisiologis (+) normal
Refleks Patologis (-/-)
BICARA
Pasien bisa berkomunikasi dengan baik
Kimia Klinik
Troponin I : 0.00 ng/mL
Analisa Gas Darah
PH: 7.43/ PCO2: 34 mmHg/ PO2: 192 mmHg/ HCO3: 22.6 U/L/ Tot CO2: 23.6 U/L/ BE: -1.2
U/L/ Sat O2: 100 %.
Metabolisme Karbohidrat
KGD sewaktu : 136 mg/dL
Hati
Albumin : 3.5 g/dl
Ginjal
Ureum: 113 mg/dl, kreatinin: 4.88 mg/dl
Elektrolit
Na: 132 mEq/L, K: 7,4 mEq/L, Cl: 106 mEq/L
Enzim Jantung
CKMB : 64 U/L
Imunoserologi
Anti HIV : Non reaktif
FOTO THORAKS
Kedua sinus costo frenikus lancip, kedua diafragma licin.
Tidak tampak infiltrat pada kedua lapangan paru.
Jantung ukuran membesar.
Trakea di tengah.
Tulang-tulang dan soft tissue baik.
Kesan : Kardiomegali.
EKG
Irama : sinus, Normo Axis, QRS rate :78 x/i, P wave Normal, PR interval : 0,12”, QRS duration :
0,08 ” , ST-T changes (-), LVH (+), RVH (-),VES (-).
Kesan: Sinus Ritme, HHD (+)
DIAGNOSA
- Krisis hipertensi
- CHF Fgs I-II ec HHD
- AKI std III dd/ CKD stg V ec Hn dd/ DN
- Anemia ec penyakit kronis (hb : 7.1 g/dl)
- Hiponatremia (Na : 132 mEq/dl)
- Hiperkalemia (7.4 mEq/L)
- DM tipe 2 terkontrol
TERAPI
- Tirah Baring dengan posisi semi fowler
- Diet DM 1700 kkal + diet jantung rendah garam
- O2 2-4 l/i via NC
- IVFD Nacl 0.9% 10 tts/i (mikro)
- Tab Captopril 50 mg SL (ekstra)
- Drips Perdipin 1 ampul (10mg) dalam 50 cc Nacl 0,9 % via syringe pump dosis x bb
x 60 : 200 = 0.5 x 50 x 60 : 200 = 7.5 cc/jam up titrasi 7.5 cc/jam, dosis maksimal 150
cc/jam. Dengan target penurunan MAP sebanyak 25 % dari MAP awal (target MAP : 99,7)
- Inj furosemide 1 amp/12 jam
- Tab Captopril 2 x 25 mg
- Tab Herbeser 1 x 100 mg
- Bolus perlahan ca glukonas 1 amp (1000mg) habis dalam 3-5 menit untuk koreksi
hiperkalemia
- Bolus D40% 2 flc + insulin novorapid 10 unit dalam 100cc Nacl 0.9 % habis dalam 30
menit untuk koreksi hiperkalemia
- Kalitake sachet 3 x 1 untuk koreksi hiperkalemia
- Transfusi PRC 1 bag
RENCANA PEMERIKSAAN
- Pantau tanda vital
- Urinalisa
- Cek ulang elektrolit post koreksi kalium
- Echocardiography
- Funduskopi
- USG ginjal dan saluran kemih
- Morfologi darah tepi, Retikulosit
- Cek KGDN/2 jam PP/Hba1c
- Lipid profile
RESUME PASIEN
Seorang pasien laki-laki usia 79 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami
sejak ± 1 minggu sebelum masuk RS dan memberat ± 2 hari sebelum masuk RS. Sesak nafas tidak
disertai dengan bunyi menciut/mengi. Sesak nafas tidak dipengaruhi cuaca atau makanan. Sesak
nafas dipengaruhi aktifitas dan tidak berkurang dengan istirahat. Riwayat terbagun malam hari
karena sesak nafas dijumpai. Pasien dapat tidur telentang dengan menggunakan 2-3 bantal. Pasien
juga mengeluhkan nyeri kepala hebat sejak ± 2 hari sebelum masuk RS dan memberat sejak ± 1
hari sebelum masuk RS. nyeri kepala dirasakan menetap pada seluruh bagian kepala, nyeri kepala
seperti tertimpa benda berat dan disertai rasa kaku di leher bagian belakang. Nyeri kepala tidak
membaik atau bertambah berat dengan perubahan posisi. Nyeri kepala tidak disertai dengan telinga
berdenging. Nyeri kepala tidak disertai dengan perdarahan spontan. Nyeri kepala tidak disertai
dengan pandangan kabur. Nyeri kepala disertai dengan rasa mual tetapi tidak disertai dengan
muntah menyembur. Nyeri kepala tidak disertai dengan kejang atau penurunan kesadaran. Nyeri
kepala tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
Pasien juga mengeluhkan lemas yang dialami oleh pasien beberapa hari ini. Muka pucat dijumpai.
Riwayat perdarahan spontan seperti : gusi berdarah, hidung berdarah, muntah hitam disangkal,
lebam pada kulit, dan BAB hitam disangkal. Riwayat transfusi darah sebelumnya disangkal.
Riwayat kontak dengan bahan kimia disangkal. Pasien bekerja wiraswasta (pedagang). BAK
warna kuning, jumlah ± 500 cc/ 24 jam. Riwayat BAK berdarah disangkal. Riwayat BAK nyeri
disangkal. Riwayat BAK berpasir disangkal. BAB dalam batas normal. Riwayat merokok
dijumpai. Riwayat hipertensi dijumpai, TDS tertinggi tidak ingat, dan pasien tidak teratur dalam
pengobatan. Riwayat diabetes melitus dijumpai, dengan KGD tertinggi tidak ingat, dan pasien
tidak teratur dalam pengobatan.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum : tampak sakit sedang, kedasaran :
kompos mentis kooperatif, TD : 200/100, Nadi : 78x/i, Nafas : 26 x/i, Temperatur : 36,5° C. Pada
mata dijumpai konjungtiva anemis (+/+), pada pemeriksaan jantung inspeksi ikus kordis tidak
terlihat, palpasi iktus kordis teraba 1 cm lateral linea mid clavicula ICR V, perkusi batas jantung
atas : ICS III sinistra, kanan : linea parasternalis dextra, kiri : 1 cm lateral linea mid clavicula
sternalis ICR V, auskultasi : gallop (-), murmur (-). Pada ekstremitas inferior dijumpai edema
(+/+).
Pada pemeriksaan laboratorium, dari darah lengkap kesan : anemia normokrom normositer,
dari pemeriksaan fungsi ginjal kesan : AKI dd/ CKD, dari pemeriksan elektrolit kesan :
hiponatremia dan hyperkalemia, dari pemeriksaan KGD kesan dalam batas normal. Pad
pemeriksaan EKG kesan : HHD, dari pemeriksaan Ro Thoraks kesan : Kardiomegali.
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, Ro
thoraks) pasien di diagnosa dengan : Krisis hipertensi + CHF Fgs I-II ec HHD + AKI std III dd/
CKD stg V ec Hn dd/ DN + Anemia ec penyakit kronis (hb : 7.1 g/dl) + Hiponatremia (Na : 132
mEq/dl) + Hiperkalemia (7.4 mEq/L) + DM tipe 2 terkontrol.
Pasien ditatalaksana dengan Tirah Baring dengan posisi semi fowler, diet DM 1700 kkal
+ diet jantung rendah garam, O2 2-4 l/i via NC, IVFD Nacl 0.9% 10 tts/i (mikro), tab captopril 50
mg SL (ekstra), drips Perdipin 1 ampul (10mg) dalam 50 cc Nacl 0,9 % via syringe pump
dosis x bb x 60 : 200 = 0.5 x 50 x 60 : 200 = 7.5 cc/jam up titrasi 7.5 cc/jam, dosis maksimal
150 cc/jam. Dengan target penurunan MAP sebanyak 25 % dari MAP awal (target MAP : 99,7),
Inj furosemide 1 amp/12 jam, tab captopril 2 x 25 mg, tab herbeser 1 x 100 mg, bolus perlahan ca
glukonas 1 amp (1000mg) habis dalam 3-5 menit untuk koreksi hiperkalemia, bolus D40% 2
flc + insulin novorapid 10 unit dalam 100cc Nacl 0.9 % habis dalam 30 menit untuk koreksi
hiperkalemia, kalitake sachet 3 x 1 untuk koreksi hyperkalemia, transfusi PRC 1 bag.
KRISIS HIPERTENSI
Krisis hipertensi merupakan keadaan klinis dimana tekanan darah meningkat secara
progresif melebihi tekanan diastolik 120 mmHg dengan atau tanpa ancaman kerusakan organ
target. Krisis hipertensi dikelompokan dalam urgensi dan emergensi atas dasar adanya kerusakan
organ target yang karakteristik pada hipertensi emergensi dan belum terdapat kerusakan organ
target pada urgensi. Sebagian besar keadaan ini dapat dicegah, umumnya disebabkan oleh karena
pengobatan hipertensi yang tidak adekuat.
DEFINISI
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah secara progresif yang disertai
kerusakan organ target dan dalam penanganannya memerlukan penurunan tekanan darah dalam
beberapa menit untuk mencegah berlanjutnya kerusakan organ target tersebut. Keadaan klinis
berupa ensefalopati hipertensif, perdarahan intra-cranial,stroke, angina pectoris tak stabil atau
infark miokard akut, payah jantung kiri dengan edema paru, aneurisma aorta disekan, krisis
adrenal, epistaksis yang hebat, eklampsia.
Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah tanpa adanya kerusakan organ target
dan dalam penaganannya memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa jam. Keadaan
klinis berupa edema papil akut, sakit kepala yang hebat( severe headache ), sesak nafas, pedal
edema.
Peningkatan tekanan darah semata (asymptomatic chronic hypertension) tidak merupakan
krisis hipertensi.
ETIOLOGI
Krisis hipertensi sering diperkirakan karena masalah sekunder dari keadaan lain, ternyata
penyebab yang tersering adalah tidak adekuatnya pengobatan hipertensi sebelumnya, penyebab
lain adalah hipertensi reno-vaskular, hipertensi reno-parenkim, feokromositoma,
hiperaldosteronisme primer .
Faktor Presipitasi Krisis Hipertensi meliputi :
Akselerasi tekanan darah secara tiba-tiba pada orang yang hipertensi esensial
Hipertensi renovaskular
Glomerulonefritis akut
Eklampsia
Feokromositoma
Sindroma putus obat antihipertensi
Trauma kepala berat
Tumor yang mensekresikan renin
Penggunaan katekolamin pada penderita yang menggunakan MAO inhibitor
PATOFISIOLOGI
Terjadinya akibat peningkatan secara mendadak resistensi perifer sistemik (systemic
vascular resistance) yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan hormon vasokonstriktor
sistemik (angiotensin II, vasopressin, norepinephrin)
Organ yang terlibat karena hipertensi :
Susunan saraf pusat (memiliki peranan autoregulasi )
Ginjal ( punya peranan autoregulasi )
Jantung
Pankreas dan usus
PENDEKATAN
Membedakan antara hipertensi emergensi atau urgensi dengan menilai :
Kerusakan organ target
Penyakit penyerta sebelumnya
Hipertensi serta pengobatannya
Penyakit ginjal dan jantung
Kelainan neurologi
GEJALA KLINIS
Perbedaan antara hipertensi urgensi dan emergensi, yaitu :
PENGOBATAN
Pada hipertensi emergensi diperlukan penurunan tekanan darah dalam satuan menit akan
tetapi tidak perlu mencapai batas normal dan akan tercapai apabila menggunakan obat parenteral
dengan batas penurunan tekanan darah tidak melebihi 20% mean arterial pressure sedangkan pada
hipertensi urgensi dapat digunakan obat oral.
Obat Pada Hipertensi Emergensi
Obat Dosis Onset Lama Indikasi khusus
kerja
Diuretik
Furosemide 20-40 mg dalam 1-2 5-15 2-3 jam Biasanya diperlukan
min, ulangi dan menit obat jenis lain untuk
tingkatkan dosis pada mencapai target
insufisiensi ginjal tekanan darah
Vasodilators
Nitropruside 0.25-10.00 Segera 1-2 mnt Kebanyakan pd
(Nipride, g/mnt/kg/mnt dalam hipertensi emergensi;
Nitropress) infus intravena hati-hati pada keadaan
peningkatan tekanan
intracranial atau
azotemia
Nitroglycerin 5-100 g/mnt dalam 2-5 mnt 5-10 mnt Iskemia coroner
(Nitro-bid IV) infus intravena
Fenoldopam 0.1-0.6 g/kg/min 4-5 mnt 10-15 mnt Insufisiensi ginjal,
(Corlopam) dalam infus intravena pasca operasi
Nicardipine 5-15 mg/h i.v. 5-10 1-4 jam Kebanyakan hipertensi
(Cardiprin i.v) mnt emergensi; hati-hati
dengan payah jantung
akut
Hydralazine 10-20 mg i.v. 10-20 3-8 jam Eklampsia; hati-hati
(Apresoline) 10-20 mg IM mnt dengan peningkatan
20-30 tekanan intracranial
mnt
Enalaprilat 1.25-5.00 mg setiap 6 15 mnt 6 jam Payah jantung kiri akut
(Vasotec IV) jam
Adrenergic
inhibitors 5-15 mg i.v. 1-2 mnt 3-10 mnt Ekses Katekolamin
Phentolamine 200-500 g/kg/mnt 1-2 mnt 10-20 mnt Diseksi aorta pasca
Esmolol utk 4 mnt, kemudian operasi
(Brevibloc) 50-300 g/kg/mnt i.v.
20-80 mg i.v. bolus 5-10 3-6 jam
Labetalol setiap 10 mnt mnt Kebanyakan hipertensi
(Normo- 2 mg/min infus i.v. emergensi kecuali
dyne, Trandate payah jantung akut
ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari gagal jantung kongestif adalah :
1. Penyakit jantung koroner
2. Hipertensi
3. Kardiomiopati
4. Kelainan katup jantung
5. Aritmia
6. Alkohol dan obat-obatan
PATOGENESIS
Gagal jantung kongestif diawali dengan gangguan otot jantung yang tidak bisa
berkontraksi secara normal seperti infark miokard, gangguan tekanan hemodinamik, overload
volume, ataupun kasus herediter seperti kardiomiopati. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
penurunan kapasitas pompa jantung. Namun, pada awal penyakit, pasien masih menunjukkan
asimptomatis ataupun gejala simptomatis yang minimal. hal ini disebabka oleh mekaisme
kompensasi tubuh yang disebabkan oleh cardiac injury ataupun disfungsi ventrikel kiri.
DIAGNOSIS
Dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, meliputi :
elektrokardiografi / foto toraks, ekokardiografi-doopler dan kateterisasi. Kriteria framingham
dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung kongestif,
Kriteria major :
• Paroksismal nocturnal dyspnea
• Distensi vena leher
• Ronki paru
• Kardiomegali
• Edema paru akut
• Gallop S3
• Peninggian tekanan vena jugularis
• Refluk hepatojugularis
Kriteria minor :
• Edema ekstremitas
• Batuk malam hari
• Dyspnea d’effort
• Hepatomegali
• Efusi pleura
• Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
• Takikardia
KLASIFIKASI
simptomatik (NYHA fc II-IV). Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis
FARMAKOLOGIS
1.ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITORS (ACEI)
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan
fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. ACEI memperbaiki fungsi ventrikel dan remodelling.
2.PENYEKAT β
Kecuali kontraindikasi, penyekat β harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik
dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Penyekat β memperbaiki fungsi ventrikel.
3. ANTAGONIS ALDOSTERON
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil harus dipertimbangkan
pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35 % dan gagal jantung simtomatik berat (kelas
fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal berat.
6. DIGOKSIN
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk memperlambat
laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien
gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat
mengurangi gejala.
7. DIURETIK
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala
kongesti.Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan
hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk
menghindari dehidrasi atau resistensi.