Salam jumpa lagi pada sesi 5. Kita masih tetap membahas tentang kontek2 kekinian partai politik yang sedang sibuk karena terkait dengan tahapan pelaksanaan pemilu, yang diawali dengan rekrutmen politik. Tugas partai politik yang paling berat adalah menyiapkan pemimpin bangsa. Partai politik sering gagal melakukan rekrutmen dan kaderisasi pemimpin bangsa, sehingga pada saat pemilu calon pemimpin (calon presiden dan calon2 anggota wakil rakyat) seperti pada pemilu 2014 dikritik sebagai ‘stok lama’, begitupula pada Pilkada serentak tahap I yang digelar pada tahun 2015 dan pada akhir tahun 2016 ini. Pada pilkada serentak Tahap 1 2018 masih ada beberapa daerah yang kesulitan mencari calon pemimpin untuk menjadi cagub-cawagub, padahal sudah melakukan koalisi. Bahkan koalisi partai politik tidak lagi mengacu pada kesamaan ideologi lagi. Hal ini menunjukkan ada stagnan dalam rekrutmen dan kaderisasi. Oleh sebab itu rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi partai politik yang penting bagi kontinuitas dan kelestarian partai politik. Anggota yang telah direkrut oleh partai, dilanjutkan dengan kaderisasi yang berguna bagi partai untuk kepentingan rekrutmen pengurus, rekrutmen calon anggota legislatif, serta rekrutmen calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dari hasil penelitian yang dilakukan Wakhidatul Afifa terdapat kategori kader loncatan, kader kabitan dan kader titipan. Biasanya proses rekrutmen tidak berdasarkan meritokrasi. Artinya kaderisasi dibayang2i oleh jaringan oligarki yang cendrung memunculkan orang yang taat pada pimpinan partai dan bukan didasarkan pada prestasi dan kemampuan. Pentingnya proses rekrutmen terkait erat dengan konsep keterwakilan dan fungsi legislasi yang kelak akan diemban sebagai wakil rakyat (anggota legislatif). Bila dikaitkan dengan kapabilitas, kapasitas dan akseptabilitas ,maka ada wacana yang mempersoalkan bahwa pimpinan bangsa mendatang sebaiknya berusia tidak lebih dari 55 tahun. Pada Pemilu 2014, mekanisme keterbukaan partai dalam rekrutmen calon legislatif telah dipertanyakan. Untuk menangkis keragu2an ini beberapa partai politik telah melakukan mekanisme terbuka melalui mana warga masyarakat diluar kader partai dapat ikut serta melamar baik sebagai pengurus partai ataupun sebagai bakal calon legislatif. Selain itu, pada pencalonan Kepala Daerah menurut banyak pengamat politik terkesan lambat, walaupun pada detik2 terakhir penutupan pendaftaran Cagub/Cawagub muncul nama2 calon pilihan partai politik.