Anda di halaman 1dari 5

Karna Hidup Harus Memilih

setiap pilihan, pasti mengorbankan pilihan yang lain, yang terbaik adalah yang benar2 kau pahami,
jangan ragu, ambil sikapMu, kawan!

Selasa, 02 Januari 2018

Kuis bego-begoan: Seberapa 'bego' kamu?

Hello People,

Gimana liburan kalian, rame gak? Kalau beta rame di timeline saja, sibuk menjawab kuis bego-begoan
yang malang melintang di status WA dan belakangan ikut bikin rame story instagram. Buat kalian yang
berhasil jawab bener terus, selamat ya! Buat yang harus ngerepost, harap bersabar, ini baru latihan
ujian, hhehe. Buat yang belom sempet dapet kuis ini, kayaknya kalian kurang gaul deh, :p

Oke,mari kita kupas kuis tersebut dari yang paling gampang.

Kamu sedang tidur di kamar,kemudian Ibumu datang mengetuk pintu membawakan roti, selai dalam
toples dan segelas susu.Mana yang kamu buka duluan?

Kuis ini adalah kuis yang paling banyak direpost oleh penghuni linimasa status WA saya. Lho, berarti
banyak yang jawab salah dong? Berarti susah? Eits, tunggu dulu. Memang banyak yang salah, tapi
jawaban yang dianggap benar hanya 1. Bisa disimpulkan bahwa pola pengambilan keputusan menuju
jawaban yang dianggap benar sejatinya hanya 1 jalur saja.

Kita akan memulai bahasan dari jawaban-jawaban yang dianggap salah terlebih dahulu; mulai dari selai,
toples, roti, hingga pintu. Loh terus jawaban yang benar apa?

Dalam dunia psikologi, kemampuan manusia untuk berfikir kompleks, serta kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah disebut kemampuan kognitif. Ada beberapa teori yang menjelaskan aspek kognitif
manusia. Mayers (1996) menjelaskan bahwa kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan
menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini.
Sedangkan menurut Chaplin, kognisi adalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan,
termasuk didalamnya mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga, dan
menilai.

Kaitannya dengan kuis di atas adalah, jawaban yang dianggap benar adalah hasil dari kemampuan
kognitif yang baik. Kemampuan kognitif yang baik ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk memahami
teks secara utuh. Tidak sekedar membaca teks secara sepenggal demi sepenggal. Kemampuan kognisi
yang baik membuat kita mampu membayangkan keseluruhan konteks kuis tersebut sehingga
memungkinkan kita untuk menentukan langkah pertama yang harus diambil berdasarkan gambaran
tersebut.

Mari kita cermati baik-baik kalimat di atas. [Saya sedang tidur] Lah namanya juga orang sedang tidur, tau
darimana itu yang ngetuk pintu Ibu, lengkap dengan bawaannya pula. Logika darimana orang tidur bisa
tahu fakta dibalik pintu? Kecuali kamu bisa project astral, kemungkinan besar kamu sedang bermimpi.

Maka jelas, pertanyaan apa yang dibuka dulu bukan pintu, roti, selai toples apalagi susu. Sebab susu
tinggal diminum, eh. Apa yang dibuka dulu ini berkaitan dengan aktifitas tidurmu. Tangi cuk, alias wake
up. Nha untuk bangun dan sadar sepenuhnya dari mimpi, ya buka muatamuuuuu (baca: Mata)

Afahamtum?

Mari kita lanjutkan obrolan kita ke kuis kedua yang gak kalah seru.

1+4 =5

2+5=12

3+6 =21

5+8= …

Ingat 98% orang salah menjawab tes ini. Bila anda menjawab dengan benar berarti anda jenius.
Hayooo, siapa yang jawab benar?

:p

Dengan bekal teori kognitif tadi, mohon baca baik-baik kuis di atas. Sementara itu, saya mau sedikit
cerita tentang paragraf padu dan silogisme.

Paragraf Padu merupakan paragraf yang kalimat-kalimatnya tersusun secara logis dan serasi. Sehingga
untuk menyusun kalimat menjadi paragraf padu, kalimat-kalimat penyusunnya haruslah memiliki urutan
yang logis. Selain itu, antara kalimat satu dengan kalimat yang lain disambungkan dengan kata sambung
atau konjungsi yang sesuai membentuk keserasian. Jadi jelas ya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf
itu harus disambung dengan kata sambung yang sesuai agar bisa disebut paragraf padu.

Selanjutnya adalah Silogisme. Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Preposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
(premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek).
Dalam silogisme, sebuah kesimpulan, atau dalam hal ini jawaban, hanya bisa diambil dari dua
pernyataan yang saling berhubungan.

Mari kita kembali lagi ke ‘kuis’ di atas. Seorang kawan menjawab 43. Saya tanya kenapa bisa begitu, dia
jawab sebab hasil akhir hitungan adalah adalah gabungan seluruh nilai yang ada. “Coba liat tin, itu satu
ditambah empat jadi 5.Tapi kok dua ditambah lima jadi dua belas? Kalau dipikir-pikir, dua belas itu kan
dua ditambah lima ditambah value sebelumnya (5) yak? Nah, pas masuk ke 21 bener tuh. Harusnya
jawaban terakhir itu empat puluh tiga dong. Kan lima tambah delapan plus 21” begitu katanya dengan
menggebu. ‘Harusnya’? Iya, karena setelah itu dia melanjutkan curhatnya; ”Tapi kok salah ya?”

Jadi begini Mas,

Tolong cermati baik-baik kuis di atas. Apa judulnya? Oh situkan anak matematika yak, kalau dalam
silogisme, premis mayornya yang mana, premis minornya yang mana? Loh kok jadi soligisme? Lha iya,
kan situ mau cari konklusi alias kesimpulan tho? Dan masnya pun mak klakop. Tidak ada. Oke kalau
begitu, teori silogisme tidak bisa dipakai njih. Ndak usah nggathuk-nggathukke angka-angka yang ada.
Lanjut, di bawah angka-angka itu ada informasi yang cukup mencengangkan: ‘Ingat 98% orang salah
menjawab tes ini. Bila anda menjawab dengan benar berarti anda jenius.’

Mari kita baca baik-baik. ‘tes ini’. Hm, ‘ini’ merujuk kemana ya? Di mana kata sambung yang
menghubungkan ‘itu’ dengan referensinya? Lha wong di atas tidak ada ‘kata’ tes kok.

Berarti jawabannya apa? Di kalimat selanjutnya, shay. Bila anda menjawab dengan benar berarti anda
jenius. ‘Dengan’ itu ‘cara’, pembuat ‘kuis’ udah baik banget tuh ngasih jawaban, kok situ masih ngeyel.
LAGIAN KAN UDAH GUE BILANG DI ATAS SONO NOH!

Nah,kali ini kuisnya agak kompleks. Sebab ada beberapa versi jawaban benar. ‘Sebenar’ apa sih jawaban
mereka? Mari kita cek kuis ketiga berikut:

Ada bus, isinya supir, ada nenek, ada orang buta, ada anak kuliah, ada pekerja kantor, semuanya turun di
halte yang sama. Ketika berhenti di halte, yang turun duluan adalah....

Sekali lagi, mari baca baik-baik kuis di atas. Seperti biasa, saya akan memulai dengan memampang
jawaban yang salah: Siapapun pilihan anda,jawaban anda tetap salah. Loh kok bisa? Sebab sejauh yang
saya dapat, jawaban yang dianggap benar adalah ‘kecepatan’, ‘spedoometer’, ‘ban’ dan ‘kaki’. Dari
keempat jawaban tersebut, mana yang menurut anda paling benar?

Setelah membaca kuis tersebut dengan seksama, jika kemampuan kognitif anda berkembang dengan
baik, seharusnya kita bisa sama-sama membayangkan reka ulang kejadian. Sebuah bis dengan berbagai
penghuninya. Masuk ke frase pertama kalimat kedua: Ketika berhenti di halte. Momennya adalah saat
berhenti. Berhenti artinya tidak ada perpindahan tempat, berarti V = 0. Maka, opsi jawaban ‘kecepatan’
menjadi batal demi nalar. Kecuali jika premisyang diajukan adalah ‘ketika akan berhenti’. Paham beda
antara ‘akan berhenti’ dengan ‘berhenti’, kan? Hal ini berimbas pada opsi jawaban ‘spedoometer’. Sebab
‘Spedoometer’ adalah bacaan data dari kecepatan. Kalau kecepatan nol ya jarum spedoometer juga di
titik nol.
Bagaimana dengan Ban dan Kaki? Hm, mari kita bayangkan situasi kuis tersebut. Bus berisi beberapa
orang yang akan turun di halte yang sama. Ketika si Bus sudah berhenti? Yang turun duluan adalah
orang-orang di dalam Bus tersebut lah. Tapi siapapun orangnya, yang pasti turun duluan adalah kaki
mereka!

Hal yang menarik dari ketiga kuis di atas adalah bagaimana kuis tersebut bisa memunculkan jawaban
yang berbeda-beda. Rekan-rekan yang salah menjawab rata-rata ‘terjebak’ pada nomina yang disebutkan
dalam kuis. Pilihannya? Tergantung pada pengalaman yang pernah mereka alami berkenaan nomina-
nomina itu.Yang jawab roti ya karena biasanya ambil rotinya dulu. Yang jawab selai, ya karena biasanya
ambil selai dulu.

Dalam kajian ilmu semantik, ada petanda dan penanda. Petanda adalah nomina terkait sedangkan
penanda adalah konsep dalam kepala kita terkait petanda. Jadi ketika menyebut ‘selai’, maka otak kita
akan membayangkan warna, bau serta rasa selai itu. Itulah kesatuan konsep tentang selai di di pikiran
kita. Nah, Otak manusia ini unik, dia menyukai sesuai yang berbeda, yang melibatkan sebanyak mungkin
indera. Ini adalah ‘jawaban’ mengapa nomina alias kata benda lebih cepat ditangkap oleh otak manusia
sebagai fokus daripada kata kerja. Selanjutnya, tergantung pengalaman J

Bila kita mau sedikit berefleksi, sesungguhnya inilah sifat asli manusia. Cenderung fokus pada hal-hal
yang lebih ‘menarik’. Harap diingat bahwa ‘menarik’ tidak selalu memiliki referen bernilai positif. Inilah
yang sangat disayangkan. Ketika udah terlanjur benci, kita bisa dengan mudah ‘mengabaikan’ hal-hal
baik dari seseorang. Bahkan, kita bisa mengabaikan keseluruhan konteks hanya karena terlanjur fokus ke
satu titik.

Di kuis kedua, ini agak kompleks nih. Kecerdasan kadang membuat kita merasa paling benar dan
nggathuk-nggathukke berbagai hal. Padahal tidak semua hal perlu disambung-sambungin. Mari belajar
bersabar, melihat keseluruhan konteksdan melihat konektifitas satu hal dengan yang lain alih-alih
terburu mengambil kesimpulan. Bila tidak ada penghubung antar titik, ya ndak usah dihubung-
hubungkan.

Hayo ngaku, di dunia nyata, siapa yang suka uthak-athik gathuk, kesel sendiri, eh taunya Cuma asumsi
doank. Heheheh

Anda mungkin juga menyukai