Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal
ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien. Tujuan dari
pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk melindungi pasien dari kejadian yang
tidak diharapkan. Risiko kejadian ini berasal dari proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI, 2008).

Kasus tentang keselamatan pasien telah menjadi perhatian beberapa negara di dunia
dikarenakan masih tetap ada kejadian yang tidak diharapkan (KTD). Hal ini dapat dilihat dari KTD
yang terjadi di rumah sakit Utah dan Colorado yaitu sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya
meninggal. Sedangkan di New York, KTD sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka
kematian akibat KTD pada pasien rawat inap yang berjumlah 33,6 juta per tahun di seluruh
Amerika berkisar 44.000-98.000 per tahun. World Health Organization (WHO) pada tahun 2004
mengumpulkan data tentang KTD di rumah sakit dari berbagai negara (Amerika, Inggris, Denmark,
dan Australia) yang memiliki rentang KTD sebesar 3,2-16,6 %. Data tersebut menjadi pemicu di
berbagai negara untuk melakukan penelitian dan pengembangan sistem keselamatan pasien (Depkes
RI, 2008).

Kasus tersebut yang mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih memberikan perhatian
khususnya terhadap masalah keselamatan pasien di rumah sakit. Hal ini dibuktikan dengan
diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 1691 Tahun 2011 tentang keselamatan
pasien di rumah sakit. Peraturan tersebut menekankan adanya enam Sasaran Keselamatan Pasien
(SKP) yang wajib diupayakan oleh setiap rumah sakit yang meliputi: ketepatan identifikasi pasien,
peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh.

Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seluruh tingkatan
manajer dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan dan menjalankan fungsi manajerial.
Pemimpin bertugas membangun visi dan misi, mengkomunikasikan ide perubahan, dan menyusun
strategi sehingga setiap komponen dalam organisasi akan bekerja dengan memperhatikan
keselamatan (Cahyono, 2008)

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sasaran Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit,
komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen
kritis dari manajemen mutu (WHO, 2004 dalam Depkes RI 2011).

Patient safety adalah suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang aman untuk pasien. Standar Akreditasi Rumah Sakit tahun 2011 dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 pasal 8 tentang sasaran keselamatan pasien
rumah sakit pada ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan
pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien tersebut meliputi tercapainya
hal-hal sebagai berikut: ketepatan identifikasi pasien; peningkatan komunikasi yang efektif;
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi; pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan pengurangan resiko
pasien jatuh (Depkes RI, 2011).

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan kepada pasien secara aman termasuk didalamnya pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah keselamatan medis
(medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).

B. Enam sasaran keselamatan pasien peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/menkes/per/viii/2011 Tentang Keselamatan pasien rumah sakit:

1. SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/ meningkatkan


ketelitian identifikasi pasien
Elemen Penilaian Sasaran I :

2
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

2. SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Standar SKP II Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas


komunikasi antar para pemberi pelayanan.
Elemen Penilaian Sasaran II :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan
hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau
melalui telepon secara konsisten.

3. SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)

Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert).
Elemen Penilaian Sasaran III :
1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis
dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai
kebijakan.

3
4. SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN
OPERASI

Standar SKP IV Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-
lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien.
Elemen Penilaian Sasaran IV :
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien didalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk memverifikasi saat pre operasi
tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum "incisi/time out" tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses yang seragam untuk
memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi.

5. SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN

Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian SasaranV :
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan
sudah diterima secara umum (a.l dari WHO Guidelines on Patient Safety.
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

6. SASARAN VI : PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH

Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko
pasien dari cidera karena jatuh.
Elemen Penilaian Sasaran VI :

4
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh dan melakukan
asesmen ulang bila pasien diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap beresiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurangan cedera akibat jatuh dan
dampak dari kejadian yang tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan
resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

5
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama dalam
pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman.

Peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit dapat dirumuskan antara lain
sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP yang telah
ditetapkan;

Contohnya dalam pemberian obat, Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan
pasien, bahkan bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien, terutama obat-obat
yang perlu diwaspadai. Kemudian Salah-Lokasi, Salah-Prosedur, dan Salah-Pasien yang menjalani
tindakan serta prosedur merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat terjadi. Kesalahan
ini terjadi antara lain akibat komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat. Maka dari itu, seorang
perawat harus menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya, peka, proaktif
dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan; serta
mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan
keluarga.

SARAN

Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah sakit agar selalu
mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah di tentukan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.


Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Pabuti, Aumas. 2011. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit. Proceedings
of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai