NIM :A1C418073
1.METODE SIMULASI
Udin Syaefudin Sa’ud (2005: 129) simulasi adalah sebuah replikasi atau
visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan,
yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa
simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang
menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi
memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama
itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses
pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan
benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat
pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di
sekolah dasar.
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) prosedur yang harus ditempuh dalam
penggunaan metode simulasi adalah:
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan
metode simulasi adalah:
Sandra de Young dalam Nursalim dan Efendi (2008) menyatakan terdapat tiga
jenis dari simulasi. Jenis – jenis dari simulasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru
sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu,
perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar
dan tidak kepada yang lainya.
2. Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran
yang sama.
3. Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang
panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya
membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas
dari hasil pengamatannya.
5. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-
keterangan yang banysk
6. Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat
diperjelas waktu proses demonstrasi.
1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati
keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang
terjadiperubahan yang tidak terkontrol.
2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang
alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila
alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan
diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta
didik.
4. Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas.
5. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.
6. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu
didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
7. Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan
kesabaran.
3.METODE RESITASI (PENUGASAN)
Menurut J.S. Badudu, dalam ‘Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa
Indonesia’ defenisi Resitasi adalah bacaan yang disampaikan (dari hafalan) di
depan umum; 2. hafalan yang diucapkan (missal oleh murid-murid) di depan
kelas
Resitasi berasal dari bahasa Inggris ‘to cite’ yang artinya mengutip ‘re' yang
artinya kembali. Jadi resitasi artinya siswa mengutip atau mengambil sendiri
bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan
berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya
Menurut Nana Sudjana, “tugas atau resitasi tidak sama dengan pelajaran rumah
tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat merangsang anak untuk lebih aktif
belajar baik secara individual maupun kelompok
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, “Metode resitasi adalah
metode Penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa dapat
dilakukan di kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di
bengkel, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan
Metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi
tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran.
Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya
dipertanggungjawabkan
Slameto mengemukakan :
1. Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak, baik pada
waktu di kelas maupun di luar kelas. Metode ini dapat mengembangkan
kemandirian siswa yang diperlukan kehidupan kelak.
2. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang
dipelajari.
3. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah
sendiri informasi dan komunikasi.
4. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan
belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
1. Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan orang lain.
2. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
siswa.
3. Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan.
Imanjah Alipandie, juga merumuskan kelebihan dan kelemahan dalam proses
“Adapun kelebihan metode resitasi adalah 1). anak menjadi terbiasa mengisi
waktu luangnya, 2). memupuk rasa tanggung jawab, 3). melatih anak berfikir
kritis, 4). tekun, giat dan rajin. Sedangkan kelemahan metode resitasi antara
lain : 1). tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan jalan
meniru, 2). karena perbedaan individual anak, tugas diberikan secara umum
mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedang yang lain merasa
mudah menyelesaikan tugas itu dan apabila tugas sering diberikan maka
ketenangan mental pada siswa terpengaruh.
Roymond mengutip pendapat Djamarah yang merumuskan kelebihan dan
Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas dan
petunjuk-petunjuk guru.
a. Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
b. Ada tanya jawab diskusi kelas.
c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.
Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil belajarnya baik
berbentuk laporan lisan maupun tertulis. Karena tugas yang dikerjakan pada
yakni :
1). Harus jelas bagi peserta didik apa manfaat, tujuan, serta bentuk dari tugas.
Misalnya : apakah paper / makalah, laporan bacaaan dan lain-lain.
2). Harus dijelaskan bagaimana pekerjaan itu dapat direncanakan dan dikerjakan,
serta bagaimana hasil kerjanya akan dinilai,
4.METODE PELATIHAN
Metode juga menyangkut masalah cara kerja untuk memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
B. Metode Pelatihan
Menurut Cherrington (1995:358), metode dalam pelatihan dibagi dua, yaitu on
the job training dan off the job training. On the job training lebih banyak digunakan
dibandingkan off the job training. Hal ini disebabkan karena metode on the job training
lebih focus pada peningkatan produktivitas secara tepat. Sedangkan metode off the job
training lebih focus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
Menurut Gary Dessler (2006: 285) on the job (OJT) merupakan kegiatan melatih
seseorang untuk mempelajari pekerjaan sambil mengerjakannya.
Menurut Cherrington (1995: 358) bentuk On The Job Training dibagi menjadi
enam :
Job Instruction Training merupakan bentuk pelatihan yang memerlukan analisis kinerja
pekerjaan secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan
pekerjaan . pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tetang tujuan pekerjaan dan
menunjukan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan.
2) Apprenticeship
Merupakan bentuk pelatihan yang mengarah pada proses penerimaan karyawan baru
yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu
tertentu.
Efektivitas pelatihan ini bergantung pada kemampuan praktisi yang ahli dalam
mengawasi proses pelatihan.
b) Banyak waktu yang terbuang untuk member orientasi pada peserta terhadap kondisi
pekerjaan yang baru.
Pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu jika pelatihan ini diberikan oleh manajer
ahli maka peserta akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan
dan praktik dalam pekerjaan.
Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan timbal balik dalam penampilan kerja,
dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan cara melakukan pekerjaan secara
tepat.
2) Trainer atau karyawan terhindar dari kekacauan dan tekanan situasi kerja
Menurut cherrington (1995:358) metode pelatihan off the job training dibagi
menjadi tiga belas macam, yaitu:
1) Vestibule training
2) Lecture
Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan peserta untuk melatih diri sendiri,
misalnya dengan membaca buku, majalah, mengambil kursus pada universitas local dan
mengikuti pertemuan profesional.
4) Visual presentation
6) Teleconferencing
Merupakan bentuk pelatihan dengan menggunakan satelit, yang pelatih dan peserta
dimungkinkan untuk berada pada tempat yang berbeda.
7) Case Studies
Merupakan pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, yaitu peserta dituntut untuk
menemukan prinsi-prinsip dasar denngan menganalisis masalah yang ada.
8) Role Playing
9) Simulation
Merupkan bentuk pelatihan yang menciptakan suasana belajaryang sangat sesuai atu
mirip dengan kondisi pekerjaan. Pelatihan ini digunakan untuk belajar secara teknikal
danmotor skill.
Tujuan pelatiha adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada peserta.
Setelah selesai pelatihan, setiap peserta diharapkan semakin luas pengetahuan dan
wawasannya sehingga berdaya guna dalam meningkatkan kinerja untuk mencari ide-ide
dan pemikiran baru. Menambah pengetahuan dalam dilaksanakan dengan metode:
c. Permainan
d. Diskusi terpadu
e. Tayangan
a. Role play
b. Simulasi
a. Diskusi terpadu
b. Diskusi kelompok
c. Debat
d. Studi kasus
Metode Pembelajaran
Sulit untuk membuat kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat dan
minat atau daerah tempat tinggal.
Murid-murid yang oleh guru telah dianggap homogen, sering tidak merasa cocok
dengan anggota kelompoknya itu.
Pengetahuan guru tentang pengelompokkan itu kadang-kadang masih belum
mencukupi
5.METODE EKSPERIMEN
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya
dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara
berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari
teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus
mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus
cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan
bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka
kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c)
dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses
percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka
menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam
eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang
jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta
ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru
dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa
dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan
social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu
alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum
ada.
Metode eksperimen menurut Sumantri & Permana (1999:157) adalah cara belajar
mengajar yang melibataktifkan peserta didik dengan mengalami dan
membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Sedangkan menurut
Hermawan, dkk, (2007:165), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran
di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari. Dan menurut Dahar (2006:220), metode eksperimen
adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan tau hipotesis
yang dipelajari.
Roestiyah (2012:80) mengungkapkan yang dimaksud eksperimen adalah
salah satu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang
sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian
hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah
salah satu metode pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas peserta didik
melakukan percobaan dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan
sehingga guru hanya bertindak sebagai pembimbing.
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak
dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya
berpegang pada prinsip metode ilmiah
2. Pelaksanaan eksperimen
Setelah semua dipersiapkan, termasuk apa yang seharusnya dilakukan siswa
dalam mengadakan eksperimen, kegiatan selanjutnya siswa memulai pelaksanaan
eksperimen. Ada beberapa hal sebagai petunjuk dalam melaksanakan
pembelajaran melalui eksperimen, yaitu:
3. Tindak lanjut
Tindak lanjut adalah kegiatan penutupan eksperimen. Ada beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam kegiatan ini diantaranya: