Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KERJA LAPANGAN

STT-BARAMULI PINRANG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Jembatan Menurut SNI


Jembatan adalah suatu konstruksi yang memungkinkan rute

transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api, dan

lain-lain. Jembatan adalah konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan

dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan seperti lembah yang

dalam, alur sungai dan saluran irigasi.

Jadi untuk perencanaan harus berdasarkan pada suatu prosedur

yang memberikan jaminan keamanan pada tingkat yang wajar, berupa

kemungkinan yang dapat diterima untuk mencapai suatu keadaan batas

selama umur rencana jembatan.

Perencanaan kekuatan balok, pelat, kolom beton berfungsi sebagai

komponen struktur jembatan yang diperhitungkan/analisis. Disamping itu,

perencanaan harus memperhatikan faktor integritas komponen-komponen

struktur jembatan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Kontinuitas dan redundansi

2. Semua komponen struktur jembatan harus mempunyai ketahanan yang

terjamin terhadap kerusakan dan instabilitas sesuai umur jembatan yang

direncanakan.

3. Aspek perlindungan eksternal terhadap kemungkinan adanya beban

yang tidak direncanakan atau beban berlebih.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-6
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

Komponen struktur beton bertulang dan beton prategang dengan

memakai beton normal, dan dengan panjang bentangan tidak lebih dari 100

meter. Beton normal yang dimaksud adalah beton yang dibuat dengan

menggunakan semen portland, mempunyai massa jenis sekitar 2400 kg/m3,

dan mempunyai kuat tekan antara fc’ 20 Mpa sampai 60 Mpa (Silinder)

yang setara dengan K250 – K700 berdasarkan benda uji kubus, termasuk

beton ringan yang mempunyai massa jenis tidak kurang 2000 Kg/m3 dan

mempunyai kuat tekan antara 20 Mpa – 40 Mpa. Bila tidak disebutkan lain

dalam spesifikasi teknik, kuat tekan harus diartikan sebagai kuat tekan beton

pada umur 28 hari. ( RSNI T-12-2004, Perencanaan Struktur Beton Untuk

Jembatan ).

Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder)

yang kurang dari 20 Mpa tidak dilaksanakan untuk digunakan dalam

pekerjaan struktur beton untuk jembatan, kecuali untuk pembetonan yang

tidak dituntut persyaratan kekuatan. Dalam hal komponen struktur beton

prategang, sehubungan dengan pengaruh gaya prategang pada tegangan dan

regangan beton baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang

maka kuat tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah dari 30 Mpa.

Dibawah ini ada beberapa jenis jembatan sebagai berikut :

1. Jembatan di atas sungai.

2. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase.

3. Jembatan di atas lembah.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-7
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

4. Jembatan di atas jalan yang ada.

Keuntungan dan kerugian penggunaan jembatan beton dibanding

jembatan kayu atau jembatan gelagar besi, antara lain:

- Keuntungan

 Masa pakaianya lama.

 Kebutuhnan untuk pemeliharaan reltif lebih ringan.

 Harga tidak jauh berbeda dengan jembatan kayu dan lebih murah

dari pada jembatan gelagar besi.

 Dapat dibangun di tempat yang tidak ada kayu dan pengangkutan

gelagar besi sangat sulit dan relatif mahal.

 Masyarakat mendapatkan keterampilan baru, yaitu cara

menggunakan bahan beton yang notabene sangat dipengaruhi oleh

tingkat dan kualitas pemahaman struktur beton dan cara

pengerjaannya.

- Kerugian

 Perlu ketrampilan khusus dalam desain.

 Perlu pengawasan yang tenaga trampil yang dapat mengawasi

tanpa meninggalkan lokasi bangunan.

 Perlu perhatian khusus untuk menjamin kualitas pekerjaan.

 Sangat peka terhadap penurunan tanah (settlement) / turunnya

pondasi, maka perlu pondasi yang terjamin kuat.

 Lebih sulit pemeliharaan bila ada kerusakan.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-8
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

 Kerusakan lebih sulit dideteksi sampai dengan jembatan ambruk.

 Bila dibuat lebar dan panjang, proporsi biayanya sangat besar, dan

proporsi dana untuk bahan lebih tinggi dibanding proporsi untuk

tenaga kerja.

 Tanpa pengawasan yang ketat, resiko kegagalan cukup besar.

 Keterampilan untuk membangun jembatan beton tidak dapat

diterapkan oleh masyarakat sendiri pada masa pasca proyek, karena

sangat bergantung pada konsultan dan pengawas. Mereka tidak

mendapatkan keterampilan yang dapat diterapkan pada kebutuhan

lain-lain.

2.2. Bagian-bagian jembatan menurut SNI

2.2.1. Bangunan Bagian Bawah Jembatan

1. Pondasi

Pondasi adalah suatu bagian dari kontruksi bangunan yang

berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang

di salurkan dari struktur bangunan atas ke tanah dasar pondasi yang

cukup kuat menahan tanpa terjadinya differential settlement pada

sistem strukturnya.

Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam pemilihan tipe

pondasi seperti berikut ini:

a. Keadaan tanah pondasi.

b. Batasan-batasan akibat kontruksi di atasnya upper structure.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-9
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

c. Keadaan daerah sekitar lokasi.

d. Waktu dan biaya pekerjaan.

e. Kokoh dan kuat.

Jadi, berdasarkan pertimbangan yang ada diatas maka perlu kita

liat beberapa jenis pondasi pada jembatan diantaranya:

a. Pondasi sumuran adalah komponen struktur dari sumuran

beton yang berinteraksi langsung dengan tanah, yang

berfungsi sebagai penopang akhir dan menyalurkan beban

dari struktur jembatan ke tanah pendukung. Pondasi ini

terbuat dari betong bertulang atau betong pracetak yang

umum digunakan pada pekerjaan jembatan di indonesia

adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250

cm, 300 cm, 350 cm dan dengan demikian sumuran dapat

diturunkan.

Gambar 2.1 Pondasi Sumuran

b. Pondasi tiang pancang pada umumnya digunakan jika

lapisan tanah keras dan pendukung beban berada jauh dari

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-10
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

dasar sungai dan kedalamannya > 8,00 meter. Perencanaan

pondasi ditinjau terhadap pembebanan vertikal dan lateral,

dimana berdasarkan data tanah diketahui bahwa lapisan

tanah keras berada pada lapisan dalam. Sesuai dengan data

kondisi tanah yang berdasarkan hasil sondir dan boring

lapisan keras > 20 meter dari permukaan tanah dan

kedalaman penggerusan hasil perhitungan pada analisa

hidrologi adalah 9,167 meter serta tingkat kesukaran dalam

pelaksanaan maka rencana pondasi yang paling tepat untuk

kondisi tanah tersebut adalah pondasi tiang pancang.

Gambar 2.2 Pondasi tiang pancang

c. Pondasi telapak/langsung digunakan jika lapisan tanah

keras (lapisan tanah yang dianggap baik mendukung beban)

terletak tidak jauh (dangkal). Dalam perencanaan jembatan

pada sungai yang masih aktif maka pondasi telapak tidak

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-11
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan

terjadinya pergeseran akibat gerusan. Pondasi jenis ini

cocok untuk jenis tanah sedang hingga keras. Bahannya dari

pasangan batu kali atau beton bertulang.

Gambar 2.3 Pondasi langsung jembatan

d. Pondasi cerucuk (pondasi pancang sederhana)

Gambar 2.4 Pondasi cerucuk

Pondasi cerucuk adalah salah satu jenis pondasi yang

biasanya di aplikasikan di daerah dengan kondisi tanah

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-12
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah lumpur

ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup

tinggi. Untuk pelaksanaan pemancangan kayu cerucuk

dapat dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan dapat

juga dilakukan dengan tenaga mesin yang sering disebut

dengan mesin pancang (back hoe).

2. Lantai kerja

Lantai kerja merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam

konturksi bangunan dengan lingkup dan kondisi lingkungan yang

cukup kompleks. Ketebalan lantai kerja biasanya berkisar 10-15 cm.

Adapun fungsi pembuatan lantai kerja adalah sebagai berikut:

a. Memudahkan pekerjaan berdiri diatas lahan datar dan

menjadikan pekerjaan pembesian abutmen tidak kotor dan

becek.

b. Merupakan dudukan besi lapisan bawah (untuk pondasi rakit

atau abutmen).

c. Menahan gaya angkat (up-lift force) tanah di bawahnya.

Sedangkan langkah-langkah pembuatan lantai kerja adalah sebagai


berikut:

a. Memastikan elevasi yang diperlukan untuk lantai kerja

(leveling lntai).

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-13
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

b. Memasang pelastik atau sekat sejenis. Fungsi dari pemasangan

pelastik adalah untuk membatasi lapis beton agar tidak

bercampur dengan tanah.

c. Membuat bekisting disekitar batas lantai kerja rencana.

d. Cor lantai kerja.

Gambar 2.5 Lantai kerja jembatan

3. Abutmen

Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung

bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi

abutmen ini antara lain:

a. Sebagai perletakan balok/girder jembatan.

b. Sebagai perletakan plat injak.

c. Sebagai penerus gaya-gaya yang bekerja pada struktur atas ke

pondasi.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-14
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

d. Sebagai penahan tekanan tanah aktif.

Abutmen juga dapat di kategorikan sebagai struktur dinding

penahan tanah, karena salah satu fungsi dari abutmen adalah menahan

tekanan akibat tanah. Sehingga parameter-parameter desain yang

digunakan juga hampir sama dengan parameter desain dari dinding

penahan tanah.

Dalam hal ini, perlu juga di tinjau kestabilan terhadap geser

dan bidang runtuh tanahnya. Konstruksi abutmen harus mampu

mendukung beban-beban yang bekerja, meliputi:

a. Reaksi perletakan dari struktur atas.

b. Beban akibat tekanan tanah lateral dari berat tanah dan kohesi.

c. Beban akibat tekanan tanah dari beban tambahan (surchange

load), seperti beban titik, beban garis, beban strip, dan beban

merata.

d. Beban akibat tekanan hidrostatik.

e. Tegangan kontak.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-15
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

Gambar 2.6 Abutmen jembatan

4. Elastomeric Bearing Pad

Elastomeric Bearing pad jembatan merupakan bagian penting

dari jembatan yang berfungsi meredam getaran akibat beban dari atas

jembatan menuju bagian bawah jembatan, letak dari elastomeric

bearing pad sendiri berada diantara girder dan tiang

jembatan/abutmen. Elastomeric bearing pad terbagi menjadi dua

jenis, yaitu plain bearing pad (hanya terdiri dari elastomeric) dan

laminated (steel reinforced) bearing pad (terdiri dari lempengan baja

untuk membantu meanahan daya dan diletakkan bersama dengan

elastomeric).

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-16
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

Gambar 2.7 Elastomeric bearing pad

2.2.2. Bangunan Bagian Atas Jembatan

1. Plat Injak

Plat Injak adalah suatu kontruksi yang berbeda sebelum

kontruksi utama jembatan. Plat injak berfungsi memberi bidang datar

sebelum memasuki lantai jembatan sehingga dapat meminimalisir

kerusakan pada lantai jembatan.

Proses pembuatan plat injak adalah setelah proses

penghamparan lapisan pondasi agregat kelas B pada oprit, baik oprit

timur maupun oprit barat. Mutu beton yang digunakan K-225. Proses

pembuatan plat injak sama dengan pembuatan plat lantai kendaraan

yaitu proses pembesian, perakitan, bekisting, dan pengecoran.

Lapisan pondaasi agregat kelas B yang tepat berada di bawah

plat injak adalah 15 cm, kemudian ditambahkan dengan lapisan

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-17
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

pondasi agregat kelas A setebal 25 cm tepat diatas permukaan plat

injak bila sudah di cor. Setelah itu baru di beri lapisan aspal setebal 16

cm.

Gambar 2.7 Plat injak jembatan

2. Girder

Aplikasi girder pada dunia kontruksi pada umumnya di gunakan

untuk konstruksi jembatan. Pada konstruksi jembatan, girder

digunakan pada struktur atas dan fungsi girder pada jembatan adalah

memikul beban dari struktur yang ada diatasnya kemudian

meneruskan beban tersebut ke abutmen dan diteruskan lagi ke pondasi

atau poer.

Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat

berupa pier ataupun abutmen pada suatu jembatan atau fly over.

Umumnya girder merupakan balok beton dengan profil I, namun

girder juga dapat berbuntuk box (box girder) atau bentuk lainnya.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-18
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

Beban yang biasanya diterima oleh girder biasanya sangat besar

sehingga jika kita menggunakan profil hasil pabrikasi (profil standar)

maka akan menghasilkan berat sendiri yang cukup besar pula

sehingga tidak efisien. Salah satu jalan untuk mengurangi beban

sendiri yaitu dengan cara mempertinggi profil (membuat profil yang

tidak standar).

Girder beton mutu tinggi dengan sistem pracetak segmental

meninggkatkan efesinsi bangunan atas. Perampingan dimensi dalam

berat girder boton mutu tinggi (fc’65 mpa) memberikan penghematan

berat sendiri -20% terhadap girder beton standar (fc’40 mpa).

Girder beton mutu tinggi (fc’65 Mpa) bentuk profil I di-pracetak

secara segmental yang di gabung dengan pelapisan epoksi dan cara

pasca prategan di lapangan.

Gambar 2.9 Girder jembatan

3. Balok Diafragman

Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk

memberikan ikatan antara girder sehingga akan memberikan

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-19
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

kestabilan pada masing-masing girder dalam arah horizontal. Pengikat

tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian stressing pada diafragma

dan girder sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan.

Gambar 2.10 Balok diafragman

4. Plat Lantai Jembatan

Plat lantai jembatan berfungsi untuk menahan beban yang

bekerja diatas jembatan secara merata agar mendapatkan permukaan

yang rata. Urutan pelaksanaan pekerjaan plat lantai jembatan adalah

sebagai berikut :

1. Pembuatan bekisting plat lantai.

2. Pelaksanaan pekerjan pembesian.

3. Metode pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton.

Pemasangan bekisting dilakukan setelah pemasangan girder

jembatan. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan bekisting:

1. Menentukan lahan yang dipasangi bekisting.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-20
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

2. Melakukan pengukuran rencana lokasi pengecoran sesuai gambar

rencana.

3. Membersihkan lokasi bekisting dari segala macam kotoran.

4. Menyiapkan komponen-komponen bekisting di lapangan.

5. Merakit komponen bekisting di lapangan dengan kuat dan tepat.

Prosedur Pelaksanan pekerjaan pembesian yaitu:

1. Menyiapkan material besi tulangan sesuai dengan ukuran dan

gambar yang sudah direncanakan.

2. Menyiapkan lokasi untuk pemotongan dan perakitan tulangan.

3. Menyiapkan peralatan dan tenaga pembesian yang sesuai degan

kebutuhan.

4. Potong dan rakit pembesian dengan yang sesuai ukuran gambar

rencana.

5. Menyiapkan lokasi pemasangan panel rakitan pembesian

dilapangan bersih dari segala kotoran.

6. Pastikan posisi ikatan antara besi tulanag sudah cukup kuat pada

tempatnya.

Metode pelaksanaan untuk pekerjaan beton ini dilaksanakan

dengan sistem serentak untuk semua unit dengan metode

konversional. Karena pekerjaan beton dikerjakan secara bertahap

untuk memulai pekerjaan. Prosedur pelaksanaan pekerjaan

pengecoran beton yaitu:

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-21
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

1. Siapkan perijinan untuk memulai pekerjaan (request) yang

disetujui oleh direksi pekerjaan.

2. Cek bersama dengan direksi sebelum dilakukan pekerjaan

pengecoran.

3. Lakukan pengecoran dan setiap melakukan pengecoran

maka campuran beton sudah harus dilakukan pengecekan

terhadap kadar air dengan slump test dan buat silinder untuk

pengujian kuat tekan beton tersebut.

4. Pastikan skor-skor dan perancah kuat menopang beton basah

sehingga di dapatkan hasil yang sesuai dengan gambar.

5. Lakukan pemeliharaan beton dengan penyiraman terus

menerus atau dengan pemberian karung goni sampai umur

28 hari.

Gambar 2.11 Plat jembatan

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-22
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

2.2.3. Standar pembebanan untuk jembatan

Dalam perencanaan jembatan, pembebanan yang diberlakukan

padajembatan jalan raya, adalah mengacu pada standar “RSNI T-02-

2005 Pembebanan Untuk Jembatan”. Standar ini menetapkan

ketentuan pembebanan dan aksi-aksi yang akan digunakan dalam

perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan

bangunan-bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan.

Pada tahun 1970 Direktorat Jenderal Bina Marga menetapkan

“Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya” Nr. 12/1970.

Peraturan ini kemudian diangkat menjadi “Tata Cara Perencanaan

Pembebanan Jembatan Jalan Raya” SNI 03-1725-1989. Peraturan-

peraturan ini kembali dibahas oleh Tim Bridge Management System

(BMS) yang menghasilkan modifikasi dalam kaidah-kaidah

perencanaan keadaan batas layan (KBL) dan ultimit (KBU). Acuan

yang banyak digunakan standar ini bersumber pada Austroads dan

menghasilkan Peraturan “Beban Jembatan”, Peraturan Perencanaan

Jembatan, Bagian 2, BMS-1992. Peraturan ini mencakup perencanaan

beban gempa secara statis ekuivalen yang mengacu pada “Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya” SNI –

03- 2833-1992.

Pusat Litbang Prasarana Transportasi memprakarsai penerbitan

“Pedoman Perencanaan Beban Gempa untuk Jembatan” Pd. T-04-

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-23
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

2004-B (melengkapi Peraturan “Beban Jembatan” BMS-1992) yang

memuat perencanaan beban gempa secara dinamis.

Sejalan dengan itu, “Standar Pembebanan untuk Jembatan” yang

dipersiapkan dalam tahun 1989 dikaji ulang dan disesuaikan dengan

Peraturan “Beban Jembatan” BMS-1992 sehingga memungkinkan

jembatan untuk mengakomodasikan pertumbuhan dan perilaku lalu

lintas kendaraan berat yang ada.

“Standar Pembebanan untuk Jembatan” 2004 memuat beberapa

penyesuaian berikut:

1. Gaya rem dan gaya sentrifugal yang semula mengikuti

Austroads, dikembalikan ke Peraturan Nr. 12/1970 dan Tata

Cara SNI 03-1725-1989 yang sesuai AASHTO;

2. Faktor beban ultimit dari “Beban Jembatan” BMS-1992

direduksi dari nilai 2 ke 1,8 untuk beban hidup yang sesuai

AASHTO;

3. Kapasitas beban hidup keadaan batas ultimit (KBU)

dipertahankan sama sehingga faktor beban 1,8 menimbulkan

kenaikan kapasitas beban hidup keadaan batas layan (KBL)

sebesar 2/1,8 ~ 11,1 % ;

4. Kenaikan beban hidup layan atau nominal (KBL) meliputi :

a) Beban T” truk desain dari 45 ton menjadi 50 ton ;

b) Beban roda desain dari 10 ton menjadi 11,25 ton ;

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-24
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

c) Beban D” terbagi rata (BTR) dari q = 8 kPa menjadi 9

kPa ;

d) Beban D” garis terpusat (BGT) dari p = 44 kN/m

menjadi 49 kN/m

5. Beban mati ultimit (KBU) diambil pada tingkat nominal

(faktor beban = 1) dalam pengecekan stabilitas geser dan

guling dari pondasi langsung. Sesuai standar ini, beban truk

legal adalah 50 ton dengan konfigurasi satu truk setiap jalur

sepanjang bentang jembatan.

Rangkaian truk legal diperhitungkan berdasarkan kasus

konfigurasi kendaraan dan kapasitas aktual jembatan. Jembatan

direncanakan untuk menahan beban hidup yang sesaat melewati

jembatan. Dengan demikian kemacetan lalu lintas di atas jembatan

harus dihindari. ( “RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan” )

2.2.4. Standar Bahan

Material-material yang umumnya digunakan untuk membuat

beton antara lain:

a. Semen
1. Semen yang digunakan dalam pembangunan jembatan ini

menggunakan semen tonasa.

2. Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan

dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-25
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

dapat menyatakan semen-semen tersebut dapat dipakai atau

tidak.

3. Kontraktor harus menyediakan tempat atau gudang

penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik agar

semen-semen tersebut terlindung dari kelembaban atau keadaan

cuaca lain yang merusak, terutama sekali lantai tempat

penyimpanan harus kuat dan berjarak minimal 20 cm dari

permukaan tenah.

4. Semen dalam kantung semen tidak boleh ditumpuk setinggi 2

m. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian

rupa sehingga dapat secara kronologis sesuai dengan

penerimaan.

5. Semen-semen ini dipakai pada perbaikan struktur, seperti

perbaikan balok, kolom atau pelat yang mengalami keretakan.

6. Pada proyek ini semen ditempatkan pada ruangan khusus yaitu

tempat penyimpanan material.

b. Agregat Halus
Agregat halus seperti pasir berfungsi sebagai filler atau

pengisi rongga-rongga pada beton. Pasir yang digunakan adalah

hasil disintegrasi alami dari batu-batuan. Persyaratan pasir yang

digunakan :

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-26
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

1. Terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan

organik, lumpur dan sebagainya.

2. Memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan

dalam Peraturan Beton Indonesia.

3. Pasir untuk beton adukan harus merupakan pasir alam. Pasir

yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan

stabil dan harus terdiri dari butiran yang keras dan padat.

4. Pasir yang digunakan dalam membuat adukan baik untuk

beton, plester, ataupun grouting, harus mendapatkan

persetujuan dari pengawas.

c. Kerikil (Batu Pecah)

Agregat kasar dapat berupa kerikil yang merupakan hasil

disintegrasi alami batuan serta batu pecah yang merupakan hasil

dari mesin pemecah batu (stone crusher). Agregat kasar yang

digunakan harus bersih, bermutu baik, tidak berpori serta

mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat

Peraturan Beton Indonesia. Apabila agregat mengandung lumpur

dan bahan organik atau bahan organik lainnya lebih dari 1% maka

harus dicuci terlebih dahulu.

Dalam proyek ini digunakan agregat dengan ukuran 10 –

30 mm, karena ukuran agregat kasar sangat mempengaruhi mutu

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-27
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

beton dan penampakan beton setelah pengecoran selesai dan beton

cor sudah mengering.

d. Air

Air berfungsi menghidrasi semen untuk membuat pasta

semen. Air yang digunakan dalam pembuatan beton harus air

tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan

bahan-bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak beton.

Air tawar yang umumnya dapat diminum, baik air yang telah

diolah di perusahaan air minum maupun tanpa diolah dapat

dipakai untuk pembuatan beton.

2.2.5. Standar Beton

Pekerjaan beton ini meliputi penyiapan tempat kerja untuk

pengecoran beton, pemeliharaan pondasi, pengadaan penutup beton,

lantai kerja, pemompaan dan lain sebagainya.

Cakupan pekerjaan ini adalah pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan

beton sebagai berikut:

 struktur beton bertulang,

 Beton tanpa tulangan,

 beton prategang,

 struktur beton pracetak,

 beton untuk struktur komposit.

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-28
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

Mutu beton yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini :

 Mutu tinggi 35-65 MPa atau K 400-800 kg/cm2 untuk beton

prategang seperti tiang pancang, gelagar, plat

 Mutu sedang 20 – < 35 MPa atau K 250 – < K 400 Kg/cm2 untuk

beton bertulang, lantai beton jembatan rangka baja, gelagar beton,

diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong

 Mutu rendah 15-< 20 MPa atau K 175- < K 250 kg/cm2 untuk

struktur beton tanpa tulangan seperti siklop, trotoar, pasangan batu

kosong

 Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk

lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton.

Campuran percobaan

 Penyedia jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan

sesuai ( SNI 03-2834-2000 )

 Disaksikan oleh Direksi pekerjaan

 Menggunakan jenis instalasi dan peralatan sesuai lapangan

Tabel 1- Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran

Jenis Mutu Beton Ukuran Rasio Air Kadar


Beton Agregat / Semen Semen
Maks. Maks. Minimum.
Mutu fc’ sbk’ (mm) (terhadap (kg/m3 dari
Tinggi (MPa) (kg/cm2) berat) campuran)
50 K600 19 0,35 450
37 0,40 395

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-29
LAPORAN KERJA LAPANGAN
STT-BARAMULI PINRANG

45 K500 25 0,40 430


19 0,40 455
37 0,425 370
38 K450 25 0,425 405
19 0,425 430
37 0,45 350
35 K400 25 0,45 385
19 0,45 405
Mutu 37 0,475 335
30 K350 25 0,475 365
Sedang 19 0,475 385
37 0,50 315
25 K300 25 0,50 345
19 0,50 365
37 0,55 290
20 K250 25 0,55 315
19 0,55 335
Mutu 37 0,60 265
Rendah 15 K175 25 0,60 290
19 0,60 305
37 0,70 225
10 K125 25 0,70 245
19 0,70 260

AZWAR AMIR ( BS 111 015 011)


SYARIFUDDIN ( BS 111 014 010)
II-30

Anda mungkin juga menyukai