Anda di halaman 1dari 6

Serial Hisab Falak Alternatif

MENGHITUNG WAKTU IJTIMAK


Oleh : Fikrizuhara Muzakkin.*)

( 39 -‫)ﻳﺲ‬ ‫واﻟﻘﻤـﺮﻗﺪرﻧﻪ ﻣﻨﺎزل ﺣﺘﻰ ﻋﺎد آﺎﻟﻌـﺮﺟﻮن اﻟﻘـﺪ ﻳـﻢ‬


Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang
terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. (QS Yaasin – 39)

Salah satu kriteria hilal dapat dirukyah menurut MABIMS (Pertemuan tidak Resmi
Menter-menteri Agama negara Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura)
adalah umur bulan, waktu terjadinya Ijtimak hingga matahari terbenam minimal 8 jam.
Dengan demikian, apabila kita sudah mengetahui kapan waktu terjadinya Ijtimak akhir
bulan, kita akan bisa memperkirakan secara kasar ketinggian hilal pada saat matahari
terbenam atau waktu masuk Maghrib pada setiap tanggal 29 bulan Qomariyah. Bahkan
ada beberapa sistem Hisab yang menghitung dengan cara membagi dua terhadap umur
bulan (hilal) dari waktu Ijtimak hingga Maghrib dalam satuan jam, dan hasil bagi
perhitungan inilah yang dianggap merupakan ketinggian Hilal dalam satuan derajat.
Dengan demikian untuk setiap jam menjadi setengah derajat. Misalnya waktu Ijtimak
suatu hari jatuh pada Pukul 07:00 WIB dan saat Maghrib jatuh pada pukul 17:30 WIB
berarti umur hilal 10 jam 30 menit. Dengan demikian tinggi hilal saat Maghrib pada hari
tersebut dihitung 10:30 dibagi dua, maka hasilnya adalah 05 derajat 15 menit di atas
ufuk. Demikian juga untuk menghitung lama hilal di atas ufuk, Mukts alHilal dengan
menghitung untuk setiap derajat (irtifa’) menjadi empat menit (waktu) dan setiap menit
(irtifa’) menjadi empat detik (waktu).

Ada beberapa sistem atau metode dalam melakukan perhitungan waktu terjadinya
Ijtimak. Di antaranya adalah metode yang dipedomani oleh Departemen Agama RI yang
dikenal dengan Hisab sistem Kontemporer, di mana perhitungannya menggunakan data

1
dari Buku “Ephemeris Hisab Rukyat” yang diterbitkan setiap tahun. Dengan sistem ini
kita masih akan mengalami kesulitan jika ingin mengetahui waktu Ijtimak untuk tahun-
tahun yang akan datang karena buku data Pedomannya belum diterbitkan. Di beberapa
tempat atau Pondok Pesantren sudah akrab dengan Hisab yang datanya diambil dari
kitab klasik seperti Sullam alNayyirain, Badi’ah alMitsal, Fath alRauf alMannan,
Khulashah alWafiyah, Risalah alQamarain, Nurul Anwar atau Ittifaq dzat alBain, dan
sebagainya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mencoba menawarkan Hisab Ijtimak dengan
menggunakan formula yang lain, yang barangkali jarang dikenal di kalangan Ahli Hisab
Indonesia, khususnya di kalangan Pondok Pesantren. Perhitungan ini sebenarnya sudah
lama dikenal di kalangan Astronomi modern di seluruh dunia, akan tetapi masih sangat
tertutup bagi bangsa Indonesia. Kemudian hasil perhitungan mana yang kita yakini
akurasinya, dalam hal ini sepenuhnya adalah terserah anda sendiri.

Untuk serial Falakiyah ini kita harus menggunakan alat bantu PC, Komputer Pribadi
dengan software Microsoft Excel. Dengan bantuan MS Excel kita bisa mengetahui
waktu Ijtimak kapanpun secara instan, cepat dan mungkin saja cukup akurat antara
kurun waktu Januari 1900 s/d Desember 9999 M (keterbatasan MS Excel dalam hal
kalender). Namun jika kita menggunakan hanya Kalkulator atau software bukan
Microsoft Excel maka kita harus menyesuaikannya. Jika kita memanfaatkan Kalkulator
maka rumus pada kolom B, seperti B22, B27, dan B32 tidak diperlukan lagi. Semua
rumus yang merujuk pada tiga sel tersebut harus dirubah, dikembalikan menjadi A22,
A27, dan A32. Sebab jika menggunakan Kalkulator maka semua perkalian dengan
“PI()/180” juga penulisan “=” harus ditiadakan. Untuk penggunaan kalkulator saku akan
dijelaskan pada kesempatan yang lain, insya Allah.

IJTIMAK DALAM ILMU FALAK


Dalam Ilmu Falak teori perhitungan Ijtimak akhir bulan secara sederhana bisa diuraikan
sebagai berikut:
Istilah Ijtimak difahami bahwa posisi bulan dan matahari terletak pada meridian atau
bujur langit (alThuul) yang sama. Kita tahu perjalanan matahari lebih cepat
dibandingkan dengan perjalanan bulan sehari-harinya. Keduanya setiap saat kita
saksikan dari bumi bergerak dari arah timur menuju arah barat dengan kecepatan yang
berbeda. Hal ini bisa kita ibaratkan dengan dua buah jarum jam yang terus-menerus
bergerak berputar mengelilingi piringan jam tersebut. Karena kecepatan dua jarum ini
tidak sama maka suatu ketika pasti keduanya akan mengalami peristiwa bertemunya
kedua jarum tersebut pada posisi yang sama pada suatu waktu dan tempat tertentu.
Peristiwa yang sama juga pasti dialami oleh dua makhluk yang kita sebutkan di atas,
yaitu Bulan (qamar, moon) dan Matahari. Peristiwa terjadinya fenomena yang hanya
memerlukan waktu sepersekian detik ini dikenal dengan sebutan ijtimak, muhaq,
iqtiran, konjungsi, bulan mati, atau newmoon dalam Ilmu Falak atau Astronomi. Dan
waktu inilah yang menjadi faktor pemisah antara bulan (syahr, month) Qomariyah yang
lalu dengan bulan berikutnya.

Sebenarnya peristiwa bertemunya bulan dan matahari ini adalah merupakan fenomena
alam, sunnah Allah yang daur atau siklus rata-ratanya sama, yaitu 29 hari 12 jam 44
menit 2,8 detik atau 29,53058868 hari. Dengan demikian jika suatu waktu Ijtimak sudah
diketahui, maka untuk mengetahui kapan terjadinya Ijtimak bulan sebelum atau
berikutnya secara kasar kita bisa mengetahui dengan cara mengurang atau
menambahkan saja 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik atau 29,53058868 hari terhadap
waktu Ijtimak acuan tersebut. Jika kita kurangi atau tambahkan 1 kali 29,53058868 hari
(biasa disebut lunasi) maka yang kita ketahui adalah siklus Ijtimak, di mana ada
kemungkinan akan terjadi gerhana matahari (Kusuf al Syams). Dan apabila kita ingin
mengetahui waktu istiqbal atau bulan purnama di mana ada kemungkinan terjadi
gerhana Bulan (Khusuf al Qamar) maka kita hanya mengurangi atau menambahkan

2
setengahnya yaitu ½ dari 29,53058868 hari dari waktu Ijtimak yang sudah diketahui
tersebut.

Perlu diketahui bahwa perhitungan di atas tentu saja masih kasar yang hanya merupakan
waktu rata-rata (wasathy). Oleh karena itu selanjutnya nilai output tersebut harus
dilakukan beberapa ta’dil atau koreksi dengan memperhitungkan siklus gerak (semu)
atau harakah tahunan matahari maupun bulan terhadap bumi bahkan diperhitungkan
juga siklus gerakan mereka dalam ratus tahunan atau siklus abad. Bagi orang yang
belum terbiasa menggunakan MS Excel apalagi belum memahami perhitungan sudut
atau trigonometri mungkin agak terasa membingungkan, namun penulis yakin jika kita
tekun memperhatikan alur atau urutan perhitungannya pasti akan bisa memahami
walaupun belum menguasai. Memang modal utama dalam memahami perhitungan atau
Hisab Falak pada tulisan ini adalah harus bisa mengoperasikan MS Excel. Untuk
memeriksa alur dan urutan perhitungan tersebut di atas kita bisa memanfaatkan tombol
F2 dan (Ctrl+Z) untuk Undo atau membatalkan perubahan data.

IJTIMAK DALAM HISAB


Agar lebih mudah dalam pengerjaan Hisab Ijtimak ini untuk sementara ikuti saja atau
kita harus menulis apa adanya seperti contoh di bawah ini, yang mana hanya ada sekitar
40 sel perhitungan. Untuk selanjutnya kita bisa merubah atau memodifikasinya dengan
memindah data input maupun output ke kotak sel mana saja sesuai selera seni kita
masing-masing, dengan menggunakan tombol (Ctrl+X) dan (Enter).

Mula-mula silakan buka program MS Excel, versi berapapun boleh. Pilih Sheet mana
sesuai selera kita, misalnya Sheet1. Sesuaikan dengan contoh berikut, pilihlah kotak sel
mulai dari A1 hingga B47 dan tuliskan rumus atau formula dengan urutan seperti pada
contoh. Misalnya, tuliskan teks “Hisab Ijtimak” pada sel A1, hingga teks / rumus
“=SUM (A34:A46)” pada sel A46, demikian juga dengan yang lain. Untuk kolom C1
hingga D47 tidak perlu disalin karena hanya sebagai uji kebenaran penulisan saja. Jika
output penulisan pada kolom A1 hingga A47 sama dengan nilai pada kolom D1 hingga
D47 berarti penyalinan sudah benar. Jika komputer kita menggunakan titik (.) sebagai
pemisah bilangan desimal, bukan koma (,) maka penyalinan harus disesuaikan.
Sebaiknya kita gunakan saja titik atau koma ini pada keypad (deretan tombol angka
yang ada di sebelah kanan keyboard, bukan deretan tombol huruf).

Apabila kita sudah menulis dengan benar maka akan kita dapatkan output seperti
berikut:
Pada kotak sel A4 tampak : 11 September 2007, dan pada sel B4 tampak : 19:45:26
Apabila berbeda, misalnya pada kotak sel A4 maupun B4 muncul angka biasa seperti :
39336,823216232 berarti juga sudah benar, tinggal menyesuaikan formatnya saja.
Caranya, pointer mouse letakkan pada A4 kemudian klik kanan, sorot Format Cells….,
pilih Number, sorot Date dan pilih format tanggal yang kita inginkan. Demikian juga
dengan sel B4 sorot Time dan pilih format jam sesuai dengan selera kita.
Atau dengan cara lain, setelah sorot Format Cells…, pilih Number, sorot Custom
kemudian ketik pada kotak isian yang tersedia dengan format yang kita kehendaki.
Misalnya untuk format tanggal dengan mengetik : dd mmmm yyyy, dan untuk format
jam dengan mengetik : hh:mm:ss “WIB”.

Jika pada kotak sel A4 maupun B4 tidak muncul tanggal dan jam seperti tersebut di atas
mungkin masih terdapat kesalahan dalam kita menyalin angka atau rumus yang ada.
Coba teliti kembali, dan apabila sudah benar maka kita pasti bisa mencoba mengetahui
waktu Ijtimak pada bulan-bulan yang lain hanya dengan merubah data angka pada kotak
sel A10 maju atau mundur bahkan dengan angka negatif. Ingat bilangan bulat untuk
menghitung waktu Ijtimak, dan bilangan koma lima (…,5) untuk waktu Istiqbal.

Bagaimana hasilnya ? Jika semuanya sudah benar dan pada sel A10 kita isikan bilangan
1332, artinya Ijtimak yang ke 1332 sejak awal tahun 1900 M maka akan terbaca bahwa

3
Ijtimak Akhir Sya’ban 1428 H jatuh pada hari Selasa Legi, tanggal 11 September 2007
pukul 19 lebih 45 menit 26 detik WIB. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat masuk
Maghrib 29 Sya'ban 1428 H hilal belum wujud karena Ijtimak terjadi sesudah Maghrib
untuk wilayah Jawa Timur, dan mustahil Hilal bisa dirukyah. Kalau demikian lantas
kapan kita mulai berpuasa Ramadhan 1428 H. Melihat fenomena seperti ini maka hari
itu, 11 September 2007 masih merupakan bagian dari bulan Sya’ban 1428 H, yakni
tanggal 30 bulan tersebut karena umurnya diistikmalkan, digenapkan menjadi 30 hari.
Baru malam berikutnya, 12 September 2007, Rabu malam Kamis Pon dimulai Shalat
tarawih dan besuknya, 13 September 2007 seluruh ummat Muslim di Indonesia sudah
mulai berpuasa Ramadhan. Dengan demikian bisa diperkirakan Pemerintah RI dalam
hal ini Departemen Agama RI akan memutuskan 1 Ramadhan 1428 H jatuh pada hari
Kamis Pon, 13 September 2007 dan kemungkinan besar tidak akan terjadi perbedaan
antar kelompok dan golongan manapun di Indonesia dan Asia Tenggara. Sementara
Muhammadiyah dari jauh sebelumnya memang sudah menetapkan 1 Ramadhan 1428 H
jatuh pada Kamis Pon, 13 September 2007 atas dasar Hisab tanpa memerlukan Rukyat
(bi alFi'li, di lapangan).

Selanjutnya apabila kita inputkan nilai 1333 pada sel A10, maka jika benar akan terlihat
bahwa ijtimak akhir Ramadhan 1428 H jatuh pada hari Kamis Legi, 11 Oktober 2007
pukul 12:02:04 WIB, dan dalam hal seperti ini Hilal umumnya sudah berada di atas
ufuk pada saat masuk Maghrib, akan tetapi Irtifak atau ketinggiannya masih kurang dari
1 derajat (menurut Hisab Haqiqi, meskipun menurut Hisab Taqribi sudah mencapai di
atas 2,5 derajat) karena umur Hilal sekitar 5 jam. Jika demikian kapankah kita akan
melaksanakan Shalat ‘Idul Fithri 1428 H yang akan datang? Melihat fenomena seperti
ini maka untuk memutuskan kapan hari Awal Syawal, hari untuk menunaikan Shalat
‘Idul Fithri Pemerintah akan menemui masalah, karena ada kemungkinan terjadi
perbedaan pendapat dalam mengambil keputusan pada sidang Isbat. Diperkirakan pada
hari Kamis Legi, 11 Oktober 2007 walaupun Hilal sudah di atas ufuk akan tetapi
mustahil bisa dirukyah karena Hilal pada saat masuk Maghrib berada di bawah batas
kemungkinan bisa dirukyah (Imkan alRukyah).
Menurut ahli Hisab yang menganut kriteria Wujud al Hilal (misalnya Muhammadiyah),
mereka yakin bahwa sejak Maghrib malam itu sudah masuk tanggal 1 Syawal 1427 H,
oleh karena itu bisa jadi mereka akan memutuskan untuk Shalat ‘Idul Fithri hari Jum'at
Pahing, tanggal 12 Oktober 2007. Sedangkan untuk warga Nahdliyin (dan Pemerintah
RI yang menganut Hisab Imkan alRukyah), walaupun hasil Hisabnya tidak berbeda
dengan Muhammadiyah akan tetapi untuk menentukan kapan akan mengakhiri puasa
Ramadhan tentu saja mereka masih menunggu hasil Rukyah 11 Oktober 2007 yang
akan datang.

Namun bisa diperkirakan bahwa di seluruh Indonesia akan dilaporkan tidak satupun
berhasil Rukyah. Kalau memang demikian halnya maka NU dan Pemerintah akan
memutuskan bahwa 1 Syawal 1428 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 13 Oktober 2007. Dan
tampaknya fenomena awal dan akhir Ramadhan 1428 H ini akan mengulang peristiwa
yang sama dengan tahun lalu, yaitu awal dan akhir Ramadhan 1427 H

Nah, sekarang bisakah anda menghitung kapan kita mengawali puasa Ramadhan dan
melaksanakan shalat ‘Idul Fithri atau ‘Idul Adha tahun depan, bahkan puluhan tahun
yang akan datang? Ingat, untuk mengetahui Ijtimak pada bulan-bulan atau tahun-tahun
yang lain kita hanya tinggal merubah, mengurang atau menambahkan nilai yang ada
pada sel A10.

OK, jika sudah tidak lagi terjadi kesalahan sekarang silahkan anda tersenyum karena
sudah bisa mengetahui secara yakin waktu Ijtimak hasil Hisab karya anda sendiri. Wah,
rupanya andapun sudah termasuk ahli Hisab. Selamat mencoba dan bermain-main
dengan GAME Hisab metode ALTERNATIF ini. Insya Allah akan disusul dengan
materi Serial Hisab Falak Alternatif yang lain.

4
Wa Allahu a’lam.

5
A1
Kolom ini tidak perlu
Hisab Ijtimak 1 disalin
Sistem Alternatif Oleh Fikrizuhara Hanya sebagai uji
Muzakkin (ditulis 10 Juli 2004) 2 kebenaran output.
3
=A5+TIME(7;0;0) =A4 WIB 11 September 2007
=A6 =A5 UT 11 September 2007
JD = /* Waktu Ijtimak-
=A17+A47 Istiqbal*/ 6 39336,53155
7
0 8 0
=A8+A10 K 9 1332
K+ =/* Bil. Bulat = Ijtimak,
1332 koma lima = Istiqbal */ 10 1332
T = /* Waktu abad Julian
=A9/ 1236,85 sejak 0,5 Januari 1900 */ 11 1,076929296
JD0 = /* Wasath wkt Ijt-
= 2,2593299 Istiqbal*/ 12 2,2593299
=+ 29,53058868 *A9 13 39334,74412
=+ 0,0001178 * A11^2 14 0,000136622
=- 0,000000155 *A11^3 15 -1,94E-07
=+ 0,00033 * SIN((166,56 + 132,87 *
A11 - 0,009173 *A11^2)*PI()/180) 16 -0,000254119
=SUM(A12:A16) 17 39337,00333
M = /* Anomali wasath
= 359,2242 matahari */ 18 359,2242
=+ 29,10535608 *A9 19 38768,3343
=- 0,0000333 * A11^2 20 -3,86E-05
=- 0,00000347 *A11^3 21 -4,33E-06
=SUM(A18:A21) =A22*PI()/180 22 39127,55846
M' = /* Anomali wasath
= 306,0253 Bulan */ 23 306,0253
=+ 385,81691806 *A9 24 513908,1349
=+ 0,0107306 *A11^2 25 0,0124451
=+ 0,00001236 *A11^3 26 1,54E-05
=SUM(A23:A26) =A27*PI()/180 27 514214,1726
F = /* ‘Ardh al
= 21,2964 Qamar/Bulan */ 28 21,2964
=+ 390,67050646 *A9 29 520373,1146
=- 0,0016528 *A11^2 30 -0,001916879
=- 0,00000239 *A11^3 31 -2,99E-06
=SUM(A28:A31) =A32*PI()/180 32 520394,4091
33
=(0,1734 - 0,000393 *A11) * /* Ta’dil Waktu Ijtimak-
SIN(B22) Istiqbal */ 34 -0,159877147
=+ 0,0021 * SIN(2 * B22) 35 0,001481891
=- 0,4068 * SIN(B27) 36 -0,291774747
= + 0,0161 * SIN(2 *B27) 37 -0,016093286
=- 0,0004 * SIN(3 *B27) 38 -0,000270328
=+ 0,0104 * SIN(2 *B32) 39 0,005013128
=- 0,0051 * SIN(B22 +B27) 40 -0,001888278
=- 0,0074 * SIN(B22-B27) 41 -0,00679211
=+ 0,0004 * SIN(2 *B32+ B22) 42 -0,000397525
=- 0,0004 * SIN(2 *B32-B22) 43 -0,000250316
=- 0,0006 * SIN(2 *B32+B27) 44 -0,000175515
=+ 0,001 * SIN(2 *B32-B27) 45 -0,000964306
=+ 0,0005 * SIN(B22 + 2 *B27) 46 0,000204136
=SUM(A34:A46) 47 -0,471784404
D47

Gresik, 01 Rajab 1428 H / 14 Agustus 2007

Anda mungkin juga menyukai