Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................................... i

Latar Belakang .............................................................................................................. 1

Pembahasan ................................................................................................................. 2

2.1 Pengertian Syirkah .............................................................................................. 2

2.2 Rukun Syirkah .................................................................................................... 5

2.3 Syarat Syirkah ..................................................................................................... 6

2.4 Hukum Syirkah ................................................................................................... 7

2.5 Pembagian Syirkah ............................................................................................. 8

2.6 Hikmah Syirkah .................................................................................................. 9

Penutup ...................................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 12

i
Latar Belakang
Banyaknya umat muslim yang belum mengetahui bagaimana seharusnya menjalankan
syirkah atau perkongsian dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini yang sesuai dengan
tuntunan syari’at. Hal ini menyebabkan kami untuk membuat sebuah makalah yang berjudul
tentang “syirkah” guna untuk memberikan sebuah pemahaman kepada para pembaca makalah
ini.

Pada zaman sekarang ini banyak orang-orang muslim yang menjalankan sistem
syirkah atau perkongsian dengan mengikuti tata cara orang eropa atu barat yang belum tentu
sesuai dengan apa yang diajarkan oleh syari’at.

Secara umum, prinsip syirkah dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat
akad utama, yaitu al-musyârakah, al-mudhârabah, al-muzâra’ah dan al-musâqah. Prinsip
yang paling banyak dipakai adalah al-musyârakah dan al-mudhârabah, sedangkan al-
muzâra’ah dan al-musâqah di pergunakan khusus untuk pembiayaan pertanian oleh beberapa
bank islam.

Syirkah secara Bahasa berarti percampuran (al-ikhtilat) dan secara Syara’ adalah
ungkapan (akad) dari ketetapan hak terhadap sesuatu (harta) yang satu bagi dua atau lebih
pada sisi usaha (dagang).

Ajaran Islam, mengajarkan supaya kita menjalin kerja sama dengan siapa pun
terutama dalam bidang ekonomi dengan prinsip saling tolong menolong dan menguntungkan,
tidak menipu dan merugikan. Tanpa kerja sama, maka kita sulit untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Syirkah pada hakikatnya adalah sebuah kerja sama yang saling menguntungkan dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa harta atau pekerjaan. Oleh karena itu,
Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja sama kepada siapa saja dengan tetap memegang
prinsipnya.

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Syirkah


Syirkah artinya bekerjasama dalam usaha atau kepemilikan terhadap sesuatu barang.
Bersyarikat dalam perdagangan memerlukan kejujuran dari masing-masing pihak,
pertolongan allah akan selalu datang bila yang bersyarikat itu ikhlas, tetapi apabila seseorang
atau lebih berkhianat maka Allah akan mencabut kemajuan persyirakatan mereka. [1] Syirkah
secara bahasa berarti percampuran (al-ikhtilat) dan secara Syara’ adalah ungkapan (akad) dari
ketetapan hak terhadap sesuatu (harta) yang satu bagi dua atau lebih pada sisi usaha (dagang).
Syirkah atau syarikat adalah akad kerja sama yang dilakukan antara dua orang atau
lebih dalam membentuk suatu usaha yang mana modal, keuntungan, dan kerugian ditanggung
secara bersama-sama. Orang-orang yang melakukan syarikat disini bekerja secara bersama-
sama untuk membangun dan mengembangkan usahanya. Jika mendapat keuntungan, mereka
membaginya menurut kesepakatan sebelumnya, tetapi jika mendapat kerugian, semuanya ikut
bertanggung jawab untuk menanggulanginya. [2]
Secara bahasa kata syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) dan persekutuan. Yang
dimaksud dengan percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta
orang lain sehingga sulit untuk dibedakan. Adapun menurut istilah ada beberapa defenisi
yang dikemukakan oleh ulama.
1. Menurut ulama Hanafiah
‫عقد بين التشا ر كين فى ر ا س الما ل ؤالر بح‬
Artinya: “Akad antara dua orang yang berserikat pada pokok harta (modal) dan
keuntungan”.
2. Menurut ulama Malikiyah
‫اذ ن فى التصر فا هما فى انفسهما فى ما ل هما‬
Artinya: “Izin untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerja sama
terhadap harta mereka”.
3. Menurut Hasby As-Shiddiqie
‫عقد بين شخصين فا كشر على التعا و ن فى عمل اكتسا عي و اقتسا م ار نا حه‬
Artinya: “Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk saling tolong
menolong dalam suatu usaha dan membagi keuntungannya”.

1
Hafsah, Fiqih dan Ushul Fiqih (Medan, Perdana Publishing, 2017), hlm 109.
2
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta, Prenadamedia Group,2018), hlm 169.

2
3

Jika diperhatikan dari tiga defenisi diatas sesungguhnya perbedaan hanya bersifat
redaksional, namun secara esensial prinsipnya sama yaitu bentuk kerja sama antara dua orang
atau lebih dalam sebuah usaha dan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung
secara bersama. [3]
Syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. Sebab keberadaannya
diperkuat oleh Al-quran, hadis dan ijma ulama. Dalam Al-quran terdapat ayat-ayat yang
mensyariatkan pentingnya syirkah diantaranya terdapat dalam Al-quran surah An-Nisa ayat
12.
      
       
     
     
    
       
     
     
      
    
    
    
     
     
     
      


Artinya: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka
kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang
mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta
yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka
Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi
wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati,
baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan
anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam
harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam

3
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta, Prenadamedia Group, 2010), hlm 127.
4

yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar
hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang
demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Penyantun”.

Dalam surah Saad ayat 24


    
    
  
   
Artinya: “Sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal sholeh dan amat sedikit mereka itu”.
Adapun dalam hadis, Rasulullah bersabda:
‫انا شا لث الثىر يكين ما لم يخن احد هما صا حبه فا ذ اخاناحد هما صا حبه خرجت من بينهما وجا ء الثيطان‬
‫(رواهابو دو د)د‬
Artinya: “Aku adalah orang ketiga dari dua hambaku yang bekerja sama selama
keduanya tidak berkhianat. Jika salah satunya berkhianat, maka aku akan keluar dari
keduanya dan penggantinya adalah setan”. (HR.Abu Daud). [4]
Syirkah secara etimologi didefenisikan sebagai berikut:
‫ بعر فو خها اجتما ع في استحقا ق ا و تصر ف ا‬,‫الشركة مشتقة من اال شتر اك الذ ي هو اال حتما ع‬
Artinya: “Syirkah merupakan kata yang berasal dari “isytirak” yang berarti
perkongsian, diartikan demikian, karena syirkah merupakan perkongsian dalam hak
untuk menjalankan modal”.
Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan syirkah secara bahasa sebagai berikut:
‫هي اال خنال ط اي خلط ا حد الما لين با ال خر جيث ال يعتا ز ان عن بعضهما‬
Artinya: “Syirkah adalah percampuran yaitu bercampurnya suatu modal dengan
lainnya, sampai tidak dapat dibedakan antara keduanya”. [5]
Ada perbedaan defenisi syirkah dikalangan ulama. Menurut Malikiyah, syirkah adalah
perkongsian dua pihak atau lebih dimana semua anggota perkongsian tersebut mengizinkan
anggota lainnya untuk menjalankan modal untuk berusaha. Menurut kalangan Hanafiyah,
syirkah merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut akad antara dua pihak yang
berkongsi atau bersekutu dalam modal dan keuntungan. Menurut kalangan Syafi’iyah,
syirkah adalah tetapnya hak para pihak yang berkongsi untuk menjalankan dan
4
Ibid., hlm 128.
5
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer (Jakarta, Rajawali Pers, 2016), hlm 127.
5

mengembangkan modal. Sementara kalangan Hanbaliyah berpendapat bahwa syirkah adalah


persekutuan dalam hak dalam berusaha atau dalam menjalankan sebuah usaha.
Syirkah dalam Komplikasi Hukum Ekonomi syariah (KHES) pasal 20 didefenisikan
sebagai berikut: Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan,
keterampilan atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah persekutuan atau
perkongsian dua pihak atau lebih dalam menjalankan sebuah usaha, baik dalam bidang
perdagangan atau jasa dimana modal bisa dari semua pihak yang bersekutu atau dari sebagian
mereka. Pekerjaan untuk menjalankan modal juga dapat dilakukan oleh semua pihak yang
terlibat dalam[6] perkongsian atau sebagian mereka, sementara resiko ditanggung bersama.
Keuntungan dari usaha dibagi bersama secara proporsional dan sesuai dengan kesepakatan. [7]
2.2 Rukun Syirkah
Rukun syirkah adalah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung. Ada
perbedaan pendapat terkait dengan rukun syirkah. Menurut ulama Hanafiyah rukun syirkah
hanya ada dua yaitu ijab (ungkapan penawaran melakukan perserikatan) dan qabul (ungkapan
penerimaan perserikatan). Istilah ijab dan qabul sering disebut dengan serah terima. Contoh
lafal ijab qabul, seseorang berkata kepada partnernya “Aku bersyirkah untuk urusan ini”
partnernya menjawab “Telah aku terima”.
Jika ada yang menambahkan selain ijab dan qabul dalam rukun syirkah seperti adanya
kedua orang yang berakad dan objek akad menurut Hanafiyah itu bukan termasuk rukun
tetapi termasuk syarat. Adapun menurut Abdurrahman Al-jazairi rukun syirkah meliputi dua
[8]
orang yang berserikat, shigat objek, akad syirkah baik itu berupa harta maupun kerja.
Untuk itu, di dalam syarikat ini ditentukan rukunnya, yaitu:
a. Shigat adalah akad kesepakatan antara dua pihak atau lebih dalam bentuk lisan
maupun tulisan yang disaksikan orang-orang bahwa mereka bersepakat untuk
melakukan kontrak kerja sama dengan beberapa ketentuan poin-poin yang disepakati
di dalamnya.
b. Pihak- pihak yang melakukan kerja sama adalah orang - orang yang memiliki
kompetensi dalam memberikan atau diberikan perwakilan untuk menjalankan usaha
mereka.

6
Ibid., hlm 128.
7
Ibid., hlm 129.
8
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta, Prenadamedia Group, 2010), hlm 128.
6

c. Dana adalah modal yang diberikan oleh orang-orang yang melakukan kerjasama
dalam bentuk uang tunai, emas, perak, ataupun yang memiliki nilai atau harga. Modal
yang ditanam diantara mereka tidak perlu sama dan hal ini sangat bergantung pada
kemampuan modal masing-masing.
d. Kerja adalah usaha dan partisipasi para mitra dalam pekerjaan syarikat ini merupakan
ketentuan dasar. Semua yang melakukan syarikat diwajibkan ikut serta menangani
pekerjaan dalam kerja sama.Tidak ada keharusan mereka harus menanggung beban
kerja yang sama,tetapi harus disesuaikan dengan keahlian masing-masing. [9]
Adapun menurut jumhur ulama rukun syirkah sama dengan apa yang dikemukakan
oleh Al-jaziri diatas. Jika dikaitkan dengan pengertian rukun yang sesungguhnya maka
sebenarnya pendapat Al-jaziri atau jumhur ulama lebih tepat sebab didalamnya terdapat
unsur-unsur penting bagi terlaksannya syirkah yaitu dua orang yang bersyarikat dan objek
syirkah. Adapun pendapat Hanafiyah yang membatasi rukun syirkah pada ijab dan kabul saja
itu masih bersifat umum karena ijab kabul berlaku untuk semua transaksi.
2.3 Syarat Syirkah
Menurut Hanafiyah syarat-syarat syirkah terbagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Syarat yang berkaitan dengan semua bentuk syirkah baik harta maupun lainnya.
Dalam hal ini, terdapat dua syarat. Pertama berkaitan dengan benda yang diakadkan
(ditransaksikan) harus berupa benda yang dapat diterima sebagai perwakilan. Kedua,
berkaitan dengan keuntungan, pembagiannya harus jelas dan disepakati kedua belah
pihak. Misalnya setengah dan sepertiga. [10]
2. Syarat yang terkait dengan harta (mal). Dalam hal ini, ada syarat yang harus dipenuhi,
yaitu pertama modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat pembayaran
yang sah (nuqud) seperti riyal, rupiah, dollar. Kedua, adanya pokok harta (modal)
ketika akad berlangsung baik jumlahnya sama atau berbeda.
3. Syarat yang terkait dengan syirkah mufawadhah yaitu modal pokok harus sama, objek
akad disyaratkan syirkah umum, yaitu semua macam jual beli atau perdagangan.[11]
Pembatalan pihak–pihak yang berkongsi bisa jadi sewaktu-waktu atau ketika salah
seseorang diantaranya meninggal. Dengan begitu maka perkongsian pun bubar secara

9
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakarta, Prenadamedia Group,2018), hlm 169.
10
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta, Prenadamedia Group, 2010), hlm 129.
11
Ibid., hlm 130.
7

langsung.[12] Malikiyah menambahkan bahwa orang yang melakukan akad syirkah


disyaratkan merdeka, baligh, dan pintar. [13]
2.4 Hukum Syirkah
Syirkah mempunyai landasan hukum yang kuat, baik dari Al-quran, Al-sunnah, Ijma
dan dasar hukum lainnya. Dasar hukum syirkah dalam Al-quran antara lain sebagai berikut:
1. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 12:
    
Artinya: “Mereka berkongsi untuk mendapatkan bagian sepertiga”.
2. Firman Allah dalam surat sad ayat 24:
   
    
  
    
Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain ,kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini”
Sementara dasar hukum syirkah dari Al-sunnah antara lain sebagai berikut:
1) Hadis riwayat dari Abu Hurairah[14]
‫ان هللا يقو ل انا ثا لث الثر يكين ما لم يحن احد هماصا حبه‬:‫عن ابى حيان التيمى عن ابيه عن ابى هر ير ة ر فعه قا ل‬
‫فاذاخا نه خر جت من بينهما‬
Artinya: “Dari Abu Hayyan al-Taimi dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah
bersabda sesungguhnya Allah swt berfirman aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersekutu, selama salah satu diantara mereka menghianati lainnya, maka aku
keluar dari persekutuan mereka”.
2) Rasulullah Saw bersabda
‫يد هللا على الثر يكين ما لم يتخا ونا‬
Artinya: “pertolongan Allah akan selalu menyertai dua pihak yang berkongsi atau
bersekutu, selama mereka tidak saling menghianati”.
Selain dasar hukum diatas, syirkah juga disyariatkan berdasarkan Ijma atau
kesepakatan ulama dan juga kesepakatan kaum muslimin. Dalam konteks Indonesia, dasar

12
Hafsah, Fiqih dan Ushul Fiqih (Medan, Perdana Publishing, 2017), hlm 110.
13
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta, Prenadamedia Group, 2010), hlm 130.
14
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer (Jakarta, Rajawali Pers, 2016), hlm 129.
8

legalitas syirkah dikuatkan dengan Kompilasi hukum Ekonomi Syari’ah (KHES) pasal 134-
186. [15]
Kalangan madzhab Hanafi membolehkan semua bentuk syirkah diatas selama syarat-
syaratnya bisa terpenuhi. Kalangan madzhab Maliki membolehkan semua bentuk syirkah
selain syirkah al-wujuh. Kalangan madhzab Asy-syafi’I membatalkan dan tidak
membolehkan semuanya selain Syirkah al-‘inan. Adapun kalangan madhzab hambali
membolehkan semuanya selain syirkah al-mufawadhah. [16]
2.5 Pembagian Syirkah
Ada dua macam bentuk syirkah amlak (persekutuan yang berkaitan dengan hak milik)
dan syirkah uqud (persekutuan yang berkaitan dengan transaksi). [17]
2.5.1 Syirkah Amlak
Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah amlak adalah bila lebih dari
[18]
satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad baik bersifat ikhtiari atau jabari.
Artinya, barang tersebut dimiliki oleh dua orang atau lebih tanpa didahului oleh akad. Hak
kepemilikan tanpa akad itu dapat disebabkan oleh dua sebab:
a. Ikhtiari atau disebut (syirkah amlak ikhtiari) yaitu perserikatan yang muncul akibat
tindakan hukum orang yang berserikat, seperti dua orang sepakat membeli suatu
barang atau keduanya menerima hibah, wasiat, atau wakaf dari orang lain maka
benda-benda ini menjadi harta serikat (bersama) bagi mereka berdua.
b. Jabari (syirkah amlak jabari) yaitu perserikatan yang muncul secara paksa bukan
keinginan orang yang berserikat artinya hak milik bagi mereka berdua atau lebih
tanpa dikehendaki oleh mereka. Seperti harta warisan yang mereka terima dari
bapaknya yang telah wafat. Harta warisan ini menjadi hak milik bersama bagi
mereka yang memiliki hak warisan.
2.5.2 Syirkah Uqud
Yang dimaksud dengan syirkah uqud adalah dua orang atau lebih melakukan akad
untuk bekerja sama (berserikat) dalam modal dan keuntungan. Artinya, kerja sama ini
didahului oleh transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian
keuntungannya. [19] Berikut adalah pembagian syirkah uqud:

15
Ibid., hlm 130.
16
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq.(Jakarta, Pustaka Al-
Kautsar, 2013), hlm 878.
17
Ibid., hlm 877.
18
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta, Prenadamedia Group, 2010), hlm 130.
19
Ibid.,hlm 131.
9

a. Syirkah Inan adalah perserikatan dua orang atau lebih yang[20] keduanya menyertakan
hartanya (modal) masing-masing untuk kemudian dikelola bersama. Keuntungan akan
dibagi di antara mereka berdua. Tetapi, tidak disyaratkan adanya persamaan dalam hal
harta (modal), penggunaan, dan keuntungan.
b. Syirkah al - mufawadhah adalah transaksi di antara dua orang atau lebih dalam suatu
perserikatan kerja dengan beberapa syarat sebagai berikut:
a) Kesamaan modal di antara masing-masing pihak.
b) Kesamaan wewenang dalam penggunaan modal. Tidak sah suatu syirkah yang
dilakukan antara anak kecil dengan orang dewasa.
c) Kesamaan dalam agama yang dianut. Jadi, syirkah tidak berlaku antara orang
muslim dan orang kafir.
d) Masing-masing pihak harus menjadi penjamin bagi yang lainnya atas apa yang
dibeli dan dijual. Jadi, salah satu pihak tidak boleh menggunakan modal lebih
banyak daripada pihak lain. Demikian menurut kalangan madzhab Asy-Syafi’i.
Tetapi, madzhab Hanafi dan Maliki membolehkannya. [21]
c. Syirkah Al Abdan adalah dua orang atau lebih berserikat dalam suatu pekerjaan pihak
lain dengan upah kerja dibagi sesuai kesepakatan. Bentuk syirkah ini diperbolehkan,
baik profesi mereka yang berserikat itu sama. [22]
d. Syirkah al-wujuh yaitu perserikatan tanpa modal, artinya dua orang atau lebih
membeli suatu barang tanpa modal, yang terjadi adalah hanya berpegang kepada
nama baik dan kepercayaan para pedagang terhadap mereka.
e. Syirkah mudharabah yaitu persetujuan antara pemilik modal dan seorang pekerja
untuk mengelola uang dari pemilik modal dan seorang pekerja untuk mengelola uang
dari pemilik modal dalam suatu perdagangan tertentu yang keuntungannya dibagi
sesuai dengan kesepakatan bersama. [23]
2.6 Hikmah Syirkah
Manusia tidak dapat hidup sendirian, pasti membutuhkan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan. Ajaran Islam, mengajarkan supaya kita menjalin kerja sama dengan siapa pun
terutama dalam bidang ekonomi dengan prinsip saling tolong menolong dan menguntungkan,

20
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq.(Jakarta, Pustaka
Al-Kautsar, 2013), hlm 878.
21
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq.(Jakarta, Pustaka
Al-Kautsar, 2013), hlm 879.
22
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta, Prenadamedia Group, 2010), hlm 133.
23
Ibid., hlm 134
10

tidak menipu dan merugikan. Tanpa kerja sama, maka kita sulit untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Syirkah pada hakikatnya adalah sebuah kerja sama yang saling menguntungkan dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa harta atau pekerjaan. Oleh karena itu,
Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja sama kepada siapa saja dengan tetap memegang
prinsip sebagaimana tersebut di atas. Maka hikmah yang dapat kita ambil dari syirkah yaitu
adanya tolong menolong, saling bantu membantu dalam kebaikan, menjauhi sifat egoisme,
menumbuhkan saling percaya, menyadari kelemahan, dan kekurangan, dan menimbulkan
keberkahan dalam usaha jika tidak berkhianat. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Maidah
ayat: 2
  
    
   
      
Artinya: “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (Q.S Al-Maaidah 5:2) [24]
Rasulullah bersabda:
)‫يد هللا على الشر كين ما لم يتخا و نا (رواه البخا ر ي‬

Artinya: “Allah akan menolong dua orang yang berserikat selama mereka tidak saling
berkhianat”. (H. Bukhari) (Nasrun 167). [25]

24
Ibid., hlm 135.
25
Ibid., hlm 136.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syirkah artinya bekerja sama dalam usaha atau kepemilikan terhadap sesuatu barang.
Bersyarikat dalam perdagangan memerlukan kejujuran dari masing-masing pihak,
pertolongan allah akan selalu datang bila yang bersyarikat itu ikhlas, tetapi apabila seseorang
atau lebih berkhianat maka Allah akan mencabut kemajuan persyirakatan mereka.

Rukun syirkah adalah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung. Ada
perbedaan pendapat terkait dengan rukun syirkah. Menurut ulama Hanafiyah rukun syirkah
ada dua yaitu ijab (ungkapan penawaran melakukan perserikatan) dan kabul (ungkapan
penerimaan perserikatan). Istilah ijab dan abul sering disebut dengan serah terima. Contoh
lafal ijab kabul, seseorang berkata kepada partnernya “Aku bersyirkah untuk urusan ini”
partnernya menjawab “Telah aku terima”.

Kalangan madzhab Hanafi membolehkan semua bentuk syirkah diatas selama syarat-
syaratnya bisa terpenuhi. Kalangan madzhab Maliki membolehkan semua bentuk syirkah
selain syirkah al-wujuh. Kalangan madhzab Asy-syafi’I membatalkan dan tidak
membolehkan semuanya selain Syirkah al-‘inan. Adapun kalangan madhzab hambali
membolehkan semuanya selain syirkah al-mufawadhah.

Ada dua macam bentuk syirkah amlak (persekutuan yang berkaitan dengan hak milik)
dan syirkah uqud (persekutuan yang berkaitan dengan transaksi). Menurut Sayyid Sabiq,
yang dimaksud dengan syirkah amlak adalah bila lebih dari satu orang memiliki suatu jenis
barang tanpa akad baik bersifat ikhtiari atau jabari. Artinya, barang tersebut dimiliki oleh dua
orang atau lebih tanpa didahului oleh akad. Yang dimaksud dengan syirkah uqud adalah dua
orang atau lebih melakukan akad untuk bekerja sama (berserikat) dalam modal dan
keuntungan. Artinya, kerja sama ini didahului oleh transaksi dalam penanaman modal dan
kesepakatan pembagian keuntungannya.

Hikmah yang dapat kita ambil dari syirkah yaitu adanya tolong menolong, saling
bantu membantu dalam kebaikan, menjauhi sifat egoisme, menumbuhkan saling percaya,
menyadari kelemahan, dan kekurangan, dan menimbulkan keberkahan dalam usaha jika tidak
berkhianat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Faifi, Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya. 2013. Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ghazaly, Abdul Rahman, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Ihsan. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Hafsah. 2017. Fiqih dan Ushul Fiqh. Medan : Perdana Publishing.
Mustofa, Imam. 2016. Fiqih Muamalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Nurhayati dan Ali Imran Sinaga. 2018. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: Prenadamedia Group.

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai