Anda di halaman 1dari 4

‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا‬ُ ‫إِ َّن ْال َح ْمدَ ِ َّّلِلِ ن َْح َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُر ْه َونَعُوذ

ُ بِاهللِ ِم ْن‬ ُ‫اء َع ْش َرة ٌ َعا ِل ٌم َال يُ ْسأ َ ُل َع ْنه‬ ِ َ‫ضيَ ُع ْاْل َ ْشي‬ْ َ ‫ أ‬: ‫وقال عثمان رضي هللا عنه‬
َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬
‫ِي‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬
ِ ‫سيِئَا‬ َ ‫َو ِم ْن‬ ‫اب َال يُ ْقبَ ُل َو ِس َال ٌح َال يُ ْست َ ْع َم ُل‬ ٌ ‫ص َو‬ َ ‫ي‬ ٌ ْ‫َعا ِل ٌم َو ِع ْل ٌم َال يَ ْع َم ُل بِ ِه َو َرأ‬
ُ‫ع ْبدُه‬َ ‫ َوأ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْحدَهُ الَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬.ُ‫لَه‬ ‫ف َال يُ ْق َرأ ُ ِف ْي ِه َو َما ٌل َال يُ ْنفَ ُق ِم ْنهُ َو َخ ْي ٌل‬ ٌ ‫ص َح‬ ْ ‫ص ِلى ِف ْي ِه َو ُم‬َ ُ‫َو َم ْس ِجدٌ َال ي‬
.ُ‫س ْولُه‬
ُ ‫َو َر‬ َ ‫ع ْم ٌر‬
ُ ‫ط ِو ْي ٌل َال َيت َزَ َّود‬ ُ ‫ط ِن َم ْن يُ ِر ْيد ُ الدُّ ْن َيا َو‬ْ ‫الز ْه ِد ِفى َب‬ ُّ ‫ب َو ِع ْل ُم‬ ُ ‫َال ت ُ ْر َك‬
. َ‫َيا أَيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّق تُقَا ِت ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إِالَّ َوأَنت ُ ْم ُّم ْس ِل ُم ْون‬ ‫سفَ ِر ِه‬
َ ‫ِف ْي ِه ِل‬
ُ‫ ِإ َّن هللاَ َو َمالَئِ َكتَه‬:‫س ْو ِل ِه فَقَا َل‬ ُ ‫سالَ ِم َعلَى َر‬ َّ ‫فَإ ِ َّن هللاَ أ َ َم َر ُك ْم ِبال‬
َّ ‫صالَ ِة َوال‬ Pertama, orang ‘alim yang tidak ditanya mengenai ilmunya. ُ ‫ع ْنه‬ َ ‫َعا ِل ٌم َال يُ ْسأ َ ُل‬
َ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو‬
.‫س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‬ َ ‫ يَا أَيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا‬،ِ ‫صلُّ ْونَ َعلَى النَّ ِبي‬ َ ُ‫ي‬ ‫َعا ِل ٌم‬
.‫امابعد‬ Tentang hal ini ada dua kemungkinan, yakni karena orang alim itu enggan
mensyiarkan ilmunya atau karena orang-orang awam di sekitarnya menjadi orang
alim sebagai sumber rujukan. Kedua-duanya merupakan perilaku negatif karena
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
ilmu seyogianya menjadi pedoman agar tiap langkah dalam kehidupan ini berjalan
Alhamdulillah, kita masih dikarunia nikmat hidayah dari Allah SWT sehingga kini kita
sesuai dengan rel yang tepat.
memiliki kesadaran untuk beribadah, di antaranya shalat Jum’at seperti yang kita
laksanakan siang ini. Nikmat ini sungguh tak ternilai meskipun kita mesti terus-
menerus introspeksi diri, karena manusia gudangnya lupa dan kesalahan. Kedua, ilmu yang tak diamalkan. ‫َو ِع ْل ٌم َال َي ْع َم ُل ِب ِه‬
Senada dengan yang pertama tadi, ini adalah gejala di mana orang-orang tak terlalu
Khatib al-faqir juga mengajak kepada jamaah sekalian untuk selalu berikhtiar menghargai ilmu. Bukan saja pemilik ilmu, bahkan juga ilmu itu sendiri. Ilmu
meningkatkan kualitas ketakwaan: tak henti-hentinya mengasah kesadaran diperoleh namun tidak dilaksanakan. Fenomena ini sangat sering kita temui dalam
ketuhanan dg mendekatkan diri kita kepada-Nya. Ketakwaan adalah modal pokok kehidupan sehari-hari. Betapa banyak di antara kita yang mengerti bahwa
karena orang yang paling mulia di sisi Allah bukan orang paling kaya, paling pintar, berbohong adalah dosa, namun di saat yang sama kita melanggarnya. Betapa
paling cantik, atau paling tinggi jabatan, melainkan yang paling bertakwa. banyak pejabat pintar yang korupsi. Dan betapa banya orang yang mengerti hukum
yang terjerat kasus hukum. Semua ini dikarenakan ilmu yang ada dalam diri mereka
Jamaah shalat jum’at yang mudah-mudahan dirahmati Allah, sia-sia belaka, tak memberi kemanfaatan bagi kebaikan hidup mereka.

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani pernah menulis pernyataan Sayyidina Utsman bin
Affan dalam kitab Munabbihât ‘alâs –ti‘dâddi li yaumil Mî‘âd tentang sepuluh hal
Ketiga, pendapat yang benar namun ditolak. ‫اب َال يُ ْق َب ُل‬
ٌ ‫ص َو‬ ٌ ْ‫َو َرأ‬
َ ‫ي‬
yang paling sia-sia.
Islam sangat menganjurkan para pemeluknya untuk bermusyawarah. Ajaran ini Kitab suci sekadar menjadi kitab yang disucikan, bukan sekaligus dibaca lalu
didorong oleh ajakan agar manusia terbuka dengan pendapat orang lain. Ketika diamalkan. Padahal, membaca Al-Qur’an meski si pembaca tidak mengerti artinya
pendapat itu benar maka harus diakui benar. Kebenaran tidak ada kaitannya dengan bernilai pahala. Apalagi bila ia mau belajar kandungan makna di dalamnya untuk
siapa yang mengatakannya. Karena itu menjadi salah bila kita menolak pendapat kemudian mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
yang benar hanya karena yang mengemukakannya adalah orang yang kita benci. berkenaan dengan hubungan kepada Allah maupun sesama makhluk.
Kebenaran dan kebencian adalah dua hal yang berbeda dan harus dipisahkan.
Jamaah shalat jum’at hadâkumullah,
Keempat, senjata yang tidak digunakan. ‫َو ِس َال ٌح َال يُ ْست َ ْع َم ُل‬
Senjata dalam pengertian hari ini bisa dianalogikan sebagai kekuasaan. Ketika kita Hal sia-sia berkutnya, ketujuh, adalah harta yang tidak diinfakkan. ‫َو َما ٌل َال يُ ْنفَ ُق‬
memiliki kewenangan untuk menekan, misalnya jabatan politik atau posisi strategis
ُ‫ِم ْنه‬
lainnya, dan tidak dimanfaatkan untuk kebaikan, maka kewenangan itu akan sia-sia.
Sayyidina Utsman secara tersirat hendak mengingatkan bahwa harta yang
Senjata adalah simbol kekuatan dan sungguh sayang sekali orang yang tak mampu
digunakan untuk keperluan sehari-hari lantas lepas dari status sia-sia. Sebab, harta
memanfaatkan kekuatan tersebut dengan baik.
juga mesti diinfakkan. Ketika tanggung jawab yang kedua ini hilang, maka hilang
pula nilai kemanfaatan dari harta tersebut. Itulah alasan mengapa Islam mewajibkan
Jamaah shalat jum’at hadâkumullah,
zakat dan menekankan keutamaan bersedekah. Infak dari sebuah kekayaan sekecil
apa pun jumlahnya bernilai berkah dan menyucikan harta secara keseluruhan.
Hal sia-sia yang kelima adalah masjid kosong dari orang shalat. َ ُ‫َو َم ْس ِجدٌ َال ي‬
‫ص ِلى‬
‫ِف ْي ِه‬ Kedelapan, kendaraan yang tidak ditunggangi. ُ ‫َو َخ ْي ٌل َال ت ُ ْر َك‬
‫ب‬
Esensi masjid adalah tempat untuk bersujud. Jika fungsi ini hilang, hilang pula Kendaraan adalah alat untuk menuju tujuan tertentu. Karena ia adalah wasilah
hakikat ia sebagai masjid. Keterangan ini juga bisa dimaknai masjid yang mulai (perantara). Di zaman serbacanggih ini wujud wasilah begitu banyak, mulai dari alat
dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan jangka pendek segelintir saja, semisal transportasi, media sosial, alat komunikasi, dan lain-lain. Tingkat kemudahannya
politik praktis. Atau bisa pula dijadikan kritik terhadap keadaan ironis masa kini, di mungkin ratusan kali lipat dari “kendaraan” yang ada pada era Nabi. Namun, apakah
mana masjid kian banyak dan dibangun secara megah namun tidak kian menarik wasilah-wasilah di zaman sekarang lebih bermanfaat daripada zaman itu? Ini
jamaah untuk lebih nyaman di dalamnya. Masjid menjadi tempat yang kian asing. menjadi bahan renungan kita bersama.
Aktivitas-aktivitas keagamaan semakin sepi.
Kesembilan, ilmu zuhud di hati orang yang cinta dunia. ْ ‫الز ْه ِد ِفى َب‬
‫ط ِن‬ ُّ ‫َو ِع ْل ُم‬
Keenam, Al-Qur’an yang tidak dibaca. ‫ف َال يُ ْق َرأ ُ فِ ْي ِه‬
ٌ ‫ص َح‬
ْ ‫َو ُم‬ ‫َم ْن يُ ِر ْيد ُ الدُّ ْن َيا‬
‫‪Artinya, sia-sia seseorang berlajar ilmu tentang zuhud tapi hatinya belum bisa lepas‬‬
‫‪dari cinta dunia. Sebab zuhud bukan semata berurusan dengan pengetahuan,‬‬
‫سالَ ِم َعلَى نَبِيِ ِه‬ ‫أن هللاَ أ َ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر َع ِظي ٍْم ‪ ،‬أ َ َم َر ُك ْم بِال َ‬
‫صالَةِ َوال َ‬ ‫َوا ْعلَ ُم ْوا َّ‬
‫‪melainkan tentang olah batin untuk mendudukkan segala hal selain Allah dalam‬‬ ‫ال َك ِري ِْم فَقَا َل هللا ُتَعَالَى فِي ِكتَابِ ِه ال َك ِري ِْم‪:‬‬
‫‪posisi yang tidak prioritas.‬‬
‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬
‫‪Kesepuluh, umur panjang yang tak dimanfaatkan untuk mencari bekal (ke akhirat).‬‬ ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫سفَ ِر ِه‬ ‫ع ْم ٌر َ‬
‫ط ِو ْي ٌل َال يَت َزَ َّود ُ فِ ْي ِه ِل َ‬ ‫َو ُ‬ ‫صلُّوا علي ِه‬ ‫إن هللاَ ومالئكتَهُ يصلُّونَ على الن ِبي ِ َيا أيُّ َها الذينَ ءا َمنوا َ‬ ‫{ َّ‬
‫‪Ini namanya penyia-nyiaan kesempatan. Peluang hidup di dunia hanya sekali, dan‬‬
‫‪umur yang telah dilewati juga tak akan pernah kembali. Begitu usia kita habis hanya‬‬
‫سلموا ت َ ْسلي ًما}‬ ‫و َ‬
‫‪untuk perkara duniawi dan urusan diri sendiri, sia-sialah kita usia kita. Apalagi dalam‬‬ ‫يت على‬ ‫صل على سيدِنا مح َّم ٍد وعلى ءا ِل سيدِنا مح َّم ٍد ك َما صل َ‬ ‫اللـ ُه َّم َ‬
‫‪Al-Qur’an kita sudah dingatkan bahwa kehidupan di akhirat adalah lebih utama‬‬
‫‪ketimbang kehidupan di dunia. Wallahu a'lam bish shawab.‬‬ ‫وبار ْك على سيدِنا مح َّم ٍد‬ ‫ِ‬ ‫إبراهيم وعلى ءا ِل سيدِنا إبراهيم‬ ‫َ‬ ‫سي ِدنا‬
‫إبراهيم وعلى ءا ِل‬ ‫َ‬ ‫ت على سيدِنا‬ ‫بار ْك َ‬
‫وعلى ءا ِل سيدِنا مح َّم ٍد ك َما َ‬
‫‪Semoga khatib pribadi dan jamaah sekalian diberikan kesanggupan untuk menjaga‬‬
‫‪segala karunia yang Allah berikan agar bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan.‬‬ ‫إبراهيم إن َك حميدٌ مجيد ٌ‪.‬‬ ‫َ‬ ‫سيدِنا‬

‫آن اْل َع ِظي ِْم‪َ ,‬ونَفَ َع ِني َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم ْن آيَ ِة‬
‫ار َك هللا ِلي َو َل ُك ْم ِفى اْلقُ ْر ِ‬ ‫َب َ‬
‫َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َوتَهُ َو ِإنَّهُ هُ َو ال َّ‬
‫س ِم ْي ُع العَ ِل ْي ُم‪،‬‬ ‫اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات االحياء منهم‬
‫َوأَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َهذَا فَأ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ال َع ِظي َْم ِإنَّهُ ُه َو الغَفُ ْو ُر َّ‬
‫الر ِحيْم‬ ‫واْلموات انك سميع قريب مجيب الدعوات‪ .‬يا قاضي الحاجات ويا‬
‫ي ْال ُم ِه َمات برحمتك يا أرحم الراحمين‪ .‬ربنا افتح بَ ْينَنَا وبين قَ ْو ِمنَا‬
‫َكافِ َ‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫ال َح ْمدُ ِهللِ ن َْح َمدُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْه ِد ْيهُ َونَعُ ْوذ ُ ِباهللِ ِم ْن ُ‬ ‫بالحق وانت خيرالفاتحين‪ .‬ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي اْلخرة‬
‫ش ُر ْو ِر‬
‫حسنة وقنا عذاب النار‪.‬‬
‫ض ِل ْل فَالَ‬ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُّ ْ‬ ‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد هللا فَالَ ُم ِ‬ ‫أ َ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َ‬
‫س ِيئَا ِ‬
‫عباد هللا‪ ..‬ان هللا يأمر بالعدل واالحسان‪ .‬وايتاء ذي القربى وينهى‬
‫ِي لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَّ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َو ْحدَهُ الَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬ ‫هَاد َ‬
‫عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون‪ .‬فاذكروا هللا‬
‫س ْولُهُ‬
‫َع ْبدُهُ َو َر ُ‬
‫العظيم يذكركم‪َ .‬وا ْش ُك ُر ْوهُ على نِعَ ِم ِه يَ ِز ْد ُكم‪َ .‬وا ْسئَلُ ْوهُ ْ‬
‫من فَ ْ‬
‫ض ِل ِه‬
‫يُ ْع ِط ُك ْم‪ .‬ولَذكر هللا أكبر‪َ .‬وأَقِ ِم ال َّ‬
‫صالَة َ‬

Anda mungkin juga menyukai